Anda di halaman 1dari 4

PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN (NASAL KANUL)

A. Tindakan yang dikerjakan : Pemasangan Oksigen (Nasal Kanul 4 liter/menit)


 Nama Pasien : Tn. A.M
 Tgl. Lahir : 05 Juli 1957
 Dx. Medis : Tumor paru kiri
 Tgl. Dilakukan: 13 Agustus 2019
B. Justifikasi tindakan dilakukan
Tindakan ini dilakukan guna untuk mempertahankan efektifitas kepatenan
jalan napas. Dimana pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri pada benjolan dileher,
pasien susah menelan. Pemberian terapi oksigen adalah tindakan memberikan oksigen
melalui saluran pernapasan dengan alat agar kebutuhan oksigen dalam tubuh
terpenuhi yang ditandai dengan peningkatan saturasi oksigen. Oksigen (O2)
merupakan komponen gas yang berperan dalam proses metabolism tubuh untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal.
C. Teori singkat tindakan
Pasien yang mengalami kesulitan ventilasi pada semua area paru mereka,
pasien yang pertukaran gasnya terganggu, atau penderita gagal jantung mungkin
memerlukan terapi oksigen untuk mencegah hipoksia. Terapi oksigen diresepkan oleh
dokter, yang mengatur konsentrasi dan metode pemberian dan aliran per menit.
Apabila oksigen yang diberikan merupakan upaya darurat, perawat dapat memulai
terapi.

Tujuan : Untuk mencegah atau mengatasi hipoksia dengan rincian sebagai berikut

1. Pemberian oksigen melalui nasal kanul merupakan pemberian oksigen dengan


konsentrasi rendah (24-45%) dengan kecepatan aliran 2-6 liter/menit
2. Pemberian oksigen melalui face mask merupakan pemberian oksigen dengan
konsentrasi dan kecepatan aliran dari nasal kanul (40-60%) pada 5-8 liter/menit.
Pemberian oksigen ini bertujuan untuk memepertahankan metabolisme dan
sebagai tindakan pengobatan.

Indikasi :

1. Pasien dengan kelumpuhan otot pernapasan


2. Pasien dengan narkose umum
3. Pasien dengan trauma paru
4. Pasien dengan hipoksemis/hipoksi

Persiapan alat :

1. Nasal kanul
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Cairan steril
5. Sumber oksigen dengan flowmeter
6. Plester

Prosedur tindakan :

1. Mengecek program terapi medic pasien


2. Mengucapkan salam terapiutik
3. Melakukan evaluasi/validasi
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topic)
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan
6. Mencuci tangan
7. Mempersiapkan alat
8. Mengkaji adnya tanda dan gejala hiposia dan secret pada jalan napas
9. Menentukan kebutuhan oksigen klien sesuai program medis
10. Memberikan oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada program medis dan
pastikan berfungsi dengan baik (selang tidak tertekuk, ada gelembung udara pada
humidifier, terasa oksigen keluar dari kanul/masker)
11. Meletakkan ujung kanul pada lubang hidung klien. Mengatur pita elastis atau
selang plastic kekepala atau kebawah dagu sampai kanul pas dan nyaman.
12. Cek kanul setiap 8 jam
13. Mempertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
14. Mengecek jumlah kecepatan cairan dan program terapi setiap 8 jam
15. Mengkaji membrane mukosa hidung dari adanya iritasi, dan memberi jelly untuk
melembabkan membran mukosa jika diperlukan
16. Mencuci tangan
17. Mengawasi respon klien
18. Merencanakan tindak lanjut
19. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat dan topic)
20. Mendokumentasikan tindakan dan respon klien
D. Hasil tindakan
Hasil dari tindakan pemberian oksigen melalui nasal kanul yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan oksigen klien dan mencegah terjadinya hipoksia sudah
tercapai. Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan tindakan ini yaitu respon
pasien, kebutuhan oksigen dan kecepatan aliran oksigen agar kebutuhan pasien
terpenuhi sesuai program medik. Hal lain yang sangat penting dilakukan dalam
tindakan ini yaitu mengecek apakah oksigen betul-betul ada keluar/terasa pada ujung
nasal kanul jangan sampai ada cairan yang ikut keluar bersama aliran oksigen. Jika
semua sudah dipastikan dalam kondisi baik atur posisi selang sampai kanul pas dan
nyaman kemudian fiksasi dengan plester.
E. Analisa tindakan
Pemberian terapi oksigen yang dilakukan di rumah sakit untuk persiapan alat
sudah sesuai dengan teori namun pada pelaksanaannya masih ada hal-hal yang kurang
diperhatikan terutama mengenai alat dan oksigen yang akan digunakan sebaiknya
dicek apa semua dalam kondisi baik dan siap pakai jangan sampai langsung
memberikan terapi tanpa mengecek ada tidaknya oksigen yang keluar pada ujung
nasal kanul, dan juga kebersihan humidifier harus diperhatikan karna kelembapan
udara yang terhumidifikasi secara kuat adekuat dapat mencegah terjadinya komplikasi
pernafasan.
Kemudian setelah oksigen terpasang petugas tidak lagi mengecek bagaimana
mukosa pada hidung, ada iritasi atau tidak dan pengecekkan juga tidak dilakukan tiap
8 jam seperti yang ada dalam SOP. Kemudian misalnya perawat lupa mengedukasi
keluarga pasien untuk tidak mengganti ukuran saturasi oksigen sendiri karna
terkadang pasien mengatur sendiri oksigennya karena alasan-alasan tertentu sehingga
apabila hal ini sering terjadi maka saturasi oksigen yang tinggi dapat menyebabkan
hipoventilasi sedangkan pemberian oksigen yang diberikan secara continue dengan
saturasi yang tinggi dapat menyebabkan toksisitas oksigen (Bahctiar,2015) .
Kemudian apabila air dalam humidifier kurang biasanya perawat kurang
memperhatikan kebersihannya sebelum humidifier ditambahkan air sedangkan
menurut penelitian Bakar, Yetti, & Handiyani (2017) mengemukakan bahwa air
dalam humidifier dapat berperan sebagai reservoir dalam pertumbuhan bakteri yang
dapat mengakibatkan infeksi nosokomial. Tabrani dalam Zukhri & Sukirno (2015)
dalam penelitiannya mengatakan bahwa humidifier adalah salah satu penyebab
infeksi.
F. Hambatan
Dalam tindakan ini yaitu saat perawat sudah mengatur pemberian terapi
oksigen dan meninggalkan pasien diruangannya terkadang ada keluarga yang
memutar-mutar humidifair, kadang mematikan atau bahkan menambah dosis
pemberian dalam semenit.
G. Kesimpulan dan saran
Hal yang perlu diperhatikan pada tindakan ini yaitu memperhatikan
kebersihan humidifier kemudian petugas harus selalu melakukan pengecekan secara
cermat terhadap kondisi pasien terutama pemberian terapi oksigen. Disamping itu
perawat harus menjelaskan kepada keluarga dampak positif dan negative dari
pemberian terapi oksigen untuk menghindari keluarga memutar-mutar humidifair.

Referensi

Arief, Bachtiar. (2015). Pelaksanaan Pemberian Terapi Oksigen Pada Pasien Gangguan
Sistem Pernafasan. Jurnal Penelitian. Poltekes Kemenkes. Malang
Bakar, A., Yetti, K., & Handiyani, H. (2017). Perbedaan Pertumbuhan Bakteri Di Humidifier
Dan Non Humidifier Pada Pasien Yang Mendapat Terpai Oksigen. Retrieved Maret
Senin, 2019, from https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:hyjNZEUV3CsJ:https://ejournal.unair.ac.id/JNERS/article/download/4988/32
30+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, &
praktik Ed.7. vol.2. Jakarta: EGC.
Tim Keperawatan Dasar (2019). Target Kompetensi Skill Praktik Keperawatan Dasar.
Makassar: Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai