Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Kegawatdaruratan Khusus

Oleh:
Nama : Lutfiah Maulidia
NIM : P17221181010

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Khusus pada Pasien

dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Periode 28 Maret s/d 02 April 2022. Tahun

Ajaran 2021/2022

Ini telah diperiksa dan disetujui pada :


Hari :……………………………
Tanggal :……………………………

Mengetahui,

Pembimbingng Lahan Pembimbing Institusi

(…………………..…..) (…………………..…..)

Kepala Ruangan

(…………………..…..)
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

1.1 Pengertian
WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir
dengan berat ≤ 2500 gr (Indri Hartiningrum, 2018). Menurut (Ayu Rosida Setiati, 2017)
bayi dengan berat lahir yang rendah yaitu kurang dari 2500 gram, dan bayi dengan berat
badan yang berlebihan yaitu lebih dari 3.800 gram mempunyai risiko yang lebih besar
untuk mengalami masalah kesehatan.
1.2 Patofisiologi BBLR
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk dapat
beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat badan lahir rendah
ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan
disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu,
komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke
bayi berkurang. Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu
faktor genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum
alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi prematur
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola
pada masa neonatal. Berkaitan dengan hal itu, maka menghadapi bayi prematur harus
memperhatikan masalah masalah sebagai berikut :
1. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36°-37° C. Setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh turun
dibawah 36,5° C (Pantiawati, 2010).
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang
sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas (Maryunani, Puspita 2013).
2. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya
hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses berlanjut
maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis
metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya atau
terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia setelah mengalami
asfiksia selama 5 menit menyebabkan penyumbatan pembuluh darah kecil
dimana akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan menetap (Maryunani, Puspita
2014).
3. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin.Kecepatan
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL
selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL
(Pantiawati, 2010).
4. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahirrendah
terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada bayi
sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif melalui
plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah
mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra
uterin yang buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh karena itu
bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi lebih banyak
dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2014).
5. Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat
rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma
lahir, disseminated intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik.
Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang
sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan
(Pantiawati, 2010).
6. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah mudah
menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi
mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput membran bayi
dengan berat badan lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup
bulan (Pantiawati, 2010).
7. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hiperbilirubinemia
merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah ditandai
dengan jaundis dan ikterus. Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat peningkatan
bilirubin tidak terkonjugasi dan terkonjugasi.
1.3 Pathway

1.4 Etiologi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berat bayi lahir rendah (BBLR)
banyak disebabkan oleh kelahiran prematur. Sementara itu ada faktor lain, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang disebabkan dari faktor ibu seperti malaria, anemia
sel berat, hipertensi, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih
dan ginjal) dan menderita penyakit seperti, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
b. Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi yang tejadi dari faktor kehamilan ibu seperti
eklamsia, perdarahan antepartum, kelahiran preterm, pre-eklamsia
sedang dan pre-eklamsia berat.
c. Usia Ibu dan paritas
Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 20 Tahun atau >
40 tahun mengalami kejadian BBLR tertinggi.
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga dapat mempengaruhi kejadian BBLR
seperti ibu pecandu alkohol, ibu perokok, dan pengguna narkotika.
e. Abortus spontan sebelumnya
f. Kehamilan ganda (multi gravida)
g. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
h. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
i. Ibu perokok
j. Ibu peminum alkohol, pecandu narkotik, dan pengguna obat
antimetabolik
2. Faktor Janin
a. Kelainan kromosom (genetik) hidramion
3. Kehamilan kembar/ganda (gemeli)
4. Infeksi janin kronik
5. Disautonomia familial
6. Radiasi
7. Aplasia pankreas
3. Faktor Plasenta
a. Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
b. Luas permukaan berkurang
c. Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
d. Infark
e. Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
f. Plasenta yang lepas
g. Sindrom plasenta yang lepas
4. Faktor Lingkungan
Tempat tinggal yang berada di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi
dan paparan zat-zat racun
1.5 Manifestasi Klinis
1. Prematuritas Murni
a. Berat badan yang tidak mencapai 2500 gram, lingkar kepala kurang dari 33
cm, panjang badan kurang 45 cm, dan lingkar dada tidak cukup dari 30 cm.
b. Masa gestrasi tidak cukup 37 minggu
c. Kulit transparan dan tipis, tampak mengkilat dan licin
d. Badan lebih kecil dari kepala
e. Pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan terdapat lanugo yang banyak
f. Kurangnya lemak subkutan
g. Melebarnya ubun-ubun dan sutura
h. Rambut tipis dan halus
i. Tulang rawan dan daun telinga immature
j. Banyaknya terlihat pembuluh darah di kulit, dan peristaltik usus
k. Genetalia belum sempurna, belum tertutupnya labia minora oleh labia
mayora (perempuan)
l. Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
m. Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering
mengalami apnue
n. Reflek tonick neck lemah
o. Belum sempurnanya reflek menghisap dan menelan
2. Dismastur
a. Kulit terlihat pucat atau bernoda mekonium, kering keriput, tipis
b. Verniks caseaosa tipis
c. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
d. Banyak tampak agresif, kuat dan aktif
e. Tali pusat memiliki warna kuning kehijauan.
1.6 Klasifikasi BBLR
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai berikut:
1. Berdasarkan masa kehamilan/Gestational age yaitu:
a. Preterm/bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan <37 minggu (≤259 hari)
b. Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-259 hari)
c. Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34 minggu
d. Term/bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan 37-41 minggu (260-294 hari)
e. Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau lebih
(≥295 hari).
2. Berdasarkan berat lahir/Birthweight
a. Berat lahir amat sangat rendah/Extremely low birthweight (ELBW), yaitu
bayi dengan berat lahir <1000 gram
b. Berat lahir sangat rendah/Very Low birthweigt (VLBW), yaitu bayi dengan
berat lahir <1500 gram
c. Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan berat lahir
<2500 gram
3. Berdasarkan berat lahir dan masa kehamilan
a. Sesuai masa kehamilan/Appropriate for gestational age (AGA) adalah berat
lahir antara 10 persentil dan 90 persentil untuk usia kehamilan.
b. Kecil masa kehamilan/Small for gestational age (SGA)/IUGR adalah berat
lahir 2 standar deviasi dibawah berat badan rata-rata untuk masa kehamilan
atau dibawah 10 persentil untuk masa kehamilan.
c. Besar masa kehamilan/Large for Gestational Age (LGA), LGA di defenisikan
sebagai berat lahir 2 standar deviasi diatas rata-rata berat untuk masa
kehamilan atau di atas 90 persentil untuk masa kehamilan. LGA dapat di lihat
pada bayi yang ibunyamengalami diabetes, bayi dengan sindrom Beckwith-
Wiedeman dan sindrom lainya, bayi lebih bulan (usia kehamilan > 42 minggu).
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir dengan
usia gestasi yang belum cukup bulan. Terdapatnya retikulogranular pada
parenkim dan bronkogram udara pada gambaran foto thoraks pada bayi
dengan penyakit membran hyalin yang disebabkan oleh kekurangan
surfaktan. Gambaran white lung hanya tampak pada kondisi berat.
b. Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu akan dimulai untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak
garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka.
2. Laboratorium
a. Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah
sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3,
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
d. Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan,
8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Eloktrolit harus dipantau ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
f. Pemeriksaan AGD
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Penanganan bayi
Perawatan akan semaki besar diperlukan jika semakin kecilnya bayi, hal ini
akan menyebabkan lebih besarnya serangan sianosis. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator.
2. Mempertahankan suhu tubuh
Suhu tubuh sangatlah sulit dipertahankan oleh bayi dengan berat lahir
rendah. Jika suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C maka bayi akan
berkembang secara memuaskan. Suhu normal bayi harus dipertahankan dengan
usaha metabolic yang minimal dan bayi berat rendah juga harus diasuh dalam
suatu suhu lingkungan. Pengendalian lingkungan secara seksama juga
diperlukan jika bayi berat rendah dirawat dalam suatu tempat tidur yang terbuka.
Untuk bayi yang berat sekitar 2000 gram maka suhu perawatan diatas 25 0 C,
dan dengan berat kurang dari 2000 gram maka suhu sampai 300C.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Incubator
terlebih dahulu dihangatkan Sebelum bayi dimasukkan, sampai sekitar 29,4 0 C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Untuk
pernafasan yang adekuat pada bayi maka bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini agar bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Masalah serius bagi bayi preterm yaitu BBLR,Ekspansi paru yang buruk
terjadi akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi o2 yang tinggi
dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Konsentrasi O2 dapat diberikan
sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box.
5. Pencegahan infeksi
System imunologi yang kurang berkembang dapat ditemui pada bayi lahir
dengan berat rendah, ia tidak mempunyai ketahanan terhadap infeksi. Untuk
perawatan maka perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi hal tersebut dapat mengurangi terjadinya infeksi.
6. Pemberian makanan
Untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin
maka dianjurkan memberikan makanan secara dini . pilihan pertama harus
diberikan ASI yang dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Kalori lebih banyak diperlukan oleh
bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan bayi preterm.
1.8.2 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi oksigen, resusitasi yang adekuat, dan pengaturan suhu
2. PDA harus diawasi
3. Pemberian nutrisi yang cukup, keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat dan pengelolaan
hiperbilirubinemia.
1.9 Konsep Asuhan Keperawatan
1.9.1 Pengkajian
1. Biodata yang mencakup identitas pasien dan penanggung jawab pasien .
2. Keluhan utama, bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan
biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat
kelahiran, berat biasanya <2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan badan, 3
cm lebih besar dibandingkan lebar dada, kelainan fisik mungkin terlihat,
nilai APGAR pada 1-5 menit, 0-3 menunjukkan kegawatan yang parah,
4-6 kegawatan yang sedang, dan 7-10 normal
a. Riwayat penyakit dahulu
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya
mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan
BBLR.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Riwayat prenatal, pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan
ANC < 4 kali berisiko bayi lahir dengan BBLR.
2) Riwayat natal, umur kehamilan biasanya 24-37 minggu, berat
biasanya kurang dari 2500 gram, nilai APGAR pada 1 sampai 5
menit, 0-3 menunnjukkan kegawatan yang parah, 4-6 kegawatan
yang sedang, dan 7- 10 normal.
3) Riwayat post natal, pada bayi BBLR, biasanya bayi
pergerakannya lemah dan kurang, tangisan lemah, pernafasan
belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflek tonus
leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk
belum sempurna, dan tali pusat berwarna kuning kehijauan.
1.9.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, dan
bayi BBLR mudah mengalami hipotermia.
2. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala dan Leher
Inspeksi : Lingkar kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar daripada
badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur, batang hidung cekung,
hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, serta pelebaran
tampilan mata
Palpasi : Ubun-ubun dan sutura lebar .Adanya penonjolan tulang karena
ketidakadekuatan pertumbuhan tulang, dan dahi menonjol Lingkar kepala
kurang dari 33 cm. Dada
b. Paru-paru
Inspeksi : Jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi
dengan periode apnea, pernafasan tidak teratu, dengan flaring nasal melebar,
adanya retraksi (intercostal, suprasternal, substernal).
Palpasi : Lingkar dada kurang dari 30 cm
Auskultasi : Terdengar suara gemerisik dan dengkuran.
c. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak.
Palpasi : Tulang rusuk lunak, ictus cordis teraba di ICS 4-5.
Auskultasi : Denyut jantung rata-rata 120-160 per menit padabagian apikal
dengan ritme teratur pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal
d. Abdomen
Inspeksi : Penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning kehijauan.
Auskultasi : Peristaltik usus dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
e. Genetalia
Inspeksi : Pada bayi perempuan ditemukan klitoris yang menonjol dengan
labia mayora yang belum berkembang, sedangkan pada bayi laki-laki
skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, dan testis
tidak turun ke dalam skrotum.
f. Anus
Inspeksi : Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam,
terdapat anus.
g. Ektremitas
Inspeksi : Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah
dan atas serta keterbatasan gerak, penurunan masaa otot, khususunya pada
pipi, bokong dan paha.
Palpasi : Tulang tengkorak lunak
h. Kulit (intergumen)
Inspeksi : Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan,
sedikit venik kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap, kuku pendek belum melewati ujung jari.
3. Pemeriksaan neurologis
a. Refleks rooting dan menghisap, respon bayi dalam menolehkan kepala ke
arah stimulus lemah, membuka mulut membuka mulut, dan mulai menhisap
lemah.
b. Menelan, terjadi muntah, batuk atau regurgitasi cairan.
c. Ekstrusi, lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yang berulang-
ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang.
d. Moro, respon asimetris pada pemeriksaan reflek moro, fleksi ekstremitas
bawah dan atas serta keterbatasan gerak.
e. Tonik leher atau fencing (Reflex tonus leher lemah).
f. Glabellar “blink”, terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan
kemungkianan gangguan neurologis.
g. Palmar grasp, pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda
dan menggegamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi, namun pada
bayi dengan BBLR respon ini berkurang.
h. Plantar grasp, pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda
dan menggegamnya seketika bila jari diletakkan ditelapak kaki bayi, namun
pada bayi BBLR respon ini berkurang.
i. Tanda babinski, jari-jari kaki akan hiperektensi dan terpisah seperti kipas
dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit ke atas
melintasi bantalan kaki pada respon normal bayi, namun pada defisit SSP
tidak ada respon yang terjadi pada pemeriksaan tanda babinski.
1.9.3 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
2. Hipotermi berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis tidak adekuat
1.9.4 Intervensi Keperawatan
Hari/ No Tujuan/ Kriteria Rencana Tindakan
Tgl Dx Hasil
Senin / 1 Setelah dilakukan Observasi
14-03- asuhan keperawatan 1. Monitor pola nafas
2022 selama 3x24 jam 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
diharapkan pola napas dan upaya nafas
membaik dengan 3. Posisikan klien semi fowler
kriteria hasil: 4. Monitor saturasi oksigen
a. Ventilasi semenit Terapeutik
meningkat 1. Berikan oksigen, jika perlu
b. Penggunaan oto Kolaborasi
bantu napas 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator
menurun
c. Frekuensi napas
membaik
Senin / 2 Setelah dilakukan Observasi
14-03- asuhan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh
2022 selama 1x24 jam 2. Monitor berat badan
diharapkan Terapeutik
termoregulasi 1. Sediakan lingkungan yang hangat
membaik dengan 2. Awasi dan atur control temperature
kriteria hasil: dalam incubator sesuai kebutuhan
a. Suhu tubuh 3. Lakukan penghangatan aktif internal
membaik
b. Suhu kulit membaik
c. Ventilasi membaik
Senin 3 Setelah dilakukan Observasi
/ 14- asuhan keperawatan 1. Identifikasi penggunaan selang
03- selama 3x24 jam OGT
2022 diharapkan status 2. Monitor asupan makanan
nutrisi membaik 3. Monitor mual dan muntah
dengan kriteria hasil: 4. Monitor asupan oral
a. Kekuatan otot Terapeutik
pengunyah 1. Timbang berat badan
meningkat 2. Berikan suplemen makanan, jika
b. Kekuatan otot perlu
menelan meningkat
c. Berat badan
membaik
a.

Senin 4 Setelah dilakukan Observasi


/ 14- asuhan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
03- selama 3x24 jam dan sistemik
2022 diharapkan tingkat Terapeutik
infeksi menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
dengan kriteria hasil: 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
a. Nafsu makan kontak dengan pasien
meningkat 3. Pertahankan teknik aspetik pada bayi
b. Demam menurun beresiko tinggi
c. Kemerahan menurun Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kepada orang tua
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar sebelum dan sesudah memegang
bayi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Rosida Setiati, S. R. (2017, Juni). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEJADIAN BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH) DI RUANG
PERAWATAN INTENSIF NEONATUS RSUD DR MOEWARDI DI
SURAKARTA. Jurnal Keperawatan Global, 2(1). Retrieved Maret, 2022
Hanifah. (2010). Perawatan Pediatri. Jakarta: TUSCA.
Indri Hartiningrum, ,. N. (2018, Desember). BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI PROVINSI JAWA TIMUR . Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 7(2).
Retrieved Maret, 2022 from
https://e-journal.unair.ac.id/JBK/article/download/7869/pdf
PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.
Proverawati, & Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Saputra. (2014). Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tangerang: Binapura
Aksara.
Sulistyorini, & Proverawati, A. (2010). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dilengkapi
dengan Asuhan Keperawatan pada BBLR dan Pijat Bayi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wiliiamson, & Kenda. (2013). Buku Ajar Asuhan Neonatus. Jakarta: Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai