Anda di halaman 1dari 12

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal

Dosen Pengampu : Yogi Andhi Lestari, S.Si.T.,M.Keb

Disusunoleh (Kelompok 3)

1. Dinda Rismasari (206117002)


2. Nida Dwi Atikah (206117008)
3. Yarra Selva Juliana (206117014)

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

PRODI D3 KEBIDANAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Kurnia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)” ini disusun dalam rangka pemenuhan
tugas mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal. Penyusun ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada Yogi Andhi Lestari,S.Si.T.,M.Keb Selaku dosen pengampu
mata kuliah ini yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini.
Rasa terimakasih juga penyusun ucapkan kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan material maupun non material.

Penyusun berharap informasi-informasi yang terdapat dalam makalah ini berguna bagi
pembaca.Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
maka penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi yang
kurang berkenan di hati pembaca.Untuk itu, penyusun memohon saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Terimakasih.

Cilacap, 07 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………….………………….....4

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………….4


1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………5
1.3. Tujuan…………………………………………………………………………...5
1.4. Mind Map……………………………………………………………………….6

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...7

2.1. Definisi Keluarga Berencana…………………………………………………...7


2.2. Metode Kontrasepsi……………………………………………………………..7
2.3. Metode Modern Injeksi Atau Suntik……………………………………………8
2.4. Cara Kerja………………………………………………………………………9
2.5. Efek Samping Kontrasepsi Suntik………………………………………………9
2.6. Keuntungan Dan Kerugian Kontrasepsi Suntik………………….……………11
2.7. Wanita Yang Tidak Diperbolehkan Memakai Kontrasepsi Suntik……………12
2.8. Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik…………………………………………13
2.9. Kontra Indikasi……………………………………………...…………………13
2.10. Jenis-Jenis Kontrasepsi Suntik…………………………………………...……14

BAB III PENUTUP……………………………………………………….…………17

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….………17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….……………18.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR)
diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.
Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram . BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.

1.2. Rumusan Masalah

1.3.Tujuan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat
badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk
untuk tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Penyebab BBLR adalah keadaan ibu hamil yang memiliki masalah dalam
kehamilan. Permasalahan dalam kehamilan inilah yang paling berbahaya karena
menjadi penyebab kematian ibu dan bayi terbesar (Barua, Hazarika & Duta,
2014).
2.2. KLASIFIKASI BBLR
Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran, Lahariya,
Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam mengelompokkan bayi
BBLR ada beberapa cara yaitu:
a. Berdasarkan harapan hidupnya:
1) Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR).
2) Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR).
3) Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER).
b. Berdasarkan masa gestasinya:
1) Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu atau
biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut
BBLR jika berat lahirnya antara 1500 – 2500 gram.
2) Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika
dalam masa kehamilan.

5
2.3. ETIOLOGI
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu (2016)
serta Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet (2017) ada beberapa
faktor resiko yang dapat menyebabkan masalah BBLR yaitu:
a. Faktor ibu
1) Usia Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR
lebih tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%)
dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35
tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan melahirkan.
2) Parietas Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak
empat atau lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak BBLR,
itu dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan
trauma fisik dan psikis, semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan
menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan persalinan berikutnya.
3) Gizi kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi
kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir
cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang kurang.
4) Jarak kehamilan Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak
kelahiran < 2 tahun berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak
BBLR di bandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun,
itu dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi dan ibu
tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.
5) Pola hidup Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering
mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan
menurunkan aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan
mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan BBLR.

6
b. Faktor kehamilan
1) Eklampsia / Pre-eklampsia.
2) Ketuban pecah dini.
3) Perdarahan Antepartum.
c. Faktor janin
1) Cacat bawaan (kelainan kongenital).
2) Infeksi dalam rahim
2.4. CIRI-CIRI BBLR
Menurut penelitian dari Tripthy (2014) ada beberapa ciri BBLR yaitu:
a. Rambut tipis halus.
b. Tulang tengkorak lunak.
c. Kulit tipis dan transparan.
d. Berat badan <2500 gram
e. Reflek - reflek pada pemeriksaan neurologis lemah, terutama pada reflek
menghisap dan menelan.
2.5. MASALAH KESEHATAN BBLR
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014) , Chen, Lin, Lu & Chen (2014)
serta Kirk, Uwamungu, Wilson, Hedt-Gauthier, Tapela, Niyigena, Rusangwa,
Nyishime, Nahimana, Nkikabahizi, Mutaganzwa, Ngabireyimana, Mutabazi &
Magge (2017) ada beberapa masalah kesehatan pada BBLR yaitu:
a. Ketidakstabilan suhu tubuh.
b. Gangguan pernapasan.
c. Imaturitas neurologis.
d. Gastrointestinal dan nutrisi.
e. Imaturitas.
f. Hipoglikemi.

7
2.6. PENATALAKSANAAN
Menurut Fermandez, Redondo, Castellanos, Munuzuri, Gracia, Campillo,
Lopez & Luna (2017) serta Nurmalasari (2014) ada beberapa penatalaksanaan
yang bisa dilakukan untuk masalah BBLR yaitu :
a. Dukungan respirasi.
b. Termoregulasi.
c. Perlindungan terhadap infeksi.
d. Pemberian nutrisi.
2.7. PROGNOSA
2.8.
2.9. PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH KONTRASEPSI MANTAP
1. Sukarela artinya calon peserta KB tidak dipaksa atau ditekan untuk menjadi
peserta kontrasepsi mantap, untuk menentapkan syarat sukarela ini perlu
dilakukan pelayanan informasi konseling.
2. Bahagia artinya calon peserta KB terikat dalam perkawinan yang syah dan
harmonis,telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang atau lebih dari 2
orang anak dengan umur anak terkecil 2 tahun, dan dengan
mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya lebih dari 26 tahun, syarat
bahagia ini dapat diketahui pada saat dilakukan pelayanan informasi dan
konseling.
3. Kesehatan artinya tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan peserta KB
tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap, syarat kesehatan ini dapat
diketahui pada saat pemeriksaan prabedah.
Hasil dari tiga persyaratan di atas akan menentukan dapat atau tidaknya
seseorang mendapatkan pelayanan kontarsepsi mantap. (Depkes RI, 2010)

2.10. KEEFEKTIFAN KONTRASEPSI KONTAP


Kontap merupakan cara KB yang paling efektif. Angka kegagalannya hanya 0,2
– 0,4 per 100 wanita pertahun, baik untuk kontap wanita maupun kontap untuk

8
pria. Kegagalan ini pada umumnya karena kesalahan teknik operasi tetapi
mungkin juga karena rekanalisasi. Kontap mempunyai beberapa ciri antara lain :
a. Sifatnya relatif permanen ,artinya untuk melakukan rekanalisasi memerlukan
biaya dan waktu.
b. Perlu dilakukan konseling yang mantap, karena metode ini sifatnya permanen
(Siswosudarmo dkk, 2010).

2.11. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KONTRASEPSI KONTAP


Keuntungan yang utama adalah bahwa kontap merupakan suatu cara KB
paling efektif dibanding seluruh cara yang tersedia. Keefektifannya tercapai
begitu operasi selesai dikerjakan kontap merupakan cara KB jangka panjang
yang tidak memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali dikerjakan. Cara
ini permanen, dapat dikatakan continuation rate-nya praktis 100%. Meskipun
kontap dilakukan dengan cara operasi, ia merupakan cara yang paling aman,
bebas dari efek samping asal semua prosedur dan persyaratan operasi
terpenuhi. Dan kontap bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan
ulang yang terjadwal, tidak menggangu hubungan seksual, tidak menurunkan
libido. Sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya
memerlukan istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat
pelayanan dan dapat dikerjakan di lapangan (field based) dengan
memenfaatkan kamar operasi di puskesmas.
Kerugian kontap
Kerugian Kontap adalah sifatnya yang permanen, sehingga calon klien harus
menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi, ia hampir tidak mungkin
hamil kembali. Penyesalan merupakan masalah besar yang sulit diatasi, oleh
karena itu konselor harus benar-benar menekankan sifat permanennya.
Cara ini hanya cocok untuk mereka yang tidak menginginkan anak lagi, bukan
sebagai cara penjarangan anak. Dan pemberian konseling merupakan bagian
yang sangat menentukan ada tidaknya penyesalan dikemudian hari. Kontap

9
merupakan tindakan operasi,sehingga syarat operasi harus terpenuhi terutama
yang menyangkut pencegahan infeksi. Ia juga menuntut ketrampilan yang
prima bagi operatornya, terutama sterilisasi laparoskopik bagi wanita
(Hartanto, 2011).

2.12. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Dengan sifatnya yang permanen, kontap hanya cocok untuk pasangan
yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas indikasi sterilisasi dapat
dibagi empat macam yakni indikasi medis, obstetrik, genetik dan indikasi
kontrasepsi. Termasuk dalam kategori : Pertama Indikasi Medis adalah
penyakit yang berat dan kronik seperti penyakit jantung (terutama derajat tiga
dan empat), ginjal, paru dan penyakit kronik lainnya. Sudah barang tentu tidak
semua penyakit merupakan indikasi, tetapi hanya yang membahayakan
keselamatan ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi.
Kedua Indikasi Obstetris adalah keadaan dimana risiko kehamilan
berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan
apa-apa. Termasuk dalam indikasi obstetrik anatara lain adalah multiparitas ,
dengan usia relatif lanjut (misal yang disebut grandemultigravida, yakni
paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), seksio sesarea dua
kali atau lebih dan lain-lain.
Ketiga Indikasi genetik adalah penyakit herditer yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan anak, seperti Huntington’s chorea, TaySachs
disease, hernophilia, marfan’s syndrome, Wilson’s disease dan lain-lain.
Keempat Indikasi kontrasepsi adalah indikasi adalah yang murni ingin
menghentikan (mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak
menginginkan kelahiran anak lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yang
membahayakan–keselamatan ibu seandainya ia hamil kembali. Dan di
Indonesia dapat ditambahkan indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri
menginginkan sterilisasikarena merasa beban ekonomi keluarga menjadi

10
terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut. penelitian
yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan bahwa 40% wanita yang
dilakukan sterilisasi adalah alasan ekonomi (Depkes RI, 2010).

2.13. EFEK SAMPING DAN ATAU KONTRAINDIKASI


Kontap merupakan cara KB yang paling aman, karena tidak bersifat hormonal,
sehingga tidak memiliki efek samping sistemik. Kontap juga tidak menempatkan
benda asing seperti AKDR (Kecuali cincin Falop yang relatif sangat kecil)
sehingga risiko Penyakit Radang Panggul praktis tidak meningkat, dan
komplikasi yang terjadi pada dasarnya dapat dibagi dua yakni komplikasi akibat
anastesi dan tindakan operasi. (Siswosudarmo dkk, 2010).

2.14. PELAYANAN KONTRASEPSI MANTAP


Pelayanan kontrasepsi terdiri dari 2 antara lain :
1. Kontrasepsi mantap pada wanita (tubektomi)
Adalah suatu cara KB dengan melakukan pembedahan dengan memotong dan
mengambil saluran telur atau membuat buntu saluran dengan mengikatnya
sehingga tidak terjadi pembuahan atau ovulasi, dan dapat dilakukan di rumah
sakit pemerintah maupun swasta.
2. Kontrasepsi mantap pada pria (vasektomi)
Adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran
sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung
spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung
kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di
Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah,
pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan
sehingga dapat dilakukan di lapangan. (Siswosudarmo, 2010)

11
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai