Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Ke hadirat


TUHAN yang Maha ESA yang telah melimpahkan rahmatNya
kepada kita semua, sehingga kami dapa tmenyelesaikan
makalah tentang asuhan keperawatan pada pasien prematuritas.

Makalah ini telah kami susun dengan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang


asuhan keperawatan pada pasien prematuritas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.2 LatarBelakang................................................................................1

2.2 RumusanMasalah...........................................................................2

3.2 Tujuan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

2.1 Definisi Prematuritas ......................................................................

2.2 Etiologi Prematuritas ......................................................................

2.3 Klasifikasi Prematuritas..................................................................

2.4 Pengukuran gerak pada bayi premature .........................................

2.5 Tanda dan Gejala Prematuritas.......................................................

2.6 Patofisiologi Prematuritas ..............................................................

2.7 Mind mup Prematuritas .....................................................................

2.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................


2.9 Penatalaksana Prematuritas ............................................................

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan pada Prematuritas ...........................

BAB III PENUTUP .......................................................................................

3.1 Kesimpulan..........................................................................................

3.2 Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Kelahiran premature adalah kelahiran yang berlangsung pada


umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kelahiran premature merupakan masalah
penting dibidang reproduksi manusia baik di Negara maju maupun
Negara berkembang seperti Indonesia. Sebesar 70% penyebab
tingginya kematian perinatal disebabkan oleh persalinan prematur,
sedangkan kematian perinatal sendiri merupakan tolak ukur
kemampuan suatu Negara dalam upaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.
Kelahiran premature meningkat dari 7,5% (2 juta kelahiran)
menjadi 8,6% (2,2 juta kelahiran) di dunia. Angka kejadian kelahiran
prematur di Negara berkembang jauh lebih tinggi, seperti india (30%),
afrika selatan (15%), sudan (31%) dan malaysia (10%). Angka
kelahiran premature berkisar 10-20% di Indonesia pada tahun 2009
dan angka ini menyebabkan Indonesia termasuk dalam peringkat
kelima dengan kelahiran pramatur terbesar.
Berdasarkan data survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
terjadi penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) sejak tahun 1991
yaitu sebesar 68 per
1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup menurut
SDKI 2007. Namun, angka tersebut masih jauh dari target Millennium
Development Goals (MDGs) ke 4 yang berisi target untuk
menurunkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2015 sebesar 23
per 1.000 kelahiran hidup. Disamping itu, adanya program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebesar 25% pada tahun
2011 hingga 2016, menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi luaran maternal dan perinatal,
khususnya pada persalinan premature sehingga dapat menekan angka
mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.
Kelahiran premature dapat disebabkan karena adanya masalah
kesehatan pada ibu hamil maupun pada janin itu sendiri yang
merupakan factor risiko dari terjadinya kelahiran prematur. Ibu dan
anak yang dilahirkan dapat mengalami berbagai masalah kesehatan
dikarenakan ibu belum siap secara mental dan fisik
untuk melakukan persalinan, sedangkan pada bayi belum untuk
melakukan persalinan, sedangkan pada bayi belum terjadi kematangan
organ janin ketika dilahirkan yang mengakibatkan banyaknya organ
tubuh yang belum dapat bekerja secara sempurna. Hal ini
mengakibatkan bayi premature sulit menyesuaikan diri dengan
kehidupan luar rahim, sehingga mengalami banyak gangguan
kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi prematuritas?

2. Etiologi dari prematuritas?

3. Klasifikasi dari prematuritas?

4. Tanda dan gejala dari prematuritas?

5. Patofisiologi dari prematuritas?

6. Pathway dari prematuritas?

7. Pemeriksaan penunjang dari prematuritas?

8. Penatalaksanaan dari prematuritas?

9. Konsep asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi prematuritas?

2. Untuk mengetahui etiologi dari prematuritas?

3. Untuk mengetahui klasifikasi dari prematuritas?

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari prematuritas?

5. Untuk mengetahui patofisiologi dari prematuritas?

6. Untuk mengetahui pathway dari prematuritas?

7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari prematuritas?

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari prematuritas?

9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Prematuritas

Prematuritas adlah kelahiran yang berlangsung pada umur


kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Terdapat 3 subkategori usia kelahiran
premature berdasarkan WHO, yaitu:
1. Extremely preterm (<28 minggu)

2. Very preterm (28 hingga <32 minggu)

3. Moderate to late praterm (32 hingga <37 minggu)

Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan


lahir rendah (BBRL) karena terdapat dua bentuk penyebab
kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu
karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari biasanya, sekalipun umur cukup, atau karena
kombinasi keduanya (Maryunani & Nurhayati, 2009)
2.2 Etiologi prematuritas

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran


premature dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu sbb:
1. Factor ibu

Factor ibu merupakan hal domain dalam mempengaruhi


kejadian premature, factor-faktor tersebut di antaranya
adalah:
a. Toksemia gravidarum (preeklamsia dan eklamsia)

b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya, pendarahan


antepartum, malnutrisi dan anemia sel sabit
c. Kelainan bentuk uterus (missal: uterus bikurnis, inkompeten serviks)

d. Tumor (misalnya: mioma uteri, eitsoma)

e. Ibu yang penerita penyakit seperti penyakit akut


dengan gejala panas tinggi (missal: thypus
abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis
(misalnya: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit
ginjal)
f. Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.

g. Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotika, rokok dan alcohol)

h. Usia ibu pada saat hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahu.

2. Factor jalan lahir

Bebreapa factor janin yang mempengaruhi kejadian


premature antara lain kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom,
infeksi (missal: rubella, sifilis, tokoplasmosis), insufensi
plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (factor
rhesus, golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim
3. Factor lain

Selain factor ibu dan janin ada factor lain yaitu factor
plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta, factor
lingkungan, radiasi atau zat- zat beracun, keadaan sosial
ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang
melelahkan dan merokok
2.3 Klasifikasi

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan premature


dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Premature sesuai masa kehamilan (SMK)

Bayi premature sesuai masa kehamilan (SMK) adalah


bayi yang lahir degan masa gestasi kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan usia kehamilan. Derajat
prematuritas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok antara
lain dalah sebagai berikut:
a. Bayi sangan premature (ekstremely premature):24-30 minggu

b. Bayi premature sedang (moderately premature): 31-36 minggu

c. Borderline premature: 37-38 minggu. Bayi ini


mempunyai sifat premature dan matur. Beratnya seperti
matur akan tetapi sering timbul masalah seperti dialami
bayi premature misalnya gangguan pernafasan,
hiperbilirubinemia dan daya isap yang lemah
2. Bayi premature kecil untuk masa kehamilan (KMK)

KMK adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang


dati berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut.
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan
bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan
pertumbuhan di dalam uterus (intrauterine retardation:
IUGR) seperti pseudoprematur, small for dates, dymature,
fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR
dan small gestational age (SGA).

Seperti bayi baru lahir (premature, matur dan post matur)


mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan
masa gestasinya. Gambaran kliniknya tergantung dari pada
lamanya, intensitas dan timbulnya gangguan pertumbuhan
yang mempengaruhi bayi tersebut. IUGR dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a. Proportionate IUGR: janin menderita distress yang
lama, gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir.
Sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam
proporsi yang seimbang, akan tetapi keseluruhannya
masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
b. Disproportionate IUGR: terjadi akibat distress sub
akut. Gangguan terjadi beberapa minggu atau
beberapa hari sebelum janin lahir. Padda keadaan ini
panjag dan lingkar kepala norml, akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda- tandanya
adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit,
kulit kering, keriput dan mudah diangkat, bayi
kelihatan kurus dan lebih panjang.
2.4 Pengukuran gerak pada bayi prematur

kan suatu penilaian tergadap bayi. Yang dinilai ialah warna kulit
(appereance), frekuensi jantung (pulse), reaksi rangsangan
(grimace), tonus otot (activity), pernafasan (respiratory).
(Abdoerahman M H, 2007).
Tanda vital 0 1 2
Denyut jantung Tidak terdengar <100/ menit >100/ menit
Pernafasan Hilang Lambat/ tak Normal / bayi

teratur/ lemah menangis


Tonus otot Lemah/ tidak Lengan dan kaki Bergerak aktif
ada gerak dalam posisi dan spontan
fleksi dengan

sedikit geraak
Respon reflex Tidak ada respon Wajah meringis Meringis, batuk
terhadap stimulus saat stimulus atau menangis
atau bersin saat
stimulasi
Warna kulit Biru seluruh Badan merah Seluruhnya merah
tubuh muda ekstermitas muda
biru

2.5 Tanda dan gejala

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan


gejala yang terjadi pada bayi premature antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

4. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33cm

5. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

6. Rambut lanugo masih banyak

7. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

8. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

9. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

10. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup


oleh labia mayora dan klitoris menonjol (pada bayi
perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmen dan rugue pada skrotum kurang (pada laki-laki)
11. Tonus otot bayi lemah sehingga kurang aktif dan
pergerakannya lemah.
12. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah

13. Jaringan kelenjar mamae masih kurang aktib


pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang
14. Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

Menurut Proverawati & Susistyorini (2010), bayi premature


menunjukkan belum sempurna fungsi organ tubuh dengan
keadaan lemah, yaitu sebagai berikut:
1. Tanda-tanda bayi premature sesuai masa kehamilan

a. Kulit tipis dan mengkilap


b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum
terbentuk dengan sempurna
c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak
ditemukan terutama pada daerah punggung
d. Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik

e. Pada bayi perempuan, labia mayora masih belum


menutupi labia minora
f. Pada laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis
kadang belum turun
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk

h. Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur

i. Reflex menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah

2. Tanda-tanda premature kecil untuk masa kehamilan

a. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih, tetapi


beratnya kurang dari 2500 gram
b. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat

c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

d. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun

e. Bila bulan kurang maka jaringan payudara dan putting kecil

2.6 Patofisiologi

Menurut Surasti, dkk (2003), neonates dengan imaturitas


pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori
melalui peningkatan metabolism. Hal ini disebabkan karena
respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga bayi
tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada
stress dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis
nonshiver. Sehingga respon terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus
metabolism lemak dari cadangan lemak coklat atau menghasilkan
kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stre dapat
menyebabkan hipoksia, metabolism asidosis dan hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin
akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen
tersedia tidak memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang
(hipoksia) dan keadaan ini

akan menjadi lebih buruk karena volume paru akan menurun


akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal
(HbF) yang dapatmengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi
dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas
norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya,
menurunkan keefektifan vebtilasi paru sehingga kadar oksigen
darah berkurang. Keadaan ini menghambat metabolisme glukosa
dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan
peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan
metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga
meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan
metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak
daripada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya
hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau
tidak adekuat (surasmi, dkk 2003).
Bayi prematur umumnya relatif kurang mampu bertahan
untuk hidup karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan
fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua.
Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi
untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas
normal. Bayi beresiko tinggi lain juga mengalami kesulitan yang
sama karena hambatan atau gangguan pada fungdi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau
penyakit yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat
mempertahankan suhu badan dalam batas normal karena pusat
pengaturan suhu pada otak yang belum matur, kurangnya
cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak
ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang
relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada,
sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas suhu tubuh melalui
aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurag
(surasmi, dkk 2003).

MIND MUP PREMATURITASE


akan menjadi lebih buruk karena volume paru akan menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal
(HbF) yang dapatmengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi
dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas
norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya,
menurunkan keefektifan vebtilasi paru sehingga kadar oksigen
darah berkurang. Keadaan ini menghambat metabolisme glukosa
dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan
peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaan dengan
metabolisme lemak coklat yang menghasilkan asam sehingga
meningkatkan kontribusi terjadinya asidosis. Kegiatan
metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak
daripada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya
hipoglikemia. Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen
saat lahir sedikit, sesudah kelahiran pemasukan kalori rendah atau
tidak adekuat (surasmi, dkk 2003).
Bayi prematur umumnya relatif kurang mampu bertahan
untuk hidup karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan
fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua.
Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi
untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas
normal. Bayi beresiko tinggi lain juga mengalami kesulitan yang
sama karena hambatan atau gangguan pada fungdi anatomi,
fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya kelainan atau
penyakit yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat
mempertahankan suhu badan dalam batas normal karena pusat
pengaturan suhu pada otak yang belum matur, kurangnya
cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber kalori. Tidak
ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang
relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada,
sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas suhu tubuh melalui
aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurag
(surasmi, dkk 2003).

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PREMATURITAS

1. Pengkajian

Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari


ujung rambt hingga ujung kaki, meliputi semua sistem
pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemerikasaan harus dilakukan
dengan teliti (Proverawati & Sulistorini, 2010).
Menurut Surasmi, dkk (2003), pengakjian pada
bayi prematur meliputu:
1) Pengkajian umum pada bayi

Pengkajian umum pada bayi antara lain meliputi:

a. Penimbangan berat badan.

b. Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala.

c. Mendiskripsikan bentuk badan secara umum,


postur sat istirahat, klancaran pernapasan, edema
dan lokasinya.
d. Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak.

e. Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti


warna pucat, mulut yang terbuka, menyeringai, dan
lain=lain.
2) Masalah yang berkaitan dengan ibu
Masalah-masalah tersebut antara lai n adalah
hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta,
inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi,
diabetus militus, status sosial ekonimi yang rendah,
tiadanya perawatan sebelum lahir (prenatal care),
riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan
obat-obatan, alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang di
bawah 16 tahun atau di atas
35 tahun, latar pendidikan rendah, kehamilan kembar,
kelahiran prematur sebelumnya dan jarak kehamilan
yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit
hubungan seksual lain, golongan darah dan faktor Rh.
3) Pengkajian bayi pada saat kelahiran

Umur kehamilan biasanya anatara 24 sampai 37


minggu, rendahnya berat badan saat kelahiran (kurang
sari 2500 gram), lapisan lemak subkutan sedikit atau
tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih besar
dari pada badan dan 3 cm lebih lebar dibandingkan
lebar dada, nilai Apgar pada 1 sampai 5.
4) Kardiovaskular

Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-


160/menit pada bagian apikal dengan ritme yang tratur,
pada saat kelahiran kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal, uyang menunjukkan
aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau
atelektasis paru.
Pengakajian sistem kardiovaskular dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan frekuensi dan irama denyut jantung.

b. Mendengarakan suara jantung.

c. Mementukan letak jantung tempat denyut dapat


didengarakan, dengan palpasi akan diketahui
perubahan intensitas suara jantung.
d. Mendiskripsikan warna kulit bayi, apakah
sianosis, pucat pletora, atau ikterus.
e. Mengkaji warna kuku, mukosa, dan bibir.

f. Mengukur tekanan darah dan mendiskripsikan


masa pengisian kapiler perifer (2-3 detik) dan
perfusi perifer.
5) Gastrointestinal

Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen,


pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu
12 jam, reflek menelan dan mengisap yang lemah,
tidak ada anus dan ketidaknormalan kongnital lain.
Pengkajian gastrointestinal pada bayi dapat
dilakukan dengan acra sebagai berikut:
a. Mendiskripsikan adanya distensi abdomen,
pembesaran lingkaran abdomen, kulit yang
mengkilap, eritma pada

dinding abdomen, terlihat gerakan peristaltik


dan kondisi umbilikus.
b. Mendiskripsikan tanda reguegitasi dan waktu
yang berhubungan dengan pemberian makan,
karakter dan jumblah sisa cairan lambung.
c. Jika bayi menggunakan selang nasogastrik
diskripsikan tipe selang pengisap dan cairan
yang keluar (jumlah, warna, dan Ph).
d. Mendiskripsikan warna dan kepekaan fases, dan
periksa adanya darah sesuai dengan permintaan
dokter atau ada indikasi perubahan fases.
e. Mendiskripsikan suara perisktaltik usus pada
bayi yang sudah mendapatkan makanan.
6) Intergumen

Pada bayi prematur kulit berwarna merah muda


atau merah, kuning-kuningan, sianosis, atau campuran
bermacam warna, sedikit vernix caseosa dengan rambut
lanugo di sekujur tubuh, kulit tanpak transparan, halus
dan mengkilap, edema yang menyeluruh atau pada
bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku
pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau
bahkan sama sekali tidak ada sama sekali, terdapat
petekie atau ekimosis.
Pengkajian sistem intergumen pada bayi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan setiap penyimpangan warna kulit, area
kemerahan, iritasi, abrasi.
b. Menetukan tekstur dan turgor kulit bapak
kering, halus, atau bernoda.
c. Mendiskripsikan setiap kelainan bawaan pada
kulit, seperti tanda lahir, rauman dan lain-lain.
d. Mengukur suhu kulit dan aksila.

7) Muskuloskeletal

Pada bayi prematur tulang kartilago telinga belum


tumbuh dan sempurna yang masih lembut dan lunak,
tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan
lemah dan tidak aktif atau letargik.
Pengkajian muskuloskeletal pada bayi dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mendiskripsikan pergerakan bayi, apakah
gemetar, spontan, menghentak, tingkat aktivitas
bayi dengan rangsangan berdasarkan usia
kehamilan.
b. Mendiskripsikan posisi bayi fleksi atau ekstensi

c. Mendiskripsikan perubahan lingkaran kelapa


(kalau ada indikasi) ukuran tegang fontanel dan
garis sutura.
8) Neurologis
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes
neurologis tampak resisten dan gerakan reflek hanya
berkembang sebagian. Reflek menelan, mengisap dan
batuk masih lemah atau tidak efektif, tidak ada atau
menurunnya tanda neurologis, mata biasanya tertutup
atau mengatup apabila umur kehamilan belum
mencapai 25-26 minggu, suu tubuh tidak stabil atau
biasanya hipotermi, gemetar, kejang dan mata berputar-
putar yang bersifat semnatara tapi bisa
mengidentifikasikan adanya kelainan neurologis.
Pengkajian neurologis pada bayi prematuritas dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Mengamati atau memeriksa reflek moro,
mengisap, roting, babinski, plantar, dan refleks
lainnya.
b. Menentukan respon pupil bayi.

9) Pernapasan

Ada bayi prematur jumblah pernapasan arat-rata


40-60 klai/menit dan diselangi dengan periode apnea,
pernapasan tidak teratur, faring nasal melebar (nasal
melebar), terdengar dengkuran, retraksi (interkostal,
suprasternal, substerbal), terdengar suara gemersik saat
bernapas. Pengkajian sistem pernapasan pada bayi
prematur dpat dilakukan dengan acara sebagai berikut:

a. Mendiskripsikan bentuk dada simetris aau tidk,


adanya luka atau penyimpangan yang lain.
b. Mendiskripsikan apakah apada saat bayi
bernapas menggunakan otot-otot bantu
bernapas, pernapasan cuping hidung, atau
subternal, retraksi interkosatl atau
subklavikular.
c. Menghitung frekuensi pernapasan dan
perhatikan teratur atau tidak.
d. Auskultasi suara napas, perhatikan adanya
stridor, crakles, mengi, ranki basah, pernapasan
mendengkur dan keseimbagan suara napas.
e. Mendiskripsikan suara tangis bayi apakah keras
atau merintih.
f. Mendiskripsikan pemakaian oksigen meliputi
dosis, metode, tipe ventilator, dan ukuran
batang yang diguankan.
g. Tentukan saturasi (kejenuhan) oksigen denga
menggunakan oksimetri nadi dan sebagian
tekanan oksigen dan karbondioksida melalaui
oksigen transkutan (tcPO₂).
10) Perkemihan

Pengkajian sistem perkemihan pada bayi dapat


dilakukan dengan cara mengkaji jumlah, warna, Ph,
berat jenis urine dan hasil laboratorium yang
ditemukan. Pada bayi prematur, bayi berkemih 8 jam
setelah kelahiran belum mampu untuk melarutkan
ekskresi ke dalam urine.
11) Reproduksi

Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan


labia mayora belum berkembang atau belum meliputi
labia minora. Pada bayi laki- laki skrotum belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil dan
testis belum turun ke dalam skrotum.
12) Temuan sikap

Tangis bayi yang lemah, bayi tidak aktif dan terdapat tremor.
2. Analisa data

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Pola napas tidak Pertumbuhan dinding Ketidak efektifan pola
efektif berhubungan dada dan vaskuler napas berhubungan
dengan gangguan paru belum dengan imaturitas otot-
neurologis misalnya sempurna otot pernapasan dan
cedera kepala, penurunan ekspansi
gangguan kejang Infus pernapasan paru

Ketidak efektifan pola


napas
ventilasi semenit

- Penurunan
kapasitas vital
- Perubahan dalam
bernafas (dewasa
Vᴛ 500 mL pada
saat istirahat, bayi
6-8 Ml/kg)
- Peningkatan
diameter anterior-
posterior
- Napas cuping
hidung
- Ortopena

- Faese ekspirasi
memanjang
- Pernapasan bibir
mencucu
- Takipnea

- Penggunaan otot
aksesoris untuk
bernafas
2 Ds: Fungsi organ belum Ketidak adekuatan
baik pemberian ASI
- Persepsi suplai
berhubungan dengan
ASI yang tidak
Reflek menelan belum prematuritas.
adekuat
sempurna
- Ketidakpuasan
prosess menyusui
Ketidakadekuatan
(seprti yang di
pemberian ASI
ungkapkan oleh
ibu)
Do:

- Ketidakadekuatan
supali ASI
- Penyosongan
masing-masing
payudara setiap
kali menyusui
tidak sempurna
- Mengisap pada
payudara tidak
kontinu
3 Ds: Dinding lambung lunak Disfungsi motalis
Mudah kembung gastrointestinal
- Mengungkapkan
Disfungsi motalis berhubungan dengan
flatus tidak ada
ketidak adekuatan
- Nyeri/kram gastrointestinal
aktifitas peristaltik di
abdomen
dalam sistem
- Merasa mual
gastrointestinal.
Do:
- Suara peritaltik
berubah (tidak
ada, hipoaktif,
atau hipersktif)
- Residu lamnung
meningkat/
menurun
- Muntah

- Reguragitasi

- Pengosongan
lambung cepat
- Distensi abdomen
- Dire

- Fases kering dan


sulit keluar

- Fases keras
4 Ds: Fungsi organ-organ Ketidak seimbangan
belum baik nutrsi kurang dari
- Kram abdomen
kebutuhan tubuh
- Nyeri abdomen
berhubungan dengan
Reflek menelan belum
(dengan atau
ketidak mampuan
sempurna
tanpa penyakit)
menerima nutrisi.
- Menolak makan
Ketidakseimbangan
- Persepsi
nutrisi kurang dari
ketidakmampuan
kebutuhan tubuh
untuk mencerna
makanan
Do:

- Pembuluh kapiler
rapuh bising usus
hiperaktif
- Kelemahan otot
yang berfungsi
untuk menelan

atau mengunyah
5 Do: Jaringan lemak Resiko
subkutan lebih tipis
- Perubahan laju ketidakseimbangan
metabolisme suhu tubuh
Kehilangan panas
- Dehidrasi berhubungan dengan
penurunan jaringan
- Terpajan suhu
lemak subkutan.
lingkungan yang Resiko
ekstrem
ketidakseimbangan
- Usia yang ekstrem
suhu tubuh
- Berat badan yang
ekstrem
- (imaturitas sistem

regulasi suhu bayi


baru lahir)

- {badan bayi yang


rendah
(neonatus)}
6 Ds: Bayi baru lahir Resiko infeksi
prematur berhubungan dengan
- Malnutrisi
(BBLR/berat badan bilirubin tak
- Ruptur membra
<2500 garm) terkonjungsi dalam
amnion prematur
sirkulasi.
- Pertahanan
sekunder
Penurunan daya tahan
tidakadekuat
tubuh
- Pertahanan periver

tidakadekuat
Resiko infeksi

3. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hanbatan upaya napas
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan refleks
menghisap bayi
3. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan intoleransi makanan
4. Intervensi keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan L.OIOO4 I.0111

D.0005
1 Pola napas tidak Manejemen jalan napas
efektif Setelah dilakukan asuhan Obserfasi
berhubungan keperaawtan selama 1×24  Monitor pola
dengan jam jalan nafas diharapkan napas(frekuensi,kedala
hambatan upaya membaik man,usaha napas)
napas Keriteria Hasil  Monitor bunyi napas
1. Frekuensi napas tambahan (mis.
membaika(5) Gurgling,
2. Kedalam napas mengi,wheezing,ronki
membaika(5) kering )
3. Ekskursi dada  Monitor sputum
membaik(5) (jumlah,warna,aromah
)
Terapeutik
 Pertahanan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
tauma servikal)
 Posisikan semi-fowler
atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endrotrakeal
 Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika
perlun
Edukasi
 Anjurka asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekto
ran,mukolitikajika per
perlu
2 Menyusui tidak efektif Edukasi menyusui
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi
ketidak adekuatan keperaawtan selama 1×24  identifikasi
refleks menghisap bayi jam bayi dapat diberikan kesiapandan
D.0029 minum ASI dengan kemampuan menerima
meningkat informasi
Kriteria Hasil:  identifikasi tujuan atau
1. pelekatan bayi pada keinginan menyusui
payuda ibu (5) terapeutik
2. kemampuan ibu  sediakan materi dan
memposisikan bayi dengan media pendidikan
benar (5) kesehatan
3. miksi bayi lebih dari 8  jadwalkan pendidikan
kali/24 jam (5) kesehatan sesuai
4. berat badan bayi (5) kesepakatan
5. tetesan atau pancran ASI  berikan kesempatan
(5) utuk bertanya
6. suplai ASI adekuat (5)  dukung ibu
7. putting tidak lecet setelah meningkatatkan
2 minggu melahirkan(5) kepercayaan diri dalam
8. kepercayaan diri ibu(5) menyusui
9. bayi tidur setelah  libatkan sistem
menyusui (5) pendukung:
10. payudara ibu kosong suami,keluarga,tenaga
setelah menyusui(5) kesehatan,dan
11. intake bayi (5) masyarakat
12. hisapan bayi(5) edukasi
L.03029  berikan konseling
menyusui
 jelaskan manfaat
menyusuiu bagi ibu
dan bayi
 ajarkan 4(empat) posisi
menyusi dan
perlekatan (lecth on)
dengan benar
 ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang
telah diberikan minyak
kelapa
 ajarkan perawatan
payuda
postpartum(mis,
memera ASI,pijat
payudara,pijat
oksitosin)
3 Disfungsi motilitas
Manejemen nutrisi I.03119
gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan
Observasi
berhubungan dengan keperaawtan selama 1×24
intoleran makanan jam fungsi pencernaan 1.identivikasi status nutrisi
D.0021 menurun dengan
2.identifikasi alergi dan
Kriteria Hasil:
intoleransi makanan.
1. nyeri menurun(1)
3.identifikasi makanan
2. kram abdomen(1)
yang disukai
3. mual(1)
4. muntah(1) 4.identifikasi kebutuhan
5. regurbitasi(1) kalori dan jenis nutrien
6. distensi abdomen(1) 5.identifikasi perlunya
7. diare(1) penggunaan selang
L.03023 nasogastrik.

6.monitor asupan makanan


7.monitor berat badan

8.monitor hasil
pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

1.lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika perlu

2.fasilitasi menentukan
pedoman diet(mis.piramida
makanan)

3.sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang
sesuai

4.berikan makanan tinggi


serat untuk mencegah
konstipasi

5.berikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

6.berikan suplemen
makanan,jika perlu

7.hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral
dapat di toleransi

Edukasi

1.anjurkan posisi duduk,


jika mampu

2.ajarkan diet yang di


programkan

Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan(mis.pereda
nyeri,antlemetik), jika
perlu

2.kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan,
jika perlu
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria Hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan,
dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).

5. Evaluasi keperawatan SOAPIER

Evaluasi soapier meskipun proses keperawatan mempunyai


tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang
pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap
evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Metode SOAPIER
Sebuah metode yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan
asuhan keperawatan dengan menggunakan data subjektif, data
objektif, assessment, planning,implementasi,evaluasi,revisi (Alfaro-
LeFevre, 1998)
1. S (data subjektif)

Pada data subjektif kita menuliskan penjelasan-penjelasan


seperti dibawah ini :
1) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien

2) Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan


keluhannya dicatat sehingga kutipan
langsung/ringkasan yang berhubungan dengan
diagnose (data primer)
3) Pada bayi/anak kecil data subjektif dapat diperoleh dari
orang tuanya (data sekunder)
4) Data subjektif menguatkan diagnose yang akan diangkat.

2. O (Data objektif )

Pada data objektif kita dapat menuliskan beberapa poin-poin


seperti dibawah ini:
1) Data ini member bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnose
2) Data yang digolongkan dalam kategori ini, antara lain:

3) Data psikologik

4) Hasil observasi

5) Informasi kajian teknologi (hasil pemeriksaan lab,Ro,CTG,USG dll)

6) Ada pendapat yang memasukan laporan dari keluarga

7) Apa yang dapat diobservasi oleh bidan/perawat akan


menjadi komponen penting diagnose yang akan
diangkat
3. A (analisa/assessment)

Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa


poin-poin seperti dibawah ini
a. Masalah yang ditegakkan berdasarkan
data/informasi subjektif maupun
objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan.
b. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik
c. subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan
secara terpisah- pisah, maka proses analisa adalah
segala proses yang dinamik.
d. Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala perubahan
baru dapat diketahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

4. P (planning/perencanaan)

Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa


poin-poin seperti dibawah ini:
1) Membuat perencanaan tindakan saat itu/yang akan datang
untuk mengusahakan mencapai kondisi
pasien sebaik
mungkin/menjaga/mempertahankan kesejahteraanya.
2) Proses inj termasuk criteria tujuan terdiri dari kebutuhan
pasien yang harus dicapai dlam batas wus membantu aktu
tertentu.
3) Tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai
kemajuan dalam kesehatannya/ proses psikologisnya harus
mendukung rencana dokter bila itu, dalam manajemen
kolaborasi/rujukan.
5. I (implementasi)

Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa


poin-poin seperti dibawah ini:
1) Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi
2) masalah keluhan/mencapai tujuan pasien
3) Tindakan ini harus disetujui oleh pasien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien
4) Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi
bagian dari proses ini
5) Apabila kondisi pasien berubah, implementasi
mungkin juga harus berubah /disesuaikan.
6. E (evaluasi)

Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan


beberapa poin- poin sperti dibawah ini:
1) Tafsirkan dari hasil tindakan yang telah diambil adalah
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang
diberikan
2) Analisa dari hasil yang dicapai menjadi focus dari
penilaian ketepatan tindakan.
3) Kalau criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi
dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternative sehingga dapat
mencapai tujuan.

7. R ( revisi = Re-essesment = perbaikan )

Pada data analisa/assessment kita dapat menuliskan beberapa


poin—poin seperti dibawah ini: Komponen evaluasi perlunya
perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan/menunjukan
perubahan dari rencana.

Anda mungkin juga menyukai