Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KOMPREHENSIF

“ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN KANKER


SERVIK ”

DOSEN PENGAMPU :

DIAN PUSPITA RENI, SST

DISUSUN OLEH :

MELYSA NUR AINI

( P07224219023 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim
atau serviks uteri. Sekitar 90% atau 270.000 kematian akibat kanker serviks
pada tahun 2015 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat
dikurangi melalui pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan,
diagnosis dini, screening yang efektif dan program pengobatan (WHO, 2016).
Di negara berkembang angka kejadian kanker serviks terbanyak,
jumlah kanker ini mencapai 1/3 dari seluruh kanker yang terjadi pada wanita
(Wardoyo, 2002). Angka kejadian di Indonesia diperkirakan 150-180 per
100.000 penduduk. DIY selama kurun waktu 5 tahun di RS UGM/ RSUP
Sarjito ditemukan 179 kanker leher rahim (68,1 %) diantara 263 kasus kanker
(Wiknjosastro, 2005). Kanker serviks merupakan salah satu penyebab
kematian wanita di dunia dan dari tahun ke tahun jumlah penderita kanker ini
semakin meningkat.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
estimasi jumlah penderita kanker serviks tertinggi yakni di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 21.313 penderita (1,1%), Jawa Tengah sebanyak 19.734
penderita (1,2%), dan Jawa Barat sebanyak 15.635 penderita (0,7%)
(Pusdatin, 2015). Hasil pemeriksaan IVA di Provinsi Jawa Tengah tahun
2015, dari 18.954 wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan
IVA yang memiliki IVA positif sebanyak 1.868 WUS atau 9,86%. Hasil
pemeriksaan IVA positif di Kota Surakarta tahun 2015, sebanyak 1.376 atau
7,26% Angka ini masih tinggi dari yang ditetapkan oleh kementerian
kesehatan yakni 3% (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2016). Jumlah kanker
serviks di Kota Surakarta yang melakukan pemeriksaan di RSUD Dr.
Moewardi 2014 sebanyak 1.835 kasus (1,5%), dan pada tahun 2015 sebanyak
2.129 kasus (1,8%) (DKK Surakarta 2014, dan 2015).
Penyebab utama dari kanker serviks yakni infeksi HPV (Human
Papillomavirus) yang berada di dalam tubuh manusia. Diketahui bahwa DNA
HPV dapat ditemukan pada 99% kasus kanker serviks di seluruh dunia
(Pradipta & Sungkar, 2007). Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain faktor sosio demografi yang meliputi usia, status
sosial ekonomi, dan faktor aktivitas seksual yang meliputi usia pertama kali
melakukan hubungan seksual, pasangan seksual yang berganti-ganti, pasangan
seksual yang tidak disirkumsisi, paritas, kurang menjaga kebersihan genital,
merokok, riwayat penyakit kelamin, riwayat keluarga penderita kanker
serviks, trauma kronis pada serviks, penggunaan pembalut dan pantyliner,
dietilstilbestrol (DES) serta penggunaan kontrasepsi oral. Adapun faktor-
faktor tersebut ada yang bisa dimodifikasi dan faktor yang tidak bisa
dimodifikasi (Kemenkes, 2015).
Melakukan hubungan seksual di usia muda merupakan salah satu
risiko terjadinya kanker serviks, terutama di bawah usia 17 tahun. Semakin
muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko
daerahreproduksi terkontaminasi virus (Mhaske, dkk, 2011).
Kesadaran wanita terutama di Indonesia untuk melakukan
pemeriksaan Pap smear masih sangat rendah, sebagai akibat penderita kanker
serviks baru diketahui pada stadium lanjut. Kanker serviks pada stadium ini
tidak dapat memperoleh efektifitas pengobatan selain itu mortalitas yang
diakibatkan juga tinggi (Aziz. dkk, 2006). Penderita kanker rahim yang datang
terlambat ke pelayanan kesehatan masih bisa dilakukan pengobatan tetapi
hanya untuk tujuan peningkatan kualitas hidupnya
B. TUJUAN UMUM
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker
servik melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.

C. TUJUAN KHUSUS
a. Menjelaskan konsep dasar teoriIbu dengan Kanker Serviks
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada Ibu dengan
Kanker Serviks
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu dengan Kanker Serviks
dengan pendekatan varney yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian padaIbu dengan Kanker Serviks
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Ibu
dengan Kanker Serviks
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Ibu dengan Kanker
Serviks
5) Merancang intervensi pada Ibu dengan Kanker Serviks
6) Melakukan implementasi pada Ibu dengan Kanker Serviks
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP
BAB II

A. TINJAUAN TEORI

PEMBAHASAN

1.1 Definisi

Kanker serviks merupakan penyakit yang menyerang leher


rahim yang merupakan bagian reproduksi wanita. Kanker serviks
terjadi ketika sel-sel pada serviks berubah dan tumbuh tidak
terkendali. Sel-sel ini dapat berubah dari normal menjadi pra-kanker
dan kemudian menjadi kanker.
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari
serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk
silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium
uteri eksternum.

1.2 Penyebab
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus penyebab
utama dari kanker serviks, khususnya virus HPV tipe 16 dan 18 . Virus
ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan,
tetapi juga dapat berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu,
penggunaan toilet umum yang sudah terkena virus HPV dapat
menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak
membersihkannya dengan baik. (Bidanku, 2015).

Faktor lain yang menjadi penyebab kanker serviks menurut


Tim Kanker Serviks pada Panduan Lengkap Menghadapi Bahaya
Kanker Serviks sebagai berikut :
a) Kurangnya tes Pap Smear secara teratur. Kanker leher rahim
lebih sering terjadi pada wanita yang tidak menjalani tes Pap
Smear secara teratur. Dengan melakukan tes ini dapat
membantu dokter menemukan sel abnormal pada serviks.
b) Seringnya merokok dapat meningkatkan kemungkinan resiko
kanker leher rahim untuk wanita yang terinfeksi virus HPV. 8
c) Melemahnya sistem kekebalan tubuh karena sejarah kehidupan
seksual. Wanita yang memiliki banyak pasangan seksual
memiliki risiko tinggi terkena kanker serviks. Selain itu,
seorang wanita yang telah berhubungan seks dengan pria yang
memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko tinggi
untuk mengalami kanker serviks. Dalam kedua kasus di atas,
risiko menderita kanker leher rahim lebih tinggi karena wanita
memiliki risiko yang lebih tinggi terinfeksi HPV.
d) Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama atau memiliki
banyak anak. Penelitian menunjukkan bahwa melahirkan
banyak anak (5 atau lebih) meningkatkan resiko kanker leher
rahim pada wanita dengan infeksi HPV.
e) Wanita yang yang terkena obat dietilstilbestrol (DES) sebelum
kelahiran dapat meningkatkan risiko kanker serviks.
f) Faktor kemiskinan dan kebersihan juga dapat meningkatkan
resiko untuk mengalami kanker serviks.

1.3 Gejala Kanker Serviks


Gejala pada kanker serviks stadium awal umumnya tidak
terlihat. Namun gejala baru muncul ketika sel-sel kanker serviks sudah
menginvasi jaringan sekitarnya, yaitu berupa :
a) Keputihan abnormal, beraroma tidak enak dan tidak sembuh
sembuh.
b) Terjadi pendarahan apabila sel-sel rahim telah berubah sifat
menjadi kanker dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.
c) Pendarahan abnormal di luar siklus menstruasi dan setelah
berhubungan seks.
d) Siklus menstruasi tidak teratur.
e) Nyeri selama berhubungan seks.
f) Rasa nyeri saat berkemih.
g) Nyeri sekitar panggul.
h) Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
i) Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi
pembengkakan pada anggota tubuh seperti betis, paha, tangan
dan sebagainya.

1.4 Deteksi Dini


Deteksi dini merupakan langkah awal untuk mengetahui
perkembangan sel pada tubuh sejak awal. Deteksi dini untuk kanker
serviks dapat dilakukan dengan berbagai metode. Adapun metode
yang dapat digunakan untuk deteksi dini menurut Tim Kanker-Serviks
sebagai berikut:
a) Tes Pap Smear
Tes Pap Smear dilakukan secara teratur agar dapat
mengurangi resiko kanker serviks. Tes ini dilakukan dengan
mengambil sampel sel leher rahim. Kemudian sampel tersebut
dianalisis lebih lanjut di laboratorium. Tes ini dapat menemukan
sel-sel abnormal (kanker) yang kemungkinan dapat menjadi
kanker serviks.
b) Tes IVA
Inspeksi Visual dengan Asam asetat (IVA) merupakan
metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim
dengan asam asetat. Kemudian diamati ada tidaknya kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Tes ini
dapat dilakukan hanya 10 untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda
yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih
lanjut harus dilakukan.

Jika hasil tes Pap Smear atau IVA tidak normal, maka
dianjurkan melakukan tes lain untuk membuat diagnosis. Tes lain yang
dapat dilakukan antara lain:
1) Kolposkopi
Dalam tes ini, dokter menggunakan sebuah alat
yang disebut kolposkopi untuk memeriksa leher rahim.
Kolposkopi menggabungkan suatu cahaya yang terang
dengan lensa pembesar untuk membuat jaringan rahim
mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam
vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek
dokter atau klinik.
2) Biopsi
Metode biospi dilakukan dengan pengangkatan
jaringan untuk mencari selsel sebelum bersifat kanker
atau sel-sel kanker. Lalu seorang ahli patologi memeriksa
jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya
sel-sel abnormal.
3) Punch Biopsi
Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel
kecil dari jaringan leher rahim dengan alat berongga.
4) Loop Electrical Excision Procedure (LEEP)
Metode ini menggunakan loop kawat listrik untuk
mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
5) Endoservikal Kuret
Dalam tes ini, dokter menggunakan kuret (alat kecil
berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan
dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan
kuas tipis lembut, bukan kuret.
6) Conization
Proses ini, dokter mengambil sebuah sampel
jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau
biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat ada
tidaknya sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah
permukaan leher rahim.

1.5 Patogenesis dan Patofisiologi


Karsinoma serviks biasa timbul di daerah yang disebut
squamo-columnar junction (SJC) atau sambungan skuamo-kolumnar
(SSK), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, di mana secara histologik terjadi
perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis pipih
dengan epitel endoserviks berbentuk kuboid/kolumnar pendek selapis
dan bersilia. Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual,
dan jumlah paritas. Pada wanita muda, SSK berada di luar ostinum
uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SSK
berada di dalam kanalis serviks.
Oleh karena itu pada wanita muda, SSK rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan memicu displasia dari SSK tersebut.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium
eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin
(American Cancer Society, 2013).
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada
epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa
yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian
epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia
dan terjadi akibat pengarruh pH vagina yang rendah. Aktivitas
metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini, maka secara morfogenetik terdapat 2 SJC, yaitu
SJC asli dan SJC baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK
ini disebut daerah transformasi (American Cancer Society, 2013).
Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus dapat bersatu
ke dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya
mutasi sel. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia
berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal
juga sebagai tingkat pra-kanker. Pada tahap awal infeksi, sebelum
menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker yang disebut
Cervical IntraepthelialNeoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel
Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu
memakan waktu antara 10 -20 tahun.
Dalam perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi
CIN II (NIS II) kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit
berlanjut maka akan berkembang menjadi kanker serviks. Konsep
regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua
lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi invasif atau kanker
serviks, sehingga diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi.
CIN I (NIS I) hanya 12% saja yang berkembang ke derajat yang lebih
berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III) mempunyai
risiko berkembang menjadi kanker invasif bila tidak mendapatkan
penanganan (Zarchi, et al, 2009)

1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas atas dasar anamnesis, pemeriksaan
klinik. Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks atau
jika hasil pemeriksaan Pap Smear memperlihatkan sel kanker, pasien
dapat menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan
diagnosis. Untuk menegakkan diagnosis, dokter dapat melakukan :

 Memeriksa serviks. 

Selama pemeriksaan yang disebut kolposkopi, dokter dapat


menggunakan mikroskop khusus (colposcope) untuk memeriksa
serviks dari sel abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya,
dapat diambil sample sel untuk analisis (biopsy).  Colposcopy untuk
mengambil jaringan yang abnormal

 Mengambil sample sel serviks. 

Selama prosedur biopsy dokter mengambil sample dari sel


abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada
punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk
mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat
digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area yang
abnormal.
1.7 Gejala Dan Tanda
Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks
apapun.  Kanker serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan
tanda. Semakin kanker berkembang, semakin terlihatlah tanda dan
gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa:

1. Perdarahan vagina setelah berhubungan sex, atau diantara dua


periode menstruasi, atau setelah menopause.
2. Sekret encer disertai darah dapat berat dan keputihan yang memiliki
bau yang busuk.
3. Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan sex

1.8 Stadium
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan
manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah
kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya suatu
proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor
kunci yang menentukan pengobatan. Pemeriksaan untuk menentukan
stadium dapat berupa :
1. Gambaran Radiologi. Pemerksaan seperti X-Ray, computerized
tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk
menentukan apakah kanker telah menyebar disekitar serviks.
2. Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter
dapt menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara
langsung (cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).

Pembagian stadium kanker adalah:


a. Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker
noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada
permukaan serviks.
b. Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks
c. Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus,
namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah
vagina..
d. Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks
dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
e. Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ
terdekat, seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar
ke daerah lain didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.

1.9 Penatalaksanaan
1. Kanker noninvasive
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada
lapisan luar dari serviks memerlukan penangan untuk membuang area
abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan
penanganan tambahan. Prosedur untuk membuang kanker noninvasif
termasuk :
a) Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel
untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana
abnormalitas ditemukan.
b) Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada
cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
c) Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini
menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang
memotong seperti pisau bedah , dan mengambil sel dari mulut
serviks.
d) Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh
sel kanker dan prekanker..
e) Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari
area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy
biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker
servikal noninvasif.

2. Kanker invasif

Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar


sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan
lebih banyk penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung
pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis
lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Opsi
penatalakasanaan terdiri dari

a) Operasi.

Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk


mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy
sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan
uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam
stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam
serviks. Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian
vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi
standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam
serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding
pelvis.Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan
mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat
pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari
hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam
pencernaan, dan urinasi

b) Radiasi.

Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membunuh sel


kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau
internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan
material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi
sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini.
Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi
merupakan penatalaksaanaan terbaik. Kedua metode terapi radiasi
ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri,
dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau
setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih
hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelvis termasuk
nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan
penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks
lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti
menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.

c) Kemoterapi.

Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk


menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga
digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani
dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi.
Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah
memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada
beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal
memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus,
dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon
parsial. Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan
cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada
pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi
oleh semua peneliti.

Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas


parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin
hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil,
methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.  Kombinasi paling
aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya
mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan
bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate,
cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer
Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk
membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.

Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang


diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah,
mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat
mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita
premenopause.

d) Kemoradiasi.

Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas


memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian
radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara
kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan
sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan
bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut
digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi,
penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama
2 tahun sebesar 43%     ( harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk
stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin
sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan
kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah
kejadian metastasis jauh.

1.10 Pencegahan
Resiko terjadinya kanker serviks dapat dilakukan dengan
menghindari infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan
bagian badan yang terinfeksi, tidak hanya dengan hubungan seks.
Menggunakan kondom setiap melakukan hubungan dapat mengurangi
resiko terkena infeksi HPV.Sebagai tambahan dari penggunaan
kondom, cara terbaik untuk mencegah kanker serviks yaitu :

 Menghindari hubungan sex pada umur muda.


 Memiliki partner seks tunggal
 Menghindari merokok

a) Vaksniasi HPV. 
Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan
perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya. The national
Advisory Committee on Immunization Practices
merekomendasikan vaksinasi pada wanita umur 11 dan 12 tahun,
sebagaimanapula pada wanita umur 13 hingga 26 tahun jika mereka
belum menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan
sebelum wanita aktif secara seksual. Vaksin ini diberikan selama
tiga kali. Penyuntikan kedua berselang dua bulan sejak vaksin
pertama diberikan dan vaksin ketiga disuntikkan pada bulan
keenam. Dosis vaksin 0,5 cc disuntikkan intra muscular pada lengan
atas.
b) Pemeriksaan Pap Rutin. 
Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling
efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih
dini. Panduan jadwal Pap rutin adalah sebagai berikut :
 Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah
hubungan sex pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang
mana terjadi duluan)
 Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin
setiap satu atau 2 tahun sekali.
 Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3
tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap
yang normal Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear
negative maka Pap smear sudah dapat dihentikan.

1.11 Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah
sangat menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik
pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi: fistula uretra,
disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis,
obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal. Komplikasi yang dialami
segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi dan enteritis.
Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat
yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah
supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan
kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU


DENGAN KANKER SERVIK
I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep refocusing
atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan kebutuhan klien,
berlandaskan teori yang ada, untuk menegakkan diagnosis.

Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :

A. Data Subyektif
1. Identitas

Nama :

Umur :

-Kanker serviks cenderung terjadi pada usia


pertengahan. Kebanyakan kasus ditemukan
pada wanita di bawah 50 tahun. Kasus ini
jarang terjadi pada wanita di bawah dari 20
tahun. Banyak wanita yang lebih tua tidak
menyadari bahwa risiko terjadinya kanker
serviks masih ada dengan bertambahnya usia
mereka. Lebih dari 20% kasus kanker serviks
ditemukan pada wanita di atas 65 tahun.
Namun kanker ini jarang terjadi pada wanita
yang melakukan tes skrining rutin untuk
kanker serviks sebelum mereka berusia 65
tahun (American Cancer Society, 2013).

Jenis kelamin :

-Kanker serviks atau dikenal juga dengan nama


kanker mulut rahim adalah salah satu kanker
yang paling mengerikan dan termasuk yang
paling banyak diidap oleh wanita di seluruh
dunia. Kanker ini memang secara spesifik
menyerang wanita karena hanya wanitalah
yang memiliki rahim.

Agama :

Suku/bangsa :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :
2. Alasan MRS dan Keluhan Utama
a. Alasan MRS
Alasan MRS adalah ingin memeriksakan keadaannya , karena memiliki
berbagai keluhan.
b. Keluhan Utama
- Gejala pada kanker serviks stadium awal umumnya tidak
terlihat. Namun gejala baru muncul ketika sel-sel kanker serviks sudah
menginvasi jaringan sekitarnya, yaitu berupa :Keputihan abnormal,
beraroma tidak enak dan tidak sembuh sembuh ,Terjadi pendarahan
apabila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya ,Pendarahan abnormal di
luar siklus menstruasi dan setelah berhubungan seks ,Siklus
menstruasi tidak teratur,Nyeri selama berhubungan seks ,Rasa nyeri
saat berkemih ,Nyeri sekitar panggul ,Pendarahan pada masa pra atau
paska menopause ,Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan
terjadi pembengkakan pada anggota tubuh seperti betis, paha,
tangan dan sebagainya.

3. Riwayat Kesehatan Klien


- Apakah klien mengeluh nyeri , pendarahan yang berlebihan dan
apakah mengeluarkan cairan putih dari vagina ( keputihan )
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Adakah anggota keluarga yang sbelumnya mengalami kanker
5. Riwayat Menstruasi
6. Riwayat Kontrasepsi
7. Pola Kesehatan Fungsional

Kebutuhan Dasar Keterangan


Pola Nutrisi
Pola Eliminasi

Pola Istirahat

Pola Personal Hygiene


Pola Aktivitas

8. Riwayat Psikososiokultural Spritual

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor / koma /
delirium
Tanda Vital : Tekanan darah :
Nadi :
Pernapasan :
Suhu :
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kepala :
Wajah : Pucat atau tidak
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Payudara :

Abdomen : distensia abdomen


Vagina : Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua,
berbau dan kental.
Servik : Apakah ada nodul atau tidak

Anus :
Ekstremitas :

Palpasi :
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Payudara :

Aksila :

Abdomen :
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas :
Auskultasi :
Perkusi :
3. Pemeriksaan Penunjang:

- a. Laboratorium

HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat

b. Patologi Anatomi

Untuk memeriksa keganasan

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pap smear, kalposkopi, biopsy kerucut, MRI atau CT-Scan abdomen

ataupun pelvis. (Doengoes, 2000)

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan


diagnosis dan masalah yang spesifik.

Diagnosis :
proses menemukan penyebab pokok dari masalah-masalah organisasi yang
dipergunakan.
Masalah :

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang dialami klien


yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.

Kebutuhan :

Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis
dan masalah.
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi /darurat
yang harus dilakukan.Rumusan ini mencakup tindakan segera
yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan.
IV. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Rasional : Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan ibu
dan memberikan rasa tenang .
- Memberitahukan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan merupakan
gejala dari kanker serviks
Rasional : Menjelaskaan seluruh hasil pemeriksaan, agar ibu
mengetahui kondisinya saat ini dan kita bisa mengambil tindakan
lebih lanjut.
- Memberi dukungan pada ibu
Rasional : dukungsn ysng kits beriksn kepeda ibu bisa memberikan
ketenagan dan kecemasan pada ibu.
- Beri ibu konseling tentang pentingnya menjaga kebersihan diri serta
pola makan
Rasional : Konseling pada pada ibu ini dilakukan untuk menambah
pengetahuan ibu , konseling ini juga dapat dilakukan oleh seorang
bidan.
- Anjurkan ibu melakukan pemeriksaan lanjut yaitu melakukan Pap
smear, kalposkopi, biopsy kerucut, MRI atau CT-Scan abdomen
ataupun pelvis. (Doengoes, 2000)

Rasional : dengan adanya pemeriksaan lanjut , ini dapat


mempermudah kita , dalam melakukan tindakan selanjutnya.
- Rujuk ibu kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Rasional : Dilakukan rujukan apabila tindakan yang harus dilakukan
di luar wewenang dan tgas seorang bidan.

VI.IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagaian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan proses penilaian tentang keberhasilan dan


keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan.Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

BAB III

TINJAUAN KASUSASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI


PADA NY. C UMUR 53 TAHUN DENGAN KANKER SERVIK DI RSUD
MAJENANGTAHUN 2016
Tanggal/Waktu Pengkajian : 30 juli 2020 pukul 08.oo WITA

Tanggal/Waktu MRS : 30 juli 2020 pukul 08.oo WITA

Tempat : BPM Semila

Nama Pengkaji : Semila Nur Anjani

S:

1. Identitas

Nama istri : Ny. M Nama Suami : Tn. M

Umur : 53 Tahun Umur : 55 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Kutai Suku/Bangsa : Kutai

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan :PNS Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl.Akasia

No. Register :-

2. Alasan MRS dan Keluhan Utama


1) Alasan MRS
Alasan MRS adalah ingin memeriksakan keadaannya , karena
memiliki berbagai keluhan.
2) Keluhan Utama
Ibu merasakan lemes, dan mengeluarkan darah dari jalan lahir seperti
menstruasi, perut bagian bawah nyerI
3. Riwayat Kesehatan Klien
Ibu tidak sedang/pernah memiliki riwayat penyakit seperti Penyakit
Jantung, Hipertensi,Hepatitis, TBC, Asma Bronchial, Ginjal, Diabetes
Melitus, Infeksi Saluran Kemih (ISK), IMS/HIV/AIDS, Epilepsi,Malaria,
Haemorroid, Psikosis/Gangguan Mental,Penyakit Autoimun, Riwayat
Alergi, Riwayat Pembedahan, dan lainnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
ibu mengtakan bahwa ada keluarga yang mengidap kanker payudara.
5. Riwayat Mesntruasi
6. Riwayat Kontrasepsi

7. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Pola Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan menu sayur, lauk, nasi.
Minum air putih 6 gelas/hari .

Pola Eliminasi Ibu BAK 3-4 x


Pola Istirahat Tidak teratur
Pola Personal Hygiene Ibu mandi 2 kali sehari
Pola Aktivitas Aktivitas ibu adalah mengurus rumah dan menjadi
seorang guru

8. Riwayat Psikososiokultural Spritual


Psikologis : Keadaan psikologi ibu stabil
Sosial : Pernikahan pertama, menikah umur 25 tahun, lama
menikah 28 tahun, status pernikahan sah dan mempunyai 4
anak.
Kultural : Tidak ada adat istiadat dalam keluarga yang dapat
memberikan dampak negatif atau merugikan bagi kesehatan
ibu
Spritual : Tidak ada ritual keagamaan dalam keluarga ibu
yang dapat memberikan dampak negatif atau merugikan
bagikesehatan ibu
O:

1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
TB : 158 cm
BB : 60 kg
Tanda Vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80×/menit
Pernapasan : 20×/menit
Suhu : 37 ,6°C
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.

Kepala : Kulit kepala bersih, rambut warna hitam, distribusi

rambut merata, tidak ada lesi ataupun benjolan.

Wajah : Simetris, pucat dan tidak oedema

Mata : Simetris, kelopak mata tidak oedema, sclera

berwarnaputih, tidak ikterik, konjungtiva tidak

pucat dan tidak ada kelainan pada mata

Telinga : Bersih dan tidak ada pengeluaran sekret


Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada polip ataupun peradangan
Mulut : Bibir pucat, mukosa bibir kering,tidak ada
caries
dentis,tidak ada stomatitis,gigi geraham lengkap dan
lidah tremor

Leher : Tidak ada hyperpigmentasi, tidak ada pembesaran

tonsil, faring,vena jugularis, kelenjar tiroid.


Terdapatpembesaran kelenjar getah bening.

Dada : Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,


suaranafas vesikuler, tidak terdengar wheezing
ataupun ronchi.

Payudara : Tidak simetris, terdapat benjolan, terlihat

bengkak berwarna kemerahan dan keras.

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada nyeri


tekan dan nyeri lepas.

Genetalia eksterna : Vulva tidak oedem, vagina tidak ada varices,

tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada fistula.

Vagina : Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua,


berbau dan kental.
Servik : Apakah ada nodul atau tidak
Anus : Tidak ada haemorroid

Ekstremitas :

Ekstremitas atas : simetris, tidak oedema, reflex bisep (+),


reflex trisep (+)
Ekstremitas bawah : simetris,tidak oedema, tidak varices,
refleks patella + (kaki)

3. Pemeriksaan Penunjang

A:

Diagnosa : Ny.M dengan kanker Servik


Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaannya.
Kebutuhan : Kebutuhan yang diperlukan untuk kanker serviks adalah
perbaikan keadaan umum dengan memberikan infus RL 20
Tpm, diberikan O2, pasang DC untuk mengetahui
keseimbangan cairan antara uotput dan input yang ada
ditubuh, diberikan injeksi Piracetam 3gr 2x1 fungsinya
menurunkan suhu tubuh dan citocilin 2x250gr 2x1 untuk
mengatasi infeksinya, injeksi Diazepam ½ amp untuk
mengatasi kejang, dukungan moril, agar pasien lebih tenang
dan tidak cemas dengan keadaanya, dan kemoterapi. Jadi pada
langkah ini tidak terdapat kesenjagan antara teori dan praktik
dilapangan.
Diagnosa potensial : Yang terjadi pada ibu gangguan reproduksi dengan kanker
serviks stadium lanjutdan anemia berat . Kanker serviks
stadium lanjut karena pertumbuhan kanker sangat cepat
apabila tidak dilakukan kemoterapi dan Anemia karena ibu
sering mengeluh perdarahaan, banyaknya perdarahan,
kurangnya asupan makanan pada ibu dan kondisi anemia
sangat berat. Jadi pada langkah tidak terdapat kesenjagan
antara teori dan praktik dilapangan.
Tindakan segera : Pada kasus ini gangguan reproduksi dengan kanker serviks
bidan berkolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan
segera yaitu dengan perbaikan keadaan umum memberikan
infus RL 20 Tpm, diberikan O2, pasang DC untuk
mengetahui keseimbangang cairan antara input dan output
yang ada ditubuh, diberikan injeksi Piracetam 3 gr 2x1
fungsinya menurunkan suhu tubuh dan citocilin 2x250gr
2x1untuk mengatasi infeksinya, injeksi Diazepam ½ amp
untuk mengatasi kejang, pemenuhan nutrisi dengan
memberikan penjelasaan makanan yang berprotein dan
karbohidrat yaitu daging, ayam, telur, hati, kacang-kacangan
dll. Dan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan rujukan
melakukan kemoterapi. Pada langkah ini tidak dapat
kesenjagan antara teori dan praktik dilapangan.

P:

Tanggal/Jam Pelaksanaan Paraf

30 juli Memberitahukan lepada ibu tentang hasil


2020 pemeriksaan TD 120/80 mmHg nadi 80x/menit
Pukul 08.45 RR 20x/menit suhu 37,6 .

08.50 Memberitahu kepada ibu bahwa hasil


pemeriksaan merupakan gejala dari kanker
servik. Seperti Keputihan abnormal, beraroma
tidak enak dan tidak sembuh sembuh ,Terjadi
pendarahan apabila sel-sel rahim telah berubah
sifat menjadi kanker dan menyerang jaringan-
jaringan di sekitarnya,Pendarahan abnormal di
luar siklus menstruasi dan setelah
berhubungan seks,Siklus menstruasi tidak
teratur ,Rasa nyeri saat berkemih ,Nyeri sekitar
panggul , terjadi pembengkakan pada
anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dan
sebagainya.

09.00 Memberikan dukungan kepada ibu dengan cara:


a. Menyakinkan kepada ibu bahwa
penyakit yang dideritanya dapat
disembuhkan dengan pemeriksaan yang
rutun.
b. Berikan ibu perhatian yang lebih agar
ibu merasa nyaman dan tenang serta
dengarkan setiap keluh kesah ibu agar
ibu tidak merasa sendiri ,berikan ibu
pengetahuan agar tidak terjadi kepanikan
yang ibu rasaka.

09.10 Memberikan konseling tentang pentingnya


menjaga pola personal hyegen , pola makan ,
serta pola istirahat.
09.20 Menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan
lanjut yaitu Pap smear, kalposkopi, biopsy
kerucut, MRI atau CT-Scan abdomen
ataupun pelvis. (Doengoes, 2000)

09.30 Merujuk ibu kerumah sakit untuk dilakukan


pemeriksaan lebih lanjut dan ibu bersedia untuk
di rujuk ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Rahayu , Dhesi Ari Astuti , Asri Hidayat .2009. Pengaruh pemberian
konseling dan leaflet tentang kanker servik dengan sikap melakukan
pemeriksaan PAPsmaer pada ibu usia 35-45 tahun dipuskesmas banguntapan
II bantul yogyakarta tahun 2009 . Di akses pada tanggal 30 juli 2020. Pukul
10.15. melalui http://digilib.unisayogya.ac.id/3391/
2. Nurul Abidah , Siti Nurunniyah , Retna Purwanti .2016 . Asuhan Kebidaan
gangguan reproduksi pada ny . M umur 53 tahun P4A0AH4 Dengan Kanker
Servik di RSUD Majenang tahun 2016.di akses pada tanggal 30 juli 2020 .
pukul 10.15 .
3. Hartono, Poedjo (2000). Kanker Serviks & Masalah Skrinning di
Indonesia. Kursus pada Pra Kongres KOGI I & Pasar Mimbar. Volume 5
No.2. di akses pada tanggal 30 juli 2020 . pukul 10.30 .

4. Mansyur, A., (2005). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius.


di akses pada tanggal 30 juli 2020 . pukul 10.130.
5. Neville, Hacker (2001). Esensial Obstetri & Ginekologi Edisi 2.Jakarta:
Hipokrates. di akses pada tanggal 30 juli 2020 . pukul 10.35.
6. Rasjidi, Imam (2007). Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi.
Jakarta:EGC . di akses pada tanggal 30 juli 2020 . pukul 10.45.

Anda mungkin juga menyukai