Anda di halaman 1dari 23

MK.

Keperawatan Komunitas

TUGAS INDIVIDU
RESUME JURNAL TERKAIT EFEKTIVITAS RELAKSASI
OTOT PROGRESIF TERHADAP KADAR GULA DARAH

Dosen Pembimbing :
Ns. Abdurrahahman Hamid, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh :
Widya Aprilia Ningsih
19031035
19 A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan resume jurnal terapi tradisional.

Penulis tentu menyadari bahwa resume ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Bapak Ns. Abdurrahahman Hamid, M.Kep., Sp.Kep.Kom. yang telah
membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 11 November 2021


Penulis
RESUME JURNAL TRADISIONAL

Judul Efektivitas relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah: Penelitian
quasi eksperimen pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 usia produktif
Volume Volume 02 Nomor 2.
Tahun 2020
Penulis Rini Meilani, Fauzan Alfikrie, Aryanto Purnomo
Reviewer Widya Aprilia Ningsih
Tanggal 12 November 2021
Latar Belakang Penyakit diabetes melitus merupakan ancaman kesehatan secara global.
Prevalensi global penderita diabetes melitus pada tahun 2017 mencapai
371 juta orang (IDF, 2017). Dan sekitar 90-95% dari mereka menderita
diabetes tipe 2 (WHO, 2019). Indonesia merupakan negara di urutan ke-6
dengan jumlah penderita diabetes mencapai 10,3 juta orang (IDF, 2017).
Tidak jauh berbeda dengan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) juga
menunjukan peningkatan kejadian penyakit diabetes dari 6,9% tahun 2013
menjadi 8,5% tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit ditandai dengan adanya
hiperglikemia akibat sekresi insulin yang tidak memadai (Shah & Vella,
2016). Penyakit ini terus berkembang seiring dengan peningkatan resiko
terjadinya diabetes seperti gaya hidup yang kurang aktif, pola makan yang
tidak sehat (Fareed, et al 2017), obesitas, konsumsi alkohol, genetik dan
merokok (Wu, et al 2014). Kontribusi dari berbagai faktor menyebabkan
kadar gula darah meningkat dan berpotensi mengembangkan berbagai
jenis penyakit seperti penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab
utama mordibitas dan mortalitas pada pasien (Zheng, et al 2018).
Sulitnya mengendalikan kada gula darah merupakan masalah yang dialami
setiap penyandang diabetes melitus tipe 2. Beberapa alasan penyebab
tidak terkendalinya kadar gula darah seperti pasien tidak mau olah raga,
diit yang buruk dan lalai dalam pengobatan (Dewi, 2013).
Tujuan Penelitian Untuk menggambarkan manfat relaksasi otot progresif dalam
menurunkan kadar gula darah
Metode Penelitian Penelitian quasi experiment pre test and post test with control group
design. Sebanyak 24 responden yang dibagi menjadi dua kelompok (12
intervensi yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dan 12 kontrol).
Sampel penelitian dipilih secara porpusive berdasarkan kriteria yaitu
pasien diabetes melitus tipe 2 usia produktif (15-64 tahun), tidak terdapat
komplikasi seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, penyakit
gagal ginjal, hipertensi, atau penyakit ulkus diabetikum dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan sebelum menjalani terapi. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret- Juni 2019 di Kelurahan Kota Baru
Kecamatan Pontianak Selatan. Instrumen yang digunakan berupa alat
pengecekan kadar gula darah sewaktu, lembar observasi gula darah
sebelum dan setelah terapi.
Hasil Penelitian Rata-rata kadar gula darah sewaktu sebelum diberikan terapi relaksasi
otot progresif pada kelompok intervensi yaitu 240,5 mg/dl, rata-rata
setelah diberikan terapi kelompok intervensi yaitu 195,0 mg/dl. Rata-
rata nilai kadar gula darah sebelum perlakuan kelompok kotrol yaitu
209,5 mg/dl dan rata-rata setelah perlakuan kelompok kontrol yaitu 210,9
mg/dl. Hasil analisis juga menunjukan perbedaan yang signifikan
sebelum dan setelah diberikan terapi pada kelompok intervensi.
Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu sebelum dan setelah
diberikan terapi relaksasi otot porgresif yaitu berkurang sebesar 45,0
mg/dl. Sedangkan pada kelompok kontrol terjadi kenaikan kadar gula
darah sebesar 1,41 mg/dl.
Hasil penelitian juga menunjukan perbedaan pada kedua kelompok
setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif.
Kesimpulan Terapi relaksasi otot progresif yang dilakukan oleh penderita DMT2
berpengaruh pada penurunan kadar gula darah sewaktu. Aktivitas fisik
dapat mempengaruhi nilai kadar gula darah sewaktu dan dikendalikan
dengan melakukan latihan jasmani (terapi relaksasi otot progresif) secara
teratur dan kontinu karena pada saat istirahat ambilan glukosa oleh otot
jaringan membutuhkan insulin sedangkan pada otot aktif walaupun
terjadi peningkatan kepekaan dan perubahan permeabilitas membran sel
pada saat melakukan aktivitas terapi relaksasi otot progresif.
Kelebihan Jurnal Kelebihan dalam jurnal ini menggunakan bahasa yang sederhana
sehingga akan mudah untuk di pahami oleh para pembaca. Dan hasil
penelitian setelah dilakukan uji analisis disimpulkan bahwa pada
kelompok kontrol terdapat adanya perubahan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

A. Topik : Terapi Relaksasi Progresif (Materi Terlampir)

B. Sub Topik : Terapi Relaksasi Progresif

1) Pengertian terapi relaksasi progresif

2) Tujuan terapi relaksasi progresif

3) Patofisiologi terapi relaksasi progresif

4) Langkah-langkah terapi relaksasi progresif


C. Tujuan Penyuluhan :

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penjelasan tentang terapi relaksasi progresif


diharapkan mampu mengaplikasikannya.
2. Tujuan Khusus

Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, peserta penyuluhan dapat:

1. Menjelaskan tentang pengertian terapi relaksasi progresif

2. Menjelaskan tentang tujuan terapi relaksasi progresif

3. Menjelaskan patofisiologi terapi relaksasi progresif

4. Mangaplikasikan terapi relaksasi progresif dalam kehidupan sehari-hari

D. Perencanaa Penyuluhan

Waktu : 08.00-10.00 WIB

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 November 2021


Tempat : Kelurahan Airtiris, Kampar

Sasaran : Warga Kelurahan Airtiris

Metode : Ceramah, demonstrasi dan diskusi

Media : PPT dan Leaflet


E. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan PJ
1. Pembukaan 5 menit Pada saat ini terapis melakukan : Moderator
1. Memberi salam terapeutik : salam
mulai dari terapis
2. Memperkenalkan nama dan
panggilan terapis.
3. Evaluasi/Validasi : menanyakan
perasaan lansia saat ini
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Kontrak waktu
6. Menjelaskan aturan :
a. Jika ada lansia yang akan
meninggalkan kelompok harus
minta ijin kepada terapis
b. Lama kegiatan 30 menit
c. Setiap lansia mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir
d. Jika peserta merasa kurang jelas
dengan penjelaskan leader, dapat
menanyakan kepada leader
dengan menunjuk tangan terlebih
dahulu.
Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum
kegiatan berlangsung.
2. Isi 35 menit 1. Memberi penjelasan dan simulasi Pemateri
2. Melakukan terapi relaksasi
progresif bersama-sama dengan
mahasiswa dengan menggunakan
musik
3. Penutup 10 menit 1. Evaluasi Moderator
a. Menanyakan perasaan lansia
setelah mengikuti kegiatan.
b. Memberikan pujian atas
keberhasilan lansia.
c. Menanyakan apabila ada
pertanyaan dari lansia, jika tidak
ada maka moderator yang akan
memberikan pertanyaan pada
lansia
2. Rencana tindak lanjut
a. Terapis meminta lansia dan
petugas untuk mengulang hal
yang telah dipelajari secara
mandiri
b. Memasukan dalam jadwal
kegiatan harian panti
3. Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan
mengingatkan kepada lansia untuk
melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan.

F. Pengorganisasian
1. Pemateri : Widya Aprilia Ningsih
2. Pembawa Acara : Muhammad Alfarichan
3. Moderator : Nisa Hidayah
4. Fasilitator : Mahasiswa Profesi Ners STIKes Hang Tuah
5. Observer : Lydia Prastika, Reza Kurniawan, Ardiansyah
6. Notulen : Liza Ermita
7. Dokumentasi : Ari Rinaldo
8. Konsumsi : Indah Maika Yuandri
9. Operator : Rice Pertiwi Fitri
10. Instruktur : Muhammad Farid, Zakiyah Resha Ningsih, Pipit Yuliani

Setting Tempat
Keterangan :

: Audience

: Pemateri : Notulen : Operator

: Pembawa Acara : Time Kiper : Instruktur

: Moderator : Observer : Dokumentasi

: Fasilitator : Konsumsi : Pemeriksaan Kesehatan

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Semua peserta hadir dalam kegiatan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners STIKes Hang Tuah
Pekanbaru
c. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung.
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
pemateri.
c. Jumlah peserta minimal ½ atau sebagian dari seluruh total lansia di Kelurahan Airtiris
MATERI

TERAPI RELAKSASI PROGRESIF

A. Pengertian Terapi Relaksasi Progresif

Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan
mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Purwanto, 2013).

Teknik relaksasi progresif adalah suatu gerakan menegangkan dan melepaskan secara berurutan 10
kelompok otot tubuh, dimulai dari kelompok otot paha dan kaki, pergelangan tangan, lengan bawah,
lengan atas perut, dada, punggung, bahu, leher, dan wajah. Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan
perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Kusyati, 2010).
B. Tujuan Terapi Relaksasi Progresif

Tujuan terapi relaksasi progresif menurut Gunarsa (2007) yaitu :


1. Berkurangnya ketegangan otot
2. Berkurangnya perasaan bergelora secara kefaalan
3. Berkurangnya perasaan cemas dan emosi lain yang bergelora
4. Berkurangnya kekhawatiran
5. Mengurangi masala-masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, sakit kepala,
insomnia
6. Mengurangi tingkat kecemasan
7. Mengurangi kelelahan aktifitas mental dan atau latihan fisik

Relaksasi progresif dapat memberikan beberapa dampak positif bagi masusia di antaranya adalah
menurunkan stress, seperti yang kita ketahui stres merupakan salah satu penyebap terjadinya tekanan
darah tinggi atau hipertensi, dengan menurunkan tingkat stress seseorang, itu artinya mencegah penyebap
teradinya hipertensi berkelanjutan. Relaksasi progresif dapat menurunkan nyeri punggung yang
dirasakan oleh penderita hipertensi dengan cara merilekskan otot punggung pada responden. Relaksasi
progresif dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan penderita hipertensi sehingga penderita dapat
mengurangi tingkat kecemasan dengan perasaan rileks. Relaksasi progresif dapat menurunkan tekanan
darah dengan melatih beberapa otot termasuk otot jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah
keseluruh tubuh, dapat menurunkan kerja jantung dan merilekskan otot-otot yang tegang termasuk
pembuluh darah yang mengalami penyempitan. Teknik relaksasi progresif juga dapat mengatasi masalah
tidur mengatasai mual dan muntah melemaskan otot-otot tubuh yang tegang meningkatkan kesegaran
dan daya tahan tubuh mencegah kekambuhan penyakit yang disebapkan oleh stress (Kusyati, 2010).
C. Patofisiologi Terapi Relaksasi Progresif

Relaksasi progresif juga mampu menurunkan tingkat stress pada lansia. Manajemen stres dengan
teknik relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem
saraf simpatis dan parasimpatis. Selain itu juga, ketika otot-otot sudah dirilekskan maka akan
menormalkan kembali fungsi-fungsi organ tubuh. Setelah seseorang melakukan relaksasi dapat membantu
tubuhnya menjadi rileks, dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik (Safira dan
Saputra, 2009). Relaksasi otot progresif ini digunakan untuk melawan rasa cemas, stres, atau tegang.
Dengan menegangkan dan melemaskan beberapa kelompok otot dan membedakan sensasi tegang dan
rileks, seseorang bisa menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa rileks (Soewondo, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Safitri dan Agustin (2015) bahwa relaksasi progresif mampu
mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan
untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk
memasuki fase tidur awal. Terapi relaksasi progresif yang dikombinasikan dengan teknik pernapasan,
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut
mampu memberikan pijatan pada jantung yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma,
membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran darah
ke seluruh tubuh. Peningkatan oksigen dan nutrisi dalam otak akan merangsang peningkatan sekresi
serotonin sehingga tubuh menjadi tenang dan lebih mudah tidur. Selain itu, kondisi tubuh yang rileks
dapat memicu bekerjanya otak untuk menghasilkan endogenous morphin yang merupakan suatu zat
penenang yang cara bekerjanya seperti efek morphin.

Tingkat stress pun mampu maningkatkan tekanan darah. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,
murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut dan rasa bersalah), dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepas hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (Saputri, 2010). Dengan adanya terapi relaksasi
progresif maka akan menurunkan stress pada lansia sehingga tekanan darah pun kembali normal.
D. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Relaksasi Progresif

Indikasi dan kontraindikasi terapi relaksasi progresif menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011)
yaitu :
1. Indikasi
a. Lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia)
b. Lansia yang sering mengalami stress
c. Lansia yang mengalami kecemasan
d. Lansia yang mengalami depresi
2. Kontraindikasi
a. Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakkan
badannya.
b. Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
E. Langkah-langkah Terapi Relaksasi Progresif

Berikut langkah-langkah terapi relaksasi progresif menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) :

Rekomendasi : Terapi relaksasi progresif dilakukan dengan durasi 30-45 menit, dengan
frekuensi 1 kali per hari.

Persiapan : 1. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau dengan posisi duduk
dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri

2. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu

3. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat
ketat.

4. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri


sendiri.

Prosedur :
1. Melatih Otot Tangan
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan selama 10 detik
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 20-50 detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialami.
e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2. Melatih Otot Tangan Bagian Belakang
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Lakukan selama 10
detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

3. Melatih Otot Biseps (Otot Besar Pada Bagian Atas Pangkal Lengan)
a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
Lakukan selama 10 detik
c. Lepaskan dan rileks selama 20-50 detik

4. Melatih Otot Bahu Supaya Mengendur


a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyantuh
kedua telinga. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.
b. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas,
dan leher.

5. Melemaskan Otot-Otot Wajah (Seperti Otot Dahi, Mata, Rahang, dan Mulut).
a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya
keriput. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks
selama 20-50 detik.

6. Mengendurkan Ketegangan yang dialami oleh Otot Rahang


Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot
rahang. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

7. Mengendurkan Otot-Otot Sekitar Mulut


Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

8. Merileksikan Otot Leher Bagian Depan Maupun Belakang


a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan
ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
d. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

9. Melatih Otot Leher Begian Depan


a. Gerakan membawa kepala ke muka.
b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.
c. Lakukan selama 10 detik, kemudian lepaskan dan rileks selama 20-50 detik.

10. Melatih Otot Punggung


a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b. Punggung dilengkungkan.
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks selama 20-50
detik.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas.

11. Melemaskan Otot Dada


a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
b. Ditahan selama 10 detik, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai turun ke
perut, kemudian dilepas dan rileks selama 20-50 detik.
c. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
12. Melatih Otot Perut
a. Tarik dengan kuat perut kedalam.
b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas dan rileks
selama 20-50 detik
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

13. Melatih Otot-Otot Kaki (Seperti Paha Dan Betis)


a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot
betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas dan rileks selama 20-50 detik
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, P., Sumarni, T., dan Sundari, R. I. 2012. Jurnal STikes Harapan
Bunda. Pengaruh Senam Diabetes Mellitus dengan Nilai Abi (Ankle Brachial Index) pada Pasien
Diabetes Mellitus di Puskesmas Padamara Purbalingga. 5(1):1-6

Gunarsa, S.D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Herwanto, M.E. 2016. Jurnal e-Biomedik (eBm). Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kadar Gula Darah
pada Pria Dewasa. 4(1):1-6.

Kristiani, A.L., Sumangkut, R.M., Limpeleh, H.P. 2015. Hubungan Ankle Brachial Index dengan
Keparahan Ulkus pada Penderita Kaki Diabetik. Jurnal Biomedik.

Kusyati, E. 2010. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC

Natalia, N., Hasneli, Y., dan Novayelinda, R. 2012. Jom Unri. Efektifitas senam kaki diabetik dengan
tempurung kelapa terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus 2. 4(1): 1–9

Purwanto, B. 2013. Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ruben. G. 2016. eJournal Keperawatan. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Perubahan Kadar
Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira. 4(1):1-
5.

Safira, T. dan Saputra, N.E. 2009. Manajemen emosi. Jakarta: Bumi Aksara.

Safitri, W. dan Agustin, W.R. 2015. Jurnal KesMaDaSka. Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif terhadap
Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Kasih Surakarta. 6(1)-1-
7.

Saputri, D.E. 2010. Tesis. Hubungan Stres dengan Hipertensi pada Penduduk di Indonesia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Setianto B., Firdaus I., 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Departemen Jantung dan Pembuluh Darah RS
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita FK UI. Bogor. Ghalia Indonesia

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta:


Salemba Medika.

Soewondo, S. 2009. Panduan dan instruksi latihan relaksasi progresif. Depok : Lembaga Pengembangan
Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi.

Anda mungkin juga menyukai