Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ASKA RAHIM

NIM : 1611115970
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. EVIDENCE BASED PRACTICE 1

1. JUDUL :
 Penerapan Teknik Kompres Hangat Jahe Terhadap Pengendalian Level Nyeri
Dengan Kasis Rheumatoid Arthritis
2. PENELITIAN OLEH :
 Nurfatimah, Audina, & Kadar Ramadhan
3. TUJUAN PENELITIAN :
 Untuk menerapkan teknik kompres hangat terhadap pengendalian level nyeri
pada asuhan keperawatan gerontik dengan kasus rheumatoid arthritis.
4. METODE :
 Metode dalam penelitian ini yaitu studi kasus pada penderita rheumatoid
arthritis dengan tindakan asuhan keperawatan kompres hangat jahe untuk
mengendalikan level nyeri. Penelitian ini dilaksanakan di rumah Ny. H pada
tanggal 20 – 29 Juni 2018. Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan
adalah kompres hangat jahe untuk mengendalikan level nyeri.
 Cara pembuatan kompres hangat rebusan jahe ini dengan cara mencuci 5
rimpang jahe (±100 gram) dan iris tipistipis) setelah itu masukkan irisan jahe
ke dalam 1 liter air, rebus irisan jahe sampai air mendidih (1000 cc), tuang
rebusan jahe ke dalam baskom, tunggu hingga suhu rebusan jahe menjadi
hangat tanpa campuran air dingin (400 cc).
 Cara pemberian kompres hangat rebusan jahe yaitu dengan cara memasukkan
washlap atau handuk kecil ke dalam baskom rebusan jahe hangat. Peras
washlap atau handuk kecil sampai lembab dan kemudian tempelkan pada area
yang sakit hingga kehangatan washlap atau handuk kecil terasa berkurang.
Ulangi langkah tersebut ±15 menit.
 Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini meliputi wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan studi dokumentasi. Data yang telah
terkumpul dilakukan analisis untuk menetapkan masalah keperawatan yang
dialami klien, melakukan penerapan kompres hangat jahe serta mengevaluasi
keefektifan tindakan yang telah dilakukan dalam menurunkan nyeri. Penyajian
data dilakukan dalam bentuk narasi
5. HASIL YANG DIUKUR :
 Level nyeri
6. SAMPEL :
 Subyek dalam studi kasus ini adalah penderita rheumatoid arthritis.
 Gambaran Kasus :
Ny. H, lahir di Bone, umur 78 Tahun, jenis Kelamin perempuan, pendidikan
terakhir SMA, golongan darah B, Islam, menikah, tinggi badan 156 cm, berat
badan 48 Kg, penampilan rapi, dan beralamat di Dusun Patirobajo Kelurahan
Kasiguncu. Keluhan utama nyeri pada bagian lutut, nyeri bertambah saat
beraktivitas, nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk, nyeri dirasakan
pada bagian lutut, skala nyeri 6, nyeri dirasakan selama 20 menit. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
GCS E:4, M:6, V:5, Tekanan darah 170/80 mmHg, nadi 68x/menit, respirasi
16x/menit, suhu 0 36,2 C.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari bentuk kepala
brachiocepalus, tidak terdapat trauma pada kepala, tidak terdapat luka dan lesi
pada kepala, tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan, mata simetris kiri
dan kanan, tidak terdapat strabismus, penglihatan kurang baik, pandangan
kabur, dan tidak ada nyeri tekan. Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
serumen, pendengaran baik, tidak terdapat nyeri tekan. Hidung simetris kiri
dan kanan, tidak terdapat sekret, masih mampu membedakan bau, tidak
terdapat nyeri tekan, leher tidak terdapat kekakuan, tidak terdapat
benjolan/massa, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada nyeri
tekan. Dada simetris kiri dan kanan, tidak terlihat penggunaan otot bantu
pernapasan, bentuk dada normal chest, pada perkusi paru suara napas sonor,
dan pada auskultasi suara nafas vesikuler, tidak terdapat nyeri tekan. Abdomen
tampak tidak ada lesi, tidak ada benjolan, bising usus 10x/menit, perkusi
terdengar tympani, dan tidak terdapat nyeri tekan. Ekstremitas atas dan bawah
kedua kaki dan tangan Ny. H tampak sejajar dan sama besar, kemampuan
mengubah posisi baik, pergerakan kedua tangan dan kaki baik, kekuatan otot
baik, tetapi lutut bagian kiri terasa nyeri dan kesemutan, nyeri dirasakan akibat
beraktivitas, nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk, nyeri dirasakan
pada bagian persendian lutut, skala nyeri 6, dan durasinya 20 menit. Genitalia
BAK 5-6 kali sehari, BAB 2 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan, tidak sakit saat BAK dan BAB, bau urin khas amoniak. Sistem
persyarafan tidak ada cedera kepala, tidak ada
7. HASIL :
 Setelah Ny. H diberikan kompres hangat jahe intensitas nyeri Ny. H menjadi
menurun karena efek kompres hangat jahe dapat merelaksasikan otot,
menghambat terjadinya inflamasi, memberi perasaan nyaman, merangsang
pengeluaran endhorpins dan antirematik (Margono, 2016).
8. KESIMPULAN :
 Pemberian terapi kompres hangat jahe dengan 3 kali pemberian pada pagi hari
selama 1 minggu dalam waktu 20 menit dapat menurunkan nyeri lutut yang
dirasakan Ny. H karena jahe memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi dan
efek panas yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan dapat menurunkan
sensasi nyeri
9. ANALISIS KETERKAITAN HASIL PENELITIAN DALAM MENYELESAIKAN
PERMASALAHAN KASUS
 Pada kasus Ny. H dipaparkan bahwa beliau mengalami nyeri pada bagian lutut
sehingga diangkat diagnosa keperawatan nyeri akut. Untuk mengatasi nyeri
akut pada Ny. H peneliti melakukan terapi kompres hangat jahe. Disebutkan
bahwa Kandungan enzim siklo-oksigenasi pada air kompres jahe hangat
berkhasiat mengurangi peradangan pada penderita rheumatoid arthritis
(Rahmawati, 2016), selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa
panas dan pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan
spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat yang
maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah aplikasi panas. Efek
panas pada jahe inilah yang dapat meredakan nyeri, kaku dan spasme otot pada
rheumatoid arthritis. Jahe juga banyak mempunyai kandungan seperti minyak
atsiri, oleoresin dan pati sehingga dapat untuk menyembuhkan tubuh (Pairul,
Susianti, & Nasution, 2017), selain itu jahe banyak mempunyai khasiat seperti
antihelmintik (Ramadhani, 2016).
 Hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Patirobajo di kelurahan Kasiguncu
pada Ny. H setelah dilakukan pemberian terapi kompres hangat jahe selama 1
minggu dengan 3 kali pemberian terapi kompres hangat jahe menunjukkan
perubahan yang signifikan, Ny. H mengatakan sebelum diberikan kompres
hangat jahe klien merasakan nyeri dengan skala nyeri 6, tetapi setelah
pemberian 3 kali terapi kompres hangat klien merasakan nyerinya sudah tidak
ada dan dapat berjalan secara normal. Sebelumnya Ny. H jarang atau bahkan
belum pernah melakukan terapi pengobatan nyeri sendi rhematoid dengan
menggunakan kompres hangat jahe, Ny. H hanya mengandalkan obat-obatan
medis seperti natrium diklofenak, sehingga ada kalanya Ny. H tidak
mengkonsumsi obatobatan medis tersebut karena merasa bosan dan malas
untuk terus mengkonsumsi obat tersebut. Setelah Ny. H diberikan kompres
hangat jahe intensitas nyeri Ny. H menjadi menurun karena efek kompres
hangat jahe dapat merelaksasikan otot, menghambat terjadinya inflamasi,
memberi perasaan nyaman, merangsang pengeluaran endhorpins dan
antirematik (Margono, 2016). Sehingga terapi komrpes hangat jahe menjadi
salah satu terapi non farmakologis untuk menurunkan nyeri pada penderita
rheumatoid arthritis.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. Definisi
Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk
mengurangi nyeri rheumatoid arthritis. Kandungan enzim siklo-oksigenasi pada
kompres jahe hangat dapat mengurangi peradangan pada penderita artritis rheumatoid.
Jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas yang dapat meredakan
rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat
yang baik akan tercapai dalam waktu 30 menit sesudah pengopresan (Bachtiar, 2015).
2. Tujuan
Untuk mengurangi rasa nyeri, kaku dan spasme otot serta mengurangi peradangan pada
penderita artritis rheumatoid.
3. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
• Alat:
1) Format Asuhan Keperawatan
2) Bolpoint
3) Washlap/Handuk Kecil
4) Wadah/Mangkok
• Bahan:
1) Jahe 5 Rimpang
2) Air mendidih 1000cc
4. Prosedur yang dilakukan
a. Tahap Pra Interaksi
1) Melakukan validasi data.
2) Mencuci tangan.
3) Menjaga privasi pasien.
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menyapa pasien dengan panggilan
kesukaan.
2) Menjelaskan tindakan, tujuan dan prosedur tindakan.
3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
4) Meracik pembuatan kompres hangat dengan rebusan jahe
c. Tahap Kerja
1) Memasang sampiran atau menjaga privasi pasien.
2) Memakai APD jika diperlukan seperti handscoon
3) Memposisikan pasien berbaring datar ataupun semi flowler pada tempat
tidur pasien
4) Mulai mengompres selama kurang lebih 15 menit pada area yang nyeri.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
2) Menawarkan diskusi tanya jawab
3) Kontrak waktu selanjutnya
4) Pamit kepada pasien dan membereskan alat
5) Cuci Tangan
e. Dokumentasi
1) Nama Perawat.
2) Waktu Tindakan.
3) Tindakan yang telah dilakukan.
4) Respon Pasien.
5) Tanda tangan perawat.
B. EVIDENCE BASED PRACTICE 2

1. JUDUL :
 Stimulasi Kutaneus (Foot Massage) Menurunkan Skala Nyeri Pasien Lansia
Dengan Rheumatoid Arthritis.
2. PENELITIAN OLEH :
 Rizki Muliani, Tuti Suprapti, & Siti Nurkhotimah
3. TUJUAN PENELITIAN :
 untuk mengetahui pengaruh stimulasi kutaneus(foot massage) terhadap skala
nyeri pada lansia dengan rheumatoid arthritis.
4. METODE :
 Metode penelitian menggunakan pre eksperimen dengan pendekatan one
grouppretest posttest dengan sampel menggunakan purposive sampling. Adapun
kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini adalah Lansia dengan tingkat nyeri
ringan dan sedang, belum mengkonsumsi obat analgesik dan yang sudah
mengkonsumsi obat analgesik setelah 2 jam, usia > 60 tahun, tidak mengalami
penurunan fungsi kognitif dan mental, tidak memiliki luka terbuka atau kerusakan
pada kaki.
 Instrument yang digunakan untuk mengukur nyeri menggunakan kuesioner skala
Numeric Rating Scale (NRS) dan untuk massage menggunakan prosedur kerja
Foot Massage Pengukuran skala nyeri dilakukan sebelum dilakukan massage,
kemudian dilakukan foot massage 1 kali sehari pada pagi hari dengan durasi 20
menit selama 5 hari berturut-turut. Setelah foot massage hari ke 5 dilakukan post
test untuk mengukur skala nyeri setelah dilakukan foot massage.
 Analisa data menggunakan Wilcoxon sign rank test, karena hasil uji normalitas
data menggunakan Shapiro wilk, didapatkan hasil pre test 0.000 dan post test
0.000 yang artinya data tidak berdistrusi normal.
5. HASIL YANG DIUKUR :
 Intensitas nyeri
6. SAMPEL :
 Sampel dalam penelitian ini berjumlah 22 lansia.
7. HASIL :
 diketahui bahwa lansia yang mengalami rheumatoid arthritis sebelum dilakukan
foot massage mengalami nyeri sedang (59,1%), dan sesudah dilakukan foot
massage sebagian (59,1 %) lansia mengalami nyeri ringan.
 Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sign rank test didapatkan bahwa diperoleh p-value
(0.000) < 0.05 artinya ada pengaruh skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
foot massage.
8. KESIMPULAN :
 Stimulasi kutaneus (foot massage) ada pengaruh terhadap skala nyeri pada lansia
dengan rheumatoid arthritis.
9. ANALISIS KETERKAITAN HASIL PENELITIAN DALAM MENYELESAIKAN
PERMASALAHAN KASUS
 Foot massage mampu memberikan efek relaksasi yang mendalam, mengurangi
rasa sakit, ketidaknyamanan secara fisik, dan meningkatkan tidur pada
seseseorang. Foot massage dapat memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri
karena pijatan yang diberikan menghasilkan stimulus yang lebih cepat sampai ke
otak dibandingkan dengan rasa sakit yang dirasakan, sehingga meningkatan
sekresi serotonin dan dopamin. Sedangkan efek pijatan merangsang pengeluaran
endorfin, sehingga membuat tubuh terasa rileks karena aktifitas saraf simpatis
menurun.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

5. Definisi
Stimulasi kutaneus merupakan stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan
nyeri, bekerja dengan cara mendorong pelepasan endorphin, sehingga memblok
transmisi stimulus nyeri.
6. Tujuan
Untuk mengurangi nyeri pada rheumatoid arthritis.
7. Alat dan Bahan yang dibutuhkan
• Alat:
1) Lembar observasi Numeric Rating Scale (NRS)
2) Bolpoint
8. Prosedur yang dilakukan
f. Tahap Pra Interaksi
1) Melakukan validasi data.
2) Mencuci tangan.
3) Menjaga privasi pasien.
g. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik dan menyapa pasien dengan panggilan
kesukaan.
2) Menjelaskan tindakan, tujuan dan prosedur tindakan.
3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
h. Tahap Kerja
1) Memasang sampiran atau menjaga privasi pasien.
2) Memakai APD jika diperlukan seperti handscoon
3) Memposisikan pasien berbaring datar ataupun semi flowler pada tempat
tidur pasien dan menyamankan posisi pasien
4) Mulai melakukan foot massage
i. Tahap Terminasi
1) Evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
2) Menawarkan diskusi tanya jawab
3) Kontrak waktu selanjutnya
4) Pamit kepada pasien dan membereskan alat
5) Cuci Tangan
j. Dokumentasi
1) Nama Perawat.
2) Waktu Tindakan.
3) Tindakan yang telah dilakukan.
4) Respon Pasien.
5) Tanda tangan perawat

Anda mungkin juga menyukai