Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN

RUANG ASOKA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKRJO

“Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Dasar Profesi”

OLEH:

NUR OKTAFIANI

I4B021045

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel tubuh secara normal. Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari
kebutuhan fisiologis menurut hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen dalam
tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen berkurang maka akan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian (Maya 2017).
Terapi oksigen merupakan terapi yang umum digunakan pada praktik
klinis, yang tentunya diharapkan dapat memberikan efek perbaikan kondisi
atau mendukung proses penyembuhan. Terapi oksigen adalah pemberian
oksigen (O2) yang berasal dari sentral atau tabung oksigen. Pasien dengan
penyakit akut dan dalam pengobatan perioperatif termasuk kelompok pasien
yang seringkali menerima terapi ini (Hany et al. 2021).
B. Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk mendukung proses pembelajaran
mahasiswa, sehingga mahasiswa mampu:
1. Mengetahui definisi terapi oksigen
2. Mengetahui tujuan terapi oksigen
3. Mengetahui indikasi terapi oksigen
4. Mengetahui kontraindikasi terapi oksigen
5. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dari terapi oksigen
6. Mengetahui prosedur terapi oksigen
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Terapi oksigen adalah merupakan suatu intervensi medis berupa upaya
pengobatan dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau
memerbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar
tetap adekuat (Hidayah, Aulia & Nugraheni 2020).
B. Tujuan
Terapi oksigen dilakukan dengan tujuan:
1. Memenuhi kebutuhan oksigen pasien
2. Mencegah terjadinya hipoksia
3. Menurunkan kerja napas dan menurunkan kerja miokard
4. Mengatasi keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil analisis gas darah
C. Indikasi
Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan jaringan yang diikuti
gangguan metabolisme dan sebagai bentuk hipoksemia, secara umum pada
1. Kadar oksigen arteri (PaO2) menurun
2. Kerja pernapasan meningkat
3. Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
Indikasi Klinisnya:
1. Henti jantung paru
2. Gagal napas
3. Gagal jantung
4. Meningkatnya kebutuhan O2 (luka bakar, infeksi berat, multiple
trauma)
5. Keracunan CO
6. Post operasi
(Isworo et al. 2019).
D. Kontra Indikasi
1. Pasien dengan keterbatasan jalan napas yang berat dengan keluhan utama
dyspneu tetapi dengan PaO2 lebih atau sama dengan 60 mmHg dan tidak
memiliki hipoksia kronis.
2. Pasien yang tetap merokok karena kemungkinan prognosis yang buruk
dan dapat meningkatkan risiko kebakaran (Sudoyo et al 2009 dalam
Maya 2017).
E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Mengatur % fraksi O2 (%FiO2)
2. Mencegah akumulasi kelebihan CO2
3. Resistensi minimal untuk pernapasan
4. Efisiensi dan ekonomis dalam penggunaan O2
5. Diterima pasien PaO2 kurang dari 60 mmHg
(Isworo et al. 2019).
F. Prosedur Tindakan
1. Tahap pra interaksi:
a. Mengumpulkan data pasien dan membaca rekam medik pasien
b. Mencuci tangan
c. Persiapan alat:
- Kanul nasal/sungkup NRM dan RM
- Set alat oksigenasi
- Isi glass humidifier dengan air irigasi setinggi batas tertera
- Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/sentral oksigen
- Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar pengatur
konsentrasi O2
- Amati ada tidaknya gelembung udara dalam glass flow meter
2. Tahap orientasi:
a. Menemui pasien: memberikan salam, memastikan identitas pasien
b. Menanyakan keadaan dan keluhan saat ini
c. Menjelaskan tujuan, prosedur, dan lama waktu tindakan yang akan
dilakukan
d. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
3. Tahap kerja:
a. Menjaga privasi pasien (menutup tirai)
b. Mencuci tangan
c. Memulai tindakan dengan cara yang baik
d. Melakukan terapi oksigen:
1) Kateter nasal atau kanul nasal:
- Menghubungkan kateter nasal/kanul nasal dengan flow meter
- Alirkan oksigen sesuai indikasi
- Cek aliran kateter nasal/kanul nasal dengan menggunakan
punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
- Olesi ujung kanul nasal dengan gel sebelum digunakan pasien
- Pasang alat kateter nasal/kanul nasal pada pasien
- Tanyakan pada pasien apakah O2 telah mengalir sesuai yang
diinginkan
2) Simple Face Mask:
- Menghubungkan simpe face mask dengan flow meter
- Alirkan oksigen sesuai indikasi
- Cek aliran simple face mask dengan mendengarkan pada telinga
untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
- Pasang alat simple face mask pada pasien
- Tanyakan pada pasien apakah O2 telah mengalir sesuai yang
diinginkan
3) Sungkup muka kantong Non-Rebreathing (NRM)
- Menghubungkan sungkup muka NRM dengan flow meter
- Alirkan oksigen ke sungkup muka NRM 8-12 L/menit
- Cek aliran oksigen ke sungkup dengan cara menutup sungkup
dengan satu tangan dan amati aliran oksigen yang masuk ke
dalam kantong
- Pasang alat sungkup muka pada pasien
- Tanyakan pada pasien apakah O2 telah mengalir sesuai yang
diinginkan
4) Sungkup muka Partial Rebreathing:
- Menghubungkan sungkup muka partial rebreathing dengan flow
meter
- Alirkan oksigen ke sungkup dengan cara menutup sungkup
dengan satu tangan dan amati aliran oksigen yang masuk ke
dalam kantong
- Pasang alat sungkup muka partial rebreathing pada pasien
- Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai yang
diinginkan
4. Terminasi
a. Evaluasi perasaan pasien
b. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
d. Rapikan alat
e. Mencuci tangan
5. Dokumentasi
(Isworo et al. 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Hany, A., Ariningpraja, R.T., Dewi, D., Lestari, S., Lukitasari, M. & Sari, D.P.
2021, ‘Peningkatan Pengetahuan Perawat Tentang Terapi Oksigen Non-
Humidifier Melalui Nasal Kanul’, Jurnal Pengabdian Masyarakat, vol. 1,
no. 1, pp. 21–9.

Hidayah, N., Aulia, D. & Nugraheni, I. 2020, ‘Oxygen Therapy to Maitain


Haemodynamic Status in Patient with Acute Myocardial Infarction’, Journal
of Applied Health …, vol. 2, no. 1, pp. 34–8.

Isworo, A., Upoyo, A.S., Taufik, A., Sumeru, A. & Anam, A. 2019, Panduan
Praktikum: Keperawatan Medikal Bedah I, Universitas Jenderal Soedirman.

Maya, I.P.G.N. 2017, ‘Terapi Oksigen (O2)’, Fakultas Kedokteran Universitas


Udayana, pp. 2–28.

Anda mungkin juga menyukai