Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN TUTORIAL IN CLINIC (TIC)

PADA By. Ny M DENGAN BBLASR

DI RUANG ANTURIUM RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan sebagai salah satu tugas Keperawatan Anak

yang diampu oleh Ibu Hj. Imas Tjutju AMK.,S.Pd.,M.Pd

disusun oleh:

Elsie Anggraini Muhammad Izudi

Sani Sri Wulandari Sham Mahesa Fauzi

Tuti Anggraeni Vera Cinthia

Vivin Sureni Widia Tamara Dewi

KELAS C

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERSATUAN PERAWAT


NASIONAL INDONESIA JAWA BARAT

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah
ini yang berjudul “Makalah pendahuluan dan asuhan keperawatan pada By.M
6 hari denganBBLASR (Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah)di ruang
Perinatologi Anturium RSUP Dr. Hasan Sadiki Bandung” Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas praktik profesi ners Stase Keperawatan Anak.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan


kesulitan. Namun, berkat bantuan semua pihak, kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan member pengarahan serta dukungan semangatkepada
kami, terutama kepada :

1. IbuHj. Imas Tjutju, S.Pd., MMselakuPembimbing akademik


2. Ibu Tuti Suharti, S.Kep.,Ners. Selaku Pembimbing Lapangan dan CI
Ruangan Perinatologi Anturium
3. Kepada rekan-rekan kelompok 4 atas kerjasamanya

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap makalah


ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses
pembelajaran.

Bandung , Februari 2018

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1


B. Tujuan,.......................................................................................................2
C. Rumusan Masalah......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi.......................................................................................................3
B. Klasifikasi...................................................................................................3
C. Etilogi.........................................................................................................4
D. Patofisiologi................................................................................................8
E. Manifestasi klinik........................................................................................5
F. Pemasalahan................................................................................................9
G. Komplikasi ...............................................................................................11
H. Penanganan................................................................................................11
I. Asuhan Keperawatan.................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................31
B. Saran...........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi premature masih merupakan masalah yang penting dalam bidang
perinatologi, karena berkaitan dengan kejadian mortalitas dan morbiditas masa
neonatus. Bayi premature adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan di
bawah 37 minggu1-3. Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterine dan
Lubchenko, maka kebanyakan bayi premature akan dilahirkan dengan berat badan
yang rendah (BBLR). BBLR dibedakan atas berat lahir sangat rendah (BLSR),
yaitubila< 1500 gram, dan berat lahir amat sangat rendah (BLASR), yaitu bila<
1000 gram. (Whalley & Wong., 2002)
Dengan makin pesatnya perkembangan bidang perinatologi, makin banyak
bayi kecil yang terselamatkan. Di Negara berkembang, angka kematian bayi BLSR
sangat menurun hingga mencapai 5%. Pemberian nutrisi padabayi-bayi kecil
tersebut merupakan suatu tantangan, karena nutrisi yang sebelumnya didapat
langsung dari plasenta kini harus diberikan peroral. (Price, S.A & Wilson, L. M.,
2000)
Perkembangan nutrisi setelah lahir sangat tergan tung pada keadaan
maturitas dan berat badan lahir. Pada bayi premature dengan berat badan lahir
sangat rendah, pemberian nutrisi parenteral harus diberikan sebelum pemberian
makanan secara enteral dapat diberikan dengan baik. Pemberian nutrisi parenteral
baik secara total (NPT) ataupun parsial (NPP), telah merupakan sarana penunjang
utama dalam perawatan.(Suriadi, 2001)
Maka kami sebagai penyusun makalah ini mengambil kasus BBLASR
dikarenakan sangat penting terhadap mortalitass dan morbiditas massa neonatus.
Selain itu di ruang perinatologi anturiumpun banyak sekali BBLR dan BBLASR.

1
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami
angkatadalah :
1. Pengertian BBLASR?
2. Klasifikasi BBLASR?
3. Etiologi terjadinya BBLASR?
4. Patofisiologi terjadinya BBLASR?
5. Manifestasi klinis BBLASR?
6. Permasalahan BBLASR?
7. Komplikasi BBLASR?
8. Penanganan BBLASR?
9. Teoriasuahan keperawatan BBLASR?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian BBLASR?
2. Untuk mengetahui Klasifikasi BBLASR?
3. Untuk mengetahui Etiologi terjadinya BBLASR?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi terjadinya BBLASR?
5. Untuk mengetahui Manifestasi klinis BBLASR?
6. Untuk mengetahui komplikasi BBLASR?
7. Untukmengetahui Penganan BBLASR?
8. Untuk mengetahui Teori asuahan keperawatan BBLASR?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan dibawah normal (kurang dari 1500 gram). Bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
B. Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati,
2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500
gram.
3. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-
SMK).
2. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

3
C. Etiologi
Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Penyakit ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya
toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis. Selain itu penyakit lain seperti nefritis akut, infeksi akut, dll.
b. Usia ibu
Angka kejadian tertinggi pada bayi BBLSR adalah umur ibu
dibawah kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, multigravida
dengan jarak kehamilan terlalu dekat.
c. Keadaan social
Keadaan ini sangat berperan sekali terhadap timbulnya BBLSR. Hal
ini disebabkan oleh gizi yang kurang baik dan antenatal care yang
kurang.
2. Faktor Janin
Hidramnion, gameli, kelainan kromosom dan Syphilis termasuk
juga infeksi kronis.
3. Faktor lingkungan : Radiasi, tinggal di daratan tinggi, zat racun

Penyebab BBLSR

1. Persalinan kurang bulan/premature


2. Bayi lahir dengan usia kehamilan 28 – 36 minggu yang disebabkan oleh
gangguan selama kehamilan
3. Lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya
4. Adanya rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterussebelum
cukup bulan
5. Adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
6. Kurangnya gizi ibu yang mengakibatkan kurangnya oksigen dannutrisi
secara kronik dalam waktu yang lama untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Faktor Predisposisi

1. Faktor Ibu:Usia, penyakit selama kehamilan, malnutrisi, trauma,kelelahan,


merokok, kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Faktor Placenta:Solosio plasenta, placenta previa
3. Faktor Janin:Kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi

4
D. Patofisiolog
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas/pengangkutan O2
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan
ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme
dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh ,sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam organik
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang
kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya

5
PATHWAY KASUS BBLSR Faktor Ibu :
Muntah sampai UK 4 bulan, sering tidak nafsu makan
selama kehamilan, Faktor ekonomi rendah, tingkat
pendidikan rendah

Dinding bagian bawah otot rahim lemah

Bayi lahir premature


(BBLR/BBLSR)

Jaringan lemak subkutan


Prematur
lebih tipis

Kehilangan panas Fungsi organ Penurunan


melalui kulit belum baik daya tahan
tubuh
Usus
B2 : Hipotermia
B6 : Resiko
Zat besi tidak terserap Peristaltik & infeksi
maksimal penyerapan
belum
B2 : Ketidakefektifan sempurna
perfusi jaringan perifer

B5 : Ketidakefektifan
pola makan bayi

6
1. Manajemen pengaturan 1. Nursing treatment 1. Manajemen
1. Manajemen nutrisi
suhu a. Motivasi keluarga pencegahan infeksi
a. Berikan bayi ASI jika
a. Berikan minyak untuk ikut a. Lakukan cuci
memungkinkan
telon pada bayi berpartisipasi tangan 6 langkah
b. Hangatkan ASI sebelum
b. Ganti linen bayi mendukung b. Gunakan APD
diberikan pada bayi
apabila basah perawatan klien (Hand Scoon, Skort
c. Hitung kebutuhan dan intake
c. Motivasi keluarga 2. Lakukan observasi dan bila perlu)
kalori perhari
untuk ikut evaluasi c. Jaga linen bayi
2. Lakukan observasi dan evaluasi
berpartisipasi b. Observasi tanda- tetap bersih dan
d. Observasi tand-tanda vital
mendukung tanda vital kering
e. Observasi muntah
perawatan klien c. Observasi tanda- d. Jaga kebersihan
f. Observasi adanya distensi
2. Observasi dan evaluasi tanda anemis inkubator dan
abdomen
d. Observasi akral d. Lakukan lingkungan sekitar
g. Evaluasi BB bayi setiap hari
bayi pemeriksaan bayi
3. Health education
e. Observasi tanda- laboratorium darah e. Ganti pampers
h. Informasikan kepada
tanda vital bayi lengkap sesuai kebutuhan
keluarga tentang status
3. Health education e. Evaluasi kadar Hb f. Seka bayi setiap
kesehatan klien
f. Berikan informasi post PRC pagi (atau sesuai
i. Motivasi keluarga untuk
pada ibu tentang 3. Health education kebutuhan)
terus memberikan ASI
menjaga suhu f. Informasikan 2. Lakukan observasi dan
4. Kolaborasi
tubuh bayi dengan kepada keluarga evaluasi
j. Dengan dokter pemberian
metode Kangaroo tentang status g. Observasi TTV
Aminosteril 1,5 cc/jam
Mother Care kesehatan klien h. Observasi tanda-
k. Dengan dokter pemberian
(KMC) jika 4. Kolaborasi tanda infeksi
D10 1/5 NS 6,25cc/jam
memungkinkan. g. Dengan dokter 3. Health education
h. Dengan dokter pemberian
4. Kolaborasi untuk tindakan i. Ajarkan keluarga 6
Ca-Gluconas 1 x 1cc
f. Bungkustubuhbayi transfusi PRC langkah cuci
menggunakanplasti tangan
k (plastic j. Instruksikan
wrapping) keluarga untuk
g. Masukkan bayi memakai APD
dalam inkubator skort (jas
dengan suhu 340C pengunjung) ketika
menjenguk pasien
4. Kolaborasi
k. meropenem 2 x 40
mg
l. aminophilin 2 x 4
mg
m. methilprednisolone
0,5mg 3 x 1 bks

7
E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi (2003) adalah :

1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu


2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 1500gr
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm
4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya.
5. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas.
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33cm
7. Rambut lanugo masih banyak.
8. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
10. Tumit mengkilap telapak kaki halus.
11. Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum, untuk perempuan klitoris
menonjol, libia minora tertutup oleh libia mayora.
12. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
13. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisannya lemah.
14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak
masih kurang
15. Verniks tidak ada atau kurang.

F. Permasalahan
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan
yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum
stabil (Surasmi, dkk., 2002).
1. Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C-
37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,

8
ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi
panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh
relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot
respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal
melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan
substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa
kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi
terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita
infeksi.
4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang
menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut
dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus,
menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,
meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini
menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
5. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
6. Hipoglikemi

9
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula
darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan
terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat
mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40
mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stress
dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun
sehingga kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme
glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada
penghilangan glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi
yang tak adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga
dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

G. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi adalah :Suhu tubuh bayi kurang dari
36,50C, kurang aktif dan tangis lemah, malas minum, bayi teraba dingin,
kulit mengeras kemerahan, frekuensi jantung < 100x/menit, nafas pelan
dan dalam
2. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan : kadar glukosa darah < 45mg/dl,
kejang, tremor, kurang aktif, riwayat ibu dengan diabetes, keringat
dingin, hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi premature, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Selera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning.
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl

10
Masalah pemberian minum

Hal ini ditandai dengan :

a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari


b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusu
4. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam
sebelum dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan
tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir dll. Tanda terjadinya infeksi pada
BBLSR antara lain :
a. Pada pemeriksaan labomterium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia.
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
5. Gangguan permafasan
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan.
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
6. Penyakit membrane pada neonates/HDN :Penyebabnya adalah
defisiensi faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K.
H. Penanganan
Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah
(BBLR) adalah :

1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami


hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan
ketat. Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.Bila belum

11
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
di sampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas
badannya dapat dipertahankan.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi. Bayi prematuritas mudah sekali
terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
3. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.Alat
pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai
5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan dilakukan dengan ketat. Perubahan berat badan
mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya

12
tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,
pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang


menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.
Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR
beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang
pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan
tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan
penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi
adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas
pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan
proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis,
dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral

13
yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi
dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser
(1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
infeksi antara lain :
1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan
secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga
kebersihannya.
3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh

14
atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker
ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi
(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal
ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik
diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-
faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas
mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan
kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status
respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi
normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan,
dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan
saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang
kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas
lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi

15
abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung
berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, dkk., 2005) :

f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat
beristirahat lebih banyak.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm dan
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik
dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur
bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga
mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang

16
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter,
perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong,
atau membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK
karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap
dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua
biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi
perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat
terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa
bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah.
Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam
menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi kesempatan
pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat dalam perawatan
bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena melalui
kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih
nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang
dapat diberikan perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang
tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua
bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik dan orang tua selalu
mendapat informasi yang tepat mengenai kondisi bayinya.

17
ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan

1. Pola nafas tidak Pola nafas yang  Berikan posisi kepala


efektif b/d tidak efektif sedikit ekstensi
adekuatnya  Berikan oksigen dengan
ekspansi paru metode yang sesuai
 Observasi irama,
Kriteria :
kedalaman dan frekuensi
 Kebutuhan pernafasan
oksigen
menurun
 Nafas spontan,
adekuat
 Tidak sesak.
 Tidak ada
retraksi

Gangguan Pertukaran gas


2. adekuat  Lakukan isap lendir
pertukaran gas
kalau perlu
b/d kurangnya
 Berikan oksigen dengan
ventilasi alveolar
metode yang sesuai
sekunder terhadap Kriteria :  Observasi warna kulit
defisiensi
 Ukur saturasi oksigen
surfaktan  Tidak sianosis.
 Observasi tanda-tanda
 Analisa gas
perburukan pernafasan
darah normal
 Lapor dokter apabila
 Saturasi oksigen
terdapat tanda-tanda
normal.
perburukan pernafasan
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan analisa gas
darah
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan surfaktan

3. Resiko tinggi Hidrasi baik  Observasi turgor kulit.


gangguan  Catat intake dan output
keseimbangan  Kolaborasi dalam
cairan dan pemberian cairan intra
Kriteria:
elektrolit b/d vena dan elektrolit
ketidakmampuan  Turgor kulit
ginjal elastik

18
mempertahankan  Tidak ada  Kolaborasi dalam
keseimbangan edema pemeriksaan elektrolit
cairan dan  Produksi urin 1- darah
elektrolit 2 cc/kgbb/jam
 Elektrolit darah
dalam batas
normal

4. Nutrisi adekuat
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
 Berikan ASI/PASI
berhubungan Kriteria :
dengan metode yang
dengan tidak
 Berat badan tepat
adekuatnya
naik 10-30  Observasi dan catat
persediaan zat
gram / hari toleransi minum
besi, kalsium,
 Tidak ada  Timbang berat badan
metabolisme yang
edema setiap hari
tinggi dan intake
 Protein dan  Catat intake dan output
yang kurang
albumin darah  Kolaborasi dalam
adekuat
dalam batas pemberian total
normal parenteral nutrition
kalau perlu

Suhu bayi stabil


Resiko tinggi
5. hipotermi atau  Suhu 36,5 0C -
hipertermi b/d 37,2 0C
imaturitas fungsi  Akral hangat
termoregulasi
 Rawat bayi dengan suhu
atau perubahan
lingkungan sesuai
suhu lingkungan  Hindarkan bayi kontak
langsung dengan benda
sebagai sumber
dingin/panas
 Ukur suhu bayi setiap 3
jam atau kalau perlu
 Ganti popok bila basah
6. Resiko tinggi Perfusi jaringan  Ukur tekanan darah
terjadi gangguan baik kalau perlu
perfusi jaringan  Observasi warna dan
b/d imaturitas suhu kulit

19
fungsi  Tekanan darah  Observasi pengisian
kardiovaskuler normal kembali kapiler
 Pengisian  Observasi adanya edema
kembali kapiler perifer
<2 detik  Kolaborasi dalam
 Akral hangat pemeriksaan
dan tidak laboratorium
sianosis  Kolaborasi dalam
 Produksi urin 1- pemberian obat-obatan
2 cc/kgbb/jam
 Kesadaran
composmentis

Resiko tinggi
7. Tidak ada injuri
injuri susunan  Cegah terjadinya
saraf pusat b/d hipoksia
hipoksia  Ukur saturasi oksigen
Kriteria :  Observasi kesadaran dan
aktifitas bayi
 Kesadaran  Observasi tangisan bayi
composmentis  Observasi adanya kejang
 Gerakan aktif  Lapor dokter apabila
dan ditemukan kelainan pada
terkoordinasi saat observasi
 Tidak ada  Ukur lingkar kepala
kejang ataupun kalau perlu
twitching  Kolaborasi dalam
 Tidak ada pemeriksaan USG
tangisan kepala
melengking
 Hasil USG
kepala dalam
batas normal
Resiko tinggi
8. infeksi b/d Bayi tidak
imaturitas fungsi terinfeksi
imunologik
 Hindari bayi dari orang-
orang yang terinfeksi
Kriteria : kalau perlu rawat dalam
inkubator
 Suhu 36,5 0C -  Cuci tangan sebelum dan
37,2 0C sesudah kontak dengan
 Darah rutin bayi
normal

20
 Lakukan tehnik aseptik
dan antiseptik bila
melakukan prosedur
invasive
9. Resiko tinggi Integritas kulit  Lakukan perawatan tali
gangguan baik pusat
integritas kulit b/d  Observasi tanda-tanda
imaturitas struktur vital
kulit  Kolaborasi pemeriksaan
Kriteria :
darah rutin
 Tidak ada rash  Kolaborasi pemberian
 Tidak ada iritasi antibiotika
 Tidak plebitis  Kaji kulit bayi dari tanda-
tanda kemerahan, iritasi,
rash, lesi dan lecet pada
daerah yang tertekan
 Gunakan plester non
alergi dan seminimal
mungkin
 Ubah posisi bayi dan
pemasangan elektrode
10. atau sensor
Gangguan Persepsi dan
persepsi-sensori : sensori baik
penglihatan,  Membelai bayi sebelum
pendengaran, malakukan tindakan
penciuman, taktil  Mengajak bayi berbicara
Kriteria :
b/d stimulus yang atau merangsang
kurang atau  Bayi berespon pendengaran bayi dengan
berlebihan dari terhadap memutarkan lagu-lagu
lingkungan stimulus yang lembut
perawatan intensif  Memberikan rangsang
cahaya pada mata
 Kurangi suara monitor
jika memungkinkan
 Lakukan stimulas untuk
refleks menghisap dan
menelan dengan
memasang dot
11.
Koping keluarga Koping keluarga
tidak efektif b/d efektif
kondisi kritis  Memberikan kesempatan
pada bayinya, Kriteria : pada ortu berkonsultasi
perawatan yang dengan dokter
lama dan takut
untuk merawat

21
bayinya setelah  Ortu kooperatif  Rujuk ke ahli psikologi
pulang dari RS dg perawatan jika perlu
bayinya.  Berikan penkes cara
 Pengetahuan perawatan bayi BBLR di
ortu bertambah rumah termasuk pijat
 Orang tua dapat bayi, metode kanguru,
merawat bayi di cara memandikan
rumah  Lakukan home visit jika
bayi pulang dari RS
untuk menilai
kemampuan orang tua
merawat bayinya

22
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY. M USIA 6 HARI ATAU (MASA INFANT)
DENGAN DIAGNOSA BERAT BADAN LAHIR AMAT SANGAT RENDAH
DI RUANG ANTURIUM RSUP HASAN SADIKIN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : By. M
Umur atau tanggal lahir : 6 hari/ jum’at 9 Februari 2018
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Suku / bangsa : Sunda
Tanggal Masuk : 9 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2018
No Medrek : 0001665961
Diagnosa Medis : TB Neonatal + Preterm infant (34 minggu)
+ BBLASR
2. Identitas Ibu
Nama Ibu : Ny. M
Agama : Kristen
Suku / bangsa : Sunda
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan ipik ganda manah, purwakarta

3. Identitas Ayah
Nama : Tn.H
Agama : Kristen
Umur : 39 tahun
Suku/ bangsa : Sunda

23
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : jalan ipik ganda manah purwakarta

4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Bayi berat badan lahir amat sangat rendah
b. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi tampak mampu membuka mata, nampak lemah, dan reflek
sucking lemah
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat prenatal
Ibu hamil G2A1P1 pada saat hamil ibu mempunyai riwayat
hipertensi serta ibu dalam pengobatan TB 1 bulan. Pada saat
kehamilan, bayi mengalami IUGR
2) Riwayat natal
a) Lahir : bayi lahir prematur dengan usia kehamilan 34
minggu
b) Jenis kelahiran : SC atas indikasi gawat janin
c) Penolong : Dokter
d) Komplikasi saat persalinan : saat kelahiran yaitu
komplikasi kurang bulan atau prematur 34 minggu
3) Riwayat neonatal
a) Pemberian nutrisi : klien saat ini diberikan ASI sebanyak 3
ml
b) Jumlah pemberian : 3 ml
c) Frekuensi : setiap 3 jam
d) Pemberian makanan tambahan : klien belum diberikan
makanan tambahan
4) Riwayat yang berhubungan dengan penyakit

24
Klien mengalami TB neonatal karena klien lahir dari ibu yang
melakukan pengobatan TB
5) Pertumbuhan dan perkembangan
a) Motorik halus : pada saat pengkajian bayi sudah mampu
menggenggam jari
6) Riwayat imunisasi
Klien diberikan imunisasi hepatitis B saat lahir
7) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarganya bahwa ibu bayi M
mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan melakukan
pengobatan secara rutin serta ibu dari bayi M mempunyai
riwayat penyakit TB dalam pengobatan 1 bulan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Skrinning Gizi
1. Penampilan umum: klien tampak kurus, mukosa bibir pucat, reflek
menghisap lemah
2. Pembengkakan pada punggung kaki: tidak terdapat pembengkakan
3. Status Gizi: Malnutrisi
4. Tanda-tanda Vital:
frekuensi Nadi: 155x/Menit
-Respirasi Rate: 51x/Menit
-Suhu: 360C

5. Keadaan Umum: Klien berada pada stase 4 yang dimana klien matanya
mampu terbuka, aktifitas lemah dan tidak menangis
6. Kulit: warna kulit merah muda, kelembapan kering, turgor <3 detik,
terdapat verniks kaseosa pada leher, terdapat lanugo disekitar muka,
terdapat milia di bagian hidung.
7. Kelenjar Limfe: tidak terdapat pembesaran

25
8. Kepala: bentuk kepala bulat dengan lingkar kepala 26cm, rambut
hitam dengan distribusi yang merata, pontanel posterior dan anterior
belum tertutp.
a. Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, reflek pupil
bereaksi terhadap cahaya (+), dan pupil mengecil bereaksi terhadap
cahaya (Miosis), serta simetris antara mata kanan dan kiri dan tidak
terdapat edema palpebra.
b. Hidung: tidak terdapat deviasi septum, tidak terdapat sekret.
c. Mulut: mukosa bibir pucat, gigi belum ada, refek sucking lemah.
d. Telinga: telinga simetris, pina belum terbentuk, sudah terbentuk
kartilago yang dimana ketika pemeriksaan telinga dilipat lalu
kembali melambat. Tidak ada sekret atau pengeluaran cairan dari
telinga.
9. Leher: bagian leher tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembesaran
tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada: bentuk dada simetris, perbandingan anterior-posterior 2:1, todak
terdapat lesi, tidak ada penggunaan otot batu nafas, pengembangan
dada (+), pergerakan reguler, pola nafas cepat dengan frekuensi nafas
51x/menit. Suara nafas vesikuler di semua lapang paru, irama jantung
reguler dengan bj 150x/menit, bunyi jantung terdengar s1 di afek. By.
M diberikan oksigen nasal canul 0,5 L.
11. Abdomen: bentuk datar, tidak terdapat lesi, dengan BU 10x/menit,
hepar teraba 2cm dibawah margin costae, tidak terdapat pembesaran
splen.
12. Punggung: tidak terdapat kelainan bentuk tulang punggung
13. Ekstremitas: bentuk simetris antara ekstremitas kanan dan kiri atas,
serta pada ekstremitas bawah kanan dan kiri simetris. Pergerakan
kurang aktif, kuku panjang, jumlah jari lengkap, reflek moro (+), reflek
tonic neck (-) dan crowing tidak terkaji. Panjang badan 32cm.
6. Pola aktifitas

26
a. Pola Nutrisi
By. M diberikan makan/nutrisi berupa asi dengan jumlah pemberia
3ml/3jam melalui selang ogt serta bayi mendapatkan asupan nutrisi
parenteral.
b. Pola eliminasi
Bayi M sudah mengeluarkan mekonium 24 jam setelah lahir BAB Positif,
BAK positif.
c. Pola istirahat
Pada saat dikaji bayi M selalu tertidur
d. Kebersihan
Bayi tampak bersih setiap pagi bayi M selalu di seka serta lingkungan atau
inkubator juga bersih
7. Data Penunjang
a. Hasil labolatorium
Tanggal 14 Februari 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin H 22.0 g/dL 13.5 – 21.5

Hematokrit 65.1 % 42.0 – 66.0

Eritrosit 5.38 Juta/uL 3.9 – 6.3

Leukosit L 1.15 10ˆ3/uL 13.0 – 30.0

Trombosit LL 23 ribu/uL 150 – 450

Indeks eritrosit

MCV 121.0 fL 88 – 126

MCH H 40.9 Pg 28 – 40

27
MCHC 33.8 % 28 – 40

Hitung jenis leukosit

Basofil L0 % 0.2 – 1.2

Eusinofil 3 % 0.0 – 4.4

Netrofil batang L0 % 3.0 - 5.0

Netrofil segmen 44 % 30.0 – 48.0

Limfosit L 34 % 40.0 – 81.0

Monosit H 19 % 2.6 – 8.5

Kimia

CRP Kumulatif H 0.6 mg/dL < 0.3

Bilirubin Total H 14.989 mg/dL 0.100 – 1.000

Bilirubin direk H 1.506 mg/dL 0.100 – 0.300

Bilirubin indirek H 13.483 mg/dL 0.200 – 0.800

Natrium 1.43 mEq/L 135 – 145

Kalsium 4.51 mg/dL 4.5 – 9.6

b. Hasil thorak AP pada tanggal 12 februari 2018


Suspek bronkopnemoni kanan, tidak tampak kardiomegali
c. Terapi
Nama obat Rute Dosis Waktu Manfaat

Aminofilin IV 3x15 mg 08.00, 16.00, Bronkodilator


24.00

28
Ampisilin IV 2x50 mg 08.00, 20.00 Antibiotik umtuk
mengobati infeksi oleh
bakteri gram negatif

Gentamisin IV 4,5 mg Setiap 36 jam Antibiotik umtuk


mengobati infeksi oleh
bakteri gram negatif

Aminosteril inf IV 2,6 ml 2,6/jam Protein


6%
Dekstrose 10% IV 36 ml 2,7 ml/jam Glukosa

Dekstrose 40% IV 24 ml 2,7 ml/jam Glukosa

Kalsium glukonat IV 2 ml 2,7 ml/jam Kalsium

Heparin IV 0,65 ml 2,7 ml/jam Antikoagulan

Lipid IV 0,5 ml 0,5 ml/jam Lemak

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Prematuritas Ketidakefektifan
Do : pola makan bayi
- Reflek sucking lemah Imaturitas
- BB : 900 gr sistem
- PB : 32 cm
- RR : 57x/menit Penurunan
- Bayi diberikan nutrisi reflek
ASI sebanyak 3ml/3 jam menghisap
- Bayi prematuritas 34
minggu

29
Ketidakefektifan
pola makan bayi
2 Ds : Imaturitas Ketidakefektifan
Do : sistem pola nafas
- Bayi prematuritas 34 pernafasan
minggu
- RR 57x/menit Peningkatan
- Pola nafas cepat usaha nafas
- Bayi diberikan O2 0,5 L
Ventilasi
menurun

Asfiksia

Ketidakefektifan
pola nafas
3 Ds : Imaturitas hepar Kerusakan
Do : integritas kulit
- Bayi prematuritas 34 Gangguan
minggu konjugasi
- Ikterik
- Hb : 22.0 Hiperbilirubin
- Bilirubin total : 14.986
- Bilirubin direk : 1.506 Ikterik

Kerusakan
integritas kulit
4 Ds : Prematuritas Resiko
Do : hipotermi
BBLASR

30
- Bayi prematuritas 34
minggu Jaringan lemak
- Suhu : 36,8̊c subkutis lebih
- Bayi dalam inkubator tipis

Kehilangan
nafas melalui
kulit

Resiko
hipotermi
5 Ds : Imaturitas Resiko
Do : sistem imun penyebaran
- Bayi prematur 34 infeksi
minggu Daya tahan
- Suhu : 36,8̊c tubuh
- RR : 57x/menit
- Bj : 155x/menit Resiko
- Monosit : 19 penyebaran
- CRP kumutatif : 0,6 infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas sistem
pernafasan
2. Ketidakefektifan pola makan berhubungan dengan prematuritas :
reflek menghisap lemah
3. Kerusakan integritas kulit : ikterus berhubungan dengan hiperbilirubin
4. Resiko hipertensi berhubungan dengan jaringan lemak subkutis tipis
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem
imun

31
D. Perencanaan
DX NOC (nursing outcome classification) NIC (nursing intervention classification)

1 Setelah dilakukan tindakan - Posisikan kepala pada posisi sedikit


keperawatan selama 3x24 jam pola ekstensi
nafas dapat efektif dengan kriteria hasil - Berikan oksigen dengan metode yang
sesuai
- Kebutuhan oksigen dapat menurun
- Observasi irama, kedalaman dan
- Nafas spontan dan adekuat
frekuensi nafas
- Tidak sesak
- Tidak ada retraksi dada
2 Setelah dilakukan tindakan - Berikan ASI/Pasi dengan metode
keperawatan selama 3x24 jam pola yang tepat
nutrisi efektif dengan kriteria hasil : - Observasi dan catat toleransi minum
- Timbang berat badan setiap hari catat
- Berat badan naik 10%/kg/hari
intake dan output
- Protein albumin dalam batas normal
- Kolaborasi dalam pemberian
- Tidak ada edema
parenteral nutrisi
- Reflek menghisap kuat
3 Setelah dilakukan tindakan - Observasi tanda-tanda vital
keperawatan selama 3x24 jam - Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
integritas kulit baik dengan kriteria - Kolaborasi pemberian antibiotik
hasil : - Kaji bayi dari tanda-tanda
kemerahan, iritasi, lesi pada daerah
- Tidak ada ikterus
tertentu
- Tidak ada rash
- Lakukan fototerapi sesuai indikasi
- Tidak ada iritasi
- Tidak ada plebitis

32
4 Setelah dilakukan tindakan - rawat bayi dengan lingkungan suhu
keperawatan selama 3x 24 jam yang sesuai (inkubator)
hipotermi tidak terjadi dengan kriteria
- Hindari kontak langsung dengan
hasil :
sumber dingin/ panas
- Bayi menunjukan suhu yang stabil - Ukur suhu setiap 3 jam / bila perlu
- Suhu kisaran normal 36,5̊c – 37,5̊c - Ganti popok bila basah
- Akral hangat

5 Setelah dilakukan tindakan - hindari bayi dari orang yang terinfeksi


keperawatan selama 3x 24 jam
- lakukan perawatan dalam inkubator
hipotermi tidak terjadi dengan kriteria
hasil : - cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi
- TTV dalam rentan normal
- kolaborasi pemberian antibiotik
- hasil darah normal

E. Implementasi dan evaluasi


Hari/tanggal Jam DX Implementasi Evaluasi

Jum’at 14.00 1 - Mempertahankan S:


posisi sedikit ekstensi
16 – 2 - 2018 O:
- Mempertahankan
kebutuhan oksigen - Bayi tampak rilek
0,5 - Frekuensi nafas
- Mengobservasi 49x/menit
14.10 kedalaman dan - Tidak terdapat
frekuensi nafas penggunaan otot bantu
nafas
A : masalah belum teratasi

33
14.15 - Kolaborasi pemberian P : lanjutkan intervensi
aminofilin 1,5 mg
- Pertahankan posisi
(IV)
ektensi
- Pertahankan pemberian
16.00 O2
- Observasi frekuensi
nafas
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Jum’at 15.00 2 - Memberikan ASI 3 S:
ml
16 – 2 – 2018 O:
- Mengobservasi
15.00 toleransi terhadap - Klien menghabiskan
minum 3ml ASI
- Observasi input dan - Intoleransi terhadap
output minum (melalui OGT)
- Input 3ml/3 jam
18.00
- Output 14gr
Jum;at 14.15 3 - Mengobservasi tanda S:
–tanda vital
16 – 2 - 2018 O:
- Mengobservasi tanda
18.00 kemungkinan - Suhu 36,5̊c
lesi/lecet pada daerah - BJ 134x/menit
tertentu - Frekuensi nafas
45x/menit
- Tidak terdapat lesi,
kemerahan pada daerah
tertentu
Jum’at 14.00 4 - Melakukan perawatan S:
bayi dalam inkubator

34
16 – 2 - 2018 - Mengukur suhu tubuh O:
bayi
14.15 - Suhu tubuh 36̊c
- Mengganti popok
- Sklera ikterik
bayi
A : masalah belum teratasi
- Kolaborasi pemberian
20.00
antibiotik P : lanjutkan intervensi
 Gentamisin 4,5
- Lakukan perawatan
mg/36 jam
20.00 dalam inkubator
 Ampisilin 50mg
- Ganti popok bayi
- Mengukur suhu tubuh
berikan antibiotik
Jum’at 14.00 5 - Melakukan perawatan S:
dalam inkubator
16 – 2 - 2018 O:
- Mencuci tangan
sebelum dan sesudah - Suhu 36,5̊c
tindakan - RR 49x/menit
- Berkolaborasi dalam - BJ 134x/menit
pemberian antibiotik A : masalah belum teratasi
 Gentamisin 4,5
20.00 P : lanjutkan intervensi
mg/36 jam
 Ampisilin 50mg
- Observasi TTV

Hari/tanggal Jam DX Implementasi Evaluasi

Sabtu 21.00 1 - Mempertahankan S:


posisi sedikit ekstensi
17 – 2 - 2018 O:
- Mempertahankan
kebutuhan oksigen - Bayi tampak rilek
0,5

35
21.00 - Mengobservasi - Frekuensi nafas
kedalaman dan 50x/menit
frekuensi nafas - Tidak terdapat
- Kolaborasi pemberian penggunaan otot bantu
aminofilin 1,5 mg nafas
21.15
(IV) A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Pertahankan posisi
24.00 ektensi
- Pertahankan kebutuhan
O2
- Observasi frekuensi
nafas
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Sabtu 21.00 2 - Memberikan ASI 3 S:
ml
17 – 2 – 2018 O:
- Mengobservasi
21.00 toleransi terhadap - Klien menghabiskan
minum 3ml ASI
- mengobservasi input - Intoleransi terhadap
dan output minum
- berkolaborasi dalam - Input 3ml/3 jam
24.00
pemberian nutrisi - Output 14gr
parenteral 24gr
- memberikan ASI 3ml - BB 950gr
21.00
- memberikan ASI 3ml A : masalah belum teratasi
- mengobservasi input
P : lanjutkan intervensi
dan output

36
01.00 - menimbang berat
badan
05.00

06.00

Sabtu 06.00 3 - Mengobservasi tanda S:


–tanda vital
17 – 2 - 2018 O:
- Mengkaji adanya
tanda kemungkinan - Suhu 36,7̊c
lesi/lecet pada daerah - BJ 140x/menit
tertentu - Frekuensi nafas
50x/menit
- Tidak terdapat lesi,
kemerahan pada daerah
tertentu
Sabtu 21.00 4 - Melakukan perawatan S:
bayi dalam inkubator
17 – 2 - 2018 O:
- Mengukur suhu tubuh
06.00 bayi - Suhu tubuh 36̊c
- Mengganti popok - Sklera ikterik
bayi A : masalah belum teratasi
06.00
P : lanjutkan intervensi

Sabtu 21.00 5 - Melakukan perawatan S:


dalam inkubator
17 – 2 - 2018 O:
- Mencuci tangan
21.00 sebelum dan sesudah - Suhu 36,7̊c
tindakan - RR 50x/menit
- BJ 140x/menit

37
- Berkolaborasi dalam A : masalah belum teratasi
pemberian antibiotik
21.00 P : lanjutkan intervensi
 Gentamisin 4,5
mg/36 jam
- Observasi TTV

Hari/tanggal Jam DX Implementasi Evaluasi

Senin 07.00 1 - Mempertahankan S:


posisi semi
19 – 2 - 2018 O:
fowler/sedikit
ekstensi - Frekuensi nafas
- Mempertahankan 50x/menit
pemberian oksigen - Tidak terdapat
07.00 0,5 penggunaan otot bantu
- Mengkaji kedalaman nafas
dan frekuensi nafas A : masalah belum teratasi
serta retraksi dinding
P : lanjutkan intervensi
dada
07.10
- Kolaborasi pemberian - Pertahankan posisi
aminofilin 1,5 mg ektensi
(IV) - Pertahankan pemberian
O2
18.00 - Observasi frekuensi
nafas
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Senin 08.00 2 - Memberikan ASI 3 S:
ml
19 – 2 – 2018 O:

08.00

38
- Mengobservasi - Klien menghabiskan
toleransi terhadap 3ml ASI
minum - Klien belum intoleransi
12.00 - Observasi input dan terhadap minum
output - Input 3ml/3 jam
- Output 23gr
A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

- Pertahankan pemberian
nutrisi parenteral
- Berikan ASI
- Timbang berat badan
- Monitor input dan
output
- Observasi terhadap
minum
Senin 07.00 3 - Mengobservasi tanda S:
–tanda vital
19 – 2 - 2018 O:
- Mengkaji adanya
12..00 lesi/lecet pada daerah - Suhu 36,5̊c
tertentu - Tidak terdapat lesi,
kemerahan pada daerah
tertentu
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Observasi tanda-tanda
vital
- Kaji adanya
kemerahan, lesi/lecet

39
Sabtu 07.00 4 - Melakukan perawatan S :
bayi dalam inkubator
19 – 2 - 2018 O:
- Mengukur suhu tubuh
bayi - Suhu tubuh 36̊c
- Sklera ikterik
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Lakukan perawatan
dalam inkubator
- Mengukur suhu tubuh
Sabtu 07.00 5 - Melakukan perawatan S :
dalam inkubator
19 – 2 - 2018 O:
- Mencuci tangan
sebelum dan sesudah - Suhu 36,5̊c
tindakan - RR 50x/menit
- Berkolaborasi dalam - BJ 140x/menit
pemberian antibiotik A : masalah belum teratasi
 Gentamisin 4,5
08.00 P : lanjutkan intervensi
mg/36 jam
- Observasi TTV - Lakukan perawatan
dalam inkubator
- Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
- Kolaborasi pemberian
antibiotik

40
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010). Berat badan lahir
sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah
normal (kurang dari 1500 gram). Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Peyebabnya adalah Persalinan
kurang bulan/premature, Bayi lahir dengan usia kehamilan 28 – 36 minggu
yang disebabkan oleh gangguan selama kehamilan, Lepasnya plasenta lebih
cepat dari waktunya, Adanya rangsangan yang memudahkan terjadinya
kontraksi uterussebelum cukup bulan, Adanya hambatan pertumbuhan saat
dalam kandungan, Kurangnya gizi ibu yang mengakibatkan kurangnya
oksigen dannutrisi secara kronik dalam waktu yang lama untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini semoga wawasan pembaca lebih luas
mengenai asuhan keperawatan padabayi dengan BBLASR khususnya bagi
saya dan umumnya bagi kita. Semoga makalah ini menjadi makalah yang
baik bukan yang sempurna, karena kesempurnaan milik Allah SWT. Dan
semoga Dosen stase keperawatan Anak memaklumi kekurangan dan
memberikan nilai yang maksimal mengenai makalah ini.

41
Daftar Pustaka

Jones, E., King, C., Spenser, A.(2005). Feeding and Nutrition in the Preterm Infant.
Philadelphia: Elsevier.

Kosim Sholeh, M. (2003). Buku panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI Depkes RI.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media

Suradi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta : ISBN.

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.(2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC.

Price, S.A & Wilson, L. M., 2000, Fundamental Keperawatan : konsep sakit,proses,
dan praktik, (Edisi 6), Alih bahasa : Asih Yasmin, Editor Monica Ester,
Jakarta : EGC.

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR: Berat Badan Lahir
Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI.

Whalley & Wong., 2002, Pediatric Nursing, Winkelsten : Schwartz.

42
Lampiran
KASUS

Bayi M umur 6 hari masuk ruang neonatus dengan keluhan utama Berat
Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) dengan berat 900 gram. Keluarga
mengatakan bahwa Bayi M lahir prematuritas (34 minggu) Bayi M dilahirkan oleh

43
ibu G2P1, riwayat kesehatan ibu saat hamil, keluarga mengatakan bahwa ibu
mengalami hipertensi pada saat kehamilan dan sedang menjalankan pengobatan TB
sudah 1 bulan, Bayi M lahir dengan cara SC atas indikasi Gawat Janin+Hipertensi+
suspek IUGR+Tb Paru Aktif. Bayi M lahir dengan Berat 900 gram PB : 32 cm,
lingkar kepala : 26cm dengan nilai APGAR : 5 , lingkar dada : 21 cmdengan
presntasi terbawah kepala. pada pengkajian didapatkan RR : 49x/mnt, BJ :
155x/mnt Suhu : 36,8°C. Warna kulit : merah muda, kelembaban kering, turgor : <
3 detik, terdapat vernik caseosa pada daerah leher, terdapat lanugo disekitaran
muka, terdapat milia pada daerah hidung, rambut hitam dengan distribusi yang
merata, kuku panjang dan dermatoglyphic 3 garis, tidak edema pada daerah muka,
fontanel belum tertutup antara pontanel anterior dan posterior, mata simetris, reflek
pupil +, reflek mengedip +, telinga sejajar dengan alis mata dan pina sudah
terbentuk, muka bibir pucat, dengan reflek sucking yang lemah, reflek rooting +
dan reflek extrusion +. bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi, dan bentur
perut yang datar, Bising Usus 10x/mnt, hepar teraba 2 cm dibawah margin costa,
tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, labia mayora menutupi labia minora.
Bayi M dengan diagosa medis TB Neonatal+ Preterm Infant+IUGR+BBLASR.

Hasil pemeriksaan darah tgl 14-02-2018


Hb : 22 g/dL,HT : 65,1 %, eritrosit : 5,38 juta/uL, Leukosit : 7,15 ribu/uL, Bilirubin
Total : 14,989 mg/dL, Bilirubin Direk : 1.506 mg/dL, Bilirubin Indirek : 13,483
Hasil Thorax AP :
suspek bronkhopneumonia kanan, tidak tampak kardiomegali
Terapi :
Aminofilin 3x1,5 mg (IV), Ampisilin 2x50mg (IV), Gentamisin 4,5 mg tiap 36 jam,
Aminosteril INF 6% (IV) 2,6 ml/Jam, Dextrose Inj 40% 24 ml+Kalsium Glukonat
2ml+Heparin 0,65 ml (IV) 2,7ml/Jam, lipid 0,5ml/jam

A. STEP BY STEP TIC


1. STEP 1 (Menanyakan kalimat atau kata yang tidak dimengerti)
a. IUGR?
b. Gentamisin?

44
c. Aminofilin ?
d. Bilirubin direk dan indirek?
e. Bronkopneumoni?
f. Lipid?
g. Aminosteril ?
2. STEP 2 (Menjawab secara singkat pertanyaan step 1)
a. IUGR merupakan Intrautarine Growth Restriction istilah untuk
menjelaskan dimana janin lebih kecil dari yang diharapkan
b. Gentamisin merupakan jenis antibiotic golongan aminoglikosida yang
dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri gram negative.
c. Aminofilin merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit pernafasan, seperti asma, bronchitis, emfisema dan
penyakit paru-paru kronis.
d. Bilirubin indirek adalah zat yang belum mengalami metabolism sel
darah merah, sedangkan bilirubin direk setelah mengalami
metabolisme.
e. Bronkopneumonia adalah adalah peradanangan dinding bronkiolus
(saluran nafas kecil). Peradanagan ini umumnya disebabkan infeksi
terjadi pada kedua prau-paru secara tersebar. Sedangkan
padapneumonia terjadi pada jaringan paru.
f. Lipid merupakan kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin,
sterol, vitamin yang larut dalam lemak.
g. Aminosteril adalah nutrisi parenteral untuk pencegahan dan pengobatan
defisiensi protein pada anak dimana asupan makanan secara oral
merupakan kontraindikasi.
3. STEP 3 (Menanyakan lebih dalam mengenai kasus)
a. Apakah pola nutrisi anak terganggu?
b. Mengapa anak diberikan antibiotic?
c. Apakah bisa terjadi hipotermi pada klien? Mengapa?
d. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus yang ada?
e. Apakah terdapat komplikasi terhdapa klien?

45
f. Apakah BBLASR berpengaruh terhadap sistem pernafasan klien?
4. STEP 4 (Menjawab pertanyaan dari step 3)

a. Bisa berpengaruh, Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas


usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin
yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot
usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam
tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini
menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat badan
bayi.
b. Bisa terjadi infeksi pada bayi, Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada
riwayat ibu demam sebelum dan selama persalinan, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir dll. Karena ibu
klien mempunyai TB aktif sehingga diberikan antibiotic.
c. Bisa terjadi hipotermi pada klien, karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak
subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak
memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga
mudah kehilangan panas.
d. Komplikasi pada bayi dengan BBLASR yaitu:
1) Hipotermi
2) Hipoglikemi
3) Ikterus/hiperbilirubin
4) Masalah pemberian minum, Infeksi/sepsis
5) Gangguan permafasan

e. Penatalaksanaan pada BBLASR :


1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat
2) Mencegah infeksi dengan ketat.
3) Pengawasan nutrisi (ASI)

46
4) Penimbangan ketat
5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat
6) Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7) Tali pusat dalam keadaan bersih.
8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
f. Gangguan pernafasan mungkin akan berpengaruh pada perkembangan
bayi jika tidak ditangani dengan tepat, Akibat dari defisiensi surfaktan
paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah
terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan
menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

47

Anda mungkin juga menyukai