DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
DOSEN PEMBIMBING:
PALEMBANG
2021-2022
1
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
2.1 Prematur..............................................................................................................6
2.2 Abortus.............................................................................................................11
2.3 IUGR.................................................................................................................15
2.4 IUFD.................................................................................................................16
Daftar Pustaka..........................................................................................................21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
terhadap komplikasi akan mengarah pada pengobatan dan mencegah timbulnya
bahaya terhadap ibu maupun janin (Johnson, 2016). Oleh karena itu, penulis akan
membahas mengenai kelainan-kelainan pada kehamilan.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kelainan premature dan apa penyebabnya pada kehamilan.
2. Untuk mengetahui kelainan abortus dan apa penyebab nya.
3. Untuk mengetahui kelainan IUGR dan apa penyebabnya.
4. Untuk mengetahui kelainan IUFD dan apa penyebabnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prematur
a. Pengertian
b. Faktor Risiko
Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor
iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik
merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur
sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks, hidramnion,
infeksi intra-amnion, hipertensi dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar,
janin mati, dan cacat bawaan. Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum
alkohol
5
faktor penyulit ketika hamil seperti keguguran, perdarahan bahkan
kematian.
b) Riwayat Kelahiran Prematur. Salah satu faktor utama terjadinya
persalinan prematur adalah memiliki riwayat kelahiran prematur. yang
pernah mengalami dan memiliki kehamilan prematur sebelumnya
rentan untuk melahirkan secara prematur kembali, demikian juga
memiliki riwayat aborsi atau keguguran sebelumnya rentan terjadi
persalinan prematur
c) Riwayat Abortus. Kejadian abortus mempunyai efek terhadap
kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan
maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
persalinan prematur, abortus berulang dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) . Dinding rahim merupakan tempat melekatnya plasenta,
salah satu fungsi plasenta adalah tempat elekatnya hormon – hormon (
khususnya korionik gonadotropin, esterogen dan progresteron) dan
jika plasenta tidak bekerja dengan baik, maka pembuatan hormon
akan terganggu. Dan jika kadar progresteron menurun akan memicu
kontraksi.
d) Paritas Persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan
paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi
mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga pada
sistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat
menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5 kali
melahirkan.
e) Trauma Trauma, inkompetensi servik, sosial ekonomi, stress, gaya
hidup dengan merokok dan infeksi saluran kemih maupun infeksi
vaginosis bacterial memberikan andil penyebab terjadinya persalinan
prematur.
f) Pekerjaan. Jam kerja yang panjang dan kerja fisik yang berat
berhubungan dengan peningkatan terjadinya persalinan prematur.
melakukan penelitian mengenai aktivitas fisik berhubungan dengan
persalinan prematur telah membuahkan hasil yang bertentangan.
6
Beban kerja yang berat dapat meningkatkan hormon prostaglandin,
dengan peningkatan inilah 6 yang dapat memicu terjadinya persalinan
lebih dini. Ibu hamil yang bekerja memiliki pekerjaan dengan sistem
shift, jam kerja lebih lama>7 jam/hari atau >49 jam/minggu, bekerja
di pabrik dengan waktu istirahat rata-rata 1 jam dan kegiatan seperti
mengangkat atau mendorong barang akan menyebabkan persalinan
preterm.
g) Jarak Kehamilan Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menganjurkan kepada para ibu untuk mengatur jarak antara
kehamilannya antara 2 hingga 5 tahun. Karena diharapakan tubuh
seorang ibu diberikan kesempatan untuk mengembalikan organ
reproduksi seperti semula dan kesempatan ibu untuk dapat
memberikan ASI secara optimal, Apabila seorang ibu hamil dan
masih menyusui bayinya dimana tubuh akan melepaskan hormon
oksitosin sehingga dapat memicu kontraksi uterus
h) Inkompetensi Servik. Kondisi dimana servik tidak mampu untuk
mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional servik, ditandai dengan terbukannya servik tanpa disertai
rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban saat kehamilan
prematur sehingga meningkatkan terjadinya persalinan prematur.
3. Faktor Janin
a) Kehamilan Kembar Persalinan
Pada kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah
seperti resusitasi neonatus, persalinan prematur, perdarahan partum,
malpresentasi kembar ke dua, atau perlunya tindakan seksio
sesaria.Menurut Norwitz dan Schorge (2008), persalinan pada
kehamilan kembar meningkat sesuai bertambahnya jumlah janin yaitu
lama kehamilan rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal,
37 minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan
kembar tiga, 29 minggu pada kehamilan kembar empat.
7
b) Janin Mati dalam Rahim (IUFD) Kematian janin dalam rahim (IUFD)
adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gr atau lebih
dalam usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih.
c) Kelainan Kongenital Menurut Dollan dkk (2007), setelah
mengendalikan faktor pengganggu, kehamilan dengan janin
mengalami kecacatan berkaitan erat dengan kelahiran prematur.
a. Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam
10 menit
b. Andanya nyeri pada punggung sebelah bawah
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan pada daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 c
f. Penipisan 50 – 80 %
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
h. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
(kontraksi) atau
i. Terjadi pada usia kehamilan 22 - < 37 minggu.
9 Cara utama untuk mengurangi terjadinya risiko persalinan prematur
dapat dilakukan secara awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul.
Dimulai dari dengan pengenalan pasien yang berisiko untuk diberi
penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan prematur
8
serta mengenal kontraksi sedini mungkin sehingga tindakan pencegahan
dapat segera dilakukan.
Prinsip penatalaksanaan kehamilan prematur adalah menunda
persalinan dan mempersiapkan organ janin, terutama paru-paru, janin,
sehingga janin dapat lahir pada usia kehamilan dengan mendekati cukup
bulan sehingga morbiditas dan mortalitas janin dapat menurun.
Penatalaksanaan kehamilan prematur mengancam pada beberapa faktor
dimana persalinan tidak dapat dihambat bila kondisi selaput ketuban
pecah, pembukaan servik yang lebih dari 4 cm, usia kehamilan dengan
tafsiran berat janin > 2.000 gr atau kehamilan > 34 minggu, terjadi
penyulit / komplikasi persalinan prematur, terutama kurangnya fasilitas
neonatal intensive care. oleh karena itu perlu dilakukan mencegahan
persalinan prematur dengan pemberian tokolitik, pematangan surfaktan
pada paru janin yaitu kortikosteroid serta mencegah terjadinya infeksi.
Ada 2 prinsip penatalaksanaan persalinan prematur yaitu penundaan
persalinan dengan menghentikan kontraksi uterus atau persalinan berjalan
terus dan siap penanganan selanjutnya.
a. Tirai Baring Kepentingan
Istirahat rebah disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara
statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian persalinan
prematur.
b. Hidrasi dan sedasi Hidrasi
Oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm, karena sering terjadi hipovalemik pada ibu
dengan kontraksi prematur, walaupun mekanisme biologisnya
belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan untuk mendapatkan
efek sedasi (tenang/mengurangi ketegangan)
c. Pemberian tokolitik
Adapun tokolitik yang digunakan pada kasus dengan
persalinan prematur adalah:
1) Nifedipine. Cara pemberian nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3
kali / jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang.
9
2) COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors Indomethacine. Dosis
awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6 jam untuk 8
kali pemberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari, dapat
menimbulkan oligohidramnion akibat penurunan renal blood
flow janin. Indomethacine direkomendasikan pada kehamilan
> 32 minggu karena dapat mempercepat penutupan duktus
arteriosus (PDA).
3) Magnesium sulfat Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik
yangdiberikan secara parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV
diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam tergantung
dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek
toksik berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV
perlahanlahan.
4) Beta2-sympathomimetics Saat ini sudah banyak ditinggalkan.
Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline,
salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline. Dosis :
50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10
tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai
kontraksi hilang. Infus harus dilanjutkan 12-48 jam setelah
kontraksi hilang.
2.2 Abortus
1. Definisi
10
insidennya juga menurun. Faktor penyebab terjadinya abortus dibagi menjadi
beberapa faktor yaitu :
a. Faktor janin
1. Perkembangan zigot abnormal. Temuan morfologis tersering pada
abortus spontan dini adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah,
janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.
2. Abortus aneuploidi Sekitar seperempat dari kelainan kromosom
disebabkan oleh kesalahan gametogenesis ibu dan 5% oleh kesalahan
ayah.
3. Abortus euploid Abortus euploid memuncak pada usia gestasi sekitar
13 minggu. Insiden abortus euploid meningkat secara drastis setelah
usia ibu 35 tahun.
b. Faktor maternal
1. Usia ibu.
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia
20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35
tahun.
2. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas
ibu, hal ini mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut pada
uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan
tidak adekuatnya persedian darah ke plasenta yang dapat pula
berpengaruh pada janin.
3. Infeksi
Adanya infeksi pada kehamilan dapat membahayakan keadaan
janin dan ibu. Infeksi dapat menyebabkan abortus, dan apabila
kehamilan dapat berlanjut maka dapat menyebabkan kelahiran
prematur, BBLR, dan eklamsia pada ibu.
4. Anemia
11
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme
ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka
berkurang pula kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan
efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain kematian janin,
meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan meningkatkan risiko
terjadinya prematuritas pada bayi.
2. Jenis Abortus
a. Abortus imminens
Setengah dari kasus abortus imminens akan menjadi abortus komplet atau
inkomplet, sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung.
b.Abortus insipiens
c. Abortus inkompletus
d. Abortus kompletus
Apabila perdarahan yang terjadi sangat lama (> 10 hari) dan banyak maka
perlu dipikrkan mencari penyebab lain. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada
ibu.
12
3.Gejala dan Tanda Abortus
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda keguguran yang harus ibu hamil
waspadai dan memerlukan pertolongan medis:
1. Perdarahan
2. Nyeri
13
3. Pergerakan bayi menurun
Perubahan gejala kehamilan, seperti tidak lagi mual atau muntah, bisa
menjadi tanda-tanda keguguran. Namun, perlu diingat bahwa perubahan ini juga
dapat terjadi karena adanya faktor lain, seperti hormon kehamilan. Oleh karena itu,
konsultasikan ke dokter jika Bumil merasakan perubahan gejala kehamilan.
Cairan atau jaringan yang keluar dari vagina dapat menjadi tanda-tanda
keguguran. Jika Bumil mengalami kondisi ini, letakkan jaringan di dalam wadah
yang bersih, lalu bawalah ke dokter untuk mendapatkan analisis lebih lanjut.
Perdarahan pada trimester awal juga tidak selalu berkaitan dengan keguguran, karena
banyak juga ibu hamil yang tetap bisa melanjutkan kehamilan dan melahirkan bayi
dengan sehat.
2.3 IUGR
1. Pengertian IUGR
IUGR ( Intra Uterine Growth Restriction) adalah suatu diagnosis bahwa janin
memiliki berat badan kurang dari persentil ke-10 pada usia kehamilannya. IUGR
mengacu pada penyimpangan dan penurunan pertumbuhan janin yang diharapkan
(UCSF Children’s Hospital, 2004).
14
Menurut Harper,T (2004) penyebab terjadinya IUGR terbagi pada tiga
kategori mayor yaitu pengaruh dari maternal, janin dan plasenta :
a. Faktor maternal
2) Diabetes Miletus
7) Malnutrisi
8) Variasi sosiodemografi
d. HC/AC > 1
15
a. Usahakan hidup sehat Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk
kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
b. Hindari stress selama kehamilan Stress merupakan salah satu faktor
pencetus hipertensi.
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, harus dengan resep dokter kandungan.
d. Olah raga teratur Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar,
dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
e. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan kehamilan secara rutin sesuai dengan usia kehamilan atau
sesuai anjuran dokter /bidan.
2.4 IUFD
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam 17 rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009).
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau akibat
infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati (Saifuddin,2008).
A. Etiologi IUFD
16
analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-
kadang, amniosentesis dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk
keperluan analisis sitogenetik.
d) Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju
ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua
kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (3 kehilangan pada
trimester pertama >1) kehilangan kehamilan trimester kedua dengan
penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena yang
tidak dapat dijelaskan.
e) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas
terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap
janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.
b. Predisposisi
IUFD Menurut Winkjosastro (2009), Pada 25-60% kasus penyebab
kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor
maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
a) Factor maternal antara lain adalah post term(>42 minggu),
diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus
eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia, eklamsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture
uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian
ibu.
b) Factor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh
terlambat, kelainan congenital, kelainan genetic, infeksi.
c) Factor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya
plasenta, KPD, vasa previa.
d) Sedangkan factor resiko terjadinya kematian janin intra
uterine meningkat pada usia >40 tahun, pada ibu infertil,
kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi dengan berat
badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.
17
c. Manifestasi Klinis
IUFD Menurut Achadiat (2004), criteria diagnostic kematian janin
dalam rahim meliputi :
1) Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan
semakin mengecil.
2) Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3) Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4) Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan
normal.
5) Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi,
yakni akibat penimbunan gas dalam tubuh.
d. Diagnosis IUFD
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim
meliputi :
a) Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin
tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan
yang biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di
usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin
tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
b) Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin
pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau
tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
c) Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin
korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin
dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan.
d) Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal
digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat
menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang
tengkorak janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung
secara berlebihan dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian,
foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku
emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan tidak
18
adanya aktifitas jantung janin setelah usia 22 gestasi 6 minggu. Temuan
sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terkadang kehamilan membawa gangguan pada kesehatan ibu hamil .
Pengetahuan tentang gangguan-gangguan yang terjadi saat masa kehamilan
sangat diperlukan bagi ibu yang sedang mengandung, karena merekalah yang
merasakan secara langsung gangguangangguan tersebut. Pengetahuan tentang
gangguan-gangguan pada masa kehamilan sangat diperlukan bagi orang-
orang yang terjun dibidang kesehatan khususnya kebidanan, agar mereka
dapat mengetahui secara langsung dalam menangani ibu hamil. Ada sekitar 9
penyakit dan 26 gejala yang banyak diketahui oleh masyarakat. Adanya
gejala-gejala yang sama pada setiap penyakit mengakibatkan sulitnya
mengambil keputusan penyakit apa yang diderita.
3.2 Saran
Mahasiwi hendaknya mempelajari gejala dan tanda pada kelainan Ibu hamil,
agar memudahkan untuk menegakkan diagnosa. Dengan adanya makalah ini
19
maka pembaca dapat mendeteksi kelainan yang ada pada ibu hamil, agar dapat
diberikan asuhan dini kepada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena agar tidak ada
komplikasi yang lebih parah pada ibu hamil tersebut. Pada penulisan ini, jika
terdapat kekurangan, maka pembaca dapat menjadikan sebagai referensi dan
melengkapi makalah ini.
Daftar Pustaka
20
Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
21