Anda di halaman 1dari 24

ASKEP NEONATUS DENGAN BBLR

Dosen Pengampuh : Ns. Ferdinand Koampa S.Kep

Di Susun Oleh :
Kelompok 2

1. Anastasya Qurtiva Z.A Eky (1801007)


2. Thieny H.I Mumekh (1801032)
3. Prayoga Mamonto (1801059)
4. Fatrawati Bahuwa (1801084)

Kelas : 5c Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam serta salawat tak lupa pula
kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, ialah seorang nabi yang
telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang
kita rasakan sepertti saat-saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Bapak Dosen yang Sebelumnya telah
menjelaskan. Makalah yang berjudul "Askep Dengan BBLR" Ini kami buat untuk
memperdalam ilmu askep tentang pengetahuan Pada bayi dengan BBLR.
Kami dari kelompok 2 menyadari dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan
menyediakan sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang banyak supaya
mengetahui apa-apa yang ada dalam Mata Kuliah Gawat Darurat II.

Manado, 02 November 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman judul........................................................................................................
Kata pengantar.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Manfaat………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian...................................................................................................................
B. Etiologi.......................................................................................................................
C. Patofisiologi…………………………………………………………………………
D. Maniefestasi Klinis………………………………………………………………….
E. Pathway……………………………………………………………………………..
F. Penatalaksanaan…………………………………………………………………….
G. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………….

BAB III Tinjauan Kasus


A. Kasus……………………………………………………………………………….
B. Pengakajian…………………………………………………………………………
C. Analisa Data………………………………………………………………………..
D. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………..
E. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………..
F. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………
G. Evaluasi……………………………………………………………………………...

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………………………….

Daftar pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR atau Berat Badan lahir Rendah adalah suatu keadaan dimana bayi lahir dengan
berat kurang dari proporsi berat badan lahir normal yaitu <2500 gram pada anak umur 0-
59 bulan. Komplikasi yang ditimbulkan dari BBLR yaitu mudah terserang infeksi
penyakit. Penanganannya kasus anak dengan berat badan lahir rendah yaitu dengan
memonitor suhu bayi dan memperbaiki status nutrisi.
Hasil penelitian Cyndi Febria Rinoni (2019) Berat Badan Lahir Rendah adalah istilah
yang digunakan untuk menyatakan berat lahir bayi kurang dari 2.500 gram yang tidak
hanya mengacu pada bayi premature namun juga pada bayi cukup bulan yang mengalami
hambatan petumbuhan saat kehamilan. Berat Badan Lahir rendah memiliki
kecenderungan mudah terserang infeksi dan komplikasi. Masalah BBLR yang sering
terjadi adalah gangguan system peranafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler,
hematologi, gastrointestinal,ginjal, dan termoregulasi.
Berdasarkan riset kemenkes RI di Indonesia Proposi berat badan lahir 2.500gram
(BBLR) pada anak umur 0- 59 bulan menurut data riset provinsi Jawa Tengah 6,0% dan
untuk rata-rata proporsi berat badan untuk seluruh provinsi di Indonesia mencapai 6,2%,
sedangkan berdasarkan data hasil riset dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung
khususnya di desa Parakan (2017). Jumlah bayi yang mengalami berat badan lahir
rendah mencapai sebanyak 97,8 orang.
Menurut penelitian Hiyatush sholihah (2015) Kejadian berat bayi lahir rendah
semakin berisiko terjadi pada kehamilan pertama atau primigravida. Primigravida pada
masa remaja <20 tahun berisiko terjadi komplikasi kehamilan dan persalinan.
Menurut penelitian Wira Septa (2010) terdapat dua penyebab utama yaitu premature
dan janin tumbuh lambat (Intrauterine Growth Retardation/IUGR) bayi kecil untuk masa
kehamilan atau IUGR adalah bayi lahir cukup bulan tetapi berat lahir kurang. Hal ini
terjadi akibat terganggunya pertumbuhan janin dalam Rahim.
B. Rumusan Masalah
 1. Pengertian BBLR ?
2. Apa Etiologi BBLR ?
3. Patofisiologi BBLR?
 4. Manifestasi Klinis BBLR ?
5. Pathway BBLR
6. Penatalaksanaan BBLR?
7. Pemeriksaan Penunjang BBLR?

C. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti Patofisiologi BBLR
4. Mahasiswa mengerti Manifestasi Klinis BBLR
5. Mahasiswa mengetahui Pathway BBLR
6. Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan BBLR
7. Mahasiswa mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada BBLR
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:

A .Faktor ibu

1). Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2). Ibu
a. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3). Keadaan sosial ekonomi


a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi
dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan
c. Perkawinan yang tidak sah.
B. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
C. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
D. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hamper
semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit
selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi
kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks hisap
dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi
BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB
dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan kalori.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :


a). Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b). Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c). Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d). Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e). Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f). Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g). Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h). Rambut lanugo masih banyak
i). Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j). Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah-olah tidak
teraba tulang rawan daun telinga
k). Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l). Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
tertutup oleh labia mayora.
m). Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n). Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
o). Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih kurang
p). Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a). Berat kurang dari 2500 gram
b). Panjang kurang dari 45 cm
c). Lingkar dada kurang dari 30 cm
d). Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e). Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f). Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g). Kepala lebih besar
h). Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i). Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j). Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya
k). Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l). Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki
halus.
m). Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah.
n). Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
5 E. PATHWAYS

(Proverawati, 2010)
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI BBLR

A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-
3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
(Pantiawati, 2010)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

C. RENCANA TINDAKAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan: pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
- Observasi pola Nafas.
- Observasi frekuensi dan bunyi nafas
- Observasi adanya sianosis.
- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai program dokter
- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai
kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Kasus :
Klien bernama By.R lahir tanggal 21 desember 2015 berusia 1 hari, jenis kelamin
perempuan dengan berat badan lahir 1700 gram, panjang badan 39 cm, tidak ada cacat bayi,
anus (+), usia kehamilan 32 minggu. Diagnosa medis Prematur dan BBLR. Keadaan umum,
compos mentis, pemeriksaan fisik nadi 132x/menit, RR 52x/menit, suhu 36 0C. Kelenjar getah
bening tidak membesar, pernafasan pada klien tidak menggunakan cuping hidung, tidak
terdapat sianosis, kulit klien terasa hangat, ektremitas terasa hangat, lingkar perut 26,5 cm,
lingkar dada 25 cm, panjang badan 39 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar lengan 11,2 cm,
lemak pada bawah kulit (subkutan)terlihat tipis. Di beri terapi cairan parenteral D 10%
sebanyak 100cc/24 jam, rawat di inkubator dan pemberian nutrisi per NGT. Dan orang tua
klien mengatakan kalau khawatir dan cemas terhadap kondisi anaknya, dan orang tua klien
juga mengatakan tidak mengetahui apa itu pengertian, penyebab, tanda gejala dan
penatalaksanaan BBLR, orang tua klien pun terlihat kebingunan ketika perawat menanyakkan
mengenai BBLR.

A.  Asuhan Keperawatan Kasus


1.    Pengkajian
a.    Identitas Pasien
1)   Identitas Klien
a)    Nama Anak : By. R
b)   Anak Ke :1
c)    Tanggal Lahir: 21 Desember 2015
d)   Jenis Kelamin : Perempuan

2)   Identitas Ibu


a)    Nama : Ny. U
b)   Umur : 20 tahun
c)    Pendidikan : SMP
d)   Pekerjaan : IRT
e)    Agama : Islam
f)    Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
g)   Alamat : Kubang

3)   Identitas Ayah


a)    Nama : Tn. K
b)   Umur : 23 tahun
c)    Pendidikan : SMA
d)   Pekerjaan : Buruh
e)    Agama : Islam
f)    Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
g)   Alamat : Kubang

b.   Keluhan Utama


Bayi mengalami sesak dan berat badan 1700 gram

c.    Riwayat Post Natal


bayi lahir dengan berat badan 1700 gram, panjang badan 39 cm, lingkar kepala 27 cm,
lingkar dada 24 cm, tidak terdapat komplikasi pada saat persalinan.

d.   Pemeriksaan Fisik


1)   Kulit
Lemak pada bawah kulit (subkutan)terlihat tipis
2)   Suhu
Suhu lingkungan bayi diletakkan dalam incubator dengan suhu 33,3 0C, suhu ruangan 28-
300C, suhu kulit 360C.
3)   Keadaan Umum
Baik
4)   Kesadaran
Compos Mentis
5)   TTV
Nadi 132x/menit, RR 52x/menit, suhu 360C
6)   Antropometri
BB 1700 gram, LP 26,5 cm, LD 25 cm, PB 39 cm, LK 29 cm, Lila 11,2 cm.
7)   Pengetahuan Keluarga
Karna orang tua klien belum memahami mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
penatalaksanaan BBLR. Orang tua tampak kebingungan ketika ditanyak perawat mengenani
berat badan lahir rendah.

e.    Riwayat Sosial


Hubungan orang tuan dan bayi sangat baik, namun ayah dan ibunya tidak bisa mengunjungi
atau melakukan kontak mata dengan klien karena klien saat baru lahir klien langsung di
rempatkan di incubator. Respon keluarga terhadap hospitalisasi adalah ayah dan ibu klien
mengatakan sangat khawatir dan cemas terhadap kondisi anaknya saat ini.

    B. Analisa Data


Data Masalah Etiologi
Ds : - Tidak efektifnya Imaturitas pusat
Do : pola nafas pernafasan
Pernafasan klien tidak
menggunakan cuping hidung,
tidak terdapat sianosis pada
tubuh klien.
RR : 52x/menit
Suhu : 360C
Nadi : 132x/menit
Ds : - Gangguan Intake yang tidak
Do : kebutuhan nutrisi adekuat
        BB : 1700 gram kurang dari
        Klien tampak sudah terpasang kebutuhan tubuh
NGT
        PB : 39 cm
        LP 26,5 cm
        LD 25 cm
        LK 29 cm
        Lila 11,2 cm.

C. Diagnosa Keperawatan
a.       Ketidakefektian pola nafas b.d imanuritas pusat pernafasan
b.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Intervensi
NIC Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil/
NOC
Ketidakefektian Tujuan : Airway a.       Monitor
pola nafas b.d Setelah management respiratory rate,
imanuritas pusat dilakukan kedalaman,
pernafasan tindakan kenyamanan
keperawatan bernafas
selama ... x 24 b.      Obeservasi
jam klien dapat adanya sianosis
bernafas efektif c.       Atur ventilasi
Kriteria Hasil : ruangan tempat
a.       Pola nafas perawatan klien
efektif d.      Pantau tanda-
b.      RR 30- tanda vital
40x/menit e.       Auskultasi
c.       Sianosis (-) bunyi nafas
d.      Sesak (-) f.        Kolaborasi
dengan dokter
pemberian terapi
oksigen
Gangguan Tujuan : Nutrition a.  Kaji adanya
kebutuhan nutrisi Setelah management alergi makanan
kurang dari dilakukan b.  Kolaborasi
kebutuhan tubuh tindakan dengan ahli gizi
b.d intake yang keperawatan untuk
tidak adekuat selama ... x 24 menentukan
jam tanda jumlah kalori
kekurangan dan nutrisi yang
nutrisi tidak dibutuhkan
terjadi pasien
Kriteria Hasil :
        Nutrisi
terpenuhi Nutrition a.    Monitoring
        Refleks hisap Monitoring adanya
dan menelan penurunan berat
baik badan
        Berat badan b.   Monitoring
berangsur naik pertumbuhan dan
        Turgor kulit perkembangan
elastis c.    Monitoring
kalori dan intake
nutrisi
d.   Monitoring kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
e.    Monitoring
kekeringan ,
rambut kusam
dan mudah patah
f.     Monitor pucat,
kemerahan san
kekeringan
jaringan
konjungtiva.

Pada kasus menyatakan bahwa BBLR memiliki ukuran berat badan 1700 gram , lingkar
perut 26,5 cm, lingkar dada 25 cm, panjang badan 39 cm, lingkar kepala 29 cm, lingkar
lengan 11,2 cm.
Pernyataan ini dibenarkan oleh Hidayat (2008), ia mengatakan kalau BBLR merupakan
berat badan kurang dari 2500 gr, panjang badan bayi kurang dari 45-50 cm, lingkar kepala
kurang dari 33-35cm, dan lingkar dadanya kurang dari 30-11cm. Teori ini juga didukung oleh
Manuaba (2007) bahwa BBLR ini terbagi lagi berdasakan usia kehamilannya sebagai berikut
:
a.       Preterm, yaitu kurang dari 37 minggu
b.      Term, yaitu mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu
c.       Postterm, yaitu lebih dari 42 minggu.

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan setelah perawat
menyusun rencana keperawatan (Dermawan,2012). Setelah dilakukan rencana keperawatan
tindakan selanjutnya adalah menyusun implementasi yang didapatkan dari NOC dimana
tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah pada pasien.

F. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan terus menerus yang dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung,2011).

BAB IV
 
PENUTUP

 
A. Kesimpulan
  Masalah utama pada pasien dengan berat badan lahir rendah adalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan
karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada
periode- periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain
sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan
khusus. Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. Saran
 1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

Daftar Pustaka

https://kaper13a.blogspot.com/2016/10/kasus-dan-askep-bblr.html
https://www.academia.edu/35179046/MAKALAH_ASKEB_NEONATUS_BBLR_BER
AT_BAYI_LAHIR_RENDAH

Anda mungkin juga menyukai