Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,BALITA DAN

ANAK PRA SEKOLAH

MEMBERI ASUHAN PADA NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN


DAN PENATALAKSANAANNYA

Dosen Pengampu :
Dra. Nenny Heryani,M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok 8 :

Dilla yusiana (PO71240200024)


Tri Lestari (PO71240200019)
Zaitun Khoiriah (PO71240200028)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI DIII JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini,Melalui
makalah ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian untuk makalah ini, yaitu kepada teman-teman satu
kelompok, dan terutama dengan Dosen pembimbing dan pengarahannya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari apabila dalam makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini di masa yang akan datang semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................... ......... 1
C. TUJUAN ............................................................................. ................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian neonatus, bayi, dan balita.......................................... ......................3

B. Pengertian cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus..........................4

C. Jenis-jenis cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus..........................5

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN.................................................................................... .................11
B. SARAN..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. ......................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap

pasangan. Setiap manusia/pasangan tentunya ingin mempunyai anak yang

sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam kenyatanya masih

banyak kira jumpai bayi dilahirkan dengan keadaan cacat bawaan/kelainan

kongenital.

Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama

kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan- akan

merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.

Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak

konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin

dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.

Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya

meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama kehidupannya.

Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran, lahir mati,

dan kematian neonatal. Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih

sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan.

Maka pada makalah ini akan dibahas tentang neonatus dengan kelainan

bawaan yang meliputi Atresia Esophagus, Hernia Diafragmatika, Atresia Duodeni

Esophagus,meningokel,encesalokel.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan


1
masalah sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan neonatus, bayi, dan balita?

2. Apa saja macam-macam cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus?

3. Bagaimana cara penatalaksanaan cacat bawaan/ kelainan congenital pada

neonatus?

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan

tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Pengertian neonatus, bayi, dan balita

2. Macam-macam cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus

3. Penatalaksanaan cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian neonatus, bayi, dan balita

 Neonatus

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan

usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam

rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada

semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula

miniatur anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam

rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba

mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama.

Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi

adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar.Maka dari itu sangatlah

diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan

anestesi terhadap neonatus.

 Bayi

Bayi adalah anak berusia kurang dari 1 tahun tetapi lebih dari 7 hari. Pada

masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan sangat cepat. Pada

umur 5 bulan, berat badan bayi sudah 2 kali lipat berat badan lahir.

 Balita

Balita merupakan anak usia 1-5 tahun. Frankenburg dkk (1981) melalui

DDST (Denver Depelopmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter

perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu ;

1. Personal Sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial)

3
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

3. Language (bahasa)

4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar)

B. Pengertian cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus

Kelainan bawaan ( kelainan kongenital ) adalah suatu kelainan pada

struktur, fungsi maupun metabolism tubuh yang ditemukan pada bayi ketika

dilahirkan. Sekitar 3 – 4 % bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat.

Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5

% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi bersifat ringan.

Beberapa factor yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko kelainan bawaan

,antara lain :

1. Teratogenik

Teratogenik adalah factor atau bahan yanga bisa menyebabkan atau

meningkatkan resiko kelainan bawaan. Contoh: Radiasi, obat tertentu dan

racun.

2. Factor Gizi

Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.

Kekurangan asam folat bias meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau

kelainan saraf lainnya. Spina bifida bias terjadi sebelum seorang wanita

menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya

mengonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram / hari.

3. Faktor Rahim

Di dalam Rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang merupakan

pelindung.Jumlah cairan ketuban yang abnormal bias menyebabkan adanya

4
kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bias menpengaruhi

pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh .Penimbunan cairan ketuban

terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh

kelainan otak yang berat misalnya anensefalus dan atresia esophagus.

4. Faktor Genetik

Genetik memegang peranan penting dalam beberapa kelainan bawaan.

Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan

melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah

pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosomsetiap sel di dalam

tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bias terjadi kelainan bawaan

C. Jenis-jenis cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus

1. ATRESIA ESOPHAGUS

 Pengertian
Atresia esophagus adalah gangguan kontinuitas esophagus dengan /
tanpa hubungan dengan trachea atau esophagus yang tidak terbentuk sempurna

Atresia esophagus adalah kelainan bawaan dimana ujung saluran


esophagus buntu 60 % biasanya disertai hidramnion.
 Etiologi
1. Kasus polihidramnion
2. Bayi kurang bulan
 Tanda dan Gejala
1. Gejala atresia esophagus dapat dideteksi sejak masa prenatal pada UK 18
minggu serta kejadian polihidramnion.
2. Liur yang menetes terus menerus dari mulut bayi.
3. Hipersaliva dan saliva dalam bentuk buih
4. Setiap pemberian makan bayi batuk dan ada sumbatan
5. Sesak nafas dan sianosis

5
6. Muntah
 Komplikasi
1. Kesulitan bernafas dan tersedak
2. Batuk kronis
3. Infeksi saluran nafas
4. Disfagia
5. Gastroesofagus refluks
 Penatalaksanaan
1. Berikan penanganan seperti bayi normal, seperti pencegahan hipotermi,
2. Nutrisi yang adekuat

3. Merangsang bayi untuk menangis


4. Pertahankan posisi bayi dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk
5. Meminimalkanterjadinya aspirasi
6. Pada anak segera dipasang kateter kedalam oesophagus dan bila mungkin
7. dilakukan penghisapan terus menerus.
8. Pertahankan keaktifan fungsi respirasi
9. Merujuk bayi untuk penanganan lebih lanjut:
a. Pembedahan berupa toratokomi kanan yang bertujuan untuk
memisahkan fistula trakheaesofagus, menutup trachea dan
menyatukan dua segmen esophagus. Pembedahan ditunda, apabila
bayi dengan BBLR, pneumonia dan anomali mayor
b. Asuhan yang diberikan selama penundaan tindakan pembedahan antara
lain : pemberian nutrisi parenteral, gastronomi, serta melakukan
suction . Penundaan dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan – 1
tahun.

 Kelainan-kelainan dalam atresia esophagus


1. Kalasia
Adalah kelainan yang terjadi dibagian bawah esophagus (pada
persambungan dengan lambung) yang tidak dapat menutup rapat sehingga
bayi sering regurgitasi bila di baringkan.
a. Penatalaksanaan :
Bayi harus dalam posisi duduk pada waktu di beri minum, dan

6
jangan di baringkan segera setelah minum. Biarkan dalam sikap duduk
lama, kemudian dibaringkan miring ke kanan dengan kepala lebih
tinggi.
2. Akalasia
Adalah kebalikan dari kalasia pada akalasia bagian distal esophagus
tidak dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti
stenosis atau atresia.Di sebut pula sebagai spasme kardio-esophagus.
a. Penyebab akalasia adalah adanya kartilago traken yang tumbuh
ektopik pada esophagus bagian bawah. Pada pemeriksaan mikroskopis
di temukan jaringan tulang rawan dalam lapisan otot esophagus.
b. Pentalaksanaan :

Tindakan bedah, sebelum di operasi pemberian minum harus dengan


sendok sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi duduk.

2.Hernia Diafragmatika

 Definisi
Termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya sebagian
diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk ke dalam rongga torak.
 Gambaran Klinis
Adanya penutupan yang tidak sempurna pada sinus pleuroperitonel yang terletak
pada bagian postero-lateral diafragma.
 Tanda Gejala
Adapun tanda gejala dari hernia diafragmatika adalah:
 Kulit berwarna pucat bahkan biru
 Sesak nafas
 Retraksi sela iga dan substernal
 Perut kecil dan cekung
 Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
 Bunyi jantung terdengar pada paru karena terdesak isi perut
 Terdengar bising usus didaerah dada
 Muntah
7
 Penatalaksanaan
 Berikan O2 bila bayi tampak pucat atau biru

 Posisikan bayi semi fowler sebelum atau sesudah operasi agar tekanan
dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar difragma dapat bergerak
bebas
 Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka
tegakkanlah bayi agar tidak terjadi aspirasi
 Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke
tempat pelayanan yang lebih baik

3. Atresia Duodeni

Adalah buntunya saluran pada duodenum yang biasanya terjadi pada ampula
vateri
Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum

diketahui, tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum :

a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan ke-5 ).

b. Gangguan pembuluh darah.

c. Banyak terjadi pada bayi prematur.

d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.

e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum

mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.

 Gambaran klinis

Bayi yang mengalami atresia duodeni sering mengalami muntah proyektil


yang bewarna hijau segera setelah lahir, berat badan menurun atau sukar
bertambah, dan perut kembung didaerah epigastrium pada 24 jam atau
sesudahnya, bayi mengalami jaundice terlihat 40 % pasien, dan diperkirakan
karena peningkatan resirkulasi enterohepatik dari bilirubin. Sementara itu,
pada foto polos dalam posisi tegak akan diperoleh hasil adanya gambaran

8
pelebaran lambung dan bagian proksimal duodenum, tanpa adanya udara
dibagian lain usus (double bubble appearance)
 Penatalaksanaan

 Perbaiki keadaan umum dengan mengatasi deficit cairan tubuh yang


ditimbulkan oleh muntah- muntah sebelum operasi.
 Berikan informed consent dan informed choice sebelum dilakukan
rujukan atau tindakan pembedahan.
 Prognosis
Sebanyak 90 % penderita atresia duodeni yang dioperasi dapat menjalani
hidup dengan baik. Mortalitas banyak tergantung pada kelainan lain yang
menyertai

4. Meningokel dan Ensefalokel

· Definisi

 Meningokel

Meningokel adalah salah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida.
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh
dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Kelainan bawaan
isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang.

 Ensefalokel

Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya
penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung
melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensefalokel disebabkan oleh kegagalan
penutupan tabung saraf selama perkembangan janin.
 Epidemiologi
Angka kejadian 3/1000 kelahiran
 Etiologi
Infeksi, faktor usia ibu yang terlalu muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik,
serta pola makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kekurangan asam
folat kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. Kegagalan
penutupan tabung saraf ini disebabkan oleh gangguan pembentukan tulang
cranium saat dalam uterus seperti kurangnya asupan asam folat selama kehamilan.

9
 Gambaran Klinis

Meningokel
 Terjadi didaerah servikal/torakal sebelah atas
 Kantong hanya berisi selaput otak, korda tetap pada korda spinalis (dalam
durameter tidak terdapat saraf)

Ensefalokel
 Terjadi pada bagian oksipital
 Terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak.
 Berkaitan dengan kelainan mental yang berat
 Pencegahan
Risiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita
tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang
berencana untuk hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4
mg/hari.
 Penatalaksanaan
 Sebelum operasi masukkan bayi ke inkubator tanpa baju
 Telungkup atau tidur jika kantong besar untuk mencegah infeksi
 Meminta informed chice dan informed consent keluarga untuk rujukan bayi
 Merujuk bayi ke RS untuk di operasi
 Pasca operasi perhatikan luka agar: tidak basah, ditarik atau digaruk bayi,
perhatikan mungkin terjadi hidrosefalus, ukur lingkar kepala, pemberian
antibiotik (kolaborasi)

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang


dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada
neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor
obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor
lainnya.

3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu encephalocele,


hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani,
hirschprung, spina bifida, kelainan jantung kongenital, omfalokel.

4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan


tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan
dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah
penanganan dan prognosisnya
.
5. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko
terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok ,
obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi,
melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya

B. Saran

Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:

1. Dalam mempelajari asuhan neonates, seorang calon bidan diharapkan mengetahui


kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus sehingga
mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan sesuai dengan kewenangan
profesi.

2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan
makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
dan Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric .Jakarta: EGC.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto .

12

Anda mungkin juga menyukai