Anda di halaman 1dari 16

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

(Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat terpenuhinya nilai tugas Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas)

Disusun Oleh :

RAFILAH NURSA’ADAH

202130014

Dosen Pengajar :

Nerli Adria Sinabutar, SST., M.Kes

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

TANGERANG SELATAN

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur kami panjatkan bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang yang menetapkan segala apapun yang terjadi di segala penjuru langit dan bumi
dengan berbagi hikmah dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Berat bayi
lahir rendah (BBLR)” dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan, kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang mendukung dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini, kepada
:

1. Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Nerli Adria Sinabutar , SST., M.Kes dosen yang telah memberi bimbingan dan
arahan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami telah berusaha
sebaik mungkin untuk menulis makalah ini dengan harapan semoga bermanfaat bagi
pembaca. Kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun kepada
pembaca untuk memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini semoga mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Tangerang Selatan,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
I. Latar Belakang................................................................................................................................. 1
II. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
III. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3
A. Definisi ............................................................................................................................................ 3
B. Etiologi ............................................................................................................................................ 4
C. Pencegahan ..................................................................................................................................... 5
D. Patofisiologi pada BBLR................................................................................................................... 5
E. Tanda – tanda klinis ........................................................................................................................ 5
F. Komplikasi pada BBLR ..................................................................................................................... 7
G. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................................................. 8
H. Penatalaksanaan BBLR .................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir beratnya
kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2001). Berat saat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam I jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga
terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Menurut
Depkes, dalam pedoman tersebut BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah
lahir (Putra, 2012).

BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas), dan IUGR
(Intra Uterine Growth Restriction) yang dalam bahasa Indonesia disebut
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini
dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan.
Faktor risiko tersebut menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin
selama masa kehamilan. Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya
mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak
meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki risiko tumbuh dan
berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat
badan normal. Selain gangguan tumbuh kembang, individu dengan riwayat
BBLR mempunyai faktor risiko tinggi untuk terjadinya hipertensi, penyakit
jantung dan diabetes setelah mencapai usia 40 tahun (Juaria dan Henry, 2014).

II. Rumusan Masalah


- Apa yang dimaksud BBLR?
- Apa etiologi BBLR?
- Apa pencegahan BBLR?
- Bagaimana patofisiologi pada BBLR?
- Bagaimana tanda-tanda klinis BBLR?
- Apa saja komplikasi pada BBLR?
- Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR?

1
- Bagaimana penataklasanaan BBLR?

III. Tujuan
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
- Untuk mengetahui etiologi BBLR
- Untuk mengetahui pencegahan BBLR
- Untuk mengetahui patofisiologi pada BBLR
- Untuk mengetahui tanda-tanda klinis BBLR
- Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
- Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada BBLR
- Untuk mengetahui penataklasaan BBLR

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan <2500
gram tanpa memandang masa gestasi (Damanik, 2008). BBLR merupakan salah satu
faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi
dan anak di masa depan (Kliegman, 1999), BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali
lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan lahir diatas 2500 gram
(Khoiriah et al., 2015).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir yang berat badannya
2500 gram atau lebih rendah tanpa memandang masa gestasi. Dalam definisi ini tidak
termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang daripada 1000 gram. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
berdasarkan batasan berat badan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir antara 1500 gram
sampai dengan 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir antara
1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) berdasarkan maturitas dapat dibedakan menjadi;

1. Prematuritas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasinya itu atau biasa disebut dengan neonates kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan. Dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term.

3
Dismatur ini dapat juga :
- Neonatus Kurang Bulan Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK)
- Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK)
- Neonatus Lebih Bulan-KecilMasa Kehamilan (NLB- KMK)

B. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, parietas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit: penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM. toksemia gravidarum
dan nefritis akut.
b. Usia Ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia 20 tahun, dan
multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada
usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi: keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari
perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang
lahir perkawinan yang sah.
d. Sebab lain: karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik
2. Faktor Kehamilan
- Hamil ganda
- Kehamilan kromosom
- Pendarahan anterpartum
- Komplikasi kehamilan, pre eklamsia, KPD
3. Faktor Janin
- Cacat bawaan
- Infeksi dalam rahim

4
- Gangguan metabolism pada janin
4. Faktor Lingkungan
- Tempat tinggal dataran tinggi
- Radiasi
- Zat-zat racun

C. Pencegahan
Pencegahan BBLR sendiri dapat dilakukan oleh orang tua terutama ibu yaitu dengan
mencukupi kebutuhan nutrisi selama hamil, tidak mengkonsumsi alkohol, rokok, dan
obat terlarang, konsumsi tablet penambah darah secara rutin, serta menghindari
kemahilan pada usia yang terlalu muda atau terlalu tua.

D. Patofisiologi pada BBLR


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan denga usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturis. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu) tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.

Pada masa pra hamil maupun saat hamil ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalis yang rendah
dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

E. Tanda – tanda klinis


 Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
- Berat kurang dari 2500 gram
- Panjang kurang dari 45 cm
- Lingkar dada kurang dari 30 cm
- Lingkar kepala kurang dari 33 cm
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

5
- Kepala lebih besar
- Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
- Otot hipotonik lemah
- Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
- Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus
- Kepala tidak mampu tegak
- Pernapasan 40-50 kali/menit
- Nadi 100-140 kali/menit
 Gambaran klinis BBLR secara khusus adalah
a. Tanda – tanda bayi prematur
1. BB kurang dari 2500 gr. PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm. lingkar dada kurang dari 30 cm.
2. Umur kehamilan kurang dari 37 mgg
3. Kepala relative lebih besar dari pada badanya
4. Rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar
5. Kepala mengarah satu sisi
6. Kulit tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutar kurang.
Sering tampak perisaltik usus.
7. Tulang rawan dan daun telinga imatur
8. Putting susu belum terbentuk dengan baik
9. Pergerakan kurang dan lemah
10. Reflex menghisap dan menelan belum sempurna
11. Tangisannya lemah dan jarang , pernapasan masih belum teratur.
12. Otot – otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergelanggan kaki fleksi atau lurus.
13. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita) dan testis belum turun (pada laki-laki).

b. Tanda – tanda pada bayi Dismatur


1. Preterm sama dengan bayi premature
2. Term dan post term:
 Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis
 Vernik caseosa sedikit/kurang atau tidak ada

6
 Jaringan lemak di bawah kulit sendikit
 Pergerakan gesit,aktif dan kuat
 Tali pusat kuning kehijauan
 Mekonium kering
 Luas permukaan tubuh relative lebih besar disbanding BB

F. Komplikasi pada BBLR


Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah, terutama
berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya:
1. Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom
distresrespirasi, penyakit membran hialin
2. Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus
3. Termoregulasi:Hipotermia
4. Hipoglikemia simtomatik

1. Pada prematur yaitu:


 Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin
karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi
alveoulus paru
 Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering di
temukan pada bayi premature
 Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena
anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin
pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
 Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga
konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
 Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas
badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah,
lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan

7
metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak
terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5
37,5 °C).

2. Pada bayi Dismatur


Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa gestasinya dan
sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan di dalam uterus. Dengan
kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah berkembang lebih baik bila dibandingkan
dengan bayi dismatur dengan berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak
dismatur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada
akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
1. Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan stress
yang sering dialami bayi pada persalinan.
2. Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai hemoglobin yang
tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia kronik di dalam uterus.
3. Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya hipoglikemia
ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya
metabolisme bayi.
4. Keadaan lain yang mungkin terjadi : asfiksia, perdarahan paru yang pasif.
hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom down's, turner
dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterine dan sebagainya.

Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut:
1. Suhu tubuh yang tidak stabil
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR
3. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
4. Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
5. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
6. Gangguan immunologic. (Wiknjosastro H. 2007. Hal. 776)

G. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
 Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
 Titer Torch sesuai indikasi

8
 Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
 Pemantauan elektrolit
 Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (missal : foto thorax)

H. Penatalaksanaan BBLR
1. Prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan
dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus
maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila
perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR


Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relatif luas oleh
karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka
suhu bayi dengan berat badan. 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2.5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak
ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang
berisi air panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.

b. Makanan bayi premature


Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna. lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB
dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang

9
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/
hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.

c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti
bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.

2. Dismaturitas (KMK)
1. Pengaturan suhu bayi dismatur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia
bila berada dilingkungan yang dingin kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat
badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lingkungan
yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat, konsumsi oksigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi setiap normal. Bila bayi dirawat
didalam incubator, maka suhunya untuk bayi dengan BB 2-2.5 kg adalah 34°C.
jika ditempat pertolongan tidak ada incubator maka bayi di bungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi

2. Pemberian minum (Wiknjosastro H. 2007) Pada bayi dismatur reflek isap, telan
dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang. Prinsip pemberian minum ialah early
feeding yaitu minum sesudah berumur 2jam untuk mencegah penurunan berat
badan, hipglikemia, dan hiperbilirubinemia. Pemberian minum sesuai jumlah
kebutuhan

10
1. Perlindungan terhadap infeksi (Wiknjosastro H. 2007. hal. 783)
1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
ultrasonografi.
2) Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostik atau di laboratorium.
Bila terbuka adanya hipoglikemia harus segera diatasi.
3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4) Melakukan tracheal - washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.

2. Perawatan bayi dengan metode kanguru


Dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi baru lahir kemudian,
bayi diletakkan diantara payudara ibu dan ditutup baju ibu yang berfungsi
sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk
dan tengkurap atau miring ketika ibu berbaring. (Perinasia, Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik, Depkes RI dan Health Service Program -
USAID, 2008).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik.
Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit
lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu- minggu pertama kelainanyang timbul
banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.
Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia
tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. Saran
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai beberapa kekurangan.
Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah dibuat oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan BBLR
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR

12
DAFTAR PUSTAKA
noc, n. n. (2016), asuhan keperawatan praktis edisi revisi jilid I. yogjakarta: mediaction.

nuratif, h. k. (2013), aplikasi suhan keperawatan berdasarkan diagnosa NANDA NIC


NOC. jakarta: mediaaction.

prawirohardjo, y. b. (2007), buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. jakarta.

wong, d. L. (2014), pedoman klinis keperawatan pediatric jakarta: EGC

Suriani Br Ginting, Adelima CR Simamora, Nova Sontry Node Siregar · 2022

13

Anda mungkin juga menyukai