Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERWATAN ANAK
PREMATURITAS PADA BAYI BBLR

Dosen pembimbing : Shinta Wahyusari.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat

Disusun oleh :
Kelompok 2

Muhammad Dandi
Moh. Dandi
Zakaria Adif Y
Syafi’uddin Hasan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga
Makalah Konsep Remaja ini dapat diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam
dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, atas segenap keluarga, para sahabat dan
mereka yang senantiasa kepadanya.
Harapan penulis dengan diselesaikanya makalah ini, semoga memberi manfaat baik
untuk diri sendiri agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai PREMATURITAS PADA
BAYI BBLR ataupun untuk pembaca yang bisa menjadikan makalah ini sebagai referensi.
Penulisan makalah ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dar
idukungan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim,S.KM. S.Kep.Ns., M.Kes. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Ns. Shinta Wahyusari. S.Kep,. M. Kep. Sp. Kep Mat selaku kepala prodi S1 keperawatan
dan pengajar keperawatan anak.
4. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
5. Rekan-rekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Zainul Hasan Genggong Tingkat 2.
Seiringdoa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.Amiin.
Dalam penulisan makalah ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ruang dan waktu. Oleh sebab itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah ini

Genggong, 24 Maret 2020


Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH…………………………...…………………
C. TUJUAN………………………………………………………………
D. MANFAAT………………………………………………...………….
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN………………...…………………………..………….
B. ETIOLOGI…….……………………………….……………………...
C. PATOFISIOLOGI………………..……………………………………
D. MANIFESTASI KLINIS………………..………….…………………
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG……………….……………………..
F. PENATALAKSANAAN…………..………………………………….
G. KOMPLIKASI……………..………………………………………….
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN…..……………………………………………………
B. DIAGNOSA KEPERAWTAN.…………………………………...…..
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...………………………………….
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN………………………………..
E. EVALUASI KEPERAWATAN………………………………………
BAB 4 PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………
B. SARAN………………………………………..……………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi,
terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015). Bayi BBLR mempunyai
risiko kematian 20 kali lipat lebih besar di bandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat
badan normal. Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia lahir dengan BBLR dan 95.6% bayi
BBLR lahir di negara yang sedang berkembang, contohnya di Indonesia. Survey Demografi
dan Kesehatan Indonesia tahun 2014-2015, angka prevalensi BBLR di Indonesia masih
tergolong tinggi yaitu 9% dengan sebaran yang cukup bervariasi pada masing-masing
provinsi.Angka terendah tercatat di Bali (5,8%) dan tertinggi di Papua (27%),sedangkan di
Provinsi Jawa Tengah berkisar 7% (Kemenkes RI,2015).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas),dan IUGR (Intra
Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti
faktor ibu, plasenta,janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya
pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah
umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal
pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Selain gangguan tumbuh
kembang, individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya
hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry,
2016).

Pada masa sekarang ini, sudah dikembangkan tatalaksana awal terhadap bayi BBLR
dengan menjaga suhu optimal bayi, memberi nutrisi adekuat dan melakukan pencegahan
infeksi. Meskipun demikian, masih didapatkan 50% bayi BBLR yang meninggal pada masa
neonatus atau bertahan hidup dengan malnutrisi, infeksi berulang dan kecacatan perkembangan
neurologis. Oleh karena itu,pencegahan insiden BBLR lebih diutamakan dalam usaha menekan
Angka Kematian Bayi (Prawiroharjo,2014). Development Goals yang ke IV yaitu menurunkan
angka kematian anak terutama di negara berkembang, perlu dilakukan upaya pencegahan
kejadian BBLR di masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat
terhadap faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian BBLR.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang muncul sebagai berikut :
 Apakah yang dimaksud Prematuritas BBLR?
 Bagaimana cara kita menghadapi pasien Prematuritas BBLR?
 Apa saja penata laksanaan yang dilakukan untuk Prematuritas BBLR?
 Apa saja penyebab yang menimbulkan Prematuritas BBLR?
 Apa saja tanda-tanda Prematuritas BBLR?
 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk Prematuritas BBLR?

C. Tujuan umum
 Untuk mengetahui Apa yang di maksud Prematuritas BBLR
 Untuk mengetahui Bagaimana cara kita menghadapi pasien Prematuritas BBLR
 Untuk mengetahui Apa saja penata laksanaan yang dilakukan untuk Prematuritas BBLR
 Untuk mengetahui Apa saja penyebab yang menimbulkan Prematuritas BBLR
 Untuk mengetahui Apa saja tanda-tanda Prematuritas BBLR
 Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk Prematuritas
BBLR
D. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah untuk
menambah wawasan mahasiswa mengenai keperawatan paliatif dan menjelang ajal.
2. Bagi institusi
Manfaat makalah untuk institusi pendidikan kesehatan adalah untuk menegetahui
tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam mengetahui pada
keperawatan paliatif dan menjelang ajal.
3. Bagi masyarakat
Manfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan menegenai keperawatan paliatif
dan menjelang ajal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang pada saat lahir beratnya kurang dari
2500 gram. BBLR disebabkan oleh dua penyebab yaitu retardasi pertumbuhan dan disebabkan
oleh umur kehamilan yang kurang. (Sofiani & Asmara, 2016).
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi,
terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015).
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi lebih dari 3 minggu sebelum waktu yang
seharusnya. Dengan kata lain, kelahiran prematur terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37
minggu (usia kandungan utuh 40 minggu). Berdasarkan seberapa awal bayi dilahirkan,
kelahiran prematur dapat dikelompokkan menjadi:
 Prematur terlambat (late preterm), dilahirkan di antara minggu 34-36
 Prematur sedang (moderate preterm), dilahirkan di antara minggu ke 32-34
 Sangat prematur (very preterm), dilahirkan kurang dari 32 minggu
 Prematur ekstrim (extreme preterm), dilahirkan saat atau sebelum minggu ke 25
(Mayo Clinic, 2018)

B. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:

a. Faktor ibu
1) Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan melalui vagina yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 24 minggu (Mayo Clinic, 2018)
Preeklamsia umumnya terjadi setelah 20 minggu masa kehamilan. Kondisi ini
biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan adanya protein yang
keluar bersama urine ibu hamil. Pada preeklamsia berat, gejalanya dapat
meliputi nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, sesak napas berat atau nyeri
ulu hati atau nyeri pada daerah kanan atas perut. Hal ini disebabkan
penyempitan pembuluh darah pada otak, liver, ginjal atau organ lainnya. (Mayo
Clinic, 2018)

 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,


HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
Toxo bukanlah penyakit yang menular kepada pasangan, tetapi ia menular pada
keturunan. Bisa jadi anak pertama dan kedua sehat, tetapi anak ketiga cacat atau
mengalami epilepsy dan autisme. Tetapi yang sesungguhnya jika dilakukan tes
laboratorium, baik anak pertama maupun anak kedua sesungguhnya turut
terinfeksi. Pada kasus Rubella, ibu hamil tidak mengalami keguguran atau
bayinya meninggal saat lahir, tetapi yang sering terjadi adalah bayi yang
dilahirkan mengalami glukoma atau kebutaan, kerusakan pada otak atau
pengapuran pada otak, bibir sumbing, tunarungu atau sulit bicara. Pada pengidap
CMV, ibu hamil akan mengalami keguguran terus menerus, atau bayi yang
dikandungnya lahir dalam keadaan cacat fisik, seperti hidrosepalus, pembesaran
atau pengecilan kepala, lahir dengan usus ke luar, tubuh transparan, atau kaki
dan tangan nya jadi bengkok. Kemunculan ditandai dengan bintik-bintik pada
tubuh, pada slat genital, atau alat kelamin. Seorang yang mengidap herpes,
disamping kesakitan juga terasa panas. Bagi wanita hamil sering keguguran atau
bayinya lahir dalam keadaan cacat. Toxo, Rubella, CMV, Herpes dapat
menyebabkan rusaknya vertilitas pada ibu hamil. Sel telur maupun inti sel pada
ibu hamil dirusak oleh virus tersebut sehingga sel telurnya mengecil dan tidak
bisa dibuahi. Pada ibu hamil dapat menyebabkan terbentuknya mioma,
penyumbatan atau pelengketan, sehingga sel telur tidak bisa dibuahi dan
mengakibatkan sulit hamil. Toxo tidak menular pada pasangan, sedangkan
Rubella, CMV dan Herpes bisa menular karena virus. Penularan bisa terjadi
melalui hubungan sex, air liur, keringat, urin, darah dan ASI sehingga apabila
wanita mengalami Rubella, CMV dan Herpes maka suaminya pun dapat tertular.
Sulit kehamilan disebabkan karena virus tersebut telah memperburuk kualitas
spermatozoa karena kekentalan yang sudah berubah menjadi cair, volume yang
seharusnya 5 CC menjadi 3 CC dan gerakan nya pun sudah berubah. Biasanya
TORCH menyerang pada saraf otak, mata dan gerak. (Ir.H.A.Juanda. 2012)
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
 Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di
deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai
potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu,
padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada
bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan
BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori.
(Proverawati, 2010)

D. Manifestasi Klinis

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :

a. Berat kurang dari 2500 gram


b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
Pada dasarnya, munculnya rambut halus pada bayi bukanlah kondisi medis yang perlu
dikhawatirkan. Pasalnya, kondisi ini merupakan respons biologis janin ketika berada di
dalam rahim. Tumbuhnya lanugo pada bayi ini bukanlah sesuatu yang membutuhkan
perawatan medis khusus. Bayi akan menggugurkan rambut halus secara alami beberapa
hari atau minggu setelah kelahirannya. Perlu diingat, menggosok kulit bayi yang
ditumbuhi lanugo bukanlah cara yang efektif untuk menghilangkan rambut halus.
(Verhave, B. & Lappin, S. NCBI Bookshelf, 2018)
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
j. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada
wanita), pada laki-laki testis belum turun.
k. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya
l. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
m. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki
halus.
n. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu
prematuritas atau maturitas.
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan
fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window (Fleksibilitas
pergelangan), arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian
fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan
genitalia.
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu yang
melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit dan
analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir tersebut
diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8
jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

F. Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi
baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan
belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan
kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum
bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

G. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

 Hipotermi
 Hipoglikemi
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Hiperbilirubinemia
 Sindroma gawat nafas
 Paten duktus arteriosus
 Infeksi
 Perdarahan intraventrikuler
 Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR antara lain :

 Gangguan perkembangan
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan penglihatan (Retinopati)
 Gangguan pendengaran
 Penyakit paru kronis
 Kenaikan angka kesakitan
 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

BAB III

ASKEP TEORI

1. PENGKAJIAN

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3
detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
3. RENCANA TINDAKAN

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan: pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
- Observasi pola Nafas.
- Observasi frekuensi dan bunyi nafas
- Observasi adanya sianosis.
- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai program dokter
- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai
kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan
bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program.
BALLARD SCORE

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk


menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.
Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf
sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan
plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia .
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan (Gambar II.3). Ketika pematangan berlangsung,
berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah
sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada
awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan
dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi
siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan
tonus fleksi pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu
sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang,
dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar
kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi
kaki kodok.
3
Gambar II.3. Postur Bayi

3,4
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari-
jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil
sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm
diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 ° (Gambar II.4).
3
Gambar II.4. Square Window

c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil
dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,
fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua
lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap
terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial 110-
140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh (Gambar
II.5).
3
Gambar II.5. Arm Recoil

d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.
Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver
ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor
berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah
terjadi
(Gambar II.6).

3
Gambar II.6. Popliteal Angle
e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi
lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala
tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada
lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0);
kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan
garis aksila ipsilateral (4) (Gambar II.7).
3
Gambar II.7. Scarf Sign

f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi
lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi
dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika
berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar II.8).
Gambar II.8. Heel to Ear

2. Penilaian Maturitas Fisik


3
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix
caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit
agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya
kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang
menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin
dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah,
dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.

b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme
prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada
usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan
punggung atas ketika memasuki minggu ke 28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas
terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak
ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi
tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh
gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat
banyak.
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang
mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari
punggung bayi (Gambar II.9).
3
Gambar II.9. Lanugo

3,7
c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan
berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit
putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada
bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga
timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis
tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada
telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan
permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk
jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm
diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel (Gambar
II.10).
3
Gambar II.10. Permukaan Plantar

d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat
pertumbuhan papila Montgomery (Gambar II.11). Kemudian dilakukan palpasi
jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur
diameternya dalam millimeter.

3
Gambar II.11. Payudara Neonatus
e. Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi
ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah
kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga
ketika dilepaskan ke posisi semulanya (Gambar II.12).

Gambar II.12. Pemeriksaan Daun Telinga

Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan
palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan
inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely
premature palpebara akan menempel erat satu sama lain (Gambar II.13). Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu
sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel.
Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu
dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres
intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan
palpebra.
3
Gambar II.13. Palpebra Neonatus Prematur

f. Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang
lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni
pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae
(Gambar II.14) .
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona
berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang
belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga
posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik,
dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan
usia kehamilan yang sama.
Gambar II.14. Pemeriksaan Genitalia Neonatus laki-laki

g. Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus
o
diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45 dari garis horisontal.
Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih
9
menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora .
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan
menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi
tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia
kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh
labia majora yang membesar (Gambar II.15).
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi
intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar
pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora
cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia
minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.
3
Gambar II.15. Penilaian Genitalia Neonatus Wanita

3. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik
disesuaikan dengan skor di dalam tabel (Tabel II.2) dan dijumlahkan hasilnya.
Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.
Tabel The New Ballard Score
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI

Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika

Dwi Maryanti S, Tri Budiarti,. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. DKI Jakarta: CV.
Trans Info Media; 2011.

RISKESDAS. 2015. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementrian Kesehatan


RI; 2015

Anda mungkin juga menyukai