DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
( P07224219023 )
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim
atau serviks uteri. Sekitar 90% atau 270.000 kematian akibat kanker serviks
pada tahun 2015 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat
dikurangi melalui pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan,
diagnosis dini, screening yang efektif dan program pengobatan (WHO, 2016).
Di negara berkembang angka kejadian kanker serviks terbanyak,
jumlah kanker ini mencapai 1/3 dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita
(Wardoyo, 2002). Angka kejadian di Indonesia diperkirakan 150-180 per
100.000 penduduk. DIY selama kurun waktu 5 tahun di RS UGM/ RSUP
Sarjito ditemukan 179 kanker leher rahim (68,1 %) diantara 263 kasus kanker
(Wiknjosastro, 2005). Kanker serviks merupakan salah satu penyebab
kematian wanita di dunia dan dari tahun ke tahun jumlah penderita kanker ini
semakin meningkat.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
estimasi jumlah penderita kanker serviks tertinggi yakni di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 21.313 penderita (1,1%), Jawa Tengah sebanyak 19.734
penderita (1,2%), dan Jawa Barat sebanyak 15.635 penderita (0,7%)
(Pusdatin, 2015). Hasil pemeriksaan IVA di Provinsi Jawa Tengah tahun
2015, dari 18.954 wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan
IVA yang memiliki IVA positif sebanyak 1.868 WUS atau 9,86%. Hasil
pemeriksaan IVA positif di Kota Surakarta tahun 2015, sebanyak 1.376 atau
7,26% Angka ini masih tinggi dari yang ditetapkan oleh kementerian
kesehatan yakni 3% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2016). Jumlah kanker
serviks di Kota Surakarta yang melakukan pemeriksaan di RSUD Dr.
Moewardi 2014 sebanyak 1.835 kasus (1,5%), dan pada tahun 2015 sebanyak
2.129 kasus (1,8%) (DKK Surakarta 2014, dan 2015).
Penyebab utama dari kanker serviks yakni infeksi HPV (Human
Papillomavirus) yang berada di dalam tubuh manusia. Diketahui bahwa DNA
HPV dapat ditemukan pada 99% kasus kanker serviks di seluruh dunia
(Pradipta & Sungkar, 2007). Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain faktor sosio demografi yang meliputi usia, status
sosial ekonomi, dan faktor aktivitas seksual yang meliputi usia pertama kali
melakukan hubungan seksual, pasangan seksual yang berganti-ganti, pasangan
seksual yang tidak disirkumsisi, paritas, kurang menjaga kebersihan genital,
merokok, riwayat penyakit kelamin, riwayat keluarga penderita kanker
serviks, trauma kronis pada serviks, penggunaan pembalut dan pantyliner,
dietilstilbestrol (DES) serta penggunaan kontrasepsi oral. Adapun faktor-
faktor tersebut ada yang bisa dimodifikasi dan faktor yang tidak bisa
dimodifikasi (Kemenkes, 2015).
Melakukan hubungan seksual di usia muda merupakan salah satu
risiko terjadinya kanker serviks, terutama di bawah usia 17 tahun. Semakin
muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko
daerahreproduksi terkontaminasi virus (Mhaske, dkk, 2011).
Kesadaran wanita terutama di Indonesia untuk melakukan
pemeriksaan Pap smear masih sangat rendah, sebagai akibat penderita kanker
serviks baru diketahui pada stadium lanjut. Kanker serviks pada stadium ini
tidak dapat memperoleh efektifitas pengobatan selain itu mortalitas yang
diakibatkan juga tinggi (Aziz. dkk, 2006). Penderita kanker rahim yang datang
terlambat ke pelayanan kesehatan masih bisa dilakukan pengobatan tetapi
hanya untuk tujuan peningkatan kualitas hidupnya
B. TUJUAN UMUM
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker
servik melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
C. TUJUAN KHUSUS
a. Menjelaskan konsep dasar teoriIbu dengan Kanker Serviks
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada Ibu dengan
Kanker Serviks
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker Serviks
dengan pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian padaIbu dengan Kanker Serviks
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Ibu
dengan Kanker Serviks
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Ibu dengan Kanker
Serviks
5) Merancang intervensi pada Ibu dengan Kanker Serviks
6) Melakukan implementasi pada Ibu dengan Kanker Serviks
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
BAB II
A. TINJAUAN TEORI
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
1.2 Penyebab
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus penyebab
utama dari kanker serviks, khususnya virus HPV tipe 16 dan 18 . Virus
ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan,
tetapi juga dapat berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu,
penggunaan toilet umum yang sudah terkena virus HPV dapat
menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak
membersihkannya dengan baik. (Bidanku, 2015).
Jika hasil tes Pap Smear atau IVA tidak normal, maka
dianjurkan melakukan tes lain untuk membuat diagnosis. Tes lain yang
dapat dilakukan antara lain:
1) Kolposkopi
Dalam tes ini, dokter menggunakan sebuah alat
yang disebut kolposkopi untuk memeriksa leher rahim.
Kolposkopi menggabungkan suatu cahaya yang terang
dengan lensa pembesar untuk membuat jaringan rahim
mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam
vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek
dokter atau klinik.
2) Biopsi
Metode biospi dilakukan dengan pengangkatan
jaringan untuk mencari selsel sebelum bersifat kanker
atau sel-sel kanker. Lalu seorang ahli patologi memeriksa
jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya
sel-sel abnormal.
3) Punch Biopsi
Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel
kecil dari jaringan leher rahim dengan alat berongga.
4) Loop Electrical Excision Procedure (LEEP)
Metode ini menggunakan loop kawat listrik untuk
mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
5) Endoservikal Kuret
Dalam tes ini, dokter menggunakan kuret (alat kecil
berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan
dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan
kuas tipis lembut, bukan kuret.
6) Conization
Proses ini, dokter mengambil sebuah sampel
jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau
biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat ada
tidaknya sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah
permukaan leher rahim.
1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan
klinik. Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau
jika hasil pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien
dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan
diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :
Memeriksa serviks.
1.8 Stadium
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan
manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah
kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu
proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor
kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan
stadium dapat berupa :
1. Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized
tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar serviks.
2. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter
dapt menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara
langsung (cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).
1.9 Penatalaksanaan
1. Kanker noninvasive
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada
lapisan luar dari serviks memerlukan penangan untuk membuang area
abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan
penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker noninvasif
termasuk :
a) Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel
untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana
abnormalitas ditemukan.
b) Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada
cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
c) Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang
memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut
serviks.
d) Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh
sel kanker dan prekanker..
e) Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari
area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy
biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker
servikal noninvasif.
2. Kanker invasif
a) Operasi.
b) Radiasi.
c) Kemoterapi.
d) Kemoradiasi.
1.10 Pencegahan
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan
menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan
bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks.
Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi
resiko terkena infeksi HPV.Sebagai tambahan dari penggunaan
kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks yaitu :
a) Vaksniasi HPV.
Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan
perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national
Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun,
sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka
belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan
sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama
tiga kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin
pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan
keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan
atas.
b) Pemeriksaan Pap Rutin.
Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling
efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih
dini. Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut :
Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah
hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang
mana terjadi duluan)
Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin
setiap satu atau 2 tahun sekali.
Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3
tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap
yang normal Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear
negative maka Pap smear sudah dapat dihentikan.
1.11 Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah
sangat menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik
pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi: fistula uretra,
disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis,
obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal. Komplikasi yang dialami
segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi dan enteritis.
Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat
yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah
supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan
kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan MRS dan Keluhan Utama
a. Alasan MRS
Alasan MRS adalah ingin memeriksakan keadaannya , karena memiliki
berbagai keluhan.
b. Keluhan Utama
- Gejala pada kanker serviks stadium awal umumnya tidak
terlihat. Namun gejala baru muncul ketika sel-sel kanker serviks sudah
menginvasi jaringan sekitarnya, yaitu berupa :Keputihan abnormal,
beraroma tidak enak dan tidak sembuh sembuh ,Terjadi pendarahan
apabila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya ,Pendarahan abnormal di
luar siklus menstruasi dan setelah berhubungan seks ,Siklus
menstruasi tidak teratur,Nyeri selama berhubungan seks ,Rasa nyeri
saat berkemih ,Nyeri sekitar panggul ,Pendarahan pada masa pra atau
paska menopause ,Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan
terjadi pembengkakan pada anggota tubuh seperti betis, paha,
tangan dan sebagainya.
Pola Istirahat
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor / koma /
delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kepala :
Wajah : Pucat atau tidak
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Payudara :
Anus :
Ekstremitas :
Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Payudara :
Aksila :
Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Penunjang:
- a. Laboratorium
b. Patologi Anatomi
c. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis :
proses menemukan penyebab pokok dari masalah-masalah organisasi yang
dipergunakan.
Masalah :
Kebutuhan :
Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis
dan masalah.
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi /darurat
yang harus dilakukan.Rumusan ini mencakup tindakan segera
yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan.
IV. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasional : Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan ibu
dan memberikan rasa tenang .
- Memberitahukan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan merupakan
gejala dari kanker serviks
Rasional : Menjelaskaan seluruh hasil pemeriksaan, agar ibu
mengetahui kondisinya saat ini dan kita bisa mengambil tindakan
lebih lanjut.
- Memberi dukungan pada ibu
Rasional : dukungsn ysng kits beriksn kepeda ibu bisa memberikan
ketenagan dan kecemasan pada ibu.
- Beri ibu konseling tentang pentingnya menjaga kebersihan diri serta
pola makan
Rasional : Konseling pada pada ibu ini dilakukan untuk menambah
pengetahuan ibu , konseling ini juga dapat dilakukan oleh seorang
bidan.
- Anjurkan ibu melakukan pemeriksaan lanjut yaitu melakukan Pap
smear, kalposkopi, biopsy kerucut, MRI atau CT-Scan abdomen
ataupun pelvis. (Doengoes, 2000)
VI.IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagaian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
VII. EVALUASI
BAB III
S:
1. Identitas
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Alamat : Jl.Akasia
No. Register :-
Pola Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan menu sayur, lauk, nasi.
Minum air putih 6 gelas/hari .
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
TB : 158 cm
BB : 60 kg
Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80×/menit
Pernapasan : 20×/menit
Suhu : 37 ,6°C
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Ekstremitas :
3. Pemeriksaan Penunjang
A:
P:
1. Budi Rahayu , Dhesi Ari Astuti , Asri Hidayat .2009. Pengaruh pemberian
konseling dan leaflet tentang kanker servik dengan sikap melakukan
pemeriksaan PAPsmaer pada ibu usia 35-45 tahun dipuskesmas banguntapan
II bantul yogyakarta tahun 2009 . Di akses pada tanggal 30 juli 2020. Pukul
10.15. melalui http://digilib.unisayogya.ac.id/3391/
2. Nurul Abidah , Siti Nurunniyah , Retna Purwanti .2016 . Asuhan Kebidaan
gangguan reproduksi pada ny . M umur 53 tahun P4A0AH4 Dengan Kanker
Servik di RSUD Majenang tahun 2016.di akses pada tanggal 30 juli 2020 .
pukul 10.15 .
3. Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di
Indonesia. Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5
No.2. di akses pada tanggal 30 juli 2020 . pukul 10.30 .