DI RS A.M PARIKESIT
Disusun Oleh :
Husnul Khatimah
NIM. P07224219021
Husnul Khatimah
NIM. P07224219021
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih lebih besar
dibandingkan dengan negara di asia lainnya. Berdasarkandata hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2017, angka
kematian neonatal di Indonesia adalah 15 per 1.000 kelahiran hidup.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap 1.000 kelahiran terdapat 15
kematian neonatal, yaitu bayi yang berusia 0 hingga 28 hari (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2020).
Berdasarkan target program Sustainable Development Goals
(SDGs) tahun 2015-2030, yaitu mengakhiri kematian bayi dan balita
yang dapat dicegah dengan menurunkan angka kematian neonatalhingga
12 per 1.000 kelahiran hidup, maka angka kematian neonatal di
Indonesia tidak mencapai target tersebut (Badan Pusat Statistik, 2016).
Hipoglikemi neonatorum merupakan salah satu penyakit
yang sering terjadi dan perlu mendapat perhatian khusus karna dapat
merusak jaringan otak dan mengganggu perkembangan saraf dengan
81% kejadian terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan (Bhand et al.,
2014;Harris et al.,2012). Berdasarkan American Academy of Pediatrics
(AAP), hipoglikemi neonatorum adalah suatu kondisi dimana kadar
gula darah bayi baru lahir yaitu<47 mg/dL (2,61 mmol/L) pada 48 jam
pertama kehidupan dan salah satu faktor resikonya adalah jenis persalinan
(Thompson-Branch & Havranek, 2017). Hal yang serupa juga dikatakan
oleh Ogunyemi dan Daria Turner bahwa salah satu factor resiko
terjadinya hipoglikemi neonatorum adalah sectio casarea (Ogunyemi et
al., 2017; Turner et al., 2019).
Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau
kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea,
sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minumASI,
menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis
atau aktivitas kejang neonatus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan neonatus dengan
hipoglikemia dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori neonatus dengan hipoglikemia
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan neonatus
dengan hipoglikemia berdasarkan 7 langkah Varney.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan neonatus dengan hipoglikemia
dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan asuhan
kebidanan neonatus dengan hipoglikemia dalam bentuk catatan
SOAP.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus dengan
Hipoglikemia
I. PENGKAJIAN
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur : 1 – 2 jam
Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus
umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena
bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu,
sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan
kadar glukosa darah yang menurun. (Sarwono,
2012 & Cunningham, F. Gary, dkk, 2010)
: 6 – 12 Jam
Hipoglikemia simtomatik pada neonates cenderung
terjadi selama 6-12 jam kehidupan (Sarwono, 2012
& Cunningham, F. Gary, dkk, 2010)
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
b. Pada Bayi/Anak:
Gejala-gejala dapat berupa : sakit kepala, nausea, cemas, lapar,
gerakan motoric tidak terkoordinasi, pucat, penglihatan berkunang-
kunang, ketidakpedulian, cengeng, ataksia, strabismus, kejang,
malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan tingkah laku
(Sarwono, 2012).
c) Riwayat Postnatal
(1) BB bayi Lahir : BBLR
Gutberlet dan Cornblath melaporkan frekuensi
hipoglikemia 4,4 per 1000 BBLR (Cunningham, F.
Gary, dkk, 2010)
(2) Makrosomia
(3) Gemelli
(4) Cacat bawaan
(5) Kelaianan kromosom
(6) Infeksi misal: rubella,sifilis,toksoplasmosis
Pola Keterangan
Pola Nutrisi Kesulitan untuk minum ASI, muntah
Terjadi penurunan refleks hisap pada bayi
sehingga bayi kesulitan untuk minum ASI
(Djoko Wahono, 2006 & Cunningham, F. Gary,
dkk, 2010)
Pola Eliminasi
Pola Istirahat Insomnia
Karena bayi akan sering menangis (Djoko
Wahono S, 2006 & Cunningham, F. Gary, dkk,
2010)
Pola Personal Hygiene
Pola Aktivitas Menurun
Anak dengan hipoglikemia akan lemas dan
kesadarannya menurun. Hal ini akan
mempengaruhi aktifitas bayi yang biassanya
aktif menjadi tidak aktif (Djoko Wahono S,
2006 & Cunningham, F. Gary, dkk, 2010)
A. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Apatis, Coma
Tanda Vital : (Cunningham, F. Gary, dkk, 2010)
Nadi : Takikardia
Pernapasan : Tidak teratur / Apnea
Suhu : Hipotermia (< 36,5 0C)
Antropometri : PB :
BB : < 2500 gr atau > 4200 gr
BBLR maupun makrosomia dapat
menyebabkan hipoglikemia
(Sarwono, 2012)
LILA : < 11 cm
Menandakan bayi
mengalami malnutrisi.
Komplikasi malnutrisi
ialah hipoglikemia
(Djoko Wahono S,
2006)
Palpasi
Kepala : Teraba datar kadang cekung
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Abdomen : turgor kulit kembali > 2 detik
Genetalia eksterna :
Anus :
Ekstremitas : Teraba dingin
Teraba dingin karena bayi
mengalami hipotermia (Cunningham, F.
Gary, dkk, 2010)
Auskultasi
Dada
Jantung :
Paru :
Abdomen :
Perkusi :
Dada :
Abdomen :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks :
a. Refleks Morro :
b. Refleks Rooting :
c. Refleks Sucking : Berkurang, kadang Negatif (-)
Pada bayi normal : Positif, dapat
menghisap putting susu
d. Refleks Swallowing :
e. Refleks Babinsky :
f. Refleks Graft :
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium :
1) Kadar glukosa serum
Diperiksa dengan dextrostix pada saat persalinan dan pada usia
½, 1, 2, 4, 8, 12, 24, 36, dan 48 jam. Pengukuran <45 mg/dL
dengan dextrostix harus diverifikasi oleh pengukuran serum
glukosa.
Masalah :
Diagnosa Potensial : Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru
lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksia otak. (Sarwono, 2012)
Masalah Potensial :
Kebutuhan Segera :
V. INTERVENSI
1. Bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.
RASIONAL : Terbina hubungan yang baik dan menciptakan
kepercayaan keluarga klien terhadap tenaga
kesehatan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
RASIONAL : Mencegah terjadi infeksi.
3. Jelaskan tentang manfaat perawatan, penatalakanaan medis, dan
komplikasi hipoglikemi kepada keluarga pasien.
RASIONAL : Informasi mengenai semua tindakan yang
dilakukan, komplikasi yang mungkin terjadi dan
tujuan dari suatu tindakan tertentu merupakan hak
pasien dan keluarga.
4. Observasi TTV tiap 1-2 jam.
RASIONAL : TTV sebagai paramereter untuk mengetahui
keadaan pasien apakah dalam keadaan baik atau
tidak.
5. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien
RASIONAL : Penjelasan mengenai keadaan dan hasil
pemeriksaan merupakan salah satu hak klien.
6. Pemberian ASI sedini dan sesering mungkin. Anjurkan ibu untuk
menyusui 2 - 3 jam atau selama bayi menginginkannya
RASIONAL : ASI mengandung glukosa yang dibutuhkan oleh
tubuh bayi sehingga hal ini akan membantu
pemenuhan glukosa pada tubuh bayi
7. Berikan dukungan kepada ibu agar terus menyusui bayinya
RASIONAL : Para orang tua akan merasa kurang percaya diri
untuk memberikan ASI nya karena melihat kondisi
bayinya yang tidak sesuai dengan apa yang mereka
harapkan
8. Jaga kehangatan bayi
RASIONAL : Bayi yang hipotermi banyak menggunakan glukosa
didalam tubuhnya sehingga menyebabkan
hipoglikemia
9. Cek intake dan output
RASIONAL : Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg
BB/24 jam
10. Kaji intoleransi minum bayi
RASIONAL : Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
11. Memantau kadar glukosa darah
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis :
a. Pada saat lahir
b. 30 menit setelah lahir
c. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian
minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai
RASIONAL : Pemeriksaan kadar glukosa berguna untuk
memantau perkembangan bayi mengenai kondisinya
setelah dilakukan terapi
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan efektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.