Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BBLR

DI RUANG NICU RSUD PATUT PATUH PATJU

GERUNG LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : MIMIN HULTANIA SEPTIANA

NIM : 043 STYC 19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
MATARAM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK
MAHASISWA TINGKAT IV SEMESTER VII PRODI S1
KEPERAWATAN
DI RSUD PATUT PATUH PATJU
GERUNG LOMBOK BARAT

Waktu Pelaksanaan
4 Januari – 4 Februari 2023

Laporan pendahuluan ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi oleh


pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.
Hari/ Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

() ()
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan
karunianya sehingga kita semua dapat menjalankan aktivitas kita sehari-hari,
khususnya saya yang dengan karunia-Nya lah, saya dapat menyelesaikan
penulisan laporan pendahuluan “LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI
BBLR” ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang
terang benerang.

Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih
banyak terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan saya, baik dari segi
penulisan maupun ketajaman analisis permasalahan di dalamnya, Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan guna
kesempurnaan dalam penulisan laporan pendahuluan pada masa yang akan
datang. Dan akhirnya saya mengucapkan terimakasih atas keadilan bapak/ibu
untuk membaca laporan pendahuluan saya. Serta mohon maaf atas segala
kekurangannya. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan,kerja sama dan kerja
keras, saya serahkan seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.

Mataram, 11 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1. DeLatar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3

2.1. Konsep BBLR............................................................................................3

2.1.1 Definisi BBLR..................................................................................3

2.1.2 Klasifikasi BBLR ............................................................................3

2.1.3 Etiologi BBLR .................................................................................4

2.1.4 Manifestasi Klinis BBLR.................................................................6

2.1.5 Komplikasi BBLR ...........................................................................8

2.16 Penatalaksanaan BBLR....................................................................9

2.1.7 Patofisiologi BBLR..........................................................................11

2.1.8 Pathway............................................................................................13

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang....................................................................14

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................14

2.2.1. Pengkajian .....................................................................................14

2.2.2 Diagnosa keperawatan ...................................................................21

2.2.3. Intervensi keperawatan...................................................................22

ii
2.2.4 Implementasi....................................................................................30

2.1.2 Evaluasi ...........................................................................................30

BAB III PENUTUP.........................................................................................31

3.1 Kesimpulan.................................................................................................31

3.2 Saran.........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (WHO, 2011) tanpa memandang
usia gestasi. Berat bayi lahir rendah (BBLR) sangat erat kaitannya dengan
kematian neonatal dan morbiditas, terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan kognitif, dan timbulnya penyakit kronis di kemudian hari, bayi
dengan Berat bayi lahir rendah (BBLR)umumnya mengalami proses hidup
jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal
kelahiran, bayi yang memiliki berat bayi lahir rendah (BBLR) juga memiliki
risiko tumbuh dan berkembang lebih lambat dibandingkan dengan bayi yang
lahir dengan berat badan normal (Mahayana et al., 2012).

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya


masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan
(lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna),
gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh
kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita,
juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang maka


rumusan masalah dalam laporan pendahuluan ini yaitu Asuhan Keperawatan
pada penyakit BBLR.

1
1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Dalam penulisan laporan ini mahasiswa dapat menyusun Laporan


Pendahuluan penyakit BBLR.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan penyakit BBLR.


b. Merumuskan diagnosis keperawatan penyakit BBLR.
c. Menyusun intervensi keperawatan penyakit BBLR.
d. Melakukan implementasi keperawatan penyakit BBLR.
e. Melakukan evaluasi keperawatan penyakit BBLR.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep BBLR

2.1.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan


memiliki berat badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini
akan berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi ke depannya
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Ada 2 keadaan BBLR yaitu :

1. Prematuritas atau Bayi Kurang Bulan Murni :

BBLR karena prematuritas atau Bayi Kurang Bulan Murni adalah


bayi yang dilahirkan kurang bulang (preterm) mempunyai organ
yang belum berfungsi seperti bayi aterm sehingga bayi tersebut
mengalami kesulitan untuk hidup di luar rahim. Makin pendek masa
kehamilan makin kurang sempurna fungsi alat-alat tubuhnya,
akibatnya makin mudah terjadi komplikasi, seperti : sindroma
gangguan pernafasan, hipotermia, aspirasi, infeksi, dan pendarahan
intrakanial.

2. BBLR (KMK) :

Bayi Berat Badan Lahir Rendah karena Bayi Kecil untuk Masa
Kehamilan (KMK) adalah bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya lebih baik dibandingkan
dengan bayi preterm dengan berat badan yang sama.

2.1.2 Klasifikasi BBLR

Menurut Cutland, Lackritz, Mallett-Moore, Bardají, Chandrasekaran,


Lahariya, Nisar, Tapia, Pathirana, Kochhar & Muñoz (2017) dalam
mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:

1. Berdasarkan harapan hidupnya:

3
a. Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir
rendah (BBLR).

b. Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR). 3) Bayi dengan berat lahir < 1000 gram
adalah bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLR).

2. Berdasarkan masa gestasinya:

a. Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37


minggu atau biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika
lahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya antara 1500 – 2500
gram.

b. Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau


kecil ketika dalam masa kehamilan.

2.1.3 Etiologi BBLR

Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu
(2016) serta Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet
(2017) ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan masalah
BBLR yaitu:

1. Faktor ibu

a. Usia

Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR


lebih tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%)
dibandingkan dengan yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia yang paling aman
adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan
melahirkan.

b. Parietas

Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak


empat atau lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak

4
BBLR, itu dikarenakan setiap proses kehamilan dan persalinan
meyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin banyak trauma
yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan
dan persalinan berikutnya.

c. Gizi

Kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya
(prematur), serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang
memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko mengalami
keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat badan
yang kurang.

d. Jarak kehamilan

Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2


tahun berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di
bandingkan dengan ibu yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun,
itu dikarenakan pola hidup, belum menggunakan alat kontrasepsi
dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.

e. Pola hidup

Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering


mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin
dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan
janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir
dengan BBLR.

2. Faktor kehamilan

a. Eklampsia / Pre-eklampsia

b. Ketuban pecah dini

c. Perdarahan Antepartum

d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

5
e. Faktor janin

f. Cacat bawaan (kelainan kongenital).

g. Infeksi dalam rahim.

2.1.4 Manifestasi Klinis BBLR

Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :

1. Berat kurang dari 2500 gram

2. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm

3. Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm

4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5. Jaringan lemak bawah kulit sedikit

6. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak

7. menangis lemah

8. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak,
rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga

9. Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, jaringan


subkutan sedikit.

10. Otot hipotonik lemah

11. Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk,


pernafasan tidak teratur, dapat terjadi apnea, pernafasan 40-50
kali/menit

12. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kadang


terjadi oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit
mengkilat

6
13. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba
(belum turun), dan pada bayi perempuan klitoris menonjol serta
labia mayora belum menutupi labia minora atau labia mayora
hampir tidak ada (Nuratif, 2015)

BBLR menunjukan belum sempurnanya fungsi organ tubuh


dengan keadaannya yang lemah , yaitu sebagai berikut :

1. Tanda – tanda bayi kurang bulan (KB)

a. Kulit tipis dan mengkilap

b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk


dengan sempurna

c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan


terutama pada punggung

d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik

e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia


minora

f. Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis


kadang belum turun

g. Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum


terbentuk

h. Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur

i. Aktivitas dan tangisnya lemah

j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah

2. Tanda-tanda bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK)

a. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat

b. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

7
c. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting kecil. Bila
cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan

d. Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia


minora

e. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

f. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

g. Menghisap cukup kuat (Proverawati, 2010)

2.1.5 Komplikasi BBLR

1. Hipotermi

Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem


pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang.adapun ciri-ciri mengalami hipotermi adalah suhu
tubuh < 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis
sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.

2. Hipoglikemia

Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa


oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi
kecerdasan otak

3. Gangguan Imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya


kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif
belum sangup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta
reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan
bayi belum matang

4. Sindroma Gangguan Pernafasan

Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah


perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak

8
adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru Gangguan nafas yang
sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah
penyakit membran hialin, dimana angka kematian ini menurun
dengan meningkatnya umur kehamilan.

5. Masalah Eliminasi

Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur


pembuangan sisa metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal
yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya.

6. Gangguan Pencernaan

Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna


sehingga penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik.
Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna sehingga
waktu pengosongan lambung bertambah.

2.1.6 Penatalaksanaan BBLR

1. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Bayi premature akan cepatmengalami kehilangan panas badan dan


menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan
badan relative luas. Oleh karena itu bayi premature harus dirawat di
dalam incubator, sehingga panas badannya mendekati rahim. Bila
belum memiliki incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan
kain dan di sampingnya di taruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya (Proverawati, 2010).

2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi

9
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian
yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu )
merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. Permulaan
pemberian cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kg/BB/hari. Cara
pemberian makanan BBLR harus diikuti tindakan pencegahan
khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara
dalam usus (Proverawati.dkk, 2010).

3. Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau kuman dalam keadaan


tubuh khususnya mikroba. BBLR sangat mudah mendapatkan
infeksi. Rentan terhadap infeksi dikarenakan oleh kadar
immunoglobulin serum pada BBLR masih rendah. BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Fungsi perawatan disini adalah memberikan perlindungan terhadap
bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu bayi BBLR tidak
boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi,
perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan, isolasi pasien,
jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur
kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah
timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat (Sudarti,
2012).

4. Penimbangan Berat Badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi


bayi oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.

5. Pemberian Oksigen

10
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
diberikan sekitar 30%-35% dengan mengunakan head box.
Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan.

6. Kenaikan berat badan pada bayi

Bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram akan mengalami


kehilangan berat badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir
biasanya tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan.
Kenaikan berat badan bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram
adalah 150-200 gram seminggu (misalnya 20-30 gram/hari)
(Sudarti, 2012).

7. Pengawasan jalan nafas

Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea,


bronkeolus, bronchioles respiratorius, dan duktus alveoleris ke
alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia,
hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat
beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR beresiko
mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh
dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas segera setelah lahir ( aspirasi lendir), dibaringkan pada
posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau
menjetik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi,
intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan

11
selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan
tindakan ini dicegah sekaligusmengatasi asfiksia sehingga
memperkecil kematian bayi BBLR ( Verawati, 2010).

2.1.7 Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi.

1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di


dalam tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia
dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama
pada bayi BBLR Prematur.

2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm


mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.

3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,


koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi
BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian
BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.

4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan


kebutuhan kalori yang meningkat. Potensial untuk kehilangan
panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB
dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan
panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

12
2.1.8 Pathway

13
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

14
Menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi (2015) pemeriksaan
penunjang bayi BLLR antara lain :

1. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat


sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis).

2. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih


menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal.

3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan


dengan anemia atau hemolisis berlebih ).

4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2


hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah


kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga

6. Pemeriksaan analisa gas darah.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat


kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien
yang meliputi :

1. Identitas : Usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan dengan


penyakit penyerta

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm.

15
Kesadaran apatis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum,
hipotonia letargi, dan mungkin terjadi kelumpuhan otot
ekstravaskuler

b. Riwayat penyakit sekarang

Bayi dengan ukuran fisik : UK < 37 minggu, BB < 2500 gram,


panjang badan < 45 cm. Gambaran fisik : kepala lebih besar dari
badan, kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak
subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi tak mau minum, tangis
yang melengking.

c. Riwayat penyakit dahulu

Bayi beresiko mengalami BBLR, jika ibu mempunyai riwayat


penyakit seperti hipertensi, plasenta pervia, kehamilan kembar,
malnutrisi, kebiasaan ibu merokok, minum alkohol, ibu yang
memderita penyakit malaria, dll.

d. Riwayat kehamilan dan melahirkan

Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat partus


siapakah yang berperan dalam proses pertolongan partus tersebut.
Riwayat pemberian ANC terpadu termasuk didalamnya.

e. Riwayat imunisasi

Pemberian vaksin tetanus diberikan 2 kali pada ibu hamil, yaitu


TT (tetanus) I diberikan setelah bulan ke-3 dan TT II diberikan
dengan interval minimal 1 bulan, serta tidak boleh < 1 bulan
sebelum persalinan agar kadar anti tetanus serum bayi mencapai
kadar optimal. Bila ibu hamil belum mendapatkan polio, berikan
vaksin polio yang aman untuk ibu hamil.

16
f. Riwayat nutrisi

Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh


bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil
dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering
mendapatkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit
tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih dari 35 minggu
dan berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa langsung
menetek (Proverawati.dkk, 2010).

3. Kebutuhan dasar

a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya


absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu

b. Pola Personal hygiene : Perawat dan keluarga pasien harus


menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat
BAB dan BAK harus diganti popok khusus bayi BBLR yang
kering dan halus.

c. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemah

d. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,


produksi urin rendah, frekuensi BAB normal pada neonatus
adalah lebih dari 4x dalam sehari sedangkan frekuensi BAK
normal lebih 6x dalam sehari, volume urin normal berkisar antara
1-2 ml/kg berat badan per jam, jadi bila berat badan bayi 2,5 -5 kg
urin yang dihasilkan berkisar 60- 240 ml dalam sehari.

e. Pola Tidur : Bayi cenderung lebih banyak tidur.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum

1) Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah,


bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB
<2500 gram, dan tangisan masih lemah.

17
2) Nadi : 180 kali per menit, kemudian menurun sampai 120-
140x/menit

3) RR : 80 kali per menit, kemudian menurun sampai 40x/menit

4) Suhu : kurang dari 36,5 C

b. Pemeriksaan ABCD

1) Antropometri pada bayi dengan BBLR terutama berat badan


terbagi menjadi 3 yaitu : BBLR berat antara 1500- 2500 gram,
BBLSR berat antara 1000-1500 gram, dan BBLER berat
kurang dari 1000 gram, lingkar dada < 33 cm
(Proverawati,2010)

2) Biokimia, pada bayi BBLR sering dijumpai adanya


peningkatan kadar hemogloblin, eritrosit karena imaturitas dari
sel dan belum sempurnanya enzim.

3) Clinical, pada BBLR berat badan bayi belum memenuhi


standar yakni 2500 gram dan pada kasus ini biasanya juga
terjadi kelemahan reflek atau fungsi menghisap.

4) Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya hanya ASI


dan susu formula khusu BBLR jika disarankan oleh dokter.

c. Pemeriksaan fisik head to toe

1) Kepala

Inspeksi : biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari


badan, kulit tipis, ubun ubun besar dan kecil
belum menutup

Palpasi : pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala


<33 cm (Sukarni & Sudarti, 2014, p. 112).

18
2) Mata

Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo


pada area pelipis, konjungtiva anemis (Manggiasih & Jaya,
2016, p. 359). Reflek

3) Hidung

Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan


pola nafas, terpasang selang oksigen 1-2 liter/menit

Palpasi : pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang


rawan belum sempurna (Pantiawati, 2010, p. 48).

4) Mulut

Inspeksi : pucat, sianosis, mukosa bibir kering, terpasang


selang OGT (Sudarti & Fauziah, 2013, p. 5).

5) Telinga

Inspeksi : pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun telinga


imatur

Palpasi : daun telinga pada BBLR lunak (Maryanti & Sujianti,


2011, p. 168).

6) Wajah

Inspeksi : Warna kulut merah karena hipertermia, bentuk


simetris, lanugo banyak, keriput seperti orang tua
(manggiasih & Jaya, 2016, p. 359).

7) Leher

Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan


akibat dari inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini
terjadi biasanya didapatkan retraksi suprasternal
(Proverawati & Ismawati, 2010, pp. 12-13).

19
8) Paru-paru

I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu


pernafasan, lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan

P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk (Ridha,


2014).

P : terdapat suara sonor

A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi


mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka
terdapat suara ronchi (Proverawati & Ismawati, 2010).

9) Jantung

I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula

P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra

P : area jantung redup (Ridha, 2014).

A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/meni


(Pantiawati, 2010, p. 29).

10) Abdomen

Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen, kulit


perut tipis, pembuluh darah terlihat (Sukarni & Sudarti,
2014, p. 112).

11) Punggung

Inspeksi : keadaan punggung simestris, terdapat lanugo


(Proverawati & Ismawati, 2010, p. 3).

12) Genetalia

Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum tertutup oleh


labia mayora, klitoris menonjol. Pada bayi laki-laki testis

20
belum turun dan rague pada skrotum kurang (Maryanti &
Sujianti, 2011, p. 168).

13) Ekstremitas

Pada BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi oedem,


pergerakan otot terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan,
akral teraba dingin (Pantiawati, 2010, p. 9).

14) Anus

Biasanya pada BBLR anus bisa berlubang atau tidak


(Proverawati & Ismawati, 2010, p. 19).

d. Neurology atau reflek

1) Reflek Morrow

Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan


mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan tangannya
ke samping dan melebarkan jari-jari kemudian angannya
ditarik kembali dengan cepat. Reflek ini akan mereda 1 atau 2
minggu dan hilang setelah 6 bulan.

2) Reflek Rooting (reflek mencari)

Kepala bayi akan berpaling memutar kea rah asupan dan


mencari puttng susu dengan bibirnya. Reflek ini berlanjut
sementara bayi masih menyusu dan menghilang setelah 3- 4
bulan.

3) Reflek Menghisap ( Sucking )

Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau pipi bayi


dengan puting/jari tangan. Bibir bayi akan maju ke depan dan
lidah melingkar kedalam untuk menyedot. Menghilang saat bayi
berusia 2-3 bulan.

21
4) Reflek Menggenggam

Timbul bila kita menggoreskan jari melalui bagian dalam atau


meletakkan jari kita pada telapak tangan bayi. Jari- jari bayi
akan melingkar ke dalam seolah memegangi suatu benda
dengan kuat. Reflek ini menghilang umur 3-4

5) Tonic Neck Reflek

Timbul bila kita menggoreskan jari melalui bagian dalam atau


meletakkan jari kita pada telapak tangan bayi. Jari- jari bayi
akan melingkar ke dalam seolah memegangi suatu benda
dengan kuat. Reflek ini menghilang umur 3-4.

6) Reflek Gallant

Reflek gallant ditimbulkan dengan menggosok satu sisi


punggung sepanjang garis paravertebratal 2-3 cm dari garis
tengah mulai dari bahu hingga bokong. Reflek ini secara normal
akan hilang setelah 2-3 bulan.

7) Stepping Reflek

Stepping reflek akan timbul ketika kita memegangi bayi pada


posisi berdiri dan sedikit menekan. Bayi akan mengangkat
kakinya secara bergantian seakan-akan berjalan. Reflek ini
terlihat setelah 1 minggu dan akan menghilang setelah 2 bulan.

8) Swallowing Reflek

Swallowing reflek adalah reflek gerakan menelan benda- benda


yang didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan
makanan ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.
Terjadi mulai : usia 0-3 bulan, penyebab : ada benda yang masuk
ke mulutnya, maka akan segera dia hisap, lalu dia telan. Reflek
ini tidak akan hilang, namun leat usia 3 bulan bayi sudah

22
menghisap secara sadar. Waspada jika tidak ada reflek,
kemungkinan ada kelainan pada susunan ketika kita memasukkan
puting susu atau dot dan bayi mulai menghisap kemudian
menelan.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Menurut Proverawati (2010), diagnosis keperawatan yang mungkin


muncul pada BBLR adalah:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat


pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.

2. Termoregulasi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan


penurunan lemak tubuh subkutan.

3. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang


kurang.

2.2.3 Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


o Keperawatan Hasil (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Pola napas Pola napas Setelah Manajemen jalan napas
tidak efektif dilakukan tindakan (1.01011)
keperawatan selama 2x3 Observasi
jam diharapkan inspirasi a. Monitor pola
dan atau ekspirasi yang napas
memberikan ventilasi b. Monitor bunyi
adekuat membaik napas
dengan kriteria hasil : c. Monitor sputum

23
a. Disspnea Terapeutik
menurun (5) a. Pertahankan
b. Penggunaan otot kepatenan jalan
bantu napas napas
menurun (5) b. Posisikan semi-
c. Pemanjangan fowler
fase ekspirasi c. Berikan minum
menurun (5) hangat
d. Ortopnea d. Lakukan
menurun (5) fisioterafi dada
e. Pernapasanpurse e. Lakukan
d-lip menurun penghisapan
(5) lendir
f. Pernapasan f. Lakukan
cuping hidung hiperoksigenasi
menurun (5) g. Keluarkan
g. Ventilasi sumbatan benda
semenit padat dengan
meningkat (5) forsep
h. Kapasitas vital h. Berikan oksigen
meningkat (5) jika perlu
i. Diameter thorax Edukasi
anteriorposterior a. Anjurkan asupan
meningkat (5) cairan 2000
a. Tekanan ml/hari
ekspirasi b. Ajarkan Teknik
meningkat (5) batuk efektif
b. Tekanan Kolaborasi
inspirasi a. Kolaborasi
meningkat (5) pemberian
c. Frekuensi napas bronkodilator
membaik (5)

24
d. Kedalaman
napas membaik
(5)
e. Ekskursi dada
membaik (5)

2 Termoregula Termoregulasi Setelah Regulasi Temperatur


si Tidak dilakukan asuhan (I.14578)
Efektif keperawatan selama 3x Observasi
24 jam diharapkan: a. Monitor suhu bayi
a. Mengggil sampai stabil
menurun (36,5⁰C – 37,5⁰)
b. Kejang menurun b. Monitor suhu
c. Akrosianosis tubuh bayi setiap
menurun dua jam, jika perlu
d. Konsumsi c. Monitor tekanan
oksigen menurun darah, frekuensi
e. Piloereksi pernafasan dan
menurun nadi
f. Kutis memorata d. Monitor warna
menurun dan suhu kulit
g. Pucat menurun e. Monitor dan catat
h. Takikardi tanda dan gejala
menurun hipotermia atau
i. Takipnea hipertermia
menurun Terapeutik
j. Bradikardi a. Pasang alat
menurun pemantau suhu
k. Dasar kuku kontinu, jika perlu
sianotik b. Tingkatkan
menurun asupan cairan dan
l. Hipoksia nutrisi yang
menurun

25
m. Suhu tubuh adekuat
membaik c. Bedong bayi
n. suhu kulit segera setelah
membaik lahir untuk
o. Kadar glokosa mencegah
darah membaik kehilangan panas
p. Pengisian kapiler d. Masukkan bayi ke
membaik dalam box segera
q. Ventilasi setelah lahir
membaik e. Gunakan Topi
Bayi untuk
r. Tekanan darah
mencegah
membaik
kehilangan panas
pada bayi baru
lahir
f. Tempatkan bayi
baru lahir di
bawah radiant
warmer
g. Pertahankan
kelembapan
inkubator 50%
atau lebih untuk
mengurangi
kehilangan panas
karena proses
evaporasi
h. Atur suhu
inkubator sesuai
kebutuhan
i. Hangatkan
terlebih dahulu

26
bahan – bahan
j. yang akan kontak
dengan bayi
k. Hindari
meletakkan bayi
di dekat jendela
terbuka atau di
area aliran
pendingin ruangan
atau kipas angin
l. Gunakan matras
penghangat,
selimut hangat,
dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu
tubuh
m. Gunakan kasur
pendingin, water
water circulating
blankets, ice pack
atau gel pad dan
intravascularcooli
ng catheterization
untuk
menurunkan suhu
tubuh
n. Sesuaikan suhu
lingkungan
dengan kebutuhan
pasien

27
Edukasi

a. Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan
heat stroke
b. Jelaskan cara
pencegahan
hipotermi karena
terpapar udara
dingin
c. Demonstrasikan
teknik perawatan
metode kanguru
(PMK) untuk bayi
BBLR
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika peru

3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


gangguan tindakan keperawatan (I.03119)
kebutuhan diharapkan keadekuatan Observasi
nutrisi. asupan nutrisi untuk a. Identifikasi status
memenuhi kebutuhan, nutrisi
metabolisme pada bayi b. Identifikasi alergi dan
Membaik dengan intoleransi makanan
kriteria hasil : c. Identifikasi makanan
a. Berat badan yang disukai
meningkat d.identifikasi deikasi
b. panjang badan kebutuhan kalori dan
membaik jenis nutrien

28
c. kulit kuning e.Identifikasi perlunya
menurun penggunaan selang
d. sklera kuning nasogastrik
e. membran mukosa f. Monitor asupan
kuning makanan
f. prematuritas menurun g. Monitor berat badan
g. bayi cengeng h. Monitor hasil
menurun pemeriksaan
h. pucat menurun laboratorium
i. kesulitas makan Terapeutik
menurun a. Lakukan oral hygiene
j. alergi makanan sebelum makan, jika
menurun perlu
k. pola makan b. Fasilitasi menentukan
membaik pedoman diet mis.
l. tebal lipatan kulit Piramida makanan
membaik c. sajikan makanan secara
m. proses tumbuh menarik dan suhu yang
kembang membaik sesuai
n. lapisan lemak d. Berikan makanan
membaik tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
F. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi

29
a. Anjurkan posisi duduk,
jika perlu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
b. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang
dibutuhkan, jika perlu
4 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi.
infeksi tindakan keperawatan (1.14539)
selama 1x24 jam Observasi
diharapkan kemerahan a. Perhatikan tanda
dan tingkat infeksi dan gejala infeksi
menurun. lokal dan sistemik
Kriteria Hasil : Terapeutik
a. Tingkat infeksi a. Batasi jumlah
menurun pengunjung
b. Integritas kulit b. Berikan perawatan
dan jaringan kulit pada area
membaik edema
c. Kontrol resiko c. Cuci tangan sebelum
meningkat dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien

30
d. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko infeksi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
c. Ajarkan etika
batuk
d. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka dan
luka operasi
e. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
f. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

2.2.4 Implementasi

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan atau implementasi


keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan dimana
kegiatan ini yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

31
kriterian hasil yang diharapkan. (Gordon. 1994, dalam Potter & Perry,
2011). Implementasi keperawatan lebih menekankan pada melakukan
suatu tindakan yang sudah direncanakan pada tahap intervensi.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses


keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
(Dinarti, M Yuli. 2017).

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan


masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

3.2 Saran

- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar


dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari
pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya.

- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR ilmu


yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

33
DAFTAR PUSTAKA

Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Pantiawati, Ika,S.SiT. 2010. Bayi dengan BBLR.Yogyakarta: Nusa Medika.

Proverati Atikah, SKM, MPH dan Cahyo Ismawati Sulistyorini, S.Kep., Ns. 2010.
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nusa Medika.

Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, Am.Keb. MKM.2010. Asuhan Neonates,


Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media

Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.

34

Anda mungkin juga menyukai