Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Disusun oleh :
Sergio Gracillio HSGC Lobo ​ ​17710167
I Gede Herry Ananta Wijaya ​ ​17710144
Ni Putu Mande Ariati ​ ​ ​17710136
I Made Bayu Pramana ​ ​ ​17710127
Sinta Anggraini ​ ​ ​17710170

Pembimbing:
dr. Ika Nur Farida,SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hikmatnya sehingga penulis selesai mengerjakan
Journal Reading yang berjudul “Systems for physical health care for mental
patients in the community: different approaches to improve patient care and safety
in an Early Intervention in Psychosis Service”.
Tujuan penulisan makalah Journal Reading ini adalah untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa serta guna
menambah ilmu pengetahuan mengenai permasalahan penyakit pada bidang ilmu
kedokteran jiwa. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pembimbing, yaitu
dr. Ika Nur Farida Sp.KJ atas segenap waktu, tenaga dan pikiran yang telah
diberikan kepada kami selama penyusunan Journal Reading ini.
Penulis menyadari bahwa Journal Reading ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dari pembaca, penulis ucapkan
terima kasih.
Semoga Journal Reading ini bermanfaat bagi dosen, penulis, pembaca
serta rekan- rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan
di bidang kedokteran jiwa.

Lawang, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Judul. ​1
Kata Pengantar ​2
Daftar Isi ​3
BAB I PENDAHULUAN ​4
BAB II TELAAH ​7
Judul Jurnal ​7
Introduction ​7
Methode ​9
Result ​11
Discussion ​13
Conclusion ​17
BAB III PENUTUP ​19
Kesimpulan ​19
Kritik dan Saran ​19
DAFTAR PUSTAKA ​21
LAMPIRAN JURNAL

BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Layanan Kesehatan Fisik bagi Pasien Dengan Gangguan
Jiwa di Komunitas: Pendekatan Berbeda untuk Meningkatkan
Layanan Pasien dan Keamanan Dalam sebuah Intervensi Dini di
Layanan Psikosis

Josie Mouko, Rebecca Sullivan



Penelitian berulang telah menunjukkan bahwa umur penderita penyakit
mental berat lebih pendek dibandingkan populasi umum, setara dengan
pemendekan 13-30 tahun rentang hidup, terutama karena penyakit fisik. Banyak
gangguan fisik seperti kardiometabolik dan gizi, diidentifikasi lebih banyak pada
individu dengan penyakit jiwa berat dibandingkan dengan populasi umum.
Penyebab kematian dan morbiditas multifaktorial, terutama karena
meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskular yang terkait dengan obat
antipsikotik dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi, termasuk kenaikan berat
badan, olahraga rendah, pola makan yang buruk, dan prevalensi merokok yang
tinggi. Beberapa (generasi kedua) antipsikotik atipikal dikaitkan dengan
kenaikan berat badan yang signifikan (<7% dibandiing BB awal), dislipidemia,
dan hiperglikemia (efek samping metabolik). Tiap antipsikotik atipikal berbeda
kecenderungan efek samping metaboliknya: data yang ada menunjukkan bahwa
clozapine, olanzapine, dan quetiapine sangat bersangkutan. Peningkatan akses
terhadap pemantauan kesehatan fisik dan intervensi yang efektif (seperti layanan
berhenti merokok) untuk pasien dengan penyakit jiwa berat, terutama mereka
yang mendapat antipsikotik, sangat penting. Studi terbaru menunjukkan bahwa
program penurunan berat badan dengan target pasien kelebihan berat badan
dapat dicapai, namun kesinambungan mungkin bermasalah, dan intervensi awal
untuk mencegah penurunan kesehatan fisik mungkin akan lebih berhasil.
Lester Resource, diproduksi bersama oleh NHS England, NHS Improving
Quality, Public Health England and the National Audit of Schizophrenia Team
untuk membantu perawatan kesehatan fisik bagi pasien dengan masalah
kesehatan mental. Parameter yang sama sekarang terkait dengan Commissioning
for Quality dan Innovation (CQUIN), yang bertujuan untuk memperbaiki
penilaian, dokumentasi dan tindakan yang diambil pada faktor risiko
kardiometabolik pada pasien dengan psikosis. Indikator Kesehatan Mental 4A
CQUIN pertama kali dilakukan di seluruh layanan rawat inap, dan lalu untuk
Early Intervention (EI) di Tim Psikosis pada tahun 2015-16. Membangun
kesuksesan skema ini, CQUIN sekarang telah diperpanjang untuk tahun 2016-
2017 mencakup semua pasien dengan psikosis, menambahkan persyaratan
bahwa pasien tidak hanya dilayani sebagai pasien rawat inap dan oleh tim EI,
tetapi juga oleh tim kesehatan mental komunitas.
Tujuan kami adalah mengembangkan sebuah sistem untuk memperbaiki
pemeriksaan kesehatan fisik, mengurangi risiko kardiometabolik dan
mengembangkan pencatatan informasi ini secara konsisten di sistem rekam
medis pasien-pasien kami (Rio). Kami memasukkan pemeriksaan yang lebih
ketat daripada yang diminta oleh CQUIN; yaitu EKG, tes darah tambahan (FBC,
U & E, LFT, TFT, prolaktin dan CK) sesuai dengan kebijakan lokal dan
didukung oleh pedoman nasional dan informasi produsen obat (Ringkasan
Karakteristik Produk). Beberapa tim mengandalkan saran dari psikiatri untuk
menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan. Hambatan umum terhadap
pengelolaan penyakit fisik pada pasien dengan penyakit jiwa berat adalah
keterlibatan yang buruk dan kurangnya pelatihan untuk para profesional
kesehatan mental. Beberapa saran untuk memperbaiki layanan mencakup
penggunaan algoritma dan alat pemantau, mendidik dan melatih staf, dan
menjembatani kesenjangan antara kesehatan fisik dan mental untuk
mempromosikan kebijakan layanan kesehatan terkoordinasi dan terpadu untuk
orang-orang dengan penyakit jiwa berat. Terdapat bukti bahwa
mengintegrasikan kesehatan fisik dan kesehatan mental memiliki manfaat.
Sistem yang paling berhasil memperbaiki layanan kesehatan fisik pasien dengan
penyakit jiwa berat adalah layanan fisik dan mental yang terintegrasi. Temuan
sampai saat ini adalah bahwa penentu utama keberhasilan dalam sistem terpadu
adalah akuntabilitas perawatan yang jelas, diluar siapa dan layanan mana yang
menyediakan perawatan.

BAB II
TELAAH JURNAL
Systems for physical health care for mental patients in the
Judul community: different approaches to improve patient care and safety
in an Early Intervention in Psychosis Service
Penulis Josie Mouko, Rebecca Sullivan
Publikasi BMJ Quality Improvement Programme
Penelaah DM FK UWKS
Tanggal
23 Maret 2018
Telaah

No Komponen Uraian
1. Introduction Judul :Systems for physical health care for mental patients
in the community: different approaches to improve patient
care and safety in an Early Intervention in Psychosis Service
Abstrak :
Pasien dengan penyakit jiwa memiliki tingkat komorbiditas
fisik yang tinggi, dan secara khusus, orang-orang dengan
psikosis berisiko tinggi mengalami penyakit kardiometabolik
dan memperpendek masa hidup, disebabkan faktor
pengobatan, gaya hidup dan penyakit. Terdapat tantangan
pada layanan kesehatan fisik kelompok ini. Tujuan kami
adalah menyediakan layanan pemeriksaan fisik, tes darah,
dan EKG untuk semua pasien, menguji empat fase
intervensi. Keempat tahap tersebut adalah (1) peningkatan
kesadaran, edukasi dan alat pengumpul data; (2) klinik
kesehatan fisik keliling; (3) surat yang dikirim ke pasien dan
dokter umum untuk meminta dilakukannya pemeriksaan
kesehatan, (4) kombinasi pendekatan di atas, serta tinjauan
kasus rutin dan saran profesional.
Pada saat penelitian (2015-2016), banyak parameter di atas
juga diberikan secara nasional melalui Commissioning for
Quality and Innovation (CQUIN). Klinik kesehatan fisik
mobile menawarkan pilihan kunjungan rumah atau
pemeriksaan di klinik kepada pasien, untuk meningkatkan
keterlibatan dan memberikan perawatan yang fleksibel.
Pendekatan yang paling berhasil secara keseluruhan adalah
pendekatan kombinasi, dengan hasil 48% dari seluruh pasien
mendapat pemeriksaan fisik, darah dan EKG lengkap. Klinik
mobile menghasilkan tingkat kelengkapan pemeriksaan
kesehatan fisik sebesar 60%, dan tes darah sebesar 65-70%.
92% pasien melakukan pemeriksaan EKG, sesuai surat
permintaan ke dokter umum dan pasien. Menggabungkan
klinik mobile, surat dari dokter umum, insentif keuangan dan
keterlibatan manajerial memberikan hasil yang lebih baik,
namun sangat memakan waktu, dan dalam kasus tidak
efisien karena melibatkan banyak profesional. Kami
merekomendasikan penanaman suatu pendekatan dalam tim,
menggunakan sistem yang berkelanjutan, akan mendorong
tim menjadi klinisi terlatih dan berdedikasi untuk
membentuk sistem yang berkelanjutan untuk meningkatkan
layanan kesehatan fisik pada kelompok rentan ini.
Masalah:
Laporan WHO tahun 2001 mengidentifikasi bahwa psikosis
pada usia muda, termasuk skizofrenia, adalah penyebab
morbiditas, kecacatan, dan biaya ekonomi yang sangat
signifikan di seluruh dunia. Pada tahun 2005 Royal College
of Psychiatrists mempublikasikan lima tahun rencana
tindakan untuk deteksi awal dan pengobatan
psikosis.Intervensi awal The Bath and Northeast Somerset
dalam Pelayanan Psikosis terdiri dari tim dokter, perawat,
terapis okupasi, dan pekerja layanan kesehatan, yang
memiliki akses ke praktisi terapi psikologi dan keluarga
untuk mendapat rujukan, konsultasi, dan pengawasan.
Sedangkan untuk semua pasien dengan psikosis, terdapat
rekomendasi bahwa pasien yang berada di bawah perawatan
Intervensi Dini dalam Pelayanan Psikosis mendapat asesmen
kesehatan fisik yang komprehensif setidaknya setahun
sekali. Banyak Tim Intervensi Dini tidak memiliki input
medis, dengan mayoritas dokter memiliki pelatihan
pemeriksaan fisik minimal.Tujuan kami adalah untuk
menerapkan sistem yang kuat dan andal yang
memungkinkan semua pasien mendapatkan kesempatan
pemeriksaan kesehatan yang relevan awal dan setiap tahun,
yang idealnya tidak tergantung pada staf medis, dimana
ketersediaannya sangat bervariasi. Dalam istilah SMART,
tujuan kami adalah untuk memperbaiki kepatuhan terhadap
pemantauan kesehatan fisik yang direkomendasikan untuk
semua pasien di beban kasus Intervensi Dini pada Psikosis
Bath and Northeast Somerset, yang diukur berdasarkan
pedoman nasional dan lokal (yang dijelaskan di bawah).

Latar Belakang:

Penelitian berulang telah menunjukkan bahwa umur


penderita penyakit mental berat lebih pendek dibandingkan
populasi umum, setara dengan pemendekan 13-30 tahun
rentang hidup, terutama karena penyakit fisik. Banyak
gangguan fisik seperti kardiometabolik dan gizi,
diidentifikasi lebih banyak pada individu dengan penyakit
jiwa berat dibandingkan dengan populasi umum. Penyebab
kematian dan morbiditas multifaktorial, terutama karena
meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskular yang
terkait dengan obat antipsikotik dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi, termasuk kenaikan berat badan, olahraga
rendah, pola makan yang buruk, dan prevalensi merokok
yang tinggi. Parameter yang sama sekarang terkait dengan
Commissioning for Quality dan Innovation (CQUIN), yang
bertujuan untuk memperbaiki penilaian, dokumentasi dan
tindakan yang diambil pada faktor risiko kardiometabolik
pada pasien dengan psikosis. Tujuan kami adalah
mengembangkan sebuah sistem untuk memperbaiki
pemeriksaan kesehatan fisik, mengurangi risiko
kardiometabolik dan mengembangkan pencatatan informasi
ini secara konsisten di sistem rekam medis pasien-pasien
kami (Rio). Kami memasukkan pemeriksaan yang lebih
ketat daripada yang diminta oleh CQUIN; yaitu EKG, tes
darah tambahan (FBC, U & E, LFT, TFT, prolaktin dan CK)
sesuai dengan kebijakan lokal dan didukung oleh pedoman
nasional dan informasi produsen obat (Ringkasan
Karakteristik Produk).Terdapat bukti bahwa
mengintegrasikan kesehatan fisik dan kesehatan mental
memiliki manfaat. Sistem yang paling berhasil memperbaiki
layanan kesehatan fisik pasien dengan penyakit jiwa berat
adalah layanan fisik dan mental yang terintegrasi. Temuan
sampai saat ini adalah bahwa penentu utama keberhasilan
dalam sistem terpadu adalah akuntabilitas perawatan yang
jelas, diluar siapa dan layanan mana yang menyediakan
perawatan.
2. Methods Pengukuran Dasar:
Audit pra-intervensi dilakukan untuk menilai skala masalah,
untuk menentukan apakah pasien dalam Intervensi Dini
untuk Psikosis Caseload dipantau dengan benar sesuai
dengan pedoman. Standar ini berasal dari adaptasi Royal
College of Psychiatrists dari Lester Guidance, serta
dimasukkannya tes darah tambahan dan rekomendasi EKG
dalam panduan lokal dan nasional dan rekomendasi
produsen obat.
Karena pemeriksaan kesehatan yang berbeda memerlukan
keahlian khusus, operator dan peralatan khusus, kami
mengelompokkan pemeriksaan ke dalam 3 domain berbeda -
pemeriksaan kesehatan, tes darah dan EKG.
Data dasar diambil pada tanggal 18 Maret 2015 (N=79).
Tidak ada pasien (0%) yang menjalani pemeriksaan
kesehatan fisik secara keseluruhan, 6,3% pasien menjalani
tes darah, dan 3,8% pasien melakukan EKG, namun tidak
ada yang memiliki lebih dari satu dari tiga pemeriksaan ini.
Desain:
Setelah mengidentifikasi kekurangan pemeriksaan kesehatan
fisik, kami memutuskan untuk menawarkan intervensi
berikut dan mengevaluasi keberhasilan setiap fase.
Tahap 1: Alat dan kesadaran
19 Maret 2015 -Mei 2015
Intervensi selama fase pertama adalah penambahan dua
dokter junior ke tim, dimana sebelumnya tidak ada satupun.
Kedua dokter junior tersebut sebelumnya memiliki
pengalaman promosi dan audit pemantauan kesehatan fisik
pasien dengan psikosis dan mengetahui adanya CQUIN
rawat inap.
Tahap 2: Klinik kesehatan fisik mobile:
Mei 2015 -22 Juni 2015
Sebuah klinik di departemen rawat jalan telah diujicobakan
di dalam tim sebelumnya dengan sedikit keberhasilan,
karena pasien sulit untuk hadir. Oleh karena itu, klinik
kesehatan fisik mobile didirikan untuk memungkinkan
pasien memilih rawat jalan atau di rumah mereka
sendiri.Klinik dijalankan pada satu hari khusus dengan satu
dokter dan satu perawat. Peralatan yang diperlukan dibeli
dan disimpan dalam tas portabel. Termasuk peralatan
pengambilan darah dan keranjang sampah, timbangan, pita
pengukur, grafik BMI, mesin ukur tekanan darah otomatis,
dan alat monitor kesehatan fisik. Karena biaya dan
kepraktisan termasuk mesin EKG di klinik mobile ini sangat
mahal, permintaan EKG diminta dari dokter umum.
Tahap 3 terdiri dari permintaan surat yang dikirim pada
tanggal 23 Juni 2015 dan dievaluasi dalam 2 kelompok:
Bagian 3A: Permintaan surat kepada pasien dan GP untuk
rujukan baru:
23 Juni 2015
Untuk pasien yang baru saja dirujuk pada Intervensi Dini
dalam Pelayanan Psikosis, surat dikirim ke pasien dan dokter
umum untuk meminta penilaian kesehatan fisik dasar
lengkap. 5 pasien dalam fase ini, mewakili semua pasien
yang menjalani penilaian awal dengan tim pada saat itu.
Bagian 3B: Permintaan surat kepada pasien yang ada:
23 Juni 2015
Surat dikirim langsung ke 16 pasien lainnya (tidak ke dokter
umum) yang termasuk beban tugas namun belum menjadi
bagian dari klinik kesehatan fisik mobile pada Tahap 2.
Upaya menghubungi pasien dilakukan selama Tahap 2,
namun, tidak mungkin untuk mengatur janji temu yang
disepakati bersama. Pasien-pasien ini cenderung lebih sulit
untuk dilibatkan.

3. Result Data dasar diambil pada tanggal 18 Maret 2015 (N=79).


Tidak ada pasien (0%) yang menjalani pemeriksaan
kesehatan fisik secara keseluruhan, 6,3% pasien menjalani
tes darah, dan 3,8% pasien melakukan pemeriksaan EKG,
namun tidak ada yang memiliki lebih dari satu dari tiga
pemeriksaan ini.
Tahap 1: Alat dan Kesadaran
Sebuah tinjauan tentang beban kasus pada bulan Mei 2015
(N=75) mengungkapkan bahwa peningkatan kesadaran, alat
bantu dan peningkatan input medis pada tim telah
meningkatkan hasil. Pasien dengan pemeriksaan kesehatan
fisik lengkap meningkat dari 0 sampai 13%; Tes darah
lengkap 6% sampai 27%; EKG 4% sampai 16%, dengan 3
domain yang selesai 0 sampai 4%. Terlepas dari perbaikan
ini, kami merasa bahwa hasil ini tetap tidak memadai untuk
Intervensi Dini dalam Pelayanan Psikosis, mengingat beban
kerja yang diproteksi (rendahnya rasio pasien terhadap
profesional dibanding tim kesehatan mental standar) dan
kelompok klien tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kesadaran dan
pendidikan memang mengarah pada beberapa perbaikan,
namun tidak cukup dalam menghasilkan perbaikan yang
adekuat.
Tahap 2: Klinik Kesehatan Mobile
20 pasien membuat janji temu yang disepakati bersama di
klinik kesehatan fisik. 4 pasien tidak hadir, dan 1 pasien
hadir namun menolak pemeriksaan. Dari 16 orang yang
hadir atau dikunjungi menghasilkan tingkat penyelesaian
pemantauan kesehatan fisik yang tinggi.
Dari pasien yang mengikuti klinik kesehatan fisik mobile,
60% telah mendapatkan pemeriksaan fisik; 70% telah
melakukan tes darah; dan 30% melakukan EKG. 25% pasien
mendapat semua pemeriksaan dari 3 domain. Jika pasien
yang tidak hadir masuk dalam analisis data, maka akan
menurunkan tingkat penyelesaian penilaian kesehatan fisik
menjadi 48% untuk pemeriksaan fisik, 56% untuk
pemeriksaan darah, dan 24% untuk EKG.
Ketergantungan pada dokter umum untuk melakukan EKG
dapat menjelaskan tingkat penyelesaian yang relatif rendah.
Harapan tingkat penyelesaian pemeriksaan kesehatan fisik
dan tes darah untuk pasien yang hadir adalah hingga 100%.
Dengan hasil yang berbeda, penulis menemukan bahwa
bahkan para klinisi yang terlibat dalam proyek ini dengan
kesadaran tinggi pun dapat melupakan beberapa segi.
Fase 3-Permintaan Surat Menyurat
Bagian 3A: Permintaan surat kepada pasien dan dokter
umum untuk rujukan pada kelompok kecil 5 orang,
menghasilkan hasil yang baik untuk tes darah (80%), namun
hasil yang buruk untuk EKG (20%) dan pemeriksaan
kesehatan fisik (0%).
Bagian 3B: Permintaan surat kepada 16 pasien
menghasilkan pemantauan yang lebih baik dibandingkan
dengan data awal, namun gagal mencapai separuh sampel di
wilayah manapun (13%, 38% dan 25%).
Hasil akhir kumulatif (pasca fase 1-3)
Seluruh beban kasus 82 pasien ditinjau pada 1 Agustus 2015
untuk mengevaluasi efek kumulatif dari fase 1-3. Hal ini
menunjukkan perbaikan dalam layanan kesehatan secara
keseluruhan, dengan peningkatan dari 0% menjadi 43,9%,
beban kasus yang telah selesai melakukan pemeriksaan
kesehatan fisik; sebuah peningkatan dari 6,3% menjadi
74,4% beban kasus yang telah selesai melakukan tes darah,
dan perbaikan dari 3,8% menjadi 45,1% beban kasus yang
dilakukan EKG. Secara keseluruhan, 21% pasien
menyelesaikan ketiga domain pemeriksaan tersebut. Area
intervensi yang paling berhasil tampaknya pada tes darah,
dengan EKG dan pemeriksaan kesehatan fisik masih kurang
dari setengah beban kasus.
Fase 4–surat menyurat dokter umum, klinik yang
dipimpin perawat, ulasan manajer &rujukan ke
koordinator perawatan
Pada tanggal 18 Maret 2016, seluruh beban kasus dari 65
pasien menunjukkan hasil yang paling berhasil, dengan 48%
dari semua pasien melakukan pemeriksaan kesehatan
lengkap (asesmen, darah dan EKG). 61,5% pasien telah
menyelesaikan pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan,
64,6% menjalani tes darah lengkap, dan 92,3% melakukan
EKG. Hal ini menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.
12,3% tidak menyelesaikan pemeriksaan apapun, 24,6%
memiliki satu domain pemeriksaan yang selesai, 27,7%
memiliki dua domain pemeriksaan yang selesai, dan 47,7%
menyelesaikan seluruh domain pemeriksaan.
4. Analyze -
5. Discussion Dampak waktu dari klinik layanan kesehatan fisik mobile
adalah Semua janji temu dilakukan oleh psikiater dan
perawat psikiatri dan dijadwalkan selama tiga puluh menit;
Namun, diperkirakan waktu yang sebenarnya adalah antara
1-4 jam per pasien. Waktu tambahan terdiri dari tugas-tugas
lain yang berkaitan, termasuk menelepon pasien untuk
mendapat janji temu, memeriksa catatan untuk hasil
sebelumnya, perjalanan, memperbarui catatan elektronik
pasien, tindakan untuk hasil abnormal, dan berhubungan
dengan pihak lain yang terkait termasuk dokter umum.
Selama waktu ini dokter dan perawat tidak dapat melakukan
tugas klinis lainnya. Jika tugas ini dilakukan oleh dokter
spesialis biaya yang diperlukan sejumlah £ 38 per jam,dan
Perawat Psikiatri kira-kira £15 per jam, per orang dengan
perkiraan 1-4 jam untuk pemeriksaan kesehatan fisik akan
memakan biaya antara kisaran £53-£210. Dalam kasus kami,
terdapat 2 dokter junior di tim, oleh karena itu sebagian
besar biaya tambahan dipenuhi oleh NHS Inggris. Namun,
dokter junior tidak konsisten berada dalam tim. Kami tidak
memiliki pelatihan tambahan dan dana yang tersedia, oleh
karena itu bergantung pada sumber daya staf yang ada.
Salah satu kemungkinan untuk mengurangi biaya klinik
kesehatan fisik mobile adalah anggota tim non-medis
mendapat pelatihan plebotomi. Di wilayah ini biayanya £400
untuk mendapat sertifikat kompetensi plebotomi. Hal ini
memungkinkan dua anggota staf non medis menjalankan
klinik tersebut, dengan biaya antara £30 dan £120 per pasien
jika anggota staf tersebut terdaftar sebagai perawat
kesehatan mental; Lebih murah lagi jika ada seorang staf
pendukung kesehatan mental.
Selain itu, deteksi dini komplikasi kesehatan fisik di antara
populasi berisiko ini dapat mengurangi biaya masa depan.
Inisiatif serupa bertujuan untuk mendeteksi usia 40 sampai
74 tahun yang memiliki atau berisiko terkena penyakit
kardiometabolik dan vaskular pada perawatan primer
(Program Pemeriksaan Kesehatan NHS) ternyata sangat
hemat biaya, dengan biaya untuk meningkatkan kualitas
hidup hanya £ 2142. Program ini terutama berhasil dalam
pendeteksian dan pengobatan hipertensi,
hiperkolesterolemia, dan obsesitas.
Tujuan kami adalah memperbaiki perawatan kesehatan fisik
untuk pasien di layanan Intervensi Dini BANES di Pusat
Psikosis. Kami mampu membuat perbaikan, dengan waktu,
usaha dan semangat. Semua yang terlibat dalam proyek ini
tetap memperhatikan kesinambungan kesuksesan, karena
tekanan waktu dan prioritas yang bertentangan pada
pengelolaan sekelompok pasien yang kompleks, yang
seringkali sulit untuk dilibatkan.
CQUIN membuat insentif penting, menambah prioritas
bahwa proyek ini diberikan oleh seluruh tim, dan dengan
tingkat masukan ini, hasil kami bagus. Perhatian kami tetap
bahwa jika tanpa adanya insentif keuangan, peningkatan
hasil seperti ini tidak akan tercapai. Sulit untuk mengetahui
seberapa sukses intervensi kita jika insentif finansial tidak
tersedia. CQUIN telah diperpanjang untuk tahun depan
untuk memasukkan semua pasien dengan psikosis,
menambahkan kelompok tersebut ke dalam tim komunitas
umum ke kelompok sasaran seperti di tim Intervensi Dini
dan di bangsal. Kelompok ini akan menjadi kelompok yang
lebih mentantang untuk dijangkau, tanpa sistem tambahan,
dan beban kerja yang lebih tinggi dari masing-masing
profesional.
Kami merasa waktu untuk mencapai hasil ini signifikan, dan
bahwa psikiater mungkin bukan cara yang paling hemat
biaya untuk memberi layananpemeriksaan kesehatan fisik.
Sulit menjaga tanggung jawab keseluruhan mengenai
kesehatan fisik pasien yang saat ini diawasi oleh dokter
junior yang berganti setiap 6 atau 12 bulan, dan tidak secara
konsisten melekat pada tim. Hal ini tampaknya tidak dapat
menjadi sistem yang berkelanjutan atau efisien.
Kritik tambahan terhadap proyek ini dan hasil yang diukur
adalah bahwa keberhasilan didefinisikan dengan mencatat
parameter kesehatan fisik, daripada memberikan intervensi
yang mengarah pada peningkatan parameter ini (misalnya
asupan alkohol berkurang setelah mengikuti wawancara
motivasi singkat, mengurangi BMI dengan mengikuti pola
makan sehat, atau penggantian antipsikotik yang
menyebabkan penurunan QTc atau penurunan berat badan).
Seringkali perlu merujuk kelayanan primer, karena banyak
intervensi berada di luar pelatihan anggota tim, mengingat
latar belakang anggota tim yang berbeda-beda. Hal ini
menambahinefisiensi lebih jauhdalam sistem kami, namun
tidak diukur secara langsung. Mungkin anggota tim tidak
efektif memberikan nasehat gaya hidup untuk membawa
perubahan yang berarti. Ukuran kesuksesan yang lebih
efektif adalah mengukur perbaikan parameter, bukan hanya
dokumentasi parameter tersebut.
Tantangan khusus adalah waktu, motivasi untuk
mempertahankan kesehatan fisik, pasien yang memiliki
cantumanburuk, dan kelompok "status mental beresiko”
tanpa antipsikotik dan bagi mereka yang lebih sulit untuk
diyakinkan dibutuhkannya pemeriksaan seperti tes darah.
Ada juga beberapa kesulitan dalam pemeriksaan EKG. Salah
satu bedah GP menolak melakukannya, dan tidak ada
anggota tim yang untuk mengintepretasikan hasilnya selain
dokter umum.
Idealnya, perawatan kesehatan fisik akan diberikan secara
terintegrasi dan efisien oleh semua anggota tim, dan
bertindak pada saat ada penemuan. Pendekatan semacam itu
sulit dicapai dalam Intervensi Dini Multi-profesi di Tim
Psikosis, dimana kebanyakan memiliki sedikit pengalaman
tentang layanan kesehatan fisik. Selanjutnya, hanya sedikit
yang akan menjalani pelatihan plebotomi, sehingga para
dokter diandalkan untuk melakukan dan mengintepretasikan
hasil tes darah. Tim juga telah mencoba berbagai
pendekatan. Satu tim memiliki 4 Perawat Band yang
memiliki tanggung jawab untuk memantau kesehatan fisik di
seluruh beban kasus, dan staf non-medis dapat dilatih dalam
melakukan plebotomi, intervensi kesehatan fisik dan
intepretasi hasil pemeriksaan darah.
Untuk memberikan perawatan kesehatan fisik yang optimal
dalam populasi morbid yang sulit dijangkau dan tinggi ini,
penulis merekomendasikan untuk mencoba penggunaan
perawat layanan primer khusus atau klinisi yang terlatih
secara tepat, yang diintegrasikan ke dalam tim. Profesional
ini akan dilatih untuk memberikan intervensi yang efektif,
termasuk penghentian merokok, saran diet, dan panduan
kolesterol. Memiliki profesional yang berdedikasi dalam
posisi permanen juga akan memastikan database bisa dijaga
dengan baik.
Kedua peneliti memiliki pengalaman layanan psikiatri rawat
inap yang sukses berfungsi dengan cara ini, menggunakan
perawat layanan primer dan dokter paruh waktu untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Layanan semacam itu
memastikan keseimbangan perawatan bagi pasien yang
menggunakan layanan kesehatan mental, yang seringkali
sulit untuk mengakses layanan perawatan primer secara
mandiri.
Keterbatasan penelitian ini adalah beberapa kelompok
memiliki jumlah sampel yang kecil, sehingga sulit untuk
menarik kesimpulan dari data yang ada. Selain itu, kami
tidak melakukan uji statistik untuk mengevaluasi hasil kami,
yang berarti bahwa setiap perubahan mungkin terjadi karena
variasi kebetulan. Namun, kami kira hal ini tidak mungkin,
karena anggota tim sebelumnya melaporkan tingkat
pemeriksaan kesehatan yang sangat rendah di tahun-tahun
sebelum intervensi.
Keterbatasan lainnya adalah kita hanya mengumpulkan data
pada titik waktu tertentu, tidak sesuai metodologi Quality
Improvement, misalnya dengan run-chart, terutama karena
kendala waktu. Metodologi yang kurang tepat ini mungkin
akan membuat lebih sulit untuk memastikan dampak
intervensi spesifik, terutama pada Tahap 4, di mana terdapat
banyak intervensi dan juga insentif keuangan eksternal
(CQUIN). Begitu penulis pindah ke tim yang berbeda
(antara fase 3 dan 4), penulis memiliki pengaruh terbatas
terhadap pendekatan intervensi awal tim psikosis, sehingga
proyek tersebut berkembang secara lebih alami, membangun
temuan dari fase sebelumnya. Oleh karena itu, sementara
fase 4 diinformasikan oleh 3 fase sebelumnya, hal itu juga
didorong oleh keharusan penyesuaian dengan insentif
keuangan eksternal dalam waktu singkat, yang menghasilkan
pendekatan dari berbagai bidang. Oleh karena itu, sulit untuk
secara tepat membedakan intervensi spesifik dimana fase 4
paling efektif dalam menghasilkan perubahan.
Studi kami mungkin telah mengabaikan perbaikan dalam
pemantauan kesehatan fisik, karena kriteria ketat kami untuk
menandai domain sebagai "selesai". Memang standar
CQUIN dipenuhi sepenuhnya untuk pasien yang diaudit
pada akhir periode waktu yang dipantau.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah generalisabilitas
temuan kami. Kami sedang mempelajari intervensi awal tim
psikosis, dengan jumlah kasus sekitar 80 pasien dan staf
yang termotivasi dan antusias. Beberapa tim EI tidak
memiliki dokter di tim mereka, jadi tidak dapat menerapkan
beberapa intervensi seperti memeriksa hasil tes darah, dan
perlu bergantung pada layanan primer, atau untuk
menyediakan layanan tambahan seperti yang telah
diusulkan. Sebenarnya, ada kemungkinan bahwa jika tujuan
serupa dibuat untuk memberikan layanan kesehatan fisik
kepada pasien dalam tim yang lebih besar, di mana staf
memiliki beban kerja yang lebih besar dan waktu kontak
pasien yang lebih sedikit, kapasitas mereka untuk
menerapkan strategi yang kami gunakan akan lebih terbatas
lagi.

6. Conclusion Pasien dengan masalah kesehatan mental berat memiliki


banyak beban kesehatan fisik yang meningkat, dan
menerima layanan kesehatan fisik yang buruk. Kami tidak
dapat mengabaikan masalah ini, sebuah kebutuhan yang
telah diakui secara nasional dan didanai oleh CQUIN.
Dengan menggunakan berbagai pendekatan seperti yang
dijelaskan di atas, kami dapat memperbaiki pemeriksaan
kesehatan fisik pada sejumlah besar pasien di intervensi awal
di tim psikosis. Pendekatan yang paling berhasil tampaknya
merupakan kombinasi dari klinik kesehatan mobile untuk
pemantauan fisik dan tes darah, surat-surat permintaan
kepada dokter umum untuk EKG, selain ulasan rutin
mengenai kasus kasus, dan saran koordinator layanan.
Studi kami didasarkan pada temuan penelitian sebelumnya
seputar keterlibatan pasien dengan kesehatan mental yang
buruk dalam layanan kesehatan fisik, yang mungkin
menjelaskan mengapa pendekatan dari berbagai segi terbukti
lebih berhasil, memberikan berbagai pilihan yang dapat
diterima untuk diakses oleh pasien. Salah satu faktor penentu
keberhasilan proyek kami adalah memasukkan masalah
kesehatan fisik dalam agenda tim, serta menyediakan sistem
di mana pasien dapat melakukan pemeriksaan. Mengingat
sumber daya dan waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan, kami yakin keterlibatan dan motivasi seluruh
tim adalah kunci. Dalam proyek kami, keterlibatan tim dan
manajerial dan motivasi seputar kesehatan fisik yang tinggi
tidak hanya karena meningkatnya kesadaran dan
pemahaman, namun juga diperkuat oleh insentif finansial
CQUIN, dimana pembayaran dikaitkan dengan keberhasilan
dalam audit. Proyek kami menunjukkan bahwa bila
disesuaikan dengan prioritas tim, insentif finansial terus
menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan perubahan.
Solusi alternatif adalah mempekerjakan staf terlatih yang
berperan untuk memantau, merekam, dan memberikan
intervensi dan rambu-rambu yang sesuai untuk layanan
kesehatan fisik. Pendekatan semacam itu cenderung lebih
berkelanjutan, andal, dan hemat biaya, daripada
mengandalkan profesional kesehatan mental untuk
memberikan layanan ini, dan kami mengusulkan sebuah
studi percontohan dalam situasi seperti itu. Seperti yang
direkomendasikan dalam literatur, model alternatif dapat
melakukan janji temu layanan kesehatan mental dengan
dokter umum, sehingga memberikan kesinambungan
otomatis dengan layanan yang sesuai.
Sementara proyek ini berfokus pada intervensi awal BANES
di tim psikosis, tim lain di lingkungan yang berbeda
(misalnya Tim Pemulihan) cenderung menemukan masalah
serupa. Studi lebih lanjut dan studi percontohan akan
berguna dalam menentukan efektivitas biaya dari pendekatan
tertentu, dan idealnya dikaitkan dengan perbaikan parameter
kesehatan fisik yang bermakna, bukan hanya pemeriksaan
yang lengkap.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pasien dengan masalah kesehatan mental berat memiliki banyak beban
kesehatan fisik yang meningkat, dan menerima layanan kesehatan fisik yang
buruk. Pendekatan yang paling berhasil tampaknya merupakan kombinasi dari
klinik kesehatan mobile untuk pemantauan fisik dan tes darah, surat-surat
permintaan kepada dokter umum untuk EKG.
Solusi alternatif adalah mempekerjakan staf terlatih yang berperan untuk
memantau, merekam, dan memberikan intervensi dan rambu-rambu yang sesuai
untuk layanan kesehatan fisik. Pendekatan semacam itu cenderung lebih
berkelanjutan, andal, dan hemat biaya, daripada mengandalkan profesional
kesehatan mental untuk memberikan layanan ini

3.2 Penilaian dan Kritik


1. Penilaian dan kritik terhadap judul jurnal:
a. Judul spesifik, tidak membingungkan pembaca.
b. Menarik, karena layanan kesehatan fisik bagi pasien dengan gangguan
jiwa saat ini sangat di perlukan untuk monitoring atau invervensi awal
pasien yang berisiko tinggi mengalami penyakit kardiometabolik yang
disebabkan karena pengobatan, gaya hidup dan penyakit. Sehingga
penting sekali untuk disediakan layanan pemeriksaan fisik,tes darah dan
EKG membuat pembaca tertarik untuk mengetahuinya.
c. Pembaca dapat menangkap makna yang disampaikan dalam jurnal
dalam beberapa kali baca.
2. Penilaian dan kritik terhadap penulis jurnal:
a. Cara penulisan penulis pada jurnal ini sudah tepat, tanpa gelar akademik/
professional.
b. Semua penulis dicantumkan. Hal ini sudah tepat karena boleh
dicantumkan semua atau hanya penulis utama.
c. Tercantum nama lembaga tempat penulis bekerja, hal ini sudah tepat.
d. Ditulis alamat dari penulis berupa email dari peneliti.
3. Penilaian dan kritik terhadap abstrak jurnal:
a. Penulisan abstrak sesuai dengan naskah hasil penelitian, tanpa tabel,
tanpa rumus, tanpa gambar dan tanpa acuan pustaka.
b. Tidak di cantumkan nya Keyword (kata kunci) dibawah abstrak.
4. Penilaian dan kritik terhadap pendahuluan jurnal:
a. Pendahuluan berisi latar belakang yang memuat tentang
pentingnya “permasalahan” tersebut diangkat, hipotesis dan tujuan
penulisan jurnal.
b. Jumlah referensi pada pendahuluan terdapat lebih dari 3 pustaka.
5. Isi diskusi pada jurnal ini sudah menjelaskan lebih mengenai penerapan sistem
yang kuat dan andal yang memungkinkan semua pasien mendapatkan
kesempatan pemeriksaan kesehatan yang relevan awal dan setiap tahun,
yang idealnya tidak tergantung pada staf medis.
6. Kesimpulan jurnal ini sudah mencakup tujuan dan target penelitian.
7. Literatur yang digunakan sudah tepat. Semua bahan acuan dalam bentuk
jurnal ataupun naskah ilmiah yang digunkan sebagai referensi pada
bagian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. World Health Report 2001. Mental Health: New
Understanding. New Hope.Geneva: WHO. 2002.
2. Bertolote & McGorry. Early intervention and recovery for young people with
early psychosis: consensus statement The British Journal of Psychiatry
2005;187:s116–s119.
3. Avon and Wiltshire Mental Health Partnership community services description.
http://www.awp.nhs.uk/services/community/early-intervention/
4. National Institute for Health and Care Excellence, Quality Standard QS80.
https://www.nice.org.uk/guidance/qs80/chapter/quality-statement-assessing-
physical-health. 2015.
5. Commissioning for quality and innovation (CQUIN): 2014/15 guidance from
NHS England and Royal College of Psychiatrists guidance for CQUIN
implementation.https://www.england.nhs.uk/wpcontent/uploads/2014/02/sc-
cquinguid.pdf.https://www.england.nhs.uk/wpcontent/uploads/2014/06/cqui
naddmhguid.pdfhttp://www.rcpsych.ac.uk/workinpsychiatry/qualityimprove
ment/cquin.aspx. 2014.
6. De Hart et al., Physical illness in patients with severe mental disorders. I
Prevalence, impact of medications and disparities in health care. World
Psychiatry 2011;10:52–77
7. Parks J, Svendsen D, Singer P et al. Morbidity and mortality in people with
serious mental illness. Alexandria: National Association of State Mental
Health Program Directors (NASMHPD) Medical Directors Council, 2006.
8. Gates et al. Mental health starts with physical health: Current status and future
directions of non-pharmacological interventions to improve physical health
in first-episode psychosis. The Lancet Psychiatry 2015;2;726–42,
2215–0366
9. Rummel-Kluge C, et al. Head-to-head comparisons of metabolic side effects of
second generation antipsychotics in the treatment of schizophrenia: a
systematic review and meta-analysis. Schizophrenia Res 2010;123:225–33
10. RCGP/RCPsych. (With permission from Curtis J., Newall H.,Samaras K.
2011). Lester UK adaptation, “Positive Cardiometabolic Health Resource:
an intervention framework for patients with psychosis and schizophrenia”.
http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/RCP_11049_Positive%20Cardiometabolic%2
0Health%20chart-%20website.pdf 2014.
11. Commisioning for Quality and Innovation (CQUIN): 2016/17 guidance from
NHS England. Indicator 3: Improving physical healthcare to reduce
premature mortality in people with severe mental illness (PSMI). Available
https://www.england.nhs.uk/nhs-standard-contract/cquin/cquin-16-17/
2016.
13. Taylor, Paton, Kapur. Maudsley Prescribing Guidelines, 11th Edition,Wiley-
Blackwell, 2012.
14. Modi R, Ledingham D; Cardiovascular health monitoring in patients with
psychotic illnesses: A project to investigate and improve performance in
primary and secondary care. BMJ Quality Improvement Report, 13; 2.
15. De Hart et al. Physical illness in patients with severe mental disorders. II.
Barriers to care, monitoring and treatment guidelines, plus
recommendations at the system and individual level. World Psychiatry
2011;10:138–51.
16. De Hert M, van Winkel R, Silic A et al. Physical health management in
psychiatric settings. Eur Psychiatry 2010;25:S22–8.
17. MAJ, M, Physical health care in persons with severe mental illness:a public
health and ethical priority. World Psychiatry, 2009;8:1–2.
18. Pay scales for NHS nursing staff in England, Wales, Scotland and Northern
Ireland from 1 April 2015. https://www.rcn.org.uk/employment-and-
pay/nhs-pay-scales-2015-16 2015.
19. Phlebotomy Training Services Basic Plebotomy Skills Course.
http://www.cfmsr.org.uk/ http://phlebotomytraining.co.uk/courses/book-a-
course/.
20. NICE Public Health Guidance PH38. Preventing Type 2 Diabetes:Risk
Identification and Interventions for Individuals at High
Risk.https://www.nice.org.uk/guidance/ph38 2012.
22. Robson et al, The NHS Health Check in England: an evaluation ofthe first 4
years. BMJ Open 2016;6:1.

Anda mungkin juga menyukai