Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR MATA KULIAH

KEPERAWATAN ANAK
Dosen Pembimbing : Ns. Budiyanti, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. An

Disusun Oleh :
Kelompok 11 Reguler 1
Nadya Yasmine F.M. P1337420121002
Almas Brilliance I P1337420121008
Dea Elsa Ananda P1337420121022

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN


KEPERAWATAN SEMARANG
POLITENIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Asuhan Keperawatan dengan mengangkat judul
“Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR” dengan Mata Kuliah Keperawatan Anak. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pimpinan Politenik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang serta staff
2. Ibu Ns. Budiyati, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. An selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Anak
3. Teman anggota kelompok yang sudah mau bekerja sama dalam pembuatan asuhan
keperawatan ini.
Dalam kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan asuhan keperawatan ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari dosen pengampu serta pembaca demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
Semoga asuhan keperawatan ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
terutama pembaca.

Semarang, Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rusuan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................ 3
A. Definisi Bayi BBLR ...................................................................................... 3
B. Klasifikasi BBLR .......................................................................................... 3
C. Etiologi Bayi BBLR ...................................................................................... 3
D. Patofisiologi ................................................................................................... 4
E. Pathways ......................................................................................................... 5
F. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 6
G. Kompilasi dari bayi BBLR ........................................................................... 6
H. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 7
I. Penatalaksanaan dari bayi BBLR ................................................................... 7
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................................... 8
A. Pengkajian ...................................................................................................... 8
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 11
C. Intervensi Keperawatan ................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. Kesimpulan .................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhuhungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi
pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama
pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonates, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
Salah satu faktor resiko terjadinya bayi BBLR terbesar disebabkan oleh kelahiran
premature. Bayi belum memiliki pengaturan suhu tubuh yang sempurna dan harus dilindungi
dari perubahan suhu lingkungan yang ekstrim. Bayi yang lahir premature dengan BBLR
memiliki permukaan tubuh yang luas sedangkan jaringan lemak subkutis yang lebih tipis
menyebabkan penguapan berlebih ditambah dengan pemaparan dari suhu luar yang
menyebabkan hipotermi (Nuranif 2015). Bayi BBLR yang hipotermi biasanya ditandai
dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang aktif, pucat, takipnea atau takikardi, dan
apabila hipotermi berkepanjangan akan berakibat terjadinya peningkatan konsumsi oksigen,
distress respirasi, gangguan keseimbangan asam basa, dan pada keadaan berat akan
menyebabkan kematian pada bayi (M.Sholeh Kosim et al, 2014).
Masalah jangka panjang yang timbul pada bayi BBLR jika tidak mendapat perawatan
yang tepat akan berakibat fatal pada perkembangannya. Bila dapat bertahan hidup akan
dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, hiperaktif, tingkat kecerdasan rendah, masalah
fisik seperti kronis paru, gangguan penglihatan, dan kelainan kongenital. Penatalaksanaan
yang tepat pada bayi BBLR diantaranya adalah memberikan edukasi kepada orang tua
tentang perawatan metode kanguru, cara memandikan bayi yang tepat, cara menjaga suhu
bayi agar tetap hangat dan perawatan menggunakan incubator (Proverawati & Ismawati
2010).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan bayi BBLR?
2. Bagaimana klasifikasi bayi BBLR?
3. Apa etiologi dari bayi BBLR?
4. Bagaimana patofisiologi dari bayi BBLR?
5. Bagaimana pathways pada bayi BBLR?
6. Apa manifestasi klinis dari bayi BBLR?
7. Apa saja komplikasi dari bayi BBLR?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari bayi BBLR?
9. Apa saja penatalaksanaan dari bayi BBLR?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi BBLR?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari bayi BBLR.
2. Mengetahui klasifikasi dari bayi BBLR.
3. Mengetahui etiologi dari bayi BBLR.
4. Mengetahui patofisiologi dari bayi BBLR.
5. Mengetahui pathways dari bayi BBLR.
6. Mengetahui manifestasi klinis dari bayi BBLR.
7. Mengetahui komplikasi dari bayi BBLR.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari bayi BBLR.
9. Mengetahui penatalaksanaan dari bayi BBLR.
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi BBLR.

BAB II TINJAUAN TEORI

2
A. Definisi Bayi BBLR
Menurut Adelle Pilliteri tahun 1986 bayi BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram. Menurut Manuaba tahun 1998 menyatakan bahwa istilah prematuritas
diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena ada dua bentuk penyebab
kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu berat badan lebih rendah
dari yang seharusnya meskipun usia kehamilannya cukup bulan dan usia kehamilannya
kurang dari 37 minggu atau keduanya (Maryunani & Nurhayati, 2009).
B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu berat badan lahir bayi antara 1500-2500
gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu berat lahir bayi <1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu berat bayi lahir <1000 gram.
4. Berdasarkan usia kehamilannya, BBLR dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu:
a) Premature murni bayi, adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilannya kurang
dari 37 minggu dan memiliki berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilannya.
b) Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK), yaitu bayi yang lahir selama
kehamilannya dengan berat badan kurang dari berat badan sebenarnya. Hal in
dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam Rahim (Kognisi
et al., 2021).
C. Etiologi bayi BBLR
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,
dan nefritis akut.

b. Usia Ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada
usia antara 26-35 tahun.

3
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
d. Sebab lain karena ibu merokok, peminum alkohol, dan pecandu obat narkotika.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan diantaranya tempat tinggal didataran tinggi radiasi dan zat-zat
tertentu.
D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan usia kehamilan 38 minggu, tapi berat badan lahirnya lebih kecil daripada masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dll yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

4
E. Pathways

Faktor Ibu Faktor Lingkungan

1. Faktor Penyakit 1. Tempat tinggal di


dataran tinggi
(Tassemia Gravidaum 2. Radiasi
Trauma Fisik) 3. Zat – zat beracun

BBLR

Kulit tipis dan Lemak Refleks menelan dan


Subkutan menghisap belum baik

Tidak dapat Intake nutrisi tidak


menyimpan panas adekuat

Kedinginan Asupan gizi kurang

Hipotermia Sel – sel kekurangan


nutrisi

Kerusakan sel

Penurunan BB

Defisit Nutrisi

5
F. Manifestasi Klinis
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah mempunyai ciri-ciri :
1. Berat badan < 2500 gram
2. Panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33
3. Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun
telinga
4. Dada : dinding thorak elastis, puting susu belum terbentuk.
5. Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis pemuluh darah kelihatan
6. Kulit : tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan
7. Jaringan lemak subkutan sedikit, lanugo banyak.
8. Genatalia : LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labio mayora hampir tidak ada,
klitoris menonjol
9. Eksterimitas : kadang eodema, garis telapak kaki sedikit.
10. Motorik : pergerakan masih lemah. (Vivian, 2016).
G. Komplikasi dari bayi BBLR
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR menurut (vivian, 2016) antaranya adalah:
1. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempuma
2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna
3. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan
anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan
peredaran darah sistemik.
4. Hipotermia, karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang masih
sedikit maupun jaringan lemak yang mudah terbakar belum terbentuk.
Beberapa ciri bayi hipotermia antara lain:
a) Bayi mengigil (walaupun biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada bayi kecil).
b) Kulit bayi terlihat belang-belang merah bercampur putih ataupun timbul
bercakbercak.
c) Gerakan bayi kurang dari normal.
d) Tubuh bayi menjadi biru, dilihat dari bibir dan ujung-ujung kukunya
e) Terjadi penurunan suhu dibawah rentan normal, suhu dibawah rentan normal
yaitu 36,5oC-37,5oC.

6
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Natalina, 2020) pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta menemukan
gangguan pertumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
2. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
3. Pemeriksaan hematokrit.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMKe.
Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
I. Penatalaksanaan dari bayi BBLR
Penatalaksanaan bayi BBLR menurut Rukiyah et al, 2010:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi BBLR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipantau dan dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi, bayi BBLR sangat rentan dengan infeksi, jadi sebelum memegang
bayi BBLR harus mencuci tangan terlebih dahulu.
3. Pengawasan nutrisi (ASI), reflek menelan BBLR belum sempurna, jadi pemberian
ASI harus dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat, perubahan BB mencerminkan kondisi gizi bayi, jadi
penimbangan harus dilakukan dengan ketat.
5. Kain yang basah harus diganti dengan kain yang kering, pertahankan suhu tubuh
tetap hangat
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7. Beri minum bayi dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Keluhan utama

7
Menurut Sartika (2015) keluhan utama yang dialami oleh bayi dengan berat badan
lahir rendah dengan hipotermia karena sumber panas bagi bayi prematur baik lemak
subkutan yang masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang\
Bayi dengan riwayat dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Sulistyorini,
2015).
b) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu dengan riwayat kelahiran prematur, umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun, jarak kedua kehamilan yang terlalu dekat (Lestari, 2016).
c) Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat kehamilan atau persalinan
a) Riwayat kehamilan
Keadaan ibu yang beresiko tinggi yang menyebabkan BBLR adalah mempunyai
penyakit hipertensi, toksemia, plasenta pravia, abrupsio plasenta, inkopenten
servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes militus, status sosial
ekonomi yang rendah dan tidak adanya perawat sebelum kelahiran (prenatal
care), riwayat kelahiran premature atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol,
rokok, kafein.
b) Riwayat ibu
Umur dibawah 16 tahun atau diatas usia 35 tahun dan latar pendidikan yang
kurang, rendahnya gizi, kehamilan yang berdekatan dan penyakit hubungan
seksual lain (Pratiwi, 2015).

c) Riwayat persalinan
d) Riwayat post natal
5. Pola aktivitas sehari-hari
a) Pola nutrisi
Masalah pemberian asi pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.
Bayi dengan BBLR sering- sering mendapatkan pemberian ASI dalam jumlah

8
yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan
berat lahir 2000 gram umumnya bisa langsung menetek (Proverawati, 2016).
b) Pola makan dan minum
Air susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus
didahulukan untuk diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau memasang sonde ke
lambung. Permukaan cairan yang diberikan sekitar 200cc/kg BB/hari. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada BBLR. Reflek hisap yang lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering (Sulistyorini, 2017).
c) Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna.
d) Pola kebersihan diri (personal hygiene).
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat
BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi BBLR
yang kering dan halus.
e) Pola tidur
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih, meskipun keadaan
lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung lebih banyak tidur dan pemalas.
Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
(Proverawati, 2010).

6. Pemeriksaan fisik
a) Antropometri
Berat badan normal bayi 2500-4000 gram, panjang aterm kepala ke tumit ratarata
45-53 cm, lingkar kepala normalnya 34-39 cm, lingkar dada ukuran normal 31-
33cm, lingkar lengan atas normal saat lahir 11 cm.
b) Refleks
1. Refleks Rooting

9
Refleks ini karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, bayi akan
memutar kepala seakan-akan mencari puting susu. Pola perkembangan
menghilang di usia 3-7 bulan bila tak ada respons: Bayi kurang bulan
(prematur) atau kemungkinan adanya kelainan sensorik.
2. Refleks Sucking
Refleks menghisap bila ada objek disentuhkan/dimasukkan ke mulut pola
perkembangan menghilang di usia 3-7 bulan bila tdk ada respon, reflek
menghisap dan menelan akan terjadi pada kehamilan 34 minggu, kelainan
saluran pernapasan dan kelainan pada mulut termasuk langit-langit mulut.
3. Refleks Moro/Startl
Refleks di mana bayi akan mengembangkan tangan dan jari lebar-lebar, lalu
mengembalikan dengan cepat seakan-akan memeluk jika tiba-liba dikejutkan
oleh suara atau gerakan pola perkembangan hilang di usia 3-4 bulan bila tak
ada respons, menunjukkan fraktur atau cedera pada bagian tubuh tertentu.
4. Refleks menggenggam (Grasp)
Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, maka
bayi akan menutup telapak tangannya, menghilang di usia 3-4 bulan bila tak
ada respons menunjukkan kelainan pada saraf otak.
5. Reflek Plantar
Reflek yang timbul bila telapak kaki disentuh, maka bayi akan menutup
telapak kakinya, menghilang di usia 8 bulan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
2. Hipotermia b.d berat badan ekstrem

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan

10
1. Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
(D.0019) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Monitor berat badan
diharapkan status nutrisi 2. Identifikasi status nutrisi
membaik dengan kriteria Terapeutik
hasil : 1. Hentikan pemberian makan melalui
1. Berat badan membaik ( selang OGT jika asupan oral
normal antara 2500- dapat
4000 gram ditoleransi Kolaborasi
2. Membrane 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian nutrisi
mukosa
membaik
3. Kekuatan otot menelan
meningkat
4. Kekuatan otot
pengunyah meningkat

2. Hipotermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipotermia (I.14507)


Setelah dilakukan tindakan
(D.0132) Observasi
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan termoregulasi 1. Monitor suhu tubuh
membaik dengan kriteria
hasil : 2. Identifikasi penyebab
hipotermia (mis. Terpapar suhu
lingkungan rendah,

11
1 1 1. Suhu tubuh membaik pakaian tipis, kerusakan
2. Suhu kulit membaik hipotalamus, penurunan laju

3. Pengisian kapiler metabolism, kekurangan

membaik lemak subkutan)


3. Monitor tanda dan gejala akibat
4. Ventilasi membaik
hipotermia Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
hangat ( mis. Suhu ruangan,
incubator)
2. Ganti pakaian/linen yang basah
3. Lakukan penghangatan pasif
(mis. Selimut, menutup
kepala, pakaian
tebal)
4. Lakukan penghangatan aktif
eksternal (mis. Kompres
hangat, botol hangat,
selimut hangat, perawatan
metode kanguru) Edukasi
1. Anjurkan makan/minum
hangat

12
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum bayi BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
(premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan usia
kehamilan 38 minggu, tapi berat badan lahirnya lebih kecil daripada masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dll yang menyebabkan suplai makanan ke bayi
jadi berkurang.

B. Saran
Diharapkan kepada klien untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin kepada bidan
atau tenaga kesehatan sesuai kebutuhan untuk mengetahui keadaan kehamilannya, dank lien
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

DAFTAR PUSTAKA

Novitasari, A., Hutami, M. S., & Pristya, T. Y. R. (2020). Pencegahan dan Pengendalian BBLR
Di Indonesia: Systematic Review. Pencegahan Dan Pengendalian-
Bblr-DiIndonesia,175–182.
Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap
Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas, 2(2), 66–71.
Rerung Layuk, R. (2021). Analisis Deskriptif Risiko BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) Di RSUP
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Masokan: Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 1(1), 1–11.
Rizka, P. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Bayi Lahir
Rendah Di Rsud Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

13

Anda mungkin juga menyukai