Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR

Disusun oleh : Kelompok 8

Dimas Ganjar Prayoga 32722001D18030

Dini Safitri 32722001D18032

Rizqa Dini Septiani 32722001D18094

Salman Alparisi 32722001D18096

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia serta ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ‘Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur’ dan tidak lupa,
kami ucapkan terima kasih kepada Dosen mata ajar karena tanpa bimbingan dan
arahannya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami berharap kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan tersebut di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi kami sebagai penulis.

Sukabumi, 19 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bayi Prematur........................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................3
2.3 Patofisiologi.............................................................................................5
2.4 Klasifikasi................................................................................................6
2.5 Karakteristik Bayi Premature...................................................................6
2.6 Kondisi Yang Menimbulkan Masalah Bayi Prematur.............................8
2.7 Komplikasi...............................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan Medis............................................................................10
2.9 Pemeriksa Penunjang...............................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan pada Bayi Prematur..............................................16
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................25
4.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu,
mempunyai risiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan
untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidak matangan sistem organ
tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati dan sistem pencernaannya, sekitar 75%
kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas (Krisnadi dkk, 2009).
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung darihari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram (Surasmi dkk, 2003).
Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi kelangsungan hidup
janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung
antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari.
Banyak kejutan terjadi pada perempuan hamil seperti merasakan tendangan pertama
bayinya atau gejala morning sickness. Tapi kejutan yang paling tidak diinginkan oleh
ibu hamil adalah melahirkan bayi secara prematur (Krisnadi dkk, 2009)

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa Pengertian Bayi Prematur ?


b) Bagaimana Etiologi ?
c) Bagaiman Patofisiologi ?
d) Bagaimana Klasifikasi ?
e) Bagaiman Karakteristik Bayi Premature ?
f) Bagaimana Kondisi Yang Menimbulkan Masalah Bayi Prematur ?
g) Apa saja Komplikasi bayi premature ?

1
h) Bagaimana Penatalaksanaan Medis ?
i) Bagaimana Pemeriksa Penunjang ?
j) Bagaimana Asuhan Keperawatan Bayi Prematur ?

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui pengertian bayi premature


b) Untuk mengetahui etiologinya
c) Untuk mengetahui patofisiologinya
d) Untuk mengetahui klasifikasi
e) Untuk mengetahui karakteristik bayi premature
f) Untuk mengetahui kondisi yang menimbulkan masalah bayi premature
g) Untuk mengetahui komlikasi bayi premature
h) Untuk mengetahui penatalaksaan medis
i) Untuk mengetahui pemeriksa penunjang
j) Untuk mengetahui asuhan keperawatan bayi prematur

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004).
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai
hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara
bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan
WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.
(Martono, Hari. 2007)
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung
dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007). Prematuritas murni adalah masa
gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno. 2005)

2.2 Etiologi
a. Faktor Maternal
Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu
untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan
infark dari plasenta

3
b. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera
radiasi (Sacharin. 1996).

Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :


a) Kehamilan
- Malformasi Uterus
- Kehamilan ganda
- TI. Servik Inkompeten
- KPD
- Pre eklamsia
- Riwayat kelahiran premature
- Kelainan Rh
b) Penyakit
- Diabetes Maternal
- Hipertensi Kronik
- UTI
c) Sosial Ekonomi
- Tidak melakukan perawatan prenatal
- Status sosial ekonomi rendah
- Malnutrisi
- Kehamilan remaja

Faktor Resiko Persalinan Prematur :


a) Resiko Demografik
- Ras
- Usia (<> 40 tahun)
- Status sosio ekonomi rendah
- Belum menikah

4
- Tingkat pendidikan rendah
b) Resiko Medis
- Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
- Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
- Anomali uterus
- Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
- Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah
plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen,
infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly
janin
c). Resiko Perilaku dan Lingkungan
- Nutrisi buruk
- Merokok
- Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
- Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
d). Faktor Resiko Potensial
- Stres
- Iritabilitas uterus
- Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
- Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
- Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
- Defisiensi progesteron
- Infeksi
(Bobak, Ed 4. 2005)

2.3 Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data
statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial
ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak
melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama

5
kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan
merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa
bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup
maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan
yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau
minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2
kali

Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,


serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau
memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester
II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau
bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 :
274)

2.4 Klasifikasi
a. Bayi prematur digaris batas
 37 mg, masa gestasi
 2500 gr, 3250 gr
 16 % seluruh kelahiran hidup
 Biasanya normal
 Masalah :
- Ketidak stabilan
- Kesulitan menyusu

6
- Ikterik
- RDS mungkin muncul
 Penampilan :
- Lipatan pada kaki sedikit
- Payudara lebih kecil
- Lanugo banyak
- Genitalia kurang berkembang

b. Bayi Prematur Sedang


 31 mg – 36 gestasi
 1500 gr – 2500 gram
 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
 Masalah :
- Ketidak stabilan
- Pengaturan glukosa
- RDS
- Ikterik
- Anemia
- Infeksi
- Kesulitan menyusu
 Penampilan :
- Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah
- Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak

c. Bayi Sangat Prematur


 24 mg – 30 mg gestasi
 500 gr – 1400 gr
 0,8 % seluruh kelahiran hidup
 Masalah : semua
 Penampilan :

7
- Kecil tidak memiliki lemak
- Kulit sangat tipis
- Kedua mata mungkin berdempetan
(Bobak. Ed 4. 2005)

2.5 Karakteristik Bayi Prematur :


 Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
 Kepala dan badan disporposional
 Kulit tipis dan keriput
 Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
 Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
 Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
 Labia dan clitoris tampak menonjol
 Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki

2.6 Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :


a. Sistem Pernapasan
 Otot-otot pernapasan susah berkembang
 Dinding dada tidak stabil
 Produksi surfaktan penurunan
 Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan sianosis
 Gangguan reflek dan batuk
b. Sistem Pencernaan
 Ukuran Lambung Kecil
 Enzim penurunan
 Garam Empedu Kurang
 Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
 Keterbatasan melepas insulin
 Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c. Kestabilan Suhu

8
 Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
 Kemampuan menggigil menurunan
 Aktivitas kurang
d. Ginjal
 Ekskresi sodium meningkat
 Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
 Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium
e. Sistem Syaraf
 Respon untuk stimulasi lambat
 Reflek gag, menghisap & menelan kurang
 Reflek batuk lemah
 Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f. Infeksi
 Pembentukan antibodi kurang
 Tidak ada immunoglobulin M
 Kemotaksis terbatas
 Opsonization penurunan
 Hypo fungsi kel. adrenal
g. Fungsi Liver
 Kemampuan mengkonjugasi billirubin
 Penurunan Hb setelah lahir

2.7 Komplikasi
a. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan
usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring.
(Whaley & Wong, 1995)
c. Duktus Arteriosus Paten (PDA)

9
d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)  (Bobak. 2005)

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di
luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan
vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai
yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan
lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah
hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap
normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg
adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan
incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada
bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C
perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia
dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C.
Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang
diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan
panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang

10
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di
kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu
kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat
ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal
sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.

b. Pemberian ASI pada bayi premature


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu
pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang
melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4
minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat premature (<30>
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal
ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak
tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau
kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,
peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu
dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan
ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok,
pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat
langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI
belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali
sehari.
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap
belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok
/ cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram

11
(30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI
perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>

c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari),
agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang
diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3
jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan
lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan
mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum
pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau
lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram
kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari
pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang
diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada
akhir minggu kedua.

d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki
keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan,
keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH,
Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang

12
terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik
dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan
dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
terkena infeksi
2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama
seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan
dengan cairan antisptik)
4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan
7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca

e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu
sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu
dilakukan dengan menggunakan pipet.

f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi
prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan
kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.

g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi
beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak

13
ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS
yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau
beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan
kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).

2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan
kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya
akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu
memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum
ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan
sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa
dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya
orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih
sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci
tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui
lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa
diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan
lain kecuali segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai

14
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak
bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan
terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar
PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
 Hb (Hemoglobin)
Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl
 Ht (Hematokrit)
Ht normal berkisar 45% - 53%
 LED darah lengkap untuk anak – anak
Menurut :
Westerfreen : 0 – 10 mm/jam
Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
 Leukosit (SDP)
Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 –
225.000/ mm³.
 Trombosit
Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
 Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu)
Adalah 14 – 27 mEq/ L
 Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari)
Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³.
 MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel

15
MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³
 Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata

a) Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.


b) Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c) Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d) Riwayat penyakit sekarang.
e) Riwayat penyakit keluarga.
f) Riwayat penyakit dahulu.

2.      Pemeriksaan fisik biologis

16
 Ibu
a) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
b) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan
sekarang.
c) Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
d) Riwayat penyakit ibu.
e) Psikososial dan spiritual ibu.
f) Riwayat perkawinan.
 Bayi

- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.

- Inspeksi

1.   Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.

2.   Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.

3.   Kulit tipis, transparan dan mengkilap.

4.   Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.

5.  Garis telapak kaki sedikit.

6.  Retraksi sternum dengan iga

7.  Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).

- Palpasi

1. Hati mudah dipalpasi.

2.  Tulang teraba lunak.

3.  Limpa mudah teraba ujungnya.

4.  Ginjal dapat dipalpasi.

5.  Daya isap lemah.

6. Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).

-  Perkusi

-   Auskultasi

17
1. Nadi lemah.

2.  Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.

a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm)
murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
a) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
b) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di
gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
c). Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat
d). Reflek tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
Apgar score mungkin rendah
Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan
(RDS)
e. Keamanan
a) Suhu berfluktuasi dengan mudah
b) Menangis mungkin lemah
c) Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
d) Kulit transparan
e) Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
f) Ekstremitas tampak edema
g) Garis telapak kaki terlihat
h) Kuku pendek
f. Seksualitas
Persalinan / kelahiran tergesa-gesa

18
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis
pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
g. Data Penunjang :
a. Pengobatan :
- Cettrazidine 2 x 75 mg
- Aminophylin 2 x 0,15 /IV
- Mikasin 2 x 10 mg
- Aminosteril 15 cc
b. Perhatian Khusus:
- O2
- Observasi TTV
c. Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- Clorida darah : 112 mEq
- Natrium darah : 140
- Kalium : 4,1
- GDS : 63

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
sianosis, apnea.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan.
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
koordinasi reflek mengisap dan menelan.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif

19
h. Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
keadaannya anaknya

C.Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi,
ventilasi,sianosis,apnea.
Rencana Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pernafasan 1. Mengetahui
keperawatan selama 1x24 seperti cuping hidung, frekuensi,
jam diharapkan pertukaran dispnea, dan ronkhi pola,suaranapas
gas pasien kembali normal 2. Observasi status pasien
dengan kriteria hasil: jantung 2. Mengkompensasi
1. Tidak terdapat dispnea (frekuensi,pola,suara penurunan
2.Nilai AGD dalam rentang jantung) kontraktilitas
normal 3. Observasi pemberian ventrikuler
3.Pasien tidak sesak lagi oksigen dan catat 3. Meningkatkan
4.Tidak terjadi sianosis setiap jam ubah sisi volume sekuncup,
alat setiap 3-4 jam memperbaiki
4. Pantau warna kulit dan kontraktilitasdan
mukosa bibir penurunan kongesti
4. Mencegah pasien
menjadi sianosis dan
tetap
mempertahankan
suhu tubuh pasien
dalam keadaan
hangat

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
Rencana Tujuan Intervensi Rasional

20
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi frekuensi 1. Mengetahui status
keperawatan selama 1x24 pernafasan dan pola pernapasan klien
jam diharapkan pola napas nafas (pernafasan, tonus 2. Meningkatkan
pasien kembali normal otot dan warna kulit) pengembangan paru
dengan kriteria hasil: 2. Posisikan bayi terlentang 3. Merangsang bayi agar
1. Respirasi Rate 30-60 dengan gulungan kain di mau menangis sehingga
x/menit bawah bahu pengembangan paru
2. Tidak terdapat 3. berikan rangsangan táctil diharapkan akan
penggunaan otot-otot 4. kolaborasi: mengembang secara
bantu napas  Berikan O2 = ½ sempurna
3. Tidak bernapas liter 4. Membantu
dengan cuping hidung  Berikan obat memperlancar
aminofilin 2 x pernapasan pada bayi
0,15 cc

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb dalam darah


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital, 1. Data dasar mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 bunyi jantung, denyut perkembangan klien dan
jam diharapkan resiko jantung, irama jantung mengetahui ada tidaknya
perubahan perfusi klien 2. Observasi pengisian kapiler kelainan jantung
tidak terjadi, dengan kriteria klien 2. Mengetahui pengisian
hasil: 3. Anjurkan penggunaan kaos kapiler klien dalam batas
1. TTV dalam batas kaki dan minyak hangat pada normal
normal (Nadi: 120- telapak tangan dan kaki 3. Menjaga agar akral tetap
160x/mnt, Suhu: 36- hangat
37,4 derajat celcius,
Respirasi: 30-60x/mnt)
2. Akral klien hangat
3. Pengisian kapiler < 3

21
detik

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi


enzim.
medikasi.  nutrisi.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif


Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Pertahankan cuci 1. Sebagai universal

22
keperawatan selama tangan yang benar precaution
3x24jam diharapkan infeksi 2. Pertahankan kesterilan 2. Mencegah terjadinya
tidak terjadi dengan kriteria alat infeksi
hasil : 3. Observasi tanda – 3. Peningkatan suhu terjadi
1. Tidak terjadi tanda- tanda vital, terutama suhu karena berbagai faktor, salah
tanda infeksi tubuh satunya adalah proses
2. TTV normal penyakit atau infeksi
4. Terjadinya stomatitis
4. Tekankan pentingnya meningkatkan resiko
oral hygiene yang baik terhadap
infeksi/pertumbuhan
5. Hindari atau batasi sekunder
prosedur invasif. Taati 5. Menurunkan risiko
tehnik aseptik kontaminasi, membatasi
6. Berikan antibiotik masuknya agen infeksi
sesuai indikasi 6. Digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi
atau diberikan secara
profilaktik pada klien
imunosupresi

f..Kurang Pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


keadaannya anaknya
Rencana tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pemahaman 1. Mengidentifikasi area
keperawatan selama 1x24 kelurga tentang bayi kekurangan
jam diharapkan pasien dapat prematur. pengetahuan, salah
menerima informasi tentang informasi dan memberi
kondisi anaknya dengan kesempatan untuk
kriteria hasil: memberikan informasi
1. Klien mengatakan tambahan sesuai
mengerti dengan informasi 2. Observasi pengetahuan keperluan.

23
yang diberikan. klien mengenai kondisi 2. Mengetahui tingkat
2. Klien mampu mengulang anaknya pengetahuan klien
informasi yang telah sehingga memudahkan
diberikan. perawat dalam
3. Jelaskan mengenai hal – hal memberikan informasi.
yang ingin diketahui oleh 3. Memenuhi kebutuhan
klien. belajar klien.
4. Memberikan
4. Berikan informasi tentang pengetahuan dan
pengobatan dan perawatan pemahaman tentang
tentang kondisi anaknya pengobatan dan
perawatan diri sehingga
5. Motivasi orang tua pasien orang tua anak dapat
mengekspresikan bersikap kooperatif.
ketidaktahuan / kecemasan 5. Memberikan
dan beri informasi yang kesempatan untuk
dibutuhkan mengoreksi persepsi
yang salah dan
mengurangi
kecemasan.

D.Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah langkah keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
yang telah disusun.

E. Evaluasi :
a) Pertukaran gas kembali normal
b) Pola napas kembali normal

24
c) Perfusi jaringan pasien kembali normal
d) Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)
e) Bayi tidak mengalami infeksi
f) Pengetahuan orang tua bertambah tentang kondisi anaknya

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai
hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek.
Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara

25
bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya
peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu :
1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28
minggu.(Martono, Hari. 2007)
Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan
antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan,
infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran
bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok
dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut
bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar
sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ
tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat
khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

4.2 Saran
Saat pembuatan makalah penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik seta saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Bobak, loedermik Jansen.2004.Buku Ajar Keperawatan Edisi 4.Jakarta:EGC
Doenges,Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien Edisi2.Jakarta:EGC

26
27

Anda mungkin juga menyukai