Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN EVIDANCE BASED PRACTICE

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

KMB/KGD

Nama : Velisia Dwi Puspita Ardi

NIM : 1611116179

“Rheumatoid Artritis”

1. Judul Penelitian : Model Analisis Terapi Jamu Sebagai Komplementer Terhadap


Perbaikan Keluhan Pada Pasien Artritis
2. Penelitian oleh : Siti Nur Hasanah dan Lucie Widowati
3. Tujuan penelitian : untuk menggambarkan perubahan gejala sebelum dan sesudah
terapi jamu Sebagai Komplementer Terhadap Perbaikan Keluhan Pada Pasien Artritis
4. Metode : penelitian observasi, purposif dan deskriptif
5. Hasil yang diukur : Terapi Jamu Sebagai Komplementer Terhadap Perbaikan
Keluhan Pada Pasien Artritis
6. Hasil : Persentase perubahan yang dicatat yaitu pada responden yang
mengalami perubahan 100% (artinya setelah mendapat terapi, gejala neurologi yang
dialami mengalami perbaikan, dari “ada” menjadi “tidak ada” keluhan). Sebanyak 23 dari
63 pasien mengalami keluhan pada gejala umum, dan 14 pasien diantaranya (61%)
mengalami perbaikan pada akhir terapi. Sejumlah 47 dari 63 pasien mengalami keluhan
neurologi, dan 19 pasien di antaranya (40%) mengalami perbaikan pada akhir terapi. Selain
itu sejumlah 61 dari 63 pasien mengalami keluhan muskuloskeletal, dan 20 pasien
diantaranya (33%) mengalami perbaikan pada akhir terapi. Perubahan pasca terapi yang
terjadi adalah perbaikan, berupa hilangnya gejala penyakit. Gejala klinis yang paling
banyak menghilang saat follow up yaitu gejala sistem neurologis (33%), sistem
muskuloskeletal (31%), dan tak kalah pentingnya yaitu gejala umum (23%), karena 3 dari
4 gejala umum (tidak nafsu makan, letih, dan penurunan berat badan) merupakan gejala
yang paling sering ditemui pada penderita rematoid artritis. Meskipun demikian perbaikan
gejala klinis ini belum bisa dipastikan semata-mata karena efek terapi jamu saja, karena
selain jamu digunakan pula terapi konvensional lainnya. Ditemukan pula peningkatan
Quality of Life (QoL) derajat “baik” sebelum terapi (36%) dan menjadi 79% pada masa
sesudah terapi.
7. Kesimpulan : Perubahan yang terjadi adalah perubahan ke arah perbaikan,
berupa hilangnya gejala penyakit. Gejala klinis yang paling banyak hilang pada anamnesa
gejala saat follow up yaitu pada sistem neurologis (33%) dan sistem muskuloskeletal
(31%). Tak kalah pentingnya adalah perbaikan gejala umum (23%), karena 3 dari 4 gejala
umum (tidak nafsu makan, letih, dan penurunan berat badan) merupakan gejala yang
paling sering ditemui pada penderita rematoid artritis. Meskipun demikian perbaikan gejala
klinis ini belum bisa dipastikan semata-mata karena efek terapi jamu saja, karena selain
jamu digunakan pula terapi konvesional lainnya.
8. Analisis keterkaitan hasil penelitian dalam menyelesaikan permasalah kasus :
Secara umum, terapi konvensional yang digunakan pada penelitian ini sudah sesuai dengan
buku saku rematoid artritis dari Dirjen Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI, yaitu bertujuan menghentikan serangan akut, mencegah
serangan kembali dari gout artritis, serta mencegah komplikasi yang berkaitan dengan
deposit kristal asam urat kronis di jaringan.
Format SOP

1. Definisi Tindakan
Terapi jamu adalah terapi komplementer untuk mengurai gejala pada penyakit.
2. Tujuan Tindakan
untuk mengurangi keluhan gejala pada penyakit rheumatoid artritis
3. Alat dan Bahan dibutuhkan:
a. 2-3 ruas kunyit
b. Air bersih untuk mencuci
c. Parutan
d. saringan
e. gelas
4. Prosedur yang dilakukan
No. Kegiatan
1. Tahap pra interaksi
• Mengecek catatan medis
• Memvalidasi perasaan perawat
• Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
• Memberi salam
• Memperkenalkan diri, memvalidasi pasien, menanyakan
keadaan pasien
• Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
• Memberikan kesempatan pada orang tua pasien untuk
bertanya.
3. Tahap Kerja
a. Ambil beberapa ruas kunyi (sebesar 2 ruas jari)
b. Cuci sampai bersih dan kupas kulit arinya
c. Parut dan peras airnya
d. Tambahkan 1 gelas air matang
e. Minum perasan kunyit tersebut secara rutin 2 kali sehari
sebelum sarapan dan sebelum tidur
4. Tahap Terminasi
• Evaluasi tindakan
• Evaluasi posisi yang ditetapkan
• Evaluasi kenyamanan pasien
• Mengontak waktu untuk pertemuannya berikutnya
• Mencuci tangan
5. Domentasi
• Tindakan dalam catatan keperawatan
• Nama dan paraf perawatan

LAPORAN EVIDANCE BASED PRACTICE


PROGRAM STUDI PROFESI NERS

KMB/KGD

Nama : Velisia Dwi Puspita Ardi

NIM : 1611116179

“Rheumatoid Artritis”

1. Judul Penelitian : Penerapan Teknik Kompres Hangat Jahe Terhadap Pengendalian


Level Nyeri Dengan Kasus Rheumatoid Artritis
2. Penelitian oleh : Nurfatimah, Audina, Kadar Ramadhan
3. Tujuan penelitian : untuk menerapkan teknik kompres hangat terhadap pengendalian
level nyeri pada asuhan keperawatan gerontik dengan kasus rheumatoid arthritis.
4. Metode : Metode dalam penelitian ini yaitu studi kasus pada penderita
rheumatoid arthritis dengan tindakan penerapan teknik kompres hangat jahe untuk
mengendalikan level nyeri.
5. Hasil yang diukur : Teknik Kompres Hangat Jahe Terhadap Pengendalian Level
Nyeri
6. Hasil : Hasil terdapat pengaruh kompres hangat jahe dalam menurunkan
nyeri rheumathoid arthritis dari skala 6 menjadi skala 3. Terapi kompres hangat jahe
dengan 3 kali pemberian pada pagi hari selama 1 minggu dalam waktu 20 menit dapat
menurunkan nyeri lutut. Kesimpulan pemberian terapi kompres hangat jahe dengan 3 kali
pemberian selama 1 minggu dalam waktu 20 menit dapat menurunkan nyeri lutut.
7. Kesimpulan : Berdasarkan data penelitian yang telah diperoleh, kompres jahe
terlihat memiliki pengaruh dalam mengurangi intensitas nyeri rheumathoid arthritis dimana
Ny. H mengalami penurunan intensitas nyeri setelah perlakuan kompres jahe selama 20
menit. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian terapi kompres hangat jahe dengan
3 kali pemberian pada pagi hari selama 1 minggu dalam waktu 20 menit dapat menurunkan
nyeri lutut yang dirasakan Ny. H karena jahe memiliki kandungan enzim siklo-oksigenasi
dan efek panas yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan dapat menurunkan sensasi nyeri.
8. Analisis keterkaitan hasil penelitian dalam menyelesaikan permasalah kasus :
Adapun efek analgesik kompres hangat jahe berhubungan dengan unsurunsur yang
terkandung dalam jahe. Senyawa-senyawa gingerol, shogaol, zingerole (heptanoids dan
derivat) terutama paradol diketahui dapat menghambat siklooksigenasi sehingga terjadi
penurunan pembentukan atau biosintesis dari prostaglandin yang menyebabkan
berkurangnya rasa nyeri (Hernani & Winarti, 2010).

Format SOP

1. Definisi Tindakan
Terapi kompres air hangat jahe adalah terapi non farmakologi dengan menggunakan
kompres air hangat di campur jahe untuk menggurangi nyeri.
2. Tujuan Tindakan
untuk mengurangi skala nyeri pada pasien rheumatoid artritis
3. Alat dan Bahan dibutuhkan:
a. Cara pembuatan kompres hangat rebusan jahe ini dengan cara mencuci 5 rimpang
jahe (±100 gram) dan iris tipistipis) setelah itu masukkan irisan jahe ke dalam 1
liter air, rebus irisan jahe sampai air mendidih (1000 cc), tuang rebusan jahe ke
dalam baskom, tunggu hingga suhu rebusan jahe menjadi hangat tanpa campuran
air dingin (400 cc).
b. Washlap 2 buah
c. Baskom
4. Prosedur yang dilakukan
No. Kegiatan
1. Tahap pra interaksi
• Mengecek catatan medis
• Memvalidasi perasaan perawat
• Menyiapkan alat
2. Tahap orientasi
• Memberi salam
• Memperkenalkan diri, memvalidasi pasien, menanyakan
keadaan pasien
• Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
• Memberikan kesempatan pada orang tua pasien untuk
bertanya.
3. Tahap Kerja
d. memasukkan washlap atau handuk kecil ke dalam baskom
rebusan jahe hangat.
e. Peras washlap atau handuk kecil sampai lembab dan
kemudian tempelkan pada area yang sakit hingga
kehangatan washlap atau handuk kecil terasa berkurang.
f. Ulangi langkah tersebut ±15 menit.
4. Tahap Terminasi
• Evaluasi tindakan
• Evaluasi posisi yang ditetapkan
• Evaluasi kenyamanan pasien
• Mengontak waktu untuk pertemuannya berikutnya
• Mencuci tangan
5. Domentasi
• Tindakan dalam catatan keperawatan
• Nama dan paraf perawatan

Anda mungkin juga menyukai