TINJAUAN PUSTAKA
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah Premature Baby dengan Low Birth Weight Baby (bayi dengan berat badan lahir
rendah), dan kemudian WHO merubah ketentuan tersebut pada tahun 1977 yang semula kriteria BBLR adalah ≤ 2500 gram menjadi
hanya < 2500 gram tanpa melihat usia kehamilan (Wiknjsastro, 2002).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang
dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor
plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (IDAI,
2004).
a) Faktor Ibu
- Penyakit
Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
- Komplikasi pada Kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
- Usia Ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun.
- Faktor Kebiasaan Ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
b) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun
(Sitohang, 2004).
e) Faktor Pendidikan
Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik
terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar, 2005).
Menurut Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001) semakin tinggi pendidikan semakin tinggi mudah
menerima informasi, sehingga semakin banyak pula sebaliknya. Semakin rendah tingkat pendidikan maka akan sulit mencerna pesan
yang disampaikan.
Tingkat pendidikan khususnya tingkat pendidikan ibu mempengaruhi derajat kesehatan karena unsur pendidikan ibu dapat
berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup
sehat. Tingkat pendidikn yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari (Depkes RI, 2004).
Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Prematuritas murni
b. Dismatur
A. Prematuritas Murni
1) Definisi
Adalah bayi lahir dengan masa kehamilan < 37 minggu dan berat badan sesuai dengan masa gestasi tersebut atau disebut juga
neonatus kurang bulan. Namun beberapa sumber ada yang mengatakan < 38 minggu. (Murray, Sharon SMH, 2002).
2) Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa factor resiko yang berperan, yaitu:
a) Faktor Ibu
- Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan seperti toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis,
netritis akut, DM, infeksi akut, penyakit maternal dan kelainan kardiovaskuler
- Usia ibu, angka kejadian tinggi pada ibu dengan usia < 18 tahun atau >40 tahun dan pada multigravida yang mempunyai jarak
kehamilan yang terlalu dekat.
- Keadaan social ekonomi, hal ini berhubungan dengan keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang
- Kondisi ibu saat hamil, peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat, ibu yang merokok.
b) Faktor Janin
Hidramnion/polihidramnion, kehamilan ganda, kelainan janin, gangguan dalam uterus, infeksi janin dan lain-lain.
3) Manifestasi Klinis
a. Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, llingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan sedikit.
c. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia immature, labia minora dan klitoris terlihat besar, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora. Pada laki-laki testis belum turun.
d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peritaltik ususpun dapat terlihat.
e. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu per Satu
f. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit
g. Putting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mamae belum terbentuk semua
h. Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum sempurna
i. Kondisi ekstermitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif bergerak
j. Berbaring dalam posisi ekstensi
k. Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat apneu
l. Otot masih hipnotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutu dan kaki dalam
keadaan fleksi dan kepala menghadap kearah satu jurusan.
m. Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek menghisap dan menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek
batuk. Frekuensi nadi 100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-50/menit, pada hari-hari berikutnya 35-45/menit.
a. Sistem Respirasi
Yang umum terjadi adalah serangan apneu, karena surfaktan yang berperan untuk tegangan albveoli yang berkaitan erat dengan
penurunan tegangan permukaan alveoli dan akan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi dan mencegah
pada waktu kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pada bayi premature surfaktan belum smpurna dihasilkan sehingga bayi muda
terserang sindroma gawat napas (SGN).
b. Masalah Termoregulasi
Terjadi karena kulit tipis dan dekat dengan permukaan. Lemak subkutan sedikit, sehingga panas cepat hilang, pusat control
temperature di otak belum matur dan biasanya lebih lanjut menyebabkan afiksia. Komplikasinya dapat terjadi hipoglikemi dan
masalah respirasi.
SGN, penyakit membrane hialin, biasanya disebabkan oleh surfaktan yang inadekuat/tidak sempurna dalam tubuh
Pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna
Pre ventrikuler-intra ventrikuler hemoragi, perdarahan spontan pada ventrikel otak yang biasanya disebabkan oleh anoksia jaringan
Hiperbilirubenemia karena gangguan pertumbuhan hati
B. Dismatur
1) Definisi
Dismatur adalah bayi yang BB lahirnya dibandingkan dengan BB yang seharusnya pada masa gestasinya (IKA,UI 2002). BB
yang kurang dari BB lahir seharusnya untuk masa gestasi tertentu adalah BB lahirnya di bawah persentil 10 menurut kurva
pertumbuhan, dismatur dapat juga terjadi pada preterm, term ,postterm. Nama lain yang sering digunakan adalah KMK (Kecil Masa
Kehamilan).
2) Etiologi
a. Banyak factor yang menyebabkannya, terutama berhubungan dengan keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin
b. Kelainan congenital, infeksi fetal dari rubella atau cytomegalovirus
c. Fungsi plasenta seperti ukuran kecil, plasenta menua, dll
d. Penyakit pada ibu seperti hipertensi selama kehamilan
e. Rokok, alkohol, malnutrisi yang berat pada ibu
3) Manifestasi klinis
a. Pada preterm, terlihat gejala fisus bayi premature murni dan gejala dismaturitas, retardasi mental dan wasting
b. Pada term gejala yang menonjol adalah wasting
c. Poast term sama dengan term
Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi palsenta dapat dibagi dalam 3 atadium menurut berat dan ringannya wasting
yaitu :
Stadium I :
- Bayi tampak kurus dan realatif lebih panjang, kulit longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium
Stadium II :
- Didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehjauan pada kulit, plasenta dan umbilicus, hal ini kemudian mengendap kedalam
kulit, umbilicus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterine
Stadium III :
- Ditemukan stadium II ditambah dengan kulit berwarna kuning, demikian pila pada kuku dan tali pusat.
4) Komplikasi dismatur
2. 1. 4 Penatalaksanaan
a. Penanganan Bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan.
Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak
memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari Jmlh ml/kg BB
1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
g. Pencegahan BBLR
Untuk menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan. Upaya untuk menurunkan
angka kejadian BBLR ini akan lebih efisien apabila bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan BBLR dapat dideteksi
sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu upaya untuk mendeteksi 12remat resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini
merupakan tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin, meningkatkan kesehatan optimim dan diakhiri dengan kelahiran bayi
yang sehat (Wiknjosastro, 1997).
Menurut Handayani (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan
sebaik mungkin kehamilan yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat. Yang perlu diperhatikan antara
lain :
a. Menganjurkan agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.
b. Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra-nikah untuk mencegah penyakit tetanus.
c. Menganjurkan agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan.
d. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
e. Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari akohol dan rokok, karena 13rematu dapat mengganggu
tumbuh kembang janin sementara rokok akan menyebabkan kelahiran 13remature atau kelainan letak plasenta pada janin. Selain itu,
rokok juga dapat menyebabkan plasenta janin mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan ketuban
pecah (dini) tidak pada waktunya.
2. 1. 5 WOC BBLR
2. 1. 6 Asuhan Keperawatan BBLR (NANDA, NOC, NIC)
A. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat pra, intra, postnatal seperti persalinan saat usia muda, gizi buruk saat hamil karena sosek yang rendah, jarak kehamilan yang
dekat, kehamilan ganda, obat-obatan yang mungkin digunakan saat hamil
b. Riwayat kesehatan sekarang (ditemukan saat pemeriksaan fisik)
c. Riwayat kesehatan keluarga (ada anggota keluarga lainnya yang melahirkan dengan BBLR)
2) Pengkajian Fisik
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan / atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm). Murmur jantung yang dapat didengar
dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA).
Pengkajian tambahan :
Tentukan frekuensi dan irama jantung
Gambarkan bunyi jantung termasuk adanya murmur
Gambarkan warna bunyi : sianosis, pucat, ikterik
Kaji warna bantalan kuku, membran mukosa dan bibir
Tentukan tekanan darah
Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler, perfusi perifer
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 gr
Tentukan adanya distensi abdomen
Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan kulit yang berhubungan dengan pemberian makan, karakter dan jumlah sisa bila diberi
makanan melalui lavase. Bila selang NGT terpasang, gambarkan tipe penghisapan, drainase
Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah
Palpasi daerah tepi hati
Gambarkan jumlah, warna dan konsistensi feces
Gambarkan bising usus
c. Neurosensori
Gambarkan gerakan bayi, evaluasi berdasarkan usia gestasi
Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan berat jenis urin
Periksa BB
Tubuh biasanya panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar
Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung usia gestasi)
Refleks tergantung : rooting terjadi dengan gestasi minggu ke 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernafas nbiasa
terbentuk pada gestasi minggu ke 32 ; komponen pertama reflek moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)
tampak pada gestasi minggu ke 28, komponen kedua (fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu
ke 32.
d. Pernapasan
Gambarkan bentuk dada, kesimetrisan, adanya insisi, selang dada
Gambarkan penggunaan otot aksesoris, pernafasan cuping hidung, retraksi
Tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan
Tentukan apakah penghisapan diperlukan
Auskultasi dan gambarkan bunyi pernapasan
Skor apgar mungkin rendah
Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernapasan diafragmatik intermitten atau periodik (40-60x/menit)
e. Keamanan
Tentukan suhu kulit dan aksila, biasanya suhu berfluktuasi dengan mudah
Tentukan hubungan dengan suhu lingkungan
Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi, area gundul
Tentukan tekstur dan turgor kulit ; kering, halus, pecah-pecah, terkelupas
Gambarkan adanya ruam, lesi kulit atau tanda lahir
Tentukan apakah kateter, infus IV, jarum, berada pada tempatnya dan amati apakah ada tanda-tanda inflamasi
Gambarkan jalur pemasangan kateter IV, jenis infus, frekuensi aliran, jenis jarum, tampilkan area insersi
Menangis mungkin lemah
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedaneum
Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda/kebiruan, akrosianosis atau sianosis/pucat
Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
Ekstremitas mungkin tampak edema
Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak
Kuku mungkin pendek
f. Genitourinaria
Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa
Genitalia ; labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol. Testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan berat jenis urin.
3) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat ibu dapat menunjukkan faktor-faktor yang memperberat persalinan praterm, seperti :
a. Usia muda
b. Latar belakang sosial ekonomi rendah
c. Rentang kehamilan dekat
d. Gestasi multipel
e. Nutrisi buruk
f. Kelahiran praterm sebelumnya
g. Komplikasi obstetrik seperti abrupsio plasentae
h. Ketuban pecah dini
i. Dilatasi serviks prematur
j. Adanya infeksi
k. Inkompabilitas darah berhubungan dengan eritroblastosis fetalis atau penggunaan obat yang diresepkan, dijual bebas atau obat
jalanan.
4) Pemeriksaan Diagnostik
Pilihan tes dan hasil yang diperkirakan tergantung pada adanya masalah dan komplikasi sekunder :
a. Studi Cairan Amniotik
Untuk rasio lesitin terhadap sfingomielin (L/S), profil paru janin dan fosfatidilinositol mungkin telah dilakukan selama kehamilan
untuk mengkaji maturitas janin.
b. Jumlah darah lengkap (JDL)
Penurunan pada hemoglobin/hematokrit mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah. Sel darah putih mungkin
kurang dari 10.000/mm3 dengan pertukaran kekiri (kelebihan dini dari netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit
bakteri berat.
c. Dekstrostik
Menyatakan hipoglikemia. Tes glukosa serum mungkin diperlukan bila hasil dekstrostik kurang dari 45 mg/ml.
d. Kalsium Serum
Mungkin rendah
e. Elektrolit (Na++, K+, Cl-)
Biasanya pada awal tetap berada pada batas normal
f. Golongan Darah
Dapat menyatakan potensial inkompabilitas ABO
g. Penentuan Rh dan Coomb Langsung
Bila ibu Rh negatif dan ayah Rh positif. Menentukan inkompabilitas
h. Gas Darah Arteri
PO2 mungkin rendah, PCO2 mungkin meningkat dan menunjukkan asidosis ringan / sedang, sepsis atau kesulitan nafas yang
lama.
i. Laju Sedimentasi Eritrosit
Meningkat menunjukkan respon inflamasi akut. Penurunan ESR menunjukkan resolusi inflamasi
j. Protein C-reaktif (beta globulin)
Ada dalam serum sesuai proporsi beratnya proses radang infeksius atau non infeksius.
k. Jumlah Trombosit
Trombositopenia dapat menyertai sepsis
l. Kadar fibrinogen
Dapat menurun selama koagulasi intravaskuler diseminata (KID) atau menjadi meningkat selama cedera atau inflamasi
m. Produk split fibrin
Ada pada KID
n. Kultur darah
Mengidentifikasi organisme penyebab yang dihubungkan denagn sepsis
o. Urinalisis
Mendeteksi abnormalitas, cedera ginjal
p. Berat Jenis Urin
Rentang antara 1,006 sampai 1,013 meningkat pada dehidrasi
q. Klinites / Klinistik
Mengidentifikasi adanya gula dalam darah
r. Hemates
Memeriksa adanya darah pada feces; hasil positif menunjukkan nekrotisasi enterokolitis
s. Tes Shake Aspirat Lambung
Menentukan ada atau tidaknya surfaktan
t. Sinar X Dada
Sinar X dada (PA dan Lateral) dengan bronkogram udara. Dapart menunjukkan penampilan ground glass (RDS)
u. Seri USG Kiranial
Mendeteksi ada ada dan beratnya hemoragi intraventrikuler (IVH)
v. Punksi Lumbal
Dapat dilakukan untuk mengesampingkan meningitis.
B. Diagnosa Keperawatan
- Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Sistol dan diastol (batasan normal)
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif a. Status pernapasan : Kepatenan jalan napas Airway suction
b/d obstruksi jalan nafas oleh Indikator : Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
penumpukan lendir, reflek batuk. Pernapasan 16-24x/i suctioning.
Irama pernpasan normal Informasikan pada klien dan keluarga tentang
Definisi : Kedalaman inspirasi (batasan normal) suctioning
Ketidakmampuan untuk Tidak ada suara napas tambahan Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
membersihkan sekresi atau Tidak terjadi dipsnea Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
obstruksi dari saluran pernafasan Tidak terlihat penggunaan otot bantu napas memfasilitasi suksion nasotrakeal
untuk mempertahankan kebersihan Tidak ada batuk Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
jalan nafas. Akumulasi sputum tidak ada Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
Batasan Karakteristik : b. Status pernapasan : Ventilasi
Monitor status oksigen pasien
Dispneu, Penurunan suara nafas Indikator :
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
Orthopneu Pernapasan dalam batas normal
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
Cyanosis Irama pernapasan (batasan normal)
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Kelainan suara nafas (rales, Kedalaman inspirasi (batasan normal)
Pemeliharaan oral hyiegiene baik Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Faktor yang berhubungan:
Posisi tidak selalu tegak lurus / menyamping saat makan Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Lingkungan : merokok, menghirup Lakukan suction pada mayo
dan minum
asap rokok, perokok pasif-POK,
infeksi Penyeleksian makanan dan minuman sesuai dengan Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu
Fisiologis : disfungsi kemampuan menelan Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
neuromuskular, hiperplasia dinding Penggunaan kekentalan cairan sesuai kebutuhan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
bronkus, alergi jalan nafas, asma. Posisi tegak selama 30 menit setelah makan dilakukan keseimbangan.
Obstruksi jalan nafas : spasme Monitor respirasi dan status O2
jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya
benda asing di jalan nafas.
3 Risiko ketidakseimbangan a. Hidrasi Pengaturan Suhu
temperatur tubuh b/d BBLR, usia Indikator : Monitor suhu minimal tiap 2 jam
kehamilan kurang, paparan Turgor kulit elastis Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
lingkungan dingin/panas Mukosa membrane lembab Monitor TD, nadi, dan RR
Masukan cairan adekuat Monitor warna dan suhu kulit
Definisi : Pengeluaran urin normal
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Risiko kegagalan mempertahankan Perfusi jaringan normal
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
suhu tubuh dalam batas normal. Fungsi kognitif tidak terganggu
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
Faktor faktor resiko: b. Kepatuhan Perilaku
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
Perubahan metabolisme dasar Indikator :
panas
Penyakit atau trauma yang Keluarga mampu mencari informasi kesehatan dari
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
mempengaruhi pengaturan suhu berbagai sumber
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
Pengobatan pengobatan yang Informasi kesehatan yang diperoleh keluarga dapat Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
menyebabkan vasokonstriksi dan dievaluasi keakuratannya penanganan emergency yang diperlukan
vasodilatasi Perilaku sehat oleh keluarga bermanfaat Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
Pakaian yang tidak sesuai dengan Status kesehatan dapat dimonitor diperlukan
suhu lingkungan Berikan anti piretik jika perlu
c. Status kekebalan
Ketidakaktifan atau aktivitas berat
Indikator :
Dehidrasi
Fungsi gastrointestinal normal
Pemberian obat penenang
Fungsi pernapasan normal
Paparan dingin atau Fungsi genitourinaria normal
hangat/lingkungan yang panas Temperatur tubuh 36,50-37,50C
Integritas kulit utuh
Integritas mukosa normal
Imunisasi terarah
Tidak terjadi infeksi
Daya tahan tubuh kuat
Reaksi skin tes normal
Sel darah putih normal
T4 dan T8 normal
Tidak ditemukan timus pada X-Ray
d. Status Infeksi
Indikator :
Temperatur stabil
Tidak terjadi hipertermia
Tidak terjadi takhikardi/bradikardi
Tidak terjadi aritmia/hipertensi/hipotensi
Tidak pucat/sianosis/dingin/kulit basah
Kulit tidak burik
Tidak terjadi muntah, diare, distensi abdomen
Reflek menghisap bagus
Tidak terjadi letargi, iritabilitas, kejang
Tidak ditemui rash, suara tangis yang keras, bau busuk,
nanah, konjungtivitis, infeksi umbilical
e. Kontrol risiko
f. Deteksi risiko
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang a. Status gizi Manajemen Nutrisi
dari kebutuhan tubuh b/d Indikator : Kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan Masukan nutrisi (makanan dan cairan) adekuat Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
ingest/digest/absorb Berat badan normal kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Hematokrit normal Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Definisi : Hidrasi dan tonus otot normal Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
Intake nutrisi tidak cukup untuk vitamin C
keperluan metabolisme tubuh. b. Status gizi: Asupan makanan dan cairan
Berikan substansi gula
Indikator :
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
Batasan karakteristik : Masukan makanan dan cairan oral adekuat untuk mencegah konstipasi
Berat badan 20 % atau lebih di Asupan via NGT adekuat Berikan makanan yang terpilih (sudah
bawah ideal Asupan cairan IV adekuat dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Dilaporkan adanya intake makanan Asupan nutrisi parenteral adekuat Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
yang kurang dari RDA harian.
(Recomended Daily Allowance) c. Status gizi: Asupan gizi Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Membran mukosa dan konjungtiva Indikator : Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Asupan kalori adekuat
pucat Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
Kelemahan otot yang digunakan Asupan protein adekuat
yang dibutuhkan
untuk menelan/mengunyah Asupan lemak adekuat
Asupan serat adekuat
Luka, inflamasi pada rongga mulut Nutrition Monitoring
Asupan vitamin dan mineral adekuat
Mudah merasa kenyang, sesaat BB pasien dalam batas normal
Asupan zat besi, kalsium dan sodium adekuat
setelah mengunyah makanan Monitor adanya penurunan berat badan
Dilaporkan atau fakta adanya Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
d. Kontrol berat badan
kekurangan makanan dilakukan
Indikator :
Dilaporkan adanya perubahan Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Berat badan ideal
sensasi rasa Monitor lingkungan selama makan
Persentasi lemak tubuh dalam batas normal
Perasaan ketidakmampuan untuk Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
Lingkar kepala normal
mengunyah makanan makan
Tinggi dan berat normal
Miskonsepsi Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Kehilangan BB dengan makanan Monitor turgor kulit
cukup Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Keengganan untuk makan
Kram pada abdomen Monitor mual dan muntah
Tonus otot jelek Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
Nyeri abdominal dengan atau tanpa Ht
patologi Monitor makanan kesukaan
Kurang berminat terhadap Monitor pertumbuhan dan perkembangan
makanan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
Pembuluh darah kapiler mulai konjungtiva
rapuh Monitor kalori dan intake nuntrisi
Diare dan atau steatorrhea Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
Kehilangan rambut yang cukup lidah dan cavitas oral.
banyak (rontok) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi