PADA ANAK
MAKALAH
Disusun oleh:
Rina Herlinawati
(42010421055)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN OKSIGENASI3
Jenis Penyakit Yang MemerlukanTerapiOksigen3
Jenis Terapi Oksigen3
Dosis Oksigen Pada Anak5
SOP Pemasangan Oksigen6
BAB III PEMBAHASAN NGT8
Definisi NGT8
Tujuan dan Manfaat NGT8
Indikasi dan Kontra Indikasi Pemasangan NGT9
Implementasi Pemasangan NGT10
BAB VI PENUTUP13
Kesimpulan13
Saran13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Rumusan masalah
a. Oksigenasi
1. Siapa saja yang memerlukan terapi oksigen ?
2. Apa jenis jenis terapi oksigen yang tersedia ?
1
3. Berapa Dosis pemberian oksigen pada anak dan bayi ?
4. Bagaimana SOP pemberian oksigen pada anak ?
b. NGT
1. Apa yang dimaksud dengan NGT ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pemasangan NGT ?
3. Apa indikasi dan kontra indikasi pemasangan NGT?
4. Bagaimana tindakan pemasangan dari NGT ?
D. Tujuan makalah
a. Oksigenasi
1. Mengetahui penyakit apa saja yang memerlukan terapi oksigen
2. Mengetahui jenis jenis oksigen yang dapat diberikan pada anak dan indikasinya
3. Mengetahui dosis yang harus diberikan pada anak
4. Mengetahui urutan pemasangan oksigen dengan baik
b. NGT
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan NGT
2. Mengetahui tujuan dan manfaat pemasangan NGT
3. Mengetahui indikasi dan kontra indikasi pemasangan NGT
4. Mengetahui bagaimana tindakan pemasangan NGT
2
BAB II
PEMBAHASAN OKSIGENASI
3
dengan bentuk gas.Namun, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati
karena tangki oksigen cair lebih mudah menguap.
Konsentrator oksigen
Konsentrator oksigen bekerja dengan cara mengambil udara dari luar,
memprosesnya menjadi oksigen utuh, dan membuang gas atau komponen lain
dari udara yang diambil. Keuntungan dari alat ini adalah lebih murah dan
penggunanya tidak perlu mengisi ulang tangki oksigen.Namun, berbeda
dengan kedua pilihan sebelumnya, terapi dengan konsentrator oksigen kurang
nyaman digunakan untuk pasien yang sering beraktivitas di luar.Pasalnya, alat
konsentrator oksigen yang berbentuk portabel pun masih terlalu besar untuk
dibawa ke mana-mana.
Terapi oksigen hiperbarik
Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam
ruangan bertekanan tinggi. Pada ruangan tersebut, tekanan udara akan
ditambah 3-4 kali lebih tinggi dibanding tekanan udara normal. Metode ini
dapat mengantarkan oksigen lebih banyak ke dalam jaringan-jaringan
tubuh.Terapi jenis ini biasanya dilakukan untuk mengobati luka, infeksi parah,
atau gangguan pada pembuluh darah pasien. Prosesnya pun harus dilakukan
dengan sangat hati-hati untuk mencegah kadar oksigen jadi berlebih di dalam
darah.
Masing-masing terapi dapat dijalankan di rumah ataupun di rumah
sakit.Sekalipun dilakukan di rumah, Anda tetap membutuhkan arahan dari
dokter mengenai dosis dan metode yang Anda butuhkan.Cara pemberian
oksigen ke dalam paru-paru dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:
- Nasal cannula, terdiri atas dua selang plastik berukuran kecil, yang
dipasang pada kedua lubang hidung.
- Masker wajah, yang menutupi hidung dan mulut.
- Selang kecil, yang dimasukkan ke dalam batang tenggorok dari leher
depan. Dokter akan menggunakan jarum atau sayatan kecil untuk
memasang selang tersebut. Oksigen yang diantarkan dengan cara ini
disebut dengan terapi oksigen transtrakeal.
4
C. Dosis oksigen pada anak
Dosis pada Pasien Sakit Kritis
Pada pasien dengan sakit kritis (critically ill), terapi oksigen awal yang
direkomendasikan adalah masker reservoir dengan aliran 15 L/menit sambil
menunggu ketersediaan pembacaan oksimetri.Setelah saturasi diketahui dan
pada pasien dengan sirkulasi baik, dosis secepatnya dikurangi sambil
mempertahankan kisaran saturasi target 94-98%.Jika oksimetri tidak tersedia,
lanjutkan menggunakan masker reservoir sampai pengobatan definitif tersedia.
Pasien dengan PPOK dan faktor risiko lain untuk hiperkapnia yang
berkembang menjadi penyakit kritis harus memiliki saturasi target awal yang
sama dengan pasien sakit kritis lainnya sambil menunggu hasil gas darah.
Setelah itu, pasien ini mungkin memerlukan terapi oksigen terkontrol dengan
kisaran target saturasi 88-92%. Jika ada hipoksemia berat atau hiperkapnia
dengan asidosis respiratorik, pertimbangkan penggunaan ventilator.Beberapa
catatan khusus berikut harus diperhatikan sesuai kondisi medis pasien:
- Henti jantung: Pada pasien henti jantung yang menjalani resusitasi jantung
paru, berikan oksigen dengan konsentrasi tertinggi yang memungkinkan
hingga sirkulasi spontan tercapai.
- Cedera otak traumatik: Pada pasien dengan cedera otak traumatik yang
mengalami penurunan kesadaran, intubasi dini sebaiknya
dipertimbangkan.
- Keracunan karbon monoksida: Berikan oksigen sebanyak mungkin
dengan menggunakan bag-valve mask atau masker reservoir. Periksa
kadar karboksihemoglobin. Pembacaan oksimetri normal atau tinggi harus
diabaikan karena alat ini umumnya tidak dapat membedakan antara
karboksihemoglobin dan oksihemoglobin.
- Kondisi kritis lain: Kondisi kritis lain mencakup sepsis, syok, anafilaksis,
trauma mayor, tenggelam, dan status epileptikus. Pada kondisi ini, selain
pemberian oksigen, penatalaksanaan terhadap kasus yang mendasari harus
dilakukan.
Hipoksemia pada Penyakit Derajat Berat
5
Penyakit berat dengan hipoksemia contohnya adalah serangan asthma,
pneumonia, pneumothorax, kankerparu, dan anemia berat.Pada kondisi-
kondisi ini, secara umum terapi oksigen awal yang disarankan adalah 2-6
L/menitdengan nasal kanul atau 5-10 L/menitdengan masker sederhana.
Apabila saturasi oksigen tidak membaik, maka ganti ke masker reservoir.
Untuk pasien yang tidak berisiko gagal napas hiperkapnia yang
memiliki saturasi di bawah 85%, pengobatan dimulai dengan oksigen 15
L/menit menggunakan masker reservoir. Kisaran target saturasi oksigen yang
direkomendasikan adalah 94-98%. Lakukan analisis gas darah setiap 30-60
menit jika dianggap perlu.
Pemberian Terapi Oksigen Dosis Rendah
Pemberian terapi oksigen dosis rendahdilakukandengan nasal
kanul atau masker venturi.Dosis yang diberikan adalah 2-3 L/menit
menggunakan masker venturi 24%; atau 4 L/menit dengan masker venturi
28.Jika digunakan nasal kanul, berikan oksigen 1-2 L/menit. Target saturasi
oksigen adalah 88-92% untuk pasien dengan faktor risiko hiperkapnia tetapi
tidak ada riwayat asidosis respiratorik sebelumnya.Pemberian terapi oksigen
harus berhati-hati. Pertimbangkan pengecekan analisis gas darah setiap
jam.Contoh pasien yang mungkin mendapat manfaat dengan terapi oksigen
dosis rendah adalahpasien PPOK, cystic fibrosis, dan obesitas morbid.
Kondisi Medis yang Tidak Memerlukan Terapi Oksigen Kecuali Jika
Terjadi Hipoksemia. Tidak semua kondisi medis memerlukan terapi oksigen,
misalnya pada pasien dengan infark miokard atau stroke yang
normoksemia.Jika pasien mengalami hipoksemia, terapi oksigen awal adalah
2-6 L/menit dengan nasal kanul atau 5-10 L/menit dengan masker
sederhana.Jika saturasi di bawah 85%, atau pasien berisiko hiperkapnia,
gunakan masker reservoid.Secara umum, rentang saturasi target awal yang
direkomendasikan adalah 94-98%.
6
A. Persiapan Alat
1. Tabung oksigen besar atau kecil
2. Flowmeter
3. Regulator
4. Tabung humidifier
5. Aquabides steril
6. Selang nasal.
B. Persiapan Pasien
1. Lihat kondisi pasien
2. Atur posisi pasien
3. Orang tua pasien diberi maksud dan tujuan pemberian oksigen pada
bayinya
4. Orang tua pasien diberitahu cara pemasangan oksigen nasal pada bayi
5. Orang tua pasien diberi penjelasan mengenai fungsi obat masing-masing
6. Siapkan surat persetujuan Tindakan dan keluarg untuk menandatangani
surat persetujuan Tindakan.
C. Pelaksanaan
1. Mengucapkan salam kepada pasien/keluarga pasien
2. Pastikan identitas pasien
3. Petugas mencuci tangan sebelum melakukan tidakan sesuai (SPO)
4. Cek tabung oksigen dan flowmeter
5. Pasang regulator
6. Isi tabung humidifier dengan aquades steril sampai tanda batas
7. Pasang selang oksigen pada tabung humidifier
8. Stel oksigen sesuai kebutuhan
9. Cek apakah oksigen mengalir dalam selang dengan mendekatkan ujung
kanule pada punggung tangan
10. Pasang kanule pada hidung bayi
11. Tali pengikat kanule diselipkan di telinga
12. Alat-alat dirapihkan
13. Observasi respon pasien terhadap pemberian oksigen
14. Cuci tangan setelah melakukan Tindakan sesuai (SPO)
15. Mendokumentasikan semua yang dilakukan
7
BAB III
PEMBAHASAN NGT
A. Definisi NGT
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan
melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,
cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari
Lambung dengan cara disedot.
9
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada
beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang
NGT, seperti:
Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior
fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka
potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi
intracranial.
Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali
ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.
Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu
memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti
airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT.
Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai
kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan konstruksi
bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian
bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan
untuk menyerap kalori dan nutrisi.
10
Memungkinkan dukungan nutrisi melalui saluran gastrointestinal
Memungkinkan evakuasi isi lambung
Mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung
b. Perhatian :
Riwayat masalah sinus atau nasal ( infeksi, sumbatan, polip dll )
Kesadaran dan riwayat MCI
Refleks Vagal
Perdarahan karena prosedur yang agresif
Selang NGT masuk ke Trakea
Diharapkan pasien telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur
dan tujuan tindakan.
Pasien yang telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan
yang akan dilakukan pasien atau keluarga diharuskan menandatangani
informed consent.
c. Persiapan Alat :
1. Slang nasogastrik sesuai ukuran (ukuran 14-18 fr)
2. Pelumas/ jelly
3. Spuit berujung kateter 50 ml
4. Stetoskop
5. Lampu senter/ pen light
6. Klem
7. Handuk kecil
8. Tissue
9. Spatel lidah
10. Sarung tangan dispossible
11. Plester
12. Nierbekken
13. Bak instrumen
d. Pelaksanaan
1. Cuci tangan dan atur peralatan.
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Bantu pasien untuk posisi Fowler.
11
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri).
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui
satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung
yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau
lidi kapas. Periksa adakah infeksi dan lain-lain.
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
8. Gunakan sarung tangan.
9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
10. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang
hidung yang paling bersih.
11. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien
menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
12. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring,
instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
13. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung
di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara
upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam.
14. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka
mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase
lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang
dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika
terdengar gemuruh, fiksasi slang.
15. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung,
lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari
slang.
12
16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat
Digunakan untuk memfiksasi slang.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan Oksigenasi
13
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation.
http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-nasogastric-
tube.html.
http://bedahumum.com/bu/index.php?
option=com_content&view=article&id=26 :pemasangan-nasogastric-tube-
ngt&catid=3:artikel&Itemid=5.
Source : http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-nasogastrik-
ngt.htm
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 1.
Jakarta: EGC
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika
14