Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT AKUT

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PREMATURITAS


DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA ”

Dosen Pengampu: Sardianto, S.Kep., Ns, M,Kep.

Disusun Oleh :

Crecencia Gilsa Febnita ( A1C222112)

Kurniawati Duwila ( A1C222111)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahNya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Prematuritas dan Dampaknya terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
makalah ini dibuat guna meningkatkan pengetahuan diri tentang Asuhan Keperawatan
Anak dengan Gagal Tumbuh dan Dampaknya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bapak
Sardianto, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak Sehat dan
Sakit Akut. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Makassar, 10 Maret 2024

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 Pembahasan
2.1 Defenisi Prematuritas
2.1.1 Klasifikasi Bayi Prematur
2.1.2 Etilogi
2.1.3 Tanda Dan Gejala
2.2. Patofisiologi Bayi Prematur
2.2.1 Masalah Yang Terjadi Pada Bayi Prematur
2.2.2 Pemeriksaan Penunjang Pada Bayi Prematur
2.2.3 Penatalaksanaan Pada Bayi Prematur
2.2.4 Asuhan Keperawatan pada anak dengan prematuritas dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebetuhan Manusia
2.2.5 Diagnosa Keperawatan
2.3 Intervensi Keperawatan
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 Klasifikasi Bayi Prematur
3.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dari persalinan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu (Manuaba, 2013). Bayi prematur salah satu penyebab angka kematian
bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Kejadian bayi prematur masih merupakan persoalan yang harus diperhatikan
secara bersama, bayi prematur berisiko tinggi mengalami mortalitas dan morbiditas
pada masa pertumbuhannya (Nurlaila, et al., 2015).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 15 juta bayi prematur lahir setiap
tahun. Kelahiran prematur berkisar di antara 5-18% dari keseluruhan angka kelahiran
bayi. Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan. Di negara
berpenghasilan rendah, rata-rata 12% bayi lahir prematur dibandingkan dengan 9% di
negara berpenghasilan tinggi. Negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar yaitu
India (3,5 juta), China (1,2 juta), Nigeria (773.600), dan Pakistan (748.100) dan
Indonesia sebanyak (675 ribu) kelahiran (WHO, 2018).
Berdasarkan prevalensi proporsi bayi prematur di Indonesia sebesar 6,2%,
dimana provinsi tertingi terdapat di Sulawesi Tengah 8,9%, Maluku utara 8,7%,
sedangkan Sumatera Barat 4,6% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Data Dinas
Kesehatan Kota Padang sebanyak 16.282 bayi yang ditimbang pada tahun 2018,
sejumlah 295 orang (1,81%) bayi dengan berat badan lahir rendah terdiri dari 140 bayi
laki-laki dan 155 bayi perempuan. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu 1,50% atau sebesar 255 orang yaitu 146 bayi laki-laki dan 109 bayi
perempuan (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2018).
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Prematur ?
2) Apa saja klasifikasi Prematur ?
3) Apa saja Etiologi Prematur ?
4) Apa saja yang menjadi tanda dan gejala Prematur ?
5) Bagaimana patofisiologi Prematur ?
6) Apa saja masalah yang terjadi pada bayi prematur ?
7) Bagaimana pemeriksaan penunjang pada bayi Prematur ?
8) Bagaimana penatalaksanaan pada bayi Prematur ?
9) Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan Prematuritas dan
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud Prematur
2) Untuk mengetahui klasifikasi Prematur
3) Untuk mengetahui Etiologi Prematur
4) Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala Prematur
5) Untuk mengetahui Patofisiologi Prematur
6) Untuk mengetahui masalah apa saja yang terjadi pada bayi Prematur
7) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada bayi Prematur
8) Untuk mengetahui penatalaksanaan pada bayi Prematur
9) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Prematuritas dan
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia
D. Manfaat
1) Agar dapat mengetahui yang dimaksud Prematur
2) Agar dapat mengetahui klasifikasi Prematur
3) Agar dapat mengetahui Etiologi Prematur
4) Agar dapat mengetahui tanda dan gejala Prematur
5) Agar dapat mengetahui Patofisiologi Prematur
6) Agar dapat mengetahui masalah yang terjadi pada bayi Prematur
7) Agar dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada bayi Prematur
8) Agar dapat mengetahui penatalaksanaan pada bayi Prematur
9) Agar dapat mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Prematuritas
dan dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Bab 2
Pembahasan

A. Definisi Prematuritas
Bayi prematur terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32 minggu,
mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi,karena mereka mempunyai
kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat
ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati
dan sistem pencernaannya.
Kata prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas atau
berat badan lahir rendah (BBLR). Umumnya kehamilan disebut cukup bulan
bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid
terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia
kandungan mencapai 37 minggu disebut dengan persalinan prematur.
Bayi prematur atau bayi preterm merupakan bayi dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan yang
ditimbang pada saat bayi baru lahir sampai dengan 24 jam pertama saat lahir.
Bayi yang terlahir premature, terutama yang lahir sangat dini, seringkali
memiliki masalah medis atau komplikasi. Semakin dini bayi lahir, semakin
tinggi pula risiko komplikasinya.
Beberapa tingkatan seberapa dini bayi prematur yatiu :
1) Late preterm, bayi lahir antara 34 hingga 36 minggu kehamillan lengkap.
2) Moderately preterm, bayi lahir antara 32 minggu hingga 34 minggu kehamilan.
3) Very preterm, bayi lahir kurang darin 32 minggu kehamilan.
4) Extremely preterm, bayi lahir pada atau sebelum 24 minggu kehamilan.

B. Klasifikasi Bayi Prematur


Menurut Tanto (2014), kelahiran prematur dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Bayi prematur digaris batas
1. Bayi dengan kelahiran 37 minggu, masa gestasi.
2. 16% seluruh kelahiran hidup.

3. Berat bayi sekitar 2.500-3.250 gr.


4. Biasanya normal.
5. Masalah yang sering terjadi biasanya : ketidak stabilan, kesulitan
menyusu, ikterik, RDS mungkin muncul.
6. Penampilan : lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak,
genetalia kurang berkembang.
b. Bayi prematur sedang
1. Bayi dengan kelahiran 31-36 minggu, masa gestasi.
2. Berat badan bayi sekitar 1.500-2.500 gr.
3. 6-7% seluruh kelahiran hidup
4. Masalah : ketidakstabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia,
infeksi, kesulitan menyusu.
5. Penampilan : seperti pada bayi prematur digaris batas tetapi lebih
parah, kulit lebih tipis,lebih banyak pembuluh darah yang nampak.

c. Bayi sangat prematur


1. Bayi dengan kelahiran 20 -30 minggu, masa gestasi.
2. Berat bayi sekitar 500-1.400 gr.
3. 0,8% seluruh kelahiran hidup.
4. Masalah : semua
5. Penampilan : kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua
mata mungkin berdempetan
C. Etiologi
Etiologi bayi prematur meliputi etiologi persalinan premature yang dapat
terjadi secara spontan ataupun akibat indukasi. Penyebab persalinan premature
sangat beragam dan paling sering disebabkan oleh kebutuhan pecah (KPD) dan
indikasi lain.
Etiologi dari prematuritas dapat disebabkan oleh etiologi persalinan
prematur yang meliputi:
 Ketuban pecah dini
 Korioamnionitis
 Eklamsia dan preeklamsia
 Perdarahan antepartum
 Diabetes gestasional
 Fetal distress
 Intrauterine growth restriction (IUGR)
 Plasenta previa
 Abrupsio plasenta
 Oligohidroamnion
 Polihidroamnio

Persalinan per vaginam dengan induksi ataupun tindakan Section caesarea (SC)
secara elektif sering direncanakan pada ibu dengan risiko tinggi kelahiran
premature untuk memperbaiki prognosis bayi. Namun, hal ini masih kontrovensial
dan berdampak pada meningkatnya jumlah kelahiran prematur dan meningkatkan
beban biaya medis.

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran premature dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eclampsia)
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma)
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala
panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit
kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal)
6) Trauma pada masa kehamilan
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok dan alcohol)
8) Usia pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat
10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin dapat mempengaruhi kejadian premature antara lain :
1) Kehamilan ganda
2) Hidramnion
3) Ketuban pecah dini
4) Cacat bawaan
5) Kelainan kromosom
6) Infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis)
7) Insufensi plasenta
8) Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B dan
O)
9) Infeksi dalam Rahim
c. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada beberapa faktor lain yaitu :
1) Faktor plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta
2) Faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan social ekonomi yang
rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.

Faktor Risiko

Berikut ini adalah faktor yang berperan dalam menyebabkan terjadinya prematuritas,
antara lain:

 Riwayat kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya


 Serviks kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya
 Serviks pendek
 Fertilisasi in vitro
 Kehamilan ganda
 Riwayat penyakit serviks
 Usia ibu terlalu muda atau terlalu tua
 Depresi maternal atau penggunaan antidepresan
 Infeksi genitourinaria: klamidia, vaginosis baktererial, human papilloma virus
 Konsumsi alcohol
 Ibu perokok
 Ibu obesitas
 Status ekonomi dan Pendidikan rendah
 Penyakit prediontal juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, namun data
mengenai hal tersebut masi inkonsisten.
D. Tanda dan Gejala

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala yang

dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut :

a) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.


b) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.

c) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

d) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

e) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

f) Rambut lanugo masih banyak.

g) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

h) Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.

i) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

j) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora dan

klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,

pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).

k) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

l) Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.

m) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang.

n) Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

E. Patofisiologi Bayi Prematur

Penyebab terjadinya kelahiran prematur belum diketahui secara jelas. Data

statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial

ekonomi rendah. Kejadian ini kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak

melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama

kehamilan, infeksi pada uterus, dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus

kelahiran bayi prematur.

Ibu hamil dengan usia yang masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan

mengkomsumsi alhohol juga dapat menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut
juga dapat mengakibatkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk

keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ

tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat

khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar (Tanto, 2014).

Bayi prematur juga relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena struktur

anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi

yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk

mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi berisiko tinggi

lain juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau gangguan pada fungsi

anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau penyakit yang

diderita.

Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas

normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan

glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak

subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan

panas tubuh yang lebih banyak.

Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat

meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga

masih kurang.

F. Masalah yang Terjadi pada Bayi Prematur

Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah yang

dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Masalah jangka pendeknya antara lain adalah sebagai berikut :


Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut :

1) Hipotermia

Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan pengaturan

suhu tubuh bayi yang belum matang.

2) Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang

rendah pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah berfungsi sebagai

makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa kurang,

maka dapat menyebabkan sel-sel saraf di otak mati dan dapat mempengaruhi

kecerdasan bayi kelak. Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI

sesegera mungkin setelah lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.

3) Hiperglikemia

Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena mendapat

cairan glukosa berlebihan secara intravena.

4) Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan

keadaan bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak

dapat mengisap.

Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut :

1) Gangguan imonologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar Ig G maupun

gamma globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup membentuk

antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi yang belum baik.

2) Kejang saat dilahirkan

Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal), perdarahan

intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi ibu.


3) Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)

4) Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi cukup bulan pada

umumnya.

Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut :

1) Sindroma gangguan pernapasan

Sindroma gangguan pernapasan pada bayi prematur adalah perkembangan

imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada

paru-paru.

2) Asfiksia

Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi bayi terhadap pernapasan

waktu lahir sehingga mengalami asfiksia waktu lahir dan membutuhan

resusitasi.

3) Apneu periodik (henti napas)

Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna menyebabkan

bayi dengan kelahiran prematur berhenti bernapas.

4) Paru-paru belum berkembang

Organ paru-paru yang belum berkembang menyebabkan bayi mengalami sesak

napas (asfiksia) dan membutuhkan resusitasi dengan cepat.

5) Retrolental fibroplasia

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan

oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi pada bayi prematur dengan

berat badan kurang dari 2000 gram dan telah mendapat oksigen dengan

konsentrasi tinggi atau lebih dari 40%.

Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut :

1) Masalah perdarahan

Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan karena kekurangan
faktor pembekuan darah atau karena faktor fungsi pembekuan darah yang

abnormal atau menurun.

2) Anemia

Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena disebabkan oleh

supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi janin yang sedikit, serta

bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang lebih

cepat.

3) Gangguan jantung

Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur adalah patent

ductus ateriosus (PDA) yang menetap sampai bayi berumur 3 hari, terutama

pada bayi dengan penyakit membran hialin. Gangguan jantung lain yang sering

terjadi pada bayi prematur adalah defek septum ventrikel yang sering dialami

oleh bayi prematur dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan masa

gestasinya kurang dari 34 minggu.

4) Gangguan pada otak

Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah

intraventricular hemorrhage, yaitu perdarahan intrakranial yang dapat

mengakibatkan masalah neurologis, seperti gangguan mengendalikan otot,

keterlambatan perkembangan, dan kejang. Selain itu, bayi juga dapat

mengalami periventricular leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan dan pelunakan

materi putih (bagian dalam otak yang mentransmisikan informasi antara sel-sel

saraf dan sumsum tulang belakang, juga dari satu bagian otak ke bagian otak

yang lain)

yang biasanya terjadi pada bayi dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu.

5) Bayi prematur dengan icterus


Peningkatan kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan perubahan warna

kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan organ lain pada bayi.

6) Kejang

Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai dengan adanya

tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali

pada mulut, mata, dan anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan seluruh

tubuh tanpa adanya rangsangan.

7) Hipoglikemia

Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan di bawah normal,

yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah dan tremor, apatis, kejang,

lemah, letargis, kesulitan makan, keringat banyak, hipertermi bahkan henti

jantung.

Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut :

1) Gangguan eliminasi

Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis metabolik karena ginjal

yang imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, kerja ginjal yang masih

belum matang, kemampuan membuang sisa metabolisme dan air yang belum

sempurna, serta produksi urine yang sedikit.

2) Distensi abdomen

Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas usus yang

berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung

bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi zat lemak, laktosa,

vitamin, yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang.

Kerja dari sfingter kardioesofagus yang belum sempurna memudahkan

terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.

3) Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum berfungsi dengan

sempurna sehingga penyerapan nutrisi masih lemah dan kurang baik.

Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna yang mengakibatkan

pengosongan lambung menjadi berkurang. Bayi prematur mudah kembung

karena stenosis anorektal, atresia ileum, peritonitis meconium, dan mega colon.

4) Gangguan elektrolit

Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan, dan

penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensibel,

cairan yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan yang disebabkan oleh

keadaan lain. Pada bayi prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit

bayi yang tipis, kurangnya jaringan subkutan dan oleh luasnya permukaan

tubuh.

c. Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur

menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), antara lain adalah sebagai berikut :

1) Masalah psikis, antara lain adalah sebagai berikut :

a) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan

Pada bayi prematur pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lebih

lambat karena berkaitan dengan maturitas otak bayi.

b) Gangguan bicara dan komunikasi

Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal

kecepatan berbicara antara bayi prematur dan BBLR dengan bayi cukup

bulan dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi prematur dan BBLR

kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan bayi cukup bulan

dengan berat lahir normal sampai usia 6,5 tahun.

c) Gangguan neurologi dan kognisi


Gangguan neurologis yang sering dialami adalah cerebral palsy. Makin

kecil usia kehamilan bayi, maka semakin tinggi resikonya. Gangguan

neurologi lain adalah retardasi mental, MMR (motor mental retardasi) dan

kelainan EEG (dengan atau tanpa epilepsi).

d) Gangguan belajar atau masalah pendidikan

Suatu penelitian longitudinal di negara maju (UK dan Eropa)

menunjukkan bahwa lebih banyak anak dengan riwayat kelahiran

prematur dan BBLR dimasukkan di sekolah khusus. Namun di negara

berkembang sulit untuk menilainya karena faktor kemiskinan juga dapat

mempengaruhi.

e) Gangguan atensi dan hiperaktif

Gangguan ini sekarang dikenal dengan ADD dan ADHD yang termasuk

dalam gangguan neurologi. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini

lebih banyak terjadi pada bayi prematur dengan berat badan lahir kurang

dari 2041 gram.

2) Masalah fisik antara lain adalah sebagai berikut :

a) Penyakit paru kronis

Penyakit paru kronis pada bayi prematur dapat disebabkan oleh infeksi,

kebiasaan ibu yang merokok selama kehamilan dan radiasi udara

lingkungan.

b) Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran

Gangguan penglihatan sering dikeluhkan meskipun telah diberikan terapi

oksigen terkendali. Retinopathy of prematury (ROP) biasanya terjadi pada

bayi dengan berat lahir kurang dari

1.500 gram dan masa gestasi kurang dari 30 minggu.

c) Kelainan bawaan (kelainan kongenital)


Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah kelainan yang terjadi pada

struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh bayi saat dilahirkan. Kelainan

kongenital lebih sering ditemukan pada bayi prematur baik SMK maupun

KMK, tapi paling tinggi pada bayi dengan pertumbuhan intrauterin yang

terlambat. Kelainan yang sering ditemukan adalah kelainan celah bibir

atau langit-langit mulut (sumbing), defek tabung saraf, kelainan jantung,

cerebral palsy, clubfoot, dislokasi panggul bawaan, hipotiroidisme

kongenital, fibrosis kistik, defek saluran pencernaan, sindroma down,

fenilketonuria, sindroma X yang rapuh, distrofi otot, anemia sel sabit,

penyakit tay-sachs, sindroma alkohol pada janin.

G. Pemeriksaaan Penunjang pada Bayi Prematur

` Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:

a) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga 23.000-

24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.

b) Hematokrit (Ht) : 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih

menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia

atau hemoragic prenatal/perinatal.

c) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah berhubungan

dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.

d) Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari,

dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.

e) Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran

rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

f) Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : dalam batas normal pada awal


kehidupan.

g) Pemeriksaan analisa gas darah.

H. Penatalaksanaan pada Bayi Prematur

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau penanganan yang

dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai berikut:

a) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah mengalami

hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.

b) Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,

perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum

memegang bayi.

c) Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

d) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat

badan harus dilakukan dengan ketat.

e) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta

pertahankan suhu tetap hangat.

f) Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.

g)Tali pusat dalam keadaan bersih.

h) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI

I. Asuhan Keperawatan pada anak dengan prematuritas dan dampaknya


terhadap pemenuhan kebutuhan manusia

1. Pengkajian
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan

oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Wiknjosastro, 2016). Data meliputi

a. Identitas Klien

1) Umur

Untuk mengetahui faktor resiko. Pada ibu hamil dengan PPI biasanya

terjadi pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun (Nugroho, 2018).

2) Suku

Berhubungan dengan sosial dan budaya yang dianut oleh pasien dan

keluarga yang berkaitan dengan kehamilan sampai persalinan

(Wiknjosastro, 2016).

3) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga

mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tingkat

pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu (Wiknjosastro,

2016).

4) Pekerjaan

Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap

permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat keadaan

ekonomi keluarga (Wiknjosastro, 2016).

b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta

berhubungan dengan persalinan. Pada kasus ibu hamil dengan partus

prematurus iminens keluhannya seperti mules yang berulang pada usia

kehamilan 20-37 minggu, keluar lendir bercampur darah, kram seperti

menstruasi, nyeri punggung bawah, tekanan panggul yang terasa seperti

bayi mendorong kebawah, cairan encer yang keluar dari vagina

(Winkjosastro, 2012).
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit dahulu

Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami riwayat PPI

sebelumnya dan pernah mengalami SC berapa kali karena

berpengaruh pada kehamilan selanjutnya (Winkjosastro, 2016).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada

saat ini. Pada ibu dengan PPI, penyakit yang diderita ibu seperti

toksemia, anemia, penyakit ginjal yang kronis dan penyakit demam

yang akut (Winkjosastro, 2016).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga

seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular

seperti TBC dan hepatitis, baik dalam kelurga ibu maupun ayah

(Yulizawati dkk, 2019).

d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Sulistyawati dan Nugraheny (2013) mengatakan pengkajian riwayat

haid meliputi: menarche dimana umumnya usia pertama kali

menstruasi di Indonesia adalah umur 12-16 tahun, siklus haid normal

21 hari hingga 30 hari, teratur. Lama haid sekitar 2 hari sampai 7 hari

paling lama 15 hari. Banyak darah yang dikeluarkan 10mL hingga

80mL per hari. Keluhan berupa rasa sakit, disminorea primer atau

tidak merasakan sakit pada perut yang berlebihan maupun tidak ada

keluhan.

2) Riwayat Kehamilan Sekarang


Riwayat kehamilan sekarang meliputi: HPHT dan siklus haid normal,

gerak janin dirasakan ≥10 gerakan dalam 12 jam, tidak mengalami

masalah dan tanda-tanda bahaya, merasakan keluhankeluhan lazim

pada kehamilan; tidak merokok, mengosumsi obat-obatan terlarang

(termasuk jamu-jamuan) dan minum-minuman beralkohol;

kekhawatiran lain yang dirasakan (Rukiyah, dkk, 2016). Pada ibu

hamil dengan PPI biasanya mempunyai riwayat kehamilan ganda,

hidramnion, pre- eklampsia, perdarahan antepartum seperti solusio

plasenta, plasenta previa, pecahnya sinus marginalis, ketuban pecah

dini, serviks inkompetensia, infeksi pada vagina asenden (Nugroho,

2015).

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


1) Kehamilan

Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan

berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau

tidak. Pada ibu dengan PPI adanya riwayat abortus berulang dan

perawatan prenatal care yang buruk.

2) Persalinan

Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak

perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat

melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.

Pada ibu hamil dengan PPI memiliki riwayat abortus pada trimester II

lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi

abdominal pada kehamilan preterm

3) Nifas

Untuk mengetahui adakah komplikasi pada masa nifas sebelumnya,


untuk dapat melakukan pencegahan atau waspada terhadap

kemungkinan kekambuhan komplikasi (Wiknjosastro, 2016).

4) Anak

Untuk mengetahui riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau mati, kalau

meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan

panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2016).

f. Riwayat Keluarga Berencana (KB)

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis

apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan

apakah ada kegagalan dalam menjalankan program ber KB (Sutjiati,

2017).

g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1) Pola Nutrisi
Pada ibu hamil peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per

hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi,

minum cukup cairan (menu seimbang) (Saifuddin, 2016). Pada ibu

yang kurang gizi dapat mempengaruhi terjadinya PPI (Nugroho,

2014).

2) Pola Eliminasi
Tonus dan motilitas lambung menurun serta usus terjadi reabsorbsi zat

makanan, peristaltik usus lebih lambat sehingga menyebabkan

obstipasi. Penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon

estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan sering BAK

(Rukiyah, dkk, 2015). Pada ibu hamil dengan PPI biasanya disebabkan

oleh adanya infeksi saluran kemih atau bakterinuria (Wiknjosasttro,

2016).
3) Pola Aktivitas
Wanita hamil boleh bekerja, tetapi jangan terlampau berat. Penekanan

pada ligamen dan pelvic, cara berbaring, duduk, berjalan, berdiri

dihindari jangan sampai mengakibatkan injuri karena jatuh (Rukiyah,

dkk, 2014). Pada ibu hamil dengan PPI biasanya melakukan

pekerjaan yang terlalu berat (Nugroho, 2014).

4) Pola Istirahat dan Tidur

Pada ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya untuk

banyak istirahat atau tidur walau bukan tidur betulan hanya baringkan

badan untuk memperbaiki sirkulasi darah (Rukiyah, dkk, 2017).

5) Pola Hygiene
Menjaga kebersihan diri penting terutama lipatan kulit (ketiak, bawah

buah dada, daerah genitalia) dengan cara membersihkan dengan air

dan dikeringkan (Saifuddin, 2015).

6) Pola Hidup Sehat

Gaya hidup seperti perokok, mengonsumsi obat-obatan, alkohol adalah

hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan bayinya. (Rukiyah, dkk, 2017).

Pada ibu dengan PPI biasanya perokok berat atau lebih dari 10

batang/hari (Wiknjsastro, 2012).

7) Data Psikososial dan Spiritual


Keadaan sosial budaya untuk mengetahui keadaan psikososial yang perlu

ditanyakan jumlah anggota keluarga, dukungan moril dan materil

keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan,

kebiasan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap

kahamilan, persalinan, dan BBL serta sistem dukungan terhadap ibu dan

pengambil keputusan dalam keluarga sehingga dapat membantu

ibu dalam merencanakan persalinan yang lebih baik (Estiwidani, dkk,


2016).

b) Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum
i. Keadaan Umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau buruk

(Elisabeth dkk, 2016).

ii. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis,

apatis, somnolen (Elisabeth dkk, 2016).

iii. Berat Badan (BB) Sebelum atau Saat Ini


Kenaikan BB selama hamil rata-rata 9 sampai 13,5 kg (selama TM III

9,5 kg). Makanan diperlukan untuk pertumbuhan janin, plasenta,

uterus, buah dada, dan kenaikan metabolisme (Pantiawati dan

Saryono, 2015).

iv. Tinggi Badan (TB)


Ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil yaitu > 145

cm. TB ibu hamil < 145 cm beresiko memiliki panggul sempit

(Rukiyah, dkk, 2016).

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Mesosepal, rambut warna hitam, bersih, tidak


mudah rontok.
Muka : Simetris, tidak oedema, pada ibu dengan PPI yang
mengalami anemia maka wajahnya akan pucat.
Mata : Konjungtiva pucat bila anemia, sklera putih,
bersih, tidak ditemukan bengkak, tidak ada
gangguan
penglihatan.
Hidung : Bersih, tidak ditemukan polip, tidak ditemukan
tanda infeksi, tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut : Bibir merah muda, bibir lembab, warna lidah
kemerahan, lidah bersih gigi bersih, tidak
ditemukan caries tidak bay mulut, tidak ada
stomatitis.
Telinga : Bersih, tidak ditemukan gangguan pendengaran,
tidak ditemukan tanda infeksi.

Leher : Tidak ditemukan pembesaran kelenjar


limfe
kelenjar tiroid, dan vena jugularis.
Dada : Simetris denyut jantung normal, tidak ada retraksi
dinding dada.

Payudara : Bentuk simetris, tidak teraba masa tidak


ditemukan
nyeri tekan, bersih.
Abdomen : Bentuk simteris, ditemukan luka bekas operasi
jika
ditemukan, tidak ditemukan benjolan abnormal.
Genetalia : Bersih, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi, tidak
ada hemoroid.

Ekstremita : Atas (tidak ditemukan kelainan, bentuk simetris,


s
turgor baik).
Bawah (bentuk simetris, tidak ditemukan odema
dan varises, tugor baik).
Anus : Tidak ditemukan hemoroid, bersih.

Reflek : Menurut Potter dan Perry (2015) reflek patela +1


Patela
(normal rendah dengan sedikit kontraksi otot), dan
+2 (normal dengan kekuatan otot yang dapat
terlihat dan gerakan lengan atau tungkai).

a. Status Obstetric
8) Inspeksi atau Pemeriksaan Penunjang

Muka : terdapat kloasma gravidarum, tidak ada


oedema wajah, tidak pucat.
Mamae : bentuk buah dada bulat, simetris,
hiperpigmentasi puting susu dan aerola,
puting
susu menonjol, kolostrum sudah keluar.
Abdomen : menegang, pembesaran uterus sesuai usia
kehamilan striae dan linea gravidarum,
terdapat bekas operasi.
Vulva : keadaan perineum tidak ada tanda infeksi,
tidak ada varises, tidak ada kondilomata, atau
flour normal Pada ibu hamil dengan PPI
adanya pengeluaran lendir kemerahan atau
cairan pervaginam. Pada pemeriksaan dalam,
pendataran 50-80 % atau lebih, pembukaan
2cm atau lebih (Saefuddin, 2014).
(UNPAD, 2011 dan Baety, 2012).

9) Palpasi

Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri


sehingga dapat diketahui tuanya kehamilan.
Selain itu dapat ditentukan bagian janin
yang terletak pada fundus uteri. Bila kepala
teraba benda bulat dan keras, apabila
bokong teraba
bulat dan lunak.
Leopold II : Untuk menentukan batas samping uterus
dan dapat pula ditentukan letak punggung
janin yang membujur dari atas ke
bawah
menghubungkan bokong dengan kepala.
Leopold III : Untuk menentukan bagian janin yang berada
di bawah rahim.
Leopold IV : Untuk menentukan bagian terbawah janin
apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas
panggul. Bila belum masuk, teraba
ballotement kepala.
(Wiknjosastro, 2012)

2.4.1 Tabel pengukuran TFU (Saifudin,2016 dalam Rukiyah, 2019)

Tinggi Fundus
Usia kehamilan Menggunakan
Dalam cm
Penunjuk badan
12 minggu Teraba di atas
-
simpisis pubis
16 minggu Di tengah antara
- simpisis pubis dan
umbilikus
20 minggu 20 cm (±2 cm) Pada umbilikus
22-27 minggu Usia kehamilan
dalam minggu = cm -
(±2 cm)
28 minggu 28 cm (± 2 cm) Di tengah, antara
umbilikus dan
prosesus sifoideus
29-35 minggu Usia kehamilan
dalam minggu = cm -
(±2cm)
36 minggu 36 minggu (±2 cm) Pada prosesus
sifoideus.

1) Pemeriksaan DJJ
Denyut Jantung Janin (DJJ) normal 110-160 kali permenit (Bobak,

dkk, 2015). Punctum maksimum (PM), tempat dimana DJJ paling

keras terdengar biasanya di punggung janin. Pada presentasi verteks,

DJJ terdengar di bawah umbilikus ibu, baik pada kuadran bawah kiri

atau kanan abdomen. (Bobak, dkk, 2015). Pada kehamilan fisiologis

PM berjumlah 1 menunjukkan janin tunggal.


10) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendukung ketepatan

diagnosis PPI:

a. Pemeriksaan Laboratorium: darah rutin, kimia darah, golongan

ABO, faktor rhesus, urinalisis, bakteriologi vagina,

amniosentesis: surfaktan, gas dan PH darah janin.

b. USG untuk mengetahui usia gestasi, jumlah janin, besar janin,

aktivitas janin, cacat kongenital, letak dan maturasi plasenta,

volume cairan tuba dan kelainan uterus.

 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko cidera pada Janin dibuktikan dengan Kondisi klinis: Masalah)


Kontraksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan tirah baring
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
30

 Intervensi Keperawatan

Tabel Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Resiko cidera pada Janin Setelah dilakukan Kriteria Hasil: Intervensi Utama
dibuktikan dengan Kondisi Tindakan keperawatan 1. DJJ 120-160x/menit Pemantauan DJJ SIKI Hal 239
klinis: Masalah Kontraksi 1 x 6 jam diharapkan 2. Gerakan janin min 5 1. Identifikasi status obstetric
tidak terjadi cidera kali dalam 6 jam 2. Identifikasi riwayat obstetric
pada janin 3. Ketuban utuh 3. Identifikasin pemeriksaan kehamilan
4. TBJ 2400-2500gr sebelumnya
(SLKI,L00322) 4. Monitor DJJ
5. Monitor TTV Ibu
6. Atur posisi pasien
7. Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Kriteria hasil: Intervensi Utama
dengan Agen Pencedera Tindakan keperawatan 1. Keluhan nyeri menurun Manajemen Nyeri, SIKI hal 201
Fisiologis 1 x 6 jam diharapkan 2. Meringis menurun 1. Identifikasi lokasi nyeri
tingkat nyeri menurun 3. Gelisah menurun 2. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
4. Kesulitan tidur menurun hidup
5. Sikap protektif menurun 3. Berikan terapi non farmakologis
(SLKI, Hal 145) 4. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
31

5. Fasilitasi istirahat dan tidur


6. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan Kriteria hasil: Intervensi Utama
berhubungan dengan tirah Tindakan keperawatan 1. Kemudahan dalam Manajemen Energi, SIKI Hal 176
baring 1 x 6 jam diharapkan melakukan kegiatan 1. Monitor pola dan jam tidur
toleransi aktifitas sehari-hari meningkat 2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
meningkat 2. Kekuatan tubuh selama melakukan aktivitas
bagian bawah 3. Sediakan lingkungan nyaman
meningkat 4. Berikan aktivitas distraksi yang
3. Perasaan lemah menenangkan
menurun 5. Anjurkan melakukan aktifitas secara
(SLKI,Hal 149) bertahap
4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Kriteria hasil: Intervensi Utama
berhubungan dengan Kurang Tindakan keperawatan 1. Kemampuan Edukasi Kesehatan, SIKI Hal 65
terpapar informasi 1 x 6 jam diharapkan menjelaskan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tingkat pengetahuan pengetahuan tentang menerima informasi
meningkat suatu topik meningkat 2. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Perilaku sesuai kesehatan
dengan pengetahuan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
3. Pertanyaan tentang 4. Berikan kesempatan untuk bertanya
masalah yang 5. Jelaskan fakrot resiko yang dapat
dihadapi menurun mempengaruhi kesehatan
(SLKI,Hal 146)
32

5. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Kriteria hasil: Intervensi Utama


dengan Krisis situasional Tindakan keperawatan 1. Perilaku gelisah menurun Reduksi Ansietas, SIKI hal 387
1 x 6 jam diharapkan 2. Perilaku tegang menurun 1. Monitor tanda-tanda ansietas
tingkat ansietas 3. Pucat menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi
menurun 4. Pola tidur membaik kecemasan
(SLKI, Hal 132) 3. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
4. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, prognosis
5. Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama
pasien
6. Latih teknik relaksasi
Bab 3

Penutup

A. Kesimpulan

 Bayi prematur terutama yang lahir dengan usia kehamilan <32 minggu, mempunyai
risiko kematian 70 kali lebih tinggi,karena mereka mempunyai kesulitan untuk
beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ
tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya.
Bayi prematur atau bayi preterm merupakan bayi dengan berat badan saat lahir
kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan yang ditimbang pada saat
bayi baru lahir sampai dengan 24 jam pertama saat lahir.
Bayi yang terlahir premature, terutama yang lahir sangat dini, seringkali
memiliki masalah medis atau komplikasi. Semakin dini bayi lahir, semakin tinggi
pula risiko komplikasinya.
Beberapa tingkatan seberapa dini bayi prematur yatiu :
1) Late preterm, bayi lahir antara 34 hingga 36 minggu kehamillan lengkap.
2) Moderately preterm, bayi lahir antara 32 minggu hingga 34 minggu
kehamilan.
3) Very preterm, bayi lahir kurang darin 32 minggu kehamilan.
4) Extremely preterm, bayi lahir pada atau sebelum 24 minggu kehamilan.

 Klasifikasi Bayi Prematur


a. Bayi prematur digaris batas
b. Bayi prematur sedang

c. Bayi sangat premature

 Etiologi bayi prematur meliputi etiologi persalinan premature yang dapat


terjadi secara spontan ataupun akibat indukasi. Penyebab persalinan premature
sangat beragam dan paling sering disebabkan oleh kebutuhan pecah (KPD) dan
indikasi lain.

 Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah

sebagai berikut :
a) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

b) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.

c) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

d) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

e) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

f) Rambut lanugo masih banyak.

g) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

h) Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.

i) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

j) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora dan

klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,

pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).

k) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

l) Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.

m) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang.

n) Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

 Patofisiologi

Penyebab terjadinya kelahiran prematur belum diketahui secara jelas. Data

statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki

sosial ekonomi rendah. Kejadian ini kurangnya perawatan pada ibu hamil karena

tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak

adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus, dan komplikasi obstetrik yang lain

merupakan pencetus kelahiran bayi prematur


B. Saran

1) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami definisi dari

prematur

2) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami klasifikasi

prematur

3) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami Etiologi

prematur

4) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami tanda dan gejala

prematur

5) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami Patofisiologi

prematur

6) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami masalah yang

terjadi pada prematur

7) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami pemeriksaan

penunjang pada bayi prematur

8) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami penatalaksanaan

pada bayi prematur

9) Diharapkan kepada pembaca dan juga penulis dapat memahami asuhan

keperawatan pada anak dengan Prematuritas dan dampaknya terhadap

pemenuhan kebutuhan dasar manusia


Daftar Pustaka

Cahya Suspimantari (2014). definisi prematuritas.

https://eprints.undip.ac.id/44517/3/Cahya_Suspimantari_22010110120024_BAB_2_KT

I.pdf

https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1993/BAB%20II.pdf?

sequence=3&isAllowed=y

https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/bayi-prematur

Ida Rahmawati, Mutiara, V. Siska, Absari, N.,& Andini, P. (2021). Faktor-faktor yang

berhubungan dengan persalinan prematur. Professional Health Journal, 2(2), 112-121.

https://doi.org?1054832/phj.v2i2.143
37

Anda mungkin juga menyukai