Anda di halaman 1dari 21

Kelainan-kelainan Pada Kehamilan

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. Fitri Muti’ah (30220004)


2. Mariska Anastasia (3022001 )
3. Nadila (3022001 )
4. Nissa Azzahra (3022001 )
5. Rani Purnama Sari (30220018)

DOSEN PEMBIMBING:

Popy Apriyanti, S.St., M.kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDURAHMAN

PALEMBANG

2021-2022

1
Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
2.1 Prematur..............................................................................................................6
2.2 Abortus.............................................................................................................11
2.3 IUGR.................................................................................................................15
2.4 IUFD.................................................................................................................16

BAB III PENUTUP...................................................................................................20


3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20

Daftar Pustaka..........................................................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi, sampai lahirnya janin, lamanya


hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (Saifuddin, 2009). Kehamilan adalah suatu keadaan dimana
janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses
pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan
merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan
tidak dapat diabaikan (Cunningham, 2006). Kondisi kesehatan calon ibu pada masa
awal kehamilan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi
status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim maupun yang sudah lahir,
sehingga disarankan agar calon ibu dapat menjaga perilaku hidup sehat dan
menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa
kehamilan (Johnson, 2016). Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun
kehamilan normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015).
Patologi pada kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit
yang menyertai ibu saat kondisi hamil (Sukarni & Wahyu, 2013) Risiko tinggi pada
kehamilan dapat ditemukan saat menjelang waktu kehamilan, waktu hamil muda,
waktu hamil pertengahan, saat in partu 2 bahkan setelah persalinan (Manuaba, 2008).
Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau masalah kesehatan akan dimasukan
kedalam kategori risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada
kehamilan menjadi lebih besar (Robson and Waugh, 2012). Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu bangsa. Kematian ibu
merupakan kematian seorang wanita yang dapat disebabkan pada saat kondisi hamil
atau menjelang 42 hari setelah persalinan. Hal ini dapat terjadi akibat suatu kondisi
yang berhubungan atau diperberat oleh kehamilannya maupun dalam
penatalaksanaan, tetapi bukan termasuk kematian ibu hamil yang diakibatkan karena
kecelakaan (Maternity & Putri, 2017).
Komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi pada tahap kehamilan trimester
manapun, mulai dari fertilisasi hingga persalinan. Diagnosis dini faktor risiko

3
terhadap komplikasi akan mengarah pada pengobatan dan mencegah timbulnya
bahaya terhadap ibu maupun janin (Johnson, 2016). Oleh karena itu, penulis akan
membahas mengenai kelainan-kelainan pada kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah:
1. Apa itu kelainan premature dan apa penyebabnya pada kehamilan?
2. Apa yang dimaksud dengan abortus dan apa penyebab nya?
3. Apa yang dimaksud dengan IUGR dan apa penyebabnya?
4. Apa itu IUFD dan apa penyebabnya?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kelainan premature dan apa penyebabnya pada kehamilan.
2. Untuk mengetahui kelainan abortus dan apa penyebab nya.
3. Untuk mengetahui kelainan IUGR dan apa penyebabnya.
4. Untuk mengetahui kelainan IUFD dan apa penyebabnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Prematur
a. Pengertian

Persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan


20–37 minggu dihitung dari haid pertama haid terakhir.Persalinan prematur adalah
persalinan kurang bulan dengan usia kehamilan sebelum 37 minggu dengan berat
janin kurang 2500 gram. Persalinan premature menurut World Health Organization
(WHO) didefinisikan persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau
berat janin kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur adalah kejadian kontraksi
uterus secara teratur yang menyebabkan penipisan atau dilatasi serviks sebelum
kehamilan berusia lengkap 37 minggu.

b. Faktor Risiko

Secara teoritis faktor risiko prematur dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor
iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik
merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur
sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan serviks, hidramnion,
infeksi intra-amnion, hipertensi dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar,
janin mati, dan cacat bawaan. Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum
alkohol

1. Faktor Iatrogenik Perkembangan teknologi dan etika kedokteran,


menempatkan janin sebagai individu yang mempunyai hak atas
kehidupannya. Apabila kelanjutan kehamilan dapat membahayakan janin,
maka janin harus dipindahkan ke lingkungan luar yang lebih baik dari
rahim ibu, bila ibu terancam oleh kehamilannya, maka kehamilan harus di
akhiri.
2. Faktor Maternal
a) Usia Ibu Secara fisik dan mental usia yang paling baik untuk hamil
berkisar antara 20 – 35 tahun karena pada usia tersebut secara biologis
memiliki alat reproduksi wanita yang berkembang dan berfungsi
secara maksimal dan merupakan puncak kesuburan, begitu juga faktor
kejiwaan sudah lebih matang sehingga tidak mempengaruhi berbagai

5
faktor penyulit ketika hamil seperti keguguran, perdarahan bahkan
kematian.
b) Riwayat Kelahiran Prematur. Salah satu faktor utama terjadinya
persalinan prematur adalah memiliki riwayat kelahiran prematur. yang
pernah mengalami dan memiliki kehamilan prematur sebelumnya
rentan untuk melahirkan secara prematur kembali, demikian juga
memiliki riwayat aborsi atau keguguran sebelumnya rentan terjadi
persalinan prematur
c) Riwayat Abortus. Kejadian abortus mempunyai efek terhadap
kehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan
maupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
persalinan prematur, abortus berulang dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) . Dinding rahim merupakan tempat melekatnya plasenta,
salah satu fungsi plasenta adalah tempat elekatnya hormon – hormon (
khususnya korionik gonadotropin, esterogen dan progresteron) dan
jika plasenta tidak bekerja dengan baik, maka pembuatan hormon
akan terganggu. Dan jika kadar progresteron menurun akan memicu
kontraksi.
d) Paritas Persalinan prematur lebih banyak terjadi pada ibu dengan
paritas tinggi (lebih dari 5 kali). Ibu bersalin dengan paritas tinggi
mengalami kehamilan dan persalinan berulang kali sehingga pada
sistem reproduksi terdapat penurunan fungsi dan akan meningkat
menjadi risiko tinggi apabila ibu dengan paritas lebih dari 5 kali
melahirkan.
e) Trauma Trauma, inkompetensi servik, sosial ekonomi, stress, gaya
hidup dengan merokok dan infeksi saluran kemih maupun infeksi
vaginosis bacterial memberikan andil penyebab terjadinya persalinan
prematur.
f) Pekerjaan. Jam kerja yang panjang dan kerja fisik yang berat
berhubungan dengan peningkatan terjadinya persalinan prematur.
melakukan penelitian mengenai aktivitas fisik berhubungan dengan
persalinan prematur telah membuahkan hasil yang bertentangan.

6
Beban kerja yang berat dapat meningkatkan hormon prostaglandin,
dengan peningkatan inilah 6 yang dapat memicu terjadinya persalinan
lebih dini. Ibu hamil yang bekerja memiliki pekerjaan dengan sistem
shift, jam kerja lebih lama>7 jam/hari atau >49 jam/minggu, bekerja
di pabrik dengan waktu istirahat rata-rata 1 jam dan kegiatan seperti
mengangkat atau mendorong barang akan menyebabkan persalinan
preterm.
g) Jarak Kehamilan Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menganjurkan kepada para ibu untuk mengatur jarak antara
kehamilannya antara 2 hingga 5 tahun. Karena diharapakan tubuh
seorang ibu diberikan kesempatan untuk mengembalikan organ
reproduksi seperti semula dan kesempatan ibu untuk dapat
memberikan ASI secara optimal, Apabila seorang ibu hamil dan
masih menyusui bayinya dimana tubuh akan melepaskan hormon
oksitosin sehingga dapat memicu kontraksi uterus
h) Inkompetensi Servik. Kondisi dimana servik tidak mampu untuk
mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional servik, ditandai dengan terbukannya servik tanpa disertai
rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban saat kehamilan
prematur sehingga meningkatkan terjadinya persalinan prematur.

3. Faktor Janin
a) Kehamilan Kembar Persalinan
Pada kehamilan kembar besar kemungkinan terjadi masalah
seperti resusitasi neonatus, persalinan prematur, perdarahan partum,
malpresentasi kembar ke dua, atau perlunya tindakan seksio
sesaria.Menurut Norwitz dan Schorge (2008), persalinan pada
kehamilan kembar meningkat sesuai bertambahnya jumlah janin yaitu
lama kehamilan rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal,
37 minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada kehamilan
kembar tiga, 29 minggu pada kehamilan kembar empat.

7
b) Janin Mati dalam Rahim (IUFD) Kematian janin dalam rahim (IUFD)
adalah kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gr atau lebih
dalam usia kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih.
c) Kelainan Kongenital Menurut Dollan dkk (2007), setelah
mengendalikan faktor pengganggu, kehamilan dengan janin
mengalami kecacatan berkaitan erat dengan kelahiran prematur.

c. Diagnosa dan Penatalaksanaan Prematur

Menegakkan diagnosa persalinan prematur terlalu cepat atau lambat


mempunyai risiko meningkatkan mobiditas dan mortalitas neonatus. Tanda utama
dari persalinan prematur adalah adanya kontraksi, kontraksi ini harus dibedakah
antara kontraksi sebenarnya atau palsu, kontraksi yang sebenarnya selalu disertai
dengan adanya pembukaan dan penipisan serviks, dan terjadi pada usia kehamilan <
37 minggu. Sering terjadi kesulitan dalam menentukan adanya persalinan prematur
mengancam, Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benarbenar
merupakan proses persalinan prematur, beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai
diagnosa persalinan prematur adalah:

a. Kontrakasi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam
10 menit
b. Andanya nyeri pada punggung sebelah bawah
c. Perdarahan bercak
d. Perasaan menekan pada daerah serviks
e. Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 c
f. Penipisan 50 – 80 %
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika
h. Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
(kontraksi) atau
i. Terjadi pada usia kehamilan 22 - < 37 minggu.
9 Cara utama untuk mengurangi terjadinya risiko persalinan prematur
dapat dilakukan secara awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul.
Dimulai dari dengan pengenalan pasien yang berisiko untuk diberi
penjelasan dan dilakukan penilaian klinik terhadap persalinan prematur

8
serta mengenal kontraksi sedini mungkin sehingga tindakan pencegahan
dapat segera dilakukan.
Prinsip penatalaksanaan kehamilan prematur adalah menunda
persalinan dan mempersiapkan organ janin, terutama paru-paru, janin,
sehingga janin dapat lahir pada usia kehamilan dengan mendekati cukup
bulan sehingga morbiditas dan mortalitas janin dapat menurun.
Penatalaksanaan kehamilan prematur mengancam pada beberapa faktor
dimana persalinan tidak dapat dihambat bila kondisi selaput ketuban
pecah, pembukaan servik yang lebih dari 4 cm, usia kehamilan dengan
tafsiran berat janin > 2.000 gr atau kehamilan > 34 minggu, terjadi
penyulit / komplikasi persalinan prematur, terutama kurangnya fasilitas
neonatal intensive care. oleh karena itu perlu dilakukan mencegahan
persalinan prematur dengan pemberian tokolitik, pematangan surfaktan
pada paru janin yaitu kortikosteroid serta mencegah terjadinya infeksi.
Ada 2 prinsip penatalaksanaan persalinan prematur yaitu penundaan
persalinan dengan menghentikan kontraksi uterus atau persalinan berjalan
terus dan siap penanganan selanjutnya.
a. Tirai Baring Kepentingan
Istirahat rebah disesuaikan kebutuhan ibu, namun secara
statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian persalinan
prematur.
b. Hidrasi dan sedasi Hidrasi
Oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah
persalinan preterm, karena sering terjadi hipovalemik pada ibu
dengan kontraksi prematur, walaupun mekanisme biologisnya
belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan untuk mendapatkan
efek sedasi (tenang/mengurangi ketegangan)
c. Pemberian tokolitik
Adapun tokolitik yang digunakan pada kasus dengan
persalinan prematur adalah:
1) Nifedipine. Cara pemberian nifedipin 10 mg/oral diulang 2 – 3
kali / jam, dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang.

9
2) COX (cyclo-oxygenase)-2-inhibitors Indomethacine. Dosis
awal 100 mg, dilanjutkan 50 mg peroral setiap 6 jam untuk 8
kali pemberian. Jika pemberian lebih dari 2 hari, dapat
menimbulkan oligohidramnion akibat penurunan renal blood
flow janin. Indomethacine direkomendasikan pada kehamilan
> 32 minggu karena dapat mempercepat penutupan duktus
arteriosus (PDA).
3) Magnesium sulfat Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik
yangdiberikan secara parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV
diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam tergantung
dari produksi urine dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek
toksik berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV
perlahanlahan.
4) Beta2-sympathomimetics Saat ini sudah banyak ditinggalkan.
Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline,
salbutamol, isoxsuprine, fenoterol dan hexoprenaline. Dosis :
50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10
tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai
kontraksi hilang. Infus harus dilanjutkan 12-48 jam setelah
kontraksi hilang.

2.2 Abortus
1. Definisi

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia


luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila
berat badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu.
Abortus dapat pula diartikan sebagai berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup. Selain itu abortus dapat diartikan sebagai
pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500 gram atau
kehamilan kurang dari 20 minggu. Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu
pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan
penyebab, pada paling sedikit seperuh dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu

10
insidennya juga menurun. Faktor penyebab terjadinya abortus dibagi menjadi
beberapa faktor yaitu :

a. Faktor janin
1. Perkembangan zigot abnormal. Temuan morfologis tersering pada
abortus spontan dini adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah,
janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.
2. Abortus aneuploidi Sekitar seperempat dari kelainan kromosom
disebabkan oleh kesalahan gametogenesis ibu dan 5% oleh kesalahan
ayah.
3. Abortus euploid Abortus euploid memuncak pada usia gestasi sekitar
13 minggu. Insiden abortus euploid meningkat secara drastis setelah
usia ibu 35 tahun.

b. Faktor maternal
1. Usia ibu.
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia
20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35
tahun.
2. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas
ibu, hal ini mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut pada
uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan
tidak adekuatnya persedian darah ke plasenta yang dapat pula
berpengaruh pada janin.
3. Infeksi
Adanya infeksi pada kehamilan dapat membahayakan keadaan
janin dan ibu. Infeksi dapat menyebabkan abortus, dan apabila
kehamilan dapat berlanjut maka dapat menyebabkan kelahiran
prematur, BBLR, dan eklamsia pada ibu.
4. Anemia

11
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme
ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka
berkurang pula kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan
efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain kematian janin,
meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan meningkatkan risiko
terjadinya prematuritas pada bayi.

2. Jenis Abortus

a. Abortus imminens

Setengah dari kasus abortus imminens akan menjadi abortus komplet atau
inkomplet, sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung.

b.Abortus insipiens

Terkadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan


yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera
dilakukan.

c. Abortus inkompletus

Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak dan membahayakan ibu. Bila


jaringan yang tertinggal dalam rahim tidak segera dibersihkan maka dapat
menyebabkan abortus sepsis dan dapat menyebabkan kemaitian ibu.

d. Abortus kompletus

Apabila perdarahan yang terjadi sangat lama (> 10 hari) dan banyak maka
perlu dipikrkan mencari penyebab lain. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada
ibu.

12
3.Gejala dan Tanda Abortus

Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda keguguran yang harus ibu hamil
waspadai dan memerlukan pertolongan medis:

1. Perdarahan

Perdarahan atau keluarnya bercak darah merupakan tanda awal keguguran.


Namun perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan akan berakhir dengan
keguguran. Perdarahan ringan dengan bercak berwarna merah mudah atau cokelat
biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Perdarahan ringan juga umumnya berlangsung
selama 1–2 minggu. Pada kasus tertentu, keguguran bisa terjadi tanpa adanya
perdarahan. Keguguran ini dinamakan missed abortion.

2. Nyeri

Perdarahan yang disertai rasa nyeri patut diwaspadai sebagai tanda-tanda


keguguran. Bagian tubuh yang terasa nyeri biasanya adalah panggul, perut, dan
punggung belakang. Rasa nyeri ini biasanya terasa lebih hebat dibandingkan nyeri
haid dan bisa muncul terus-menerus atau sesekali.

13
3. Pergerakan bayi menurun

Umumnya, keguguran terjadi saat usia kehamilan belum mencapai 20


minggu. Namun, keguguran terlambat (late miscarriage) dapat terjadi pada usia
kehamilan 12–24 minggu. Salah satu tanda dari late miscarriage adalah adanya
penurunan pergerakan bayi. Oleh karena itu, Bumil perlu waspada jika janin tidak
bergerak selama beberapa hari dan segera periksakan kondisi kehamilan ke dokter.

4. Perubahan gejala kehamilan

Perubahan gejala kehamilan, seperti tidak lagi mual atau muntah, bisa
menjadi tanda-tanda keguguran. Namun, perlu diingat bahwa perubahan ini juga
dapat terjadi karena adanya faktor lain, seperti hormon kehamilan. Oleh karena itu,
konsultasikan ke dokter jika Bumil merasakan perubahan gejala kehamilan.

5. Keluar cairan atau jaringan dari vagina

Cairan atau jaringan yang keluar dari vagina dapat menjadi tanda-tanda
keguguran. Jika Bumil mengalami kondisi ini, letakkan jaringan di dalam wadah
yang bersih, lalu bawalah ke dokter untuk mendapatkan analisis lebih lanjut.
Perdarahan pada trimester awal juga tidak selalu berkaitan dengan keguguran, karena
banyak juga ibu hamil yang tetap bisa melanjutkan kehamilan dan melahirkan bayi
dengan sehat.

2.3 IUGR
1. Pengertian IUGR

IUGR ( Intra Uterine Growth Restriction) adalah suatu diagnosis bahwa janin
memiliki berat badan kurang dari persentil ke-10 pada usia kehamilannya. IUGR
mengacu pada penyimpangan dan penurunan pertumbuhan janin yang diharapkan
(UCSF Children’s Hospital, 2004).

14
Menurut Harper,T (2004) penyebab terjadinya IUGR terbagi pada tiga
kategori mayor yaitu pengaruh dari maternal, janin dan plasenta :

a. Faktor maternal

1) Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional, autoimun).

2) Diabetes Miletus

3) Infeksi HIV, TORCH dan Syphilis.

4) Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik,


anemia berat).

5) Malformasi uterine atau fibroid.

6) Thrombofilia (sindrom antifosfolipid).

7) Malnutrisi

8) Variasi sosiodemografi

9) Merokok dan narkotika.

10) Wanita dengan pertumbuhan terhambat, mempunyai riwayat kehamilan


IUGR.

3. Gejala dan Pencegahan IUGR

Suspek PJT menurut POGI (2011), yaitu:

a. TFU 3 cm atau lebih dibawah normal

b. Pertambahan berat badan < 5 kg pada UK 24 minggu atau < 8 kg pada UK


32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)

c. Estimasi berat janin < 10 persentil

d. HC/AC > 1

e. AFI 5 cm atau kurang 6.

f. Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3

g. Ibu merasa gerakan janin berkurang.

Pencegahan untuk IUGR setiap ibu hamil sebagai berikut :

15
a. Usahakan hidup sehat Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk
kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
b. Hindari stress selama kehamilan Stress merupakan salah satu faktor
pencetus hipertensi.
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, harus dengan resep dokter kandungan.
d. Olah raga teratur Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar,
dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
e. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan kehamilan secara rutin sesuai dengan usia kehamilan atau
sesuai anjuran dokter /bidan.

2.4 IUFD
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam 17 rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro, 2009).
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau akibat
infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati (Saifuddin,2008).

A. Etiologi IUFD

Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu : 1) 50 %


kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

a) Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan


dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana
yang yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD.
b) Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan
kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit
diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar
monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.
c) Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya
dalam kasus ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan

16
analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-
kadang, amniosentesis dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk
keperluan analisis sitogenetik.
d) Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju
ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua
kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (3 kehilangan pada
trimester pertama >1) kehilangan kehamilan trimester kedua dengan
penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena yang
tidak dapat dijelaskan.
e) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas
terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap
janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.

b. Predisposisi
IUFD Menurut Winkjosastro (2009), Pada 25-60% kasus penyebab
kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor
maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
a) Factor maternal antara lain adalah post term(>42 minggu),
diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus
eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia, eklamsia,
hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture
uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian
ibu.
b) Factor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh
terlambat, kelainan congenital, kelainan genetic, infeksi.
c) Factor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya
plasenta, KPD, vasa previa.
d) Sedangkan factor resiko terjadinya kematian janin intra
uterine meningkat pada usia >40 tahun, pada ibu infertil,
kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi dengan berat
badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.

17
c. Manifestasi Klinis
IUFD Menurut Achadiat (2004), criteria diagnostic kematian janin
dalam rahim meliputi :
1) Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan
semakin mengecil.
2) Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3) Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4) Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan
normal.
5) Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi,
yakni akibat penimbunan gas dalam tubuh.

d. Diagnosis IUFD
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim
meliputi :
a) Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin
tidak akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan
yang biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di
usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin
tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
b) Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin
pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau
tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
c) Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin
korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin
dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan.
d) Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal
digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat
menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang
tengkorak janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung
secara berlebihan dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian,
foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku
emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan tidak

18
adanya aktifitas jantung janin setelah usia 22 gestasi 6 minggu. Temuan
sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terkadang kehamilan membawa gangguan pada kesehatan ibu hamil .
Pengetahuan tentang gangguan-gangguan yang terjadi saat masa kehamilan
sangat diperlukan bagi ibu yang sedang mengandung, karena merekalah yang
merasakan secara langsung gangguangangguan tersebut. Pengetahuan tentang
gangguan-gangguan pada masa kehamilan sangat diperlukan bagi orang-
orang yang terjun dibidang kesehatan khususnya kebidanan, agar mereka
dapat mengetahui secara langsung dalam menangani ibu hamil. Ada sekitar 9
penyakit dan 26 gejala yang banyak diketahui oleh masyarakat. Adanya
gejala-gejala yang sama pada setiap penyakit mengakibatkan sulitnya
mengambil keputusan penyakit apa yang diderita.

3.2 Saran
Mahasiwi hendaknya mempelajari gejala dan tanda pada kelainan Ibu hamil,
agar memudahkan untuk menegakkan diagnosa. Dengan adanya makalah ini

19
maka pembaca dapat mendeteksi kelainan yang ada pada ibu hamil, agar dapat
diberikan asuhan dini kepada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena agar tidak ada
komplikasi yang lebih parah pada ibu hamil tersebut. Pada penulisan ini, jika
terdapat kekurangan, maka pembaca dapat menjadikan sebagai referensi dan
melengkapi makalah ini.

Daftar Pustaka

Asrinah. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Astuti. (2009). Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC.

Eileen, B. (2007). Senam Hamil dan Nifas. Jakarta: EGC

Fraser, D. M. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan


Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Mandriwati, G.A. (2008). Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil.


Jakarta : EGC

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:


EGC.

Prawirohardjo, S. (2009). Asuhan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC.

20
Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Widianti, A. (2010). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika.

Yulaikhah, L. (2010).Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Yuliarti, N. (2010). Panduan Lengkap Olahraga bagi Wanita Hamil &


Menyusui, Yogyakarta: CV. Andi Offset

21

Anda mungkin juga menyukai