Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEGAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH

LULUFINA FERNANDES 173502721


MANASE LENDE 173602721
KOSTANSA B. KSNETY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena atas berkat rahmatNya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu
dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak dan sumber referensi. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Sehingga kami mengharapkan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 19 maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .......................................................................................... 3

1.1 Latar belakang ..................................................................................... 3


1.2 Rumusan masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5

BAB II ............................................................................................................. 6

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

2.1 Definisi ................................................................................................ 6


2.2 Etiologi ................................................................................................ 6
2.3 Manifestasi Klinis ................................................................................ 7
2.4 Woc ...................................................................................................... 8
2.5 Patofisiologi ......................................................................................... 9
2.6 Penatalaksanaan ................................................................................... 10
2.7 Komplikasi ........................................................................................... 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 10

BAB III ........................................................................................................... 11

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 11

3.1 Pengkajian ............................................................................................ 11


3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 12
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 13
3.4 Implementasi ........................................................................................ 14
3.5 Evaluasi ................................................................................................ 15

BAB IV ............................................................................................................ 16

PENUTUP ...................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 16
4.2 Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu, bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik
pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR selain berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi,
yaitu tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan
gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-
negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir
rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu
sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3
kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR
dan hampir semua terjadi di Negara berkembang..

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaskud dengan BBLR?
2. Apa etiologi BBLR?
3. Bagaimana manifestasi klinis BBLR?
4. Bagaimana WOC dari BBLR?
5. Bagaimana patofisiologi dari BBLR?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari BBLR?
7. Apa saja komplikasi dari BBLR?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari BBLR?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari BBLR
3. Untuk mengetahui manifestas klinis dari BBLR
4. Untuk mengetahui WOC dari BBLR
5. Untuk mengetahui pstofisologi dari BBLR
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari BBLR
7. Untuk mengetahui komplikasi dari BBLR
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari BBLR
1.4 Manfaat
a. Untuk memperbanyak dan memperluas batang tubuh ilmu pengetahuan dan
digunakan sebagai tambahan referensi dan khasanah keilmuan di perpustakaan
bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian menyangkut BBLR.
b. Bagi profesi Kesehatan Dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai
BBLR dan manfaat dari BBLR, sehingga nantinya dapat disampaikan kepada ibu
hamil.
c. Bagi Masyarakat Untuk masyarakat diperlukan untuk menambah wawasan dan
informasi tentang pentingnya BBLR.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Defenisi
1. Defenisi BBLR

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO, 1961).

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan
hidupnya (Prawirohardjo, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)(Pudjiadi, dkk.,
2010)

2. Kasifikasi

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :

a. Menurut harapan hidupnya

 Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram.
 Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000
gram.
b. Menurut masa gestasinya

1) Prematuritas murni

Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia kehamilan atau disebut juga
Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK)

Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :

 Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm
 Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
 Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
 Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
 Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
 Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
 Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
 Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan
pelipis dahi dan lengan
 Lemak subkutan kurang
 Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh
labia mayora
 Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah
 Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
2) Retardasi PertumbuhanJanin Intra Uterin (IUGR) / Dismaturitas
IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan
usia kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami retardasi. Dismatur dapat
terjadi preterm, term, dan post term.
Dismatur Preterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB-KMK), Dismatur Term disebut juga Neonatus Cukup Bulan-
Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur Posterm disebut juga Neonatus
Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK).
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan .Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu
 Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga
berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan
tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini
tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi
sebelum terbentuknya adipose tissue
 Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak
Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit
kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang
3. Anatomy fisiologi

2.2 Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2010).

a. Faktor ibu

1. Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2. Ibu

 Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3. Keadaan sosial ekonomi

 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Perkawinan yang tidak sah

b. Faktor janin

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.

2.3 Manifestasi Klinis


a) Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram

2. Panjang kurang dari 45 cm

3. Lingkar dada kurang dari 30 cm

4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6. Kepala lebih besar

7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

8. Otot hipotonik lemah

9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea

10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus

11. Kepala tidak mampu tegak

12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit

13. Nadi 100 – 140 kali / menit

b) Gambaran klinis BBLR secara khusus :

1. Tanda-tanda Bayi Prematur

 BB kurang dari 2500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33

cm, lingkar dada kurang 30 cm.

 Umur kehamilan kurang dari 37 mg.

 Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.

 Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.

 Kepala mengarah ke satu sisi.

 Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak

peristaltik usus.

 Tulang rawan dan daun telinga imatur.

 Puting susu belum terbentuk dengan baik.


 Pergerakan kurang dan lemah.

 Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.

 Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.

 Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha

abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.

 Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada

wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).

2. Tanda-tanda pada Bayi Dismatur

 Preterm sama dengan bayi premature

 Term dan post term :

a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.

b. Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.

c. Jaringan lemak di bawah kulit sedikit.

d. Pergerakan gesit, aktif dan kuat.

e. Tali pusat kuning kehijauan.

f. Mekonium kering.

g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.


2.4 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu,
padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB
nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus
terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan kalori.
2.5 WOC

Prematur (SMK) KMK SMK + KMK

Berat badan lahir rendah

Anatomi Fisiologi organ tubuh kurang sempurna

Pusat Lemak Permukaan Kulit tipis Kerja sfingter Perkembangan Pembentukan


reguegitasi coklat tuuh yang lemak sub kardio esofagus mulut, lambung, Surfaktan antibody
suhu imatur kurang relative kutan imatur dan reflex paru masih imatur
lebih luas kurang mengisap serta kurang
dari BB menelan tidak
regurgitasi Kadar imun
adekuat rendah
Alveoli
Produksi Aspirasi lengket dan
Penguapan Daya tahan
panas tidak mudah
meningkat tubuh
kurang mngembung
Asupan rendah
nutrisi
kurang Kolaps saat
ekspirasi Resti
Suhu tidak terhadap
stabil infeksi
Gangguan
pertukaran
Resti terhadap perubahan gas
Resiko terhadap
nutrisi kurang dari kebutuhan
tidak efektif
termoregulasi Resi terhadap
kekurangan volume
cairan
2.6 Penatalaksanaan medis
1. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1:

a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-

10 hari, dan umur 406 minggu)

2. Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat

a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit

b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok

atau pipet

c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus dipasang siang

penduga/ sonde fooding

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan

dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau

pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih

untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan

pipet atau selang kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang

menempel pada putting.

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi

BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi
dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk

mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR

meliputi:

a. Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan

mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan

bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan

untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami

defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan

pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk

mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini

menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan

kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek

edema paru dan retinopathy of prematurity.

b. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah

pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress

sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang

melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat

dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi

oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar

optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan
Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C. Menghangatkan dan

mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :

a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan

ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai

penggantinya.

b. Pemancar pemanas

c. Ruangan yang hangat

d. Inkubator

Tabel suhu imkubator yang direkomendasikan menurut umur dan

berat

Suhu Inkubator (oC) menurut umur

Berat Bayi 35 oC 34 oC 33 oC 32 oC

< 1500 gr 1 – 10 hari 11 hari – 3 minggu 3 – 5 minggu > 5 minggu

1500 – 2000 gr 1 – 10 hari 11 hari – 4 minggu > 4 minggu

2100 – 2500 gr 1 – 2 hari 3 hari – 3 minggu > 3 minggu

> 2500 gr 1 – 2 hari > 2 minggu

Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikan suhu inkubator 1 oC


setiap perbedaan suhu 7 oC antara suhu ruang dan inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru

lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan

humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang

perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain : 1) Semua orang yang akan

mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu. 2)
Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.

Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya. 3) Petugas dan orang tua

yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai

mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung

seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

d. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan

kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm

karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan

dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya

lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang

belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap

kehilangan cairan.

e. Nutrisi

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan

bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen.

Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat

diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat

terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi 15

pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut :

Kapasistas lambung berdasarkan umur

Umur Kapasitas (ml)

Bayi Baru Lahir 10-20

1 minggu 30-90
2-3 minggu 75-100

1 bulan 90-150

3 bulan 150-200

1 tahun 210-360

f. Penghematan energi

Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi, Oleh

karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator

tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan

demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu,

observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.

g. Stimulasi Sensori

Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung yang

dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat

memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau

mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang

paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang

berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan

rangsang sentuhan.

h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga

Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis

emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,

menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode
kanguru karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa

lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat

diberikan perawat adalah dengan 17 menginformasikan kepada orang tua mengenai

kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh

perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai

kondisi bayinya.

2.7 Komplikasi
1. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri mengalami hipotermi
adalah suhu tubuh < 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis
sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen ke otak.
Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak
3. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G,
maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk anti
bodi dan daya fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena
sistem kekebalan bayi belum matang
4. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur
pada sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru
Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah
penyakit membran hialin, dimana 13angka kematian ini menurun dengan
meningkatnya umur kehamilan.
4. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara
anatomis dan fungsinya.
5. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga
penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot
pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah.
2.8 Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi (2015) pemeriksaan penunjang
bayi BLLR antara lain :
1. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebih ).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga
6. Pemeriksaan analisa gas darah.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium serta informasi dari tim
kesehatan serta keluarga klienyang meliputi :
1. Identitas :
Usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan dengan penyakit penyerta
2. Riwayat kesehatana.
3. Keluhan utama : PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm. Kesadaran apatis,
daya hisap lemah atau bayi tak mau minum, hipotonia letargi, dan mungkin
terjadi kelumpuhan otot ekstravaskulerb.
4. Riwayat penyakit sekarang
Bayi dengan ukuran fisik : UK < 37 minggu, BB < 2500 gram, panjang badan
< 45 cm. Gambaran fisik : kepala lebih besar dari badan, kulit tipis transparan,
rambut lanugo banyak, lemak subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi tak
mau minum, tangis yang melengking.
5. Riwayat penyakit dahulu
Bayi beresiko mengalami BBLR, jika ibu mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi, plasenta pervia, kehamilan kembar, malnutrisi, kebiasaan ibu
merokok, minum alkohol, ibu yang memderita penyakit malaria, dll..
6. Riwayat kehamilan dan melahirkan
Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat partus siapakah yang
berperan dalam proses pertolongan partus tersebut. Riwayat pemberian ANC
terpadu termasuk didalamnya.21e.
7. Riwayat imunisasi
Pemberian vaksin tetanus diberikan 2 kali pada ibu hamil, yaitu TT (tetanus) I
diberikan setelah bulan ke-3 dan TT II diberikan dengan interval minimal 1
bulan, serta tidak boleh < 1 bulan sebelum persalinan agar kadar anti tetanus
serum bayi mencapai kadar optimal. Bila ibu hamil belum mendapatkan polio,
berikan vaksin polio yang aman untuk ibu hamil.
8. Riwayat nutrisi
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat
menghisap. Bayi dengan BBLR sering mendapatkan pemberian ASI dalam
jumlah yang lebih sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih
dari 35 minggu dan berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa langsung
menetek (Proverawati.dkk, 2010).3.
1) Kebutuhan dasar
9. Pola Nutrisi :
reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi kurang atau
lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
10. Pola Personal hygiene :
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi
BBLR yang kering dan halus.22c.
11. Pola Aktivitas :
gerakan kaki dan tangan lemahd.
12. Pola Eliminasi:
BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin rendah,
frekuensi BAB normal pada neonatus adalah lebih dari 4x dalam sehari
sedangkan frekuensi BAK normal lebih 6x dalam sehari, volume urin
normal berkisar antara 1-2 ml/kg berat badan per jam, jadi bila berat badan
bayi 2,5 -5 kg urin yang dihasilkan berkisar 60-240 ml dalam sehari.
13. Pola Tidur :
Bayi cenderung lebih banyak tidur.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
1) Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, bayi
terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB <2500 gram, dan
tangisan masih lemah.
2) Nadi : 180 kali per menit, kemudian menurun sampai 120-140x/menit
3) RR : 80 kali per menit, kemudian menurun sampai 40x/menit
4) Suhu : kurang dari 36,5 C
b. Pemeriksaan ABCD
1) Antropometri pada bayi dengan BBLR terutama berat badan terbagi
menjadi 3 yaitu : BBLR berat antara 1500-2500 gram, BBLSR berat
antara 1000-1500 gram, dan 23BBLER berat kurang dari 1000 gram,
lingkar dada < 33 cm (Proverawati,2010)
2) Biokimia, pada bayi BBLR sering dijumpai adanya peningkatan kadar
hemogloblin, eritrosit karena imaturitas dari sel dan belum sempurnanya
enzim.
3) Clinical, pada BBLR berat badan bayi belum memenuhi standar yakni
2500 gram dan pada kasus ini biasanya juga terjadi kelemahan reflek atau
fungsi menghisap.
4) Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya hanya ASI dan susu
formula khusu BBLR jika disarankan oleh dokter.
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi : biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari badan, kulit tipis,
ubun ubun besar dan kecil belum menutup
Palpasi : pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala <33 cm
(Sukarni & Sudarti, 2014, p. 112).
2) Mata
Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo pada area
pelipis, konjungtiva anemis (Manggiasih & Jaya, 2016, p. 359). Reflek24
3) Hidung
Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan pola nafas,
terpasang selang oksigen 1-2 liter/menit
Palpasi : pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang rawan
belum sempurna (Pantiawati, 2010, p. 48).
4) Mulut
Inspeksi : pucat, sianosis, mukosa bibir kering, terpasang selang OGT
(Sudarti & Fauziah, 2013, p. 5).
5) Telinga
Inspeksi : pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun telingaimatur
Palpasi : daun telinga pada BBLR lunak (Maryanti & Sujianti, 2011, p.
168).
6) Wajah
Inspeksi : warna kulit merah karena hipertermia, bentuk simetris, lanugo
banyak, kriput seperti orang tua (Manggiasih & Jaya, 2016, p. 359).
7) Leher
Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat dari
inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya didapatkan
retraksi suprasternal (Proverawati & Ismawati, 2010, pp. 12-13).25
8) Paru-paru
I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu pernafasan,
lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan
P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk (Ridha, 2014).
P : terdapat suara sonor
A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi mendengkur,
jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat suara ronchi (Proverawati &
Ismawati, 2010).
9) Jantung
I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
P : area jantung redup (Ridha, 2014).
A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/menit (Pantiawati,
2010, p. 29).
10) Abdomen
Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen, kulit perut tipis,
pembuluh darah terlihat (Sukarni & Sudarti, 2014, p. 112).
11) Punggung
Inspeksi : keadaan punggung simestris, terdapat lanugo (Proverawati &
Ismawati, 2010, p. 3).
12) Genetalia
Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol. Pada bayi laki-laki testis belum turun dan rague
pada skrotum kurang (Maryanti & Sujianti, 2011, p. 168).
13) Ekstremitas
Pada BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi oedem, pergerakan otot
terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan, akral teraba dingin
(Pantiawati, 2010, p. 9).
14) Anus
Biasanya pada BBLR anus bisa berlubang atau tidak (Proverawati &
Ismawati, 2010, p. 19).
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terhadap tidak efektif termoregulasi
2. Resi terhadap kekurangan volume cairan
3. Resti terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Gangguan pertukaran gas
3. Resti terhadap Infeksi
3.2 Intervensi Keperawatan
N HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
O TANGGAL KEPERAWAT KRITERIA HASIL
AN
1. (D0019) (L.03030) (I.03119)
Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d Faktor keperawatan selama 1x24 1. Identifikas
ekonomi d.d di harapkan status nutrisi i status
berat badan meningkat dengan kriteria nutrisi
menurun hasil : 2. Identifikas
1. Pengetahuan i alergi
tentang pilihan dan
makanan yang intoleransi
sehat makanan
meningkat(5) 3. Identifikas
2. Pengetahuan i makanan
tentang standar yang
asupan nutrisi disukai
yang tepat 4. Identifikas
meningkat (5) i
3. Berat badan kebutuhan
membaik(5) kalori dan
4. Indeks Massa jenis
Tubuh membaik nutrient
(5) 5. Identifikas
i perlunya
penggunaa
n selang
nasogastri
c
6. Monitor
asupan
makanan
7. Monitor
berat
badan
8. Monitor
hasil
pemeriksa
an
laboratori
um
Terapeutik :
1. Lakukan
oral
hygiene
sebelum
makan
2. Fasiliitasi
menentuk
an
pedoman
diet
3. Sajikan
makanan
secara
menarik
dan suhu
yang
sesuai
4. Berikan
makanan
tinggi
serat
untuk
mencegah
konstipasi
5. Berikan
makanan
tinggi
kalori dan
tinggi
protein
6. Berikan
suplemen
makanan,j
ika perlu
7. Hentikan
pemberian
makanan
melalui
selang
nasogatrik
jika
asupan
oral dapat
di
toleransi
Edukasi :
1. Anjurkan
posisi
duduk
2. Ajarkan
diet yang
di
program
kan
Kolaborasi :
1. Kolaboras
i
pemberian
medikasi
sebelum
makan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan
dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006). Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia gestasi.
Menurut harapan hidupnya .
• Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
• Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram.
Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram. Menurut masa gestasinya . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah
dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas
(BBLR) . IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak
sesuai dengan usia kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami retardasi. Janin
yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga
berat,panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak
menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum
terbentuknya adipose tissue. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal
akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan
tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan
mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. Faktor plasenta disebabkan
oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. Semakin kecil dan semakin premature
bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang
memberikan efek pada masalah gizi.
4.2 Saran
Mengonsumsi makanan yang sehat dengan nutrisi seimbang. Menaikkan
berat badan secara bertahap. Memonitor kondisi kehamilan secara rutin.
Mengonsumsi vitamin dan mineral yang penting untuk perkembangan si Kecil.
DAFTAR PUSTAKA
KEMENTRIAN KESEHATAN. (2022). Perwatan bayi prematur. Diakses 19 Maret 2023, dari
(https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/603/perawatan-bayi-prematur)

Anda mungkin juga menyukai