Anda di halaman 1dari 18

PEMASANGAN OKSIGENASI DAN PEMASANGAN NGT

PADA ANAK
MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


Dosen pengampu: Masrifah, S.Kep, Ns

Disusun oleh:
Rina Herlinawati
(42010421055)

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan
karunia dan rahmatNya kepada kita berupa pengetahuan dan kesempatan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMASANGAN
OKSIGEN DAN PEMASANGAN NGT PADA ANAK” ini tepat pada waktunya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara memberikan oksigen
dan pemberian obat pada anak.
Makalah ini berisi tentang Pemberian oksigen pada bayi dan anak.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada (ibu Masrifah, S.Kep, Ns) , yang
telah memberikan motivasi dan dorongan sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca, meskipun penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
penyusunan makalah kami selanjutnya.

Cirebon,04 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN OKSIGENASI3
Jenis Penyakit Yang MemerlukanTerapiOksigen3
Jenis Terapi Oksigen3
Dosis Oksigen Pada Anak5
SOP Pemasangan Oksigen6
BAB III PEMBAHASAN NGT8
Definisi NGT8
Tujuan dan Manfaat NGT8
Indikasi dan Kontra Indikasi Pemasangan NGT9
Implementasi Pemasangan NGT10
BAB VI PENUTUP13
Kesimpulan13
Saran13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Oksigenasi


Oksigenasi merupakan metode pengobatan dengan oksigen untuk mengatasi
kondisi tertentu. Pemberian oksigen dapat dilakukan menggunakan selang yang
ditaruh di depan hidung, sungkup yang menutupi hidung dan mulut, atau ruangan
dengan tekanan oksigen yang tinggi.
Terapi oksigenisasi umumnya diberikan bila kandungan oksigen dalam tubuh
berada di bawah batas normal.Kadar oksigen normal dalam darah agar tubuh dapat
berfungsi optimal adalah 95–100 persen. Kadar ini dapat dihitung menggunakan
alat pulse oximeter. Jika kadar oksigen dalam darah menurun hingga di bawah 90
persen, fungsi organ dan jaringan tubuh akan ikut menurun sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan.

B. Latar Belakang NGT


Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung,
juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan
hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat
dalam memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.
Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti
anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek
menelan, distress pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu
menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan
dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit dipaksakan.
Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan
serta memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman
dan nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).

C. Rumusan masalah
a. Oksigenasi
1. Siapa saja yang memerlukan terapi oksigen ?
2. Apa jenis jenis terapi oksigen yang tersedia ?
1
3. Berapa Dosis pemberian oksigen pada anak dan bayi ?
4. Bagaimana SOP pemberian oksigen pada anak ?
b. NGT
1. Apa yang dimaksud dengan NGT ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pemasangan NGT ?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi pemasangan NGT?
4. Bagaimana tindakan pemasangan dari NGT ?

D. Tujuan makalah
a. Oksigenasi
1. Mengetahui penyakit apa saja yang memerlukan terapi oksigen
2. Mengetahui jenis jenis oksigen yang dapat diberikan pada anak dan indikasinya
3. Mengetahui dosis yang harus diberikan pada anak
4. Mengetahui urutan pemasangan oksigen dengan baik
b. NGT
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan NGT
2. Mengetahui tujuan dan manfaat pemasangan NGT
3. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemasangan NGT
4. Mengetahui bagaimana tindakan pemasangan NGT

2
BAB II

PEMBAHASAN OKSIGENASI

A. jenis penyakit yang memerlukan terapi oksigen


 Penyakitparuobstruktifkronis (PPOK)
 Pneumonia
 Asma
 Bronchopulmonary dysplasia, kondisi paru yang belum sempurna pada bayi baru
lahir
 Gagaljantung
 Fibrosis kistik
 Sleep apnea, gangguanpernapasansaattidur
 Penyakit paru-paru lainnya
 Trauma atau cedera pada sistem pernapasan

B. Jenis terapi oksigen


Secara umum, terapi oksigen tersedia dalam bentuk gas, cair, hingga konsentrat.
Cara pemberian dan alat bantu pernapasan yang digunakan pun berbeda-beda,
tergantung kebutuhan serta kondisi pasien.
 Oksigen dalam bentuk gas
Oksigen yang tersedia dalam bentuk gas biasanya disimpan dalam
tangki berbagai ukuran.Untuk tangki berukuran besar, kita bisa
menyimpannya di rumah.Jika kita aktif berkegiatan di luar rumah, kita dapat
menggunakan tangki oksigen yang berukuran lebih kecil.Biasanya, tangki
oksigen kecil dilengkapi dengan alat konservasi oksigen yang berfungsi
mengatur suplai oksigen.Dengan demikian, kemungkinan oksigen untuk habis
saat kita masih di luar rumah dapat dihindari.
 Oksigen cair
Oksigen berbentuk cair juga bisa disimpan di dalam tangki. Bentuknya
yang cair membuat kadar oksigen di dalamnya jauh lebih tinggi. Maka itu,
kandungan oksigen cair di dalam tangki biasanya lebih banyak dibanding

3
dengan bentuk gas.Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati
karena tangki oksigen cair lebih mudah menguap.

 Konsentrator oksigen
Konsentrator oksigen bekerja dengan cara mengambil udara dari luar,
memprosesnya menjadi oksigen utuh, dan membuang gas atau komponen lain
dari udara yang diambil. Keuntungan dari alat ini adalah lebih murah dan
penggunanya tidak perlu mengisi ulang tangki oksigen.Namun, berbeda
dengan kedua pilihan sebelumnya, terapi dengan konsentrator oksigen kurang
nyaman digunakan untuk pasien yang sering beraktivitas di luar.Pasalnya, alat
konsentrator oksigen yang berbentuk portabel pun masih terlalu besar untuk
dibawa ke mana-mana.
 Terapi oksigen hiperbarik
Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam
ruangan bertekanan tinggi. Pada ruangan tersebut, tekanan udara akan
ditambah 3-4 kali lebih tinggi dibanding tekanan udara normal. Metode ini
dapat mengantarkan oksigen lebih banyak ke dalam jaringan-jaringan
tubuh.Terapi jenis ini biasanya dilakukan untuk mengobati luka, infeksi parah,
atau gangguan pada pembuluh darah pasien. Prosesnya pun harus dilakukan
dengan sangat hati-hati untuk mencegah kadar oksigen jadi berlebih di dalam
darah.
Masing-masing terapi dapat dijalankan di rumah ataupun di rumah
sakit.Sekalipun dilakukan di rumah, Anda tetap membutuhkan arahan dari
dokter mengenai dosis dan metode yang Anda butuhkan.Cara pemberian
oksigen ke dalam paru-paru dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:
- Nasal cannula, terdiri atas dua selang plastik berukuran kecil, yang
dipasang pada kedua lubang hidung.
- Masker wajah, yang menutupi hidung dan mulut.
- Selang kecil, yang dimasukkan ke dalam batang tenggorok dari leher
depan. Dokter akan menggunakan jarum atau sayatan kecil untuk
memasang selang tersebut. Oksigen yang diantarkan dengan cara ini
disebut dengan terapi oksigen transtrakeal.

4
C. Dosis oksigen pada anak
 Dosis pada Pasien Sakit Kritis
Pada pasien dengan sakit kritis (critically ill), terapi oksigen awal yang
direkomendasikan adalah masker reservoir dengan aliran 15 L/menit sambil
menunggu ketersediaan pembacaan oksimetri.Setelah saturasi diketahui dan
pada pasien dengan sirkulasi baik, dosis secepatnya dikurangi sambil
mempertahankan kisaran saturasi target 94-98%.Jika oksimetri tidak tersedia,
lanjutkan menggunakan masker reservoir sampai pengobatan definitif tersedia.
Pasien dengan PPOK dan faktor risiko lain untuk hiperkapnia yang
berkembang menjadi penyakit kritis harus memiliki saturasi target awal yang
sama dengan pasien sakit kritis lainnya sambil menunggu hasil gas darah.
Setelah itu, pasien ini mungkin memerlukan terapi oksigen terkontrol dengan
kisaran target saturasi 88-92%. Jika ada hipoksemia berat atau hiperkapnia
dengan asidosis respiratorik,  pertimbangkan penggunaan ventilator.Beberapa
catatan khusus berikut harus diperhatikan sesuai kondisi medis pasien:
- Henti jantung: Pada pasien henti jantung yang menjalani resusitasi jantung
paru, berikan oksigen dengan konsentrasi tertinggi yang memungkinkan
hingga sirkulasi spontan tercapai.
- Cedera otak traumatik: Pada pasien dengan cedera otak traumatik yang
mengalami penurunan kesadaran, intubasi dini sebaiknya
dipertimbangkan.
- Keracunan karbon monoksida: Berikan oksigen sebanyak mungkin
dengan menggunakan bag-valve mask atau masker reservoir. Periksa
kadar karboksihemoglobin. Pembacaan oksimetri normal atau tinggi harus
diabaikan karena alat ini umumnya tidak dapat membedakan antara
karboksihemoglobin dan oksihemoglobin.
- Kondisi kritis lain: Kondisi kritis lain mencakup sepsis, syok, anafilaksis,
trauma mayor, tenggelam, dan status epileptikus. Pada kondisi ini, selain
pemberian oksigen, penatalaksanaan terhadap kasus yang mendasari harus
dilakukan.
 Hipoksemia pada Penyakit Derajat Berat
5
Penyakit berat dengan hipoksemia contohnya adalah serangan asthma,
pneumonia, pneumothorax, kankerparu, dan anemia berat.Pada kondisi-
kondisi ini, secara umum terapi oksigen awal yang disarankan adalah 2-6
L/menitdengan nasal kanul atau 5-10 L/menitdengan masker sederhana.
Apabila saturasi oksigen tidak membaik, maka ganti ke masker reservoir.
Untuk pasien yang tidak berisiko gagal napas hiperkapnia yang
memiliki saturasi di bawah 85%, pengobatan dimulai dengan oksigen 15
L/menit menggunakan masker reservoir. Kisaran target saturasi oksigen yang
direkomendasikan adalah 94-98%. Lakukan analisis gas darah setiap 30-60
menit jika dianggap perlu.
 Pemberian Terapi Oksigen Dosis Rendah
Pemberian terapi oksigen dosis rendahdilakukandengan nasal
kanul atau masker venturi.Dosis yang diberikan adalah 2-3 L/menit
menggunakan masker venturi 24%; atau 4 L/menit dengan masker venturi
28.Jika digunakan nasal kanul, berikan oksigen 1-2 L/menit. Target saturasi
oksigen adalah 88-92% untuk pasien dengan faktor risiko hiperkapnia tetapi
tidak ada riwayat asidosis respiratorik sebelumnya.Pemberian terapi oksigen
harus berhati-hati. Pertimbangkan pengecekan analisis gas darah setiap
jam.Contoh pasien yang mungkin mendapat manfaat dengan terapi oksigen
dosis rendah adalahpasien PPOK, cystic fibrosis, dan obesitas morbid.
Kondisi Medis yang Tidak Memerlukan Terapi Oksigen Kecuali Jika
Terjadi Hipoksemia. Tidak semua kondisi medis memerlukan terapi oksigen,
misalnya pada pasien dengan infark miokard atau stroke yang
normoksemia.Jika pasien mengalami hipoksemia, terapi oksigen awal adalah
2-6 L/menit dengan nasal kanul atau 5-10 L/menit dengan masker
sederhana.Jika saturasi di bawah 85%, atau pasien berisiko hiperkapnia,
gunakan masker reservoid.Secara umum, rentang saturasi target awal yang
direkomendasikan adalah 94-98%.

D. SOP Pemasangan Oksigen


 Pemberian oksigen nasal
Tujuan : Sebagai acuan penerapan Langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada tubuh bayi.

6
A. Persiapan Alat
1. Tabung oksigen besar atau kecil
2. Flowmeter
3. Regulator
4. Tabung humidifier
5. Aquabides steril
6. Selang nasal.
B. Persiapan Pasien
1. Lihat kondisi pasien
2. Atur posisi pasien
3. Orang tua pasien diberi maksud dan tujuan pemberian oksigen pada
bayinya
4. Orang tua pasien diberitahu cara pemasangan oksigen nasal pada bayi
5. Orang tua pasien diberi penjelasan mengenai fungsi obat masing-masing
6. Siapkan surat persetujuan Tindakan dan keluarg untuk menandatangani
surat persetujuan Tindakan.
C. Pelaksanaan
1. Mengucapkan salam kepada pasien/keluarga pasien
2. Pastikan identitas pasien
3. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan tidakan sesuai (SPO)
4. Cek tabung oksigen dan flowmeter
5. Pasang regulator
6. Isi tabung humidifier dengan aquades steril sampai tanda batas
7. Pasang selang oksigen pada tabung humidifier
8. Stel oksigen sesuai kebutuhan
9. Cek apakah oksigen mengalir dalam selang dengan mendekatkan ujung
kanule pada punggung tangan
10. Pasang kanule pada hidung bayi
11. Tali pengikat kanule diselipkan di telinga
12. Alat-alat dirapihkan
13. Observasi respon pasien terhadap pemberian oksigen
14. Cuci tangan setelah melakukan Tindakan sesuai (SPO)
15. Mendokumentasikan semua yang dilakukan

7
BAB III

PEMBAHASAN NGT

A. Definisi NGT
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan
melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,
cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari
Lambung dengan cara disedot.

B. Tujuan dan Manfaat Tindakan


Naso Gastric Tube digunakan untuk:
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung
(cairan,udara,darah,racun).
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi).
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi
lambung.
4.  Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia.
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi
lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia).
Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan
menggunakan sonde (tube feeding).
Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui asupan oral.
Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48 jam
setelah pasien masuk ke dalam perawatan intensif [ICU]) lebih baik dibandingkan
pemberian nutrisi parenteral.
 Manfaat dari pemberian nutrisi enteral antara lain:
8
 Mempertahankan fungsi pertahanan dari usus.
 Mempertahankan integritas mukosa saluran cerna.
 Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna.
 Mengurangi proses katabolic.
 Menurunkan resiko komplikasi infeksi secara bermakna.
 Mempercepat penyembuhan luka.
 Lebih murah dibandingkan nutrisi parenteral.
 Lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih pendek dibandingkan dengan
Nutrisi Parenteral.
 Pasien-pasien yang dapat diberikan nutrisi enteral adalah mereka yang tidak
bisa makan, tidak dapat makan, dan tidak cukup makan. (ASPEN, 1998)
“Bila usus bekerja, gunakanlah.” Kalimat yang sudah sering diucapkan
berulang-ulang kali itu, merupakan panduan untuk pemberian dukungan nutrisi.
Biasanya, adanya bunyi usus dan flatus merupakan indikator bahwa saluran
cerna berfungsi, khususnya pada pasien-pasien paska pembedahan.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa motilitas saluran cerna yang menurun pada
periode paska operasi ini, hanya mempengaruhi lambung dan usus besar (kolon), dan
tidak mempengaruhi fungsi usus halus.

Berkurangnya ataupun hilangnya bunyi usus tidak perlu sampai menghambat


pemberian nutrisi enteral (Lewis et al 2001).Sebaliknya, adanya bunyi usus juga tidak
menjamin bahwa pemberian nutrisi enteral bisa sukses, misalnya pada pasien-pasien
dengan Intractable diarrhea.

C. Indikasi dan Kontra Indikasi


1. Indikasi
 Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan.
 Keracunan makanan minuman.
 Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT.
  Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung.
2. Kontraindikasi

9
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada
beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang
NGT, seperti:
 Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior
fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka
potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi
intracranial.
  Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali
ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
 Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu
memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti
airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT.
 Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai
kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan konstruksi
bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian
bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan
untuk menyerap kalori dan nutrisi.

D. Impementasi Pemasangan NGT


Insersi slang nasogastrik meliputi pemasangan slang plastik lunak melalui
nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang
memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam
lambung.
Pelaksana harus seorang professional kesehatan yang berkompeten dalam
prosedur dan praktek dalam pekerjaannya. Pengetahuan dan ketrampilan dibutuhkan
untuk melakukan procedure dengan aman adalah :
1. Anatomi dan fisiologi saluran gastro-intestinal bagian atas dan system
pernafasan.
2. Kehati-hatian dalam procedure pemasangan dan kebijaksanaan
penatalaksanaan NGT. Pengetahuan mendalam pada pasien ( misalnya :
perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat mambuat sulitnya pemasangan
NGT tersebut.
a. Kegunaan :

10
 Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
 Memungkinkan evakuasi isi lambung 
 Mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung
b. Perhatian :
 Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )
 Kesadaran dan riwayat MCI
 Refleks Vagal
 Perdarahan karena prosedur yang agresif
 Selang NGT masuk ke Trakea
 Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur
dan tujuan tindakan.
 Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan
yang akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani
informed consent.
c. Persiapan Alat :
1. Slang nasogastrik sesuai ukuran  (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 50 ml
4. Stetoskop
5. Lampu senter/ pen light
6. Klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plester
12. Nierbekken
13. Bak instrumen
d. Pelaksanaan
1. Cuci tangan dan atur peralatan.
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Bantu pasien untuk posisi Fowler.

11
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri).
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui
satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung
yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau
lidi kapas. Periksa adakah infeksi dan lain-lain.
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
10. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang
hidung yang paling bersih.
11. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
12. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
13. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung
di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara
upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam.
14. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka
mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase
lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang
dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika
terdengar gemuruh, fiksasi slang.
15. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung,
lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari
slang.

12
16.  Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat
Digunakan untuk memfiksasi slang.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Oksigenasi

Tujuan utama dari terapi oksigen adalah mengembalikan kadar normal


oksigen di dalam tubuh. Maka dari itu, terapi ini ditujukan untuk orang-orang yang
mengalami kesulitan mendapatkan oksigen sendiri. Pengobatan ini juga digunakan
untuk mengobati orang yang memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah
mereka akibat kondisi kesehatan tertentu. Dengan pemberian oksigen dapat
membantu orang bernapas dan mendapatkan asupan oksigen yang cukup.
B. Kesimpulan NGT
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan
melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,
cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari
lambung dengan cara disedot.
C. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki baik dari
tulisan maupun bahasan.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat memperbaiki penyusunan makalah-makalah kami
selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

ADA Pocket Guide to Enteral Nutrition. American Dietetic Association, 2006.

http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation.

http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-nasogastric-
tube.html.

http://bedahumum.com/bu/index.php?
option=com_content&view=article&id=26 :pemasangan-nasogastric-tube-
ngt&catid=3:artikel&Itemid=5.

Source : http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-nasogastrik-
ngt.htm

Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 1.
Jakarta: EGC
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai