(BBLR)
MAKALAH
Disusun oleh;
KABUPATEN CIREBON
2021
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberi
penjelasan kepada pembaca tentang bayi dengan resiko tinggi. Sementara bagi kami, tujuan
penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak dan
pendalaman materi tentang askep pada bayi resiko tinggi.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Nuniek
Tri Wahyuni, M.Kep yang telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan ilmu yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian BBLR.....................................................................................................3
B. Klasifikasi BBLR………………………………………………………………….3
C. Etiologi BBLR.........................................................................................................4
D. Patofisiologi BBLR………………………………………………………………..5
E. Pathway BBLR…………………………………………………………………….6
F. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………7
G. Komplikasi ………………………………………………………………………..8
H. Penatalaksanaan …………………………………………………………………..8
I. Asuhan keperawatan ……………………………………………………………..10
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………..14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir usia 0-28 hari (neonatus) merupakan generasi penerus yang
akan berperan penting di masa yang akan datang. Bayi yang sehat akan
menjadi modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas
dan produktif. Untuk itu asuhan tidak hanya diberikan pada ibu saja , tetapi
juga sangat diperlukan asuhan kepada Bayi Baru Lahir (BBL). Masa bayi
baru lahir atau yang disebut neonatus merupakan masa yang rentan terhadap
gangguan kesehatan dan merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan
hidup kedepannya. Menurut Rahardjo (2015) bayi baru lahir (neonatus)
adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusiaa 0-28 hari yang
memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian
dari kehidupan intrauteri ke kedhidupan ekstrauteri) dan toleransi bagi bayi
baru lahir untuk dapat hidup dengan baik.
B. Batasan Masalah
Dalam halnya kehidupan, manusia tidak lah luput dari kesalahan dan keterbatasan.
Maka dari itu, makalah yang kami buat pun tidak lah luput pula dengan kesalahan dan
keterbatasan. Karena dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode
searching dan studi pustaka. Maka dari itu, kami hanya bisa mengerjakan makalah ini
sesuai dengan pengalaman dan kemampuan kami
C. Rumusan Masalah
1. Definisi BBLR
2. Klasifikasi BBLR
3. Etiologi BBLR
4. Patofisiologi BBLR
5. Pathway BBLR
6. Pemeriksaan penunjang BBLR
7. Komplikasi BBLR
1
8. Penatalaksanaan BBLR
9. Asuhan keperawatan BBLR
D. Tujuan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada bayi
berat lahir rendah (BBLR) yang meliputi :
1. Definisi BBLR
2. Klasifikasi BBLR
3. Etiologi BBLR
4. Patofisiologi BBLR
5. Pathway BBLR
6. Pemeriksaan penunjang pada BBLR
7. Komplikasi yang bisa terjadi pada BBLR
8. Penatalaksaan pada BBLR
9. Asuhan keperawatan pada BBLR
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat badannya
kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi
ke depannya (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Ada 2 keadaan BBLR yaitu :
B. Klasifikasi BBLR
3
C. Etiologi BBLR
Menurut Nur, Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, Wilar & Salendu (2016) serta
Gebregzabiherher, Haftu, Weldemariam & Gebrehiwet (2017) ada beberapa faktor resiko yang
dapat menyebabkan masalah BBLR yaitu:
1. Faktor ibu
a. Usia
Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih
tinggi terjadi pada ibu yang berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang
tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia
yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan
melahirkan.
b. Parietas
Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau
lebih) 2,4 kali lebih berisiko untuk melahirkan anak 9 BBLR, itu dikarenakan
setiap proses kehamilan dan persalinan meyebabkan trauma fisik dan psikis,
semakin banyak trauma yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk
kehamilan dan persalinan berikutnya.
c. Gizi
Kurang saat hamil Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil
menyebabkan persalinan sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur),
serta perdarahan setelah persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga
lebih berisiko mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat
badan yang kurang.
d. Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
berisiko 3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu
yang memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikarenakan pola hidup, belum
menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan
rutin.
e. Pola hidup
Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi
alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah
umbilikal sehingga pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan
menyebabkan anak lahir dengan BBLR.
2. Faktor kehamilan
a. Eklampsia / Pre-eklampsia.
b. Ketuban pecah dini.
c. Perdarahan Antepartum.
d. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4
e. Faktor janin
f. Cacat bawaan (kelainan kongenital).
g. Infeksi dalam rahim.
D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilanyang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkandismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya,yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanyagangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkanoleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi
dankeadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadiberkurang.Gizi
yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, sistemreproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi
lebihbesar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yangsebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi
premature. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru- paru pada dasarnya
kecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering
merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah
pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayi lebih dari dua
bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga
sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. lebih jauh lagi,
bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan o leh
karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali.
Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature
meliputi system imun yang menyeabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum
naik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
5
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi. dimana bayi
premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan
yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan
suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami
hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh. (Ngastiyah , 2005)
E. Pathway
Faktor
BBLR
6
Mudah kehilangan O2 dalam darah Asupan gizi kurang
CO2
Hipotermi
Asidosis Kerusakan sel
Gangguan Penurunan
pertukaran gas BB/kematian
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
7
G. Komplikasi
Menurut (potter,2005) komplikasi pada awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
(asfiksia)
6. Paten suktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of prematuruty
10. Anemia
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (retionopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
H. Penatalaksanaan
Menurut prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawat
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan di dalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
8
Bayi dengan berat badan lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,5C s/d 37C.
Bayi berat rendah harus di asuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Suhu perawatan harus di atas 25C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 30 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau “lengan baju!". Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,4 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 C untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernapasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernapasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi, O2 yang di berikan sekitar 30-35
% dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan
kebutaan.
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris
dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6 Pemberian makanan
9
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbilliru. ASI merupakan pilihan pertama, dapat di berikan melalui
kateter (sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relatif memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
I. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-
160dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz ).
3. Neuroensori
Tumbuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel
mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
10
mungkin merapat ( tergantung usia gestasi ). Refleks tergantung pada usia gestasi ;
rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32;
komponen pertama dari refleks Moro ( ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan
membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa (fleksi
anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik (40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping
hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin
ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna mungkin merah. Muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat". Lanugo
terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis
telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan
klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau
tidak ada pada skrotum. ( IDAI, 2004)
11
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubangan dengan
lemahnya daya cerna dan obsorbsi makanan. (Ngastiyah, 2005)
K . Intervensi Keperawatan
No TUJUAN INTERVENSI
.
1. Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 1.1. Monitor pernafasan (kedalaman,
jam tidak terjadi gangguan jalan nafas ( nafas irama ,frekuensi)
efektif ) 1.2. Atur posisi kepala lebih tinggi
Kreteria hasil : 1.3. Monitor keefektifan jalan nafas, kalau perlu
Akral hangat lakukan suction.
Tidak ada sianosis 1.4. Lakukan auskultrasi bunyi nafas tiap 4jam
12
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi 3.1. monitor tanda-tanda
(tumor,dolor,rubor,calor,fungsiolaesa Infeksi (tumor, dolor,rubor,color, fungsiolaesa)
) 3.2. lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
13
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.umpo.ac.id/8144/5/BAB%202.pdf
https://www.scribd.com/presentation/518009376/Ppt-Askep-Pd-Bayi-Resiko-Tinggi
https://www.academia.edu/23038064/Makalah_bblr
14