Anda di halaman 1dari 11

Dosen : Ns. Nazaruddin. M.

Kep

ETIK DALAM PERAWATAN PALITIF

(KEPERAWATAN PALIATIF)

Oleh :

Nama : Nurhijrah

Nim : P201701117

Kelas : J3 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI

KENDARI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas
segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “KONSEP ETIK PERAWATAN PALIATIF”

Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang
tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga
Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua .

Kendari, 26 maret 2020

Nurhijrah

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Perawatan Paliatif 6
B. Kepatutan Terapi Dalam Perawatan Paliatif 7

C. Allow Natural Death (AND) 7


D. Menahan dan Menghentikan Terapi Medic
Dalam Perawatan Paliatif 8
F. Penyingkapan Informasi (Disclosure) Dalam
Perawatan Paliatif 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perawatan paliatif merupakan perawatan total dan aktif dari untuk penderita
yang penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif.Artinya tidak
memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak,
mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita itu, perawatan paliatif
tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Berdasarkan
kepeutusan menteri kesehatan RI Nomor :812/kemenkes/SK/VII 2007 meningkatnya
jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan
anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit paru obstruktif kronis,
cytis fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi
seperti HIV/AIDS.
Tujuan umum kebijakan paliatif adalah Perawatan yang dilakukan untuk
membantu meringankan dari penderitaan fisik sampai psikologis pada pasien yang
tidak dapat disembuhkan atau dalam tahap terminal .Pemenuhan kebutuhan fisik,
mental, emosi, sosial, spiritual dan kultural dengan pendekatan tim yang melibatkan
konseling dan kenyamanan serta berpusat pada pasien dan keluarga untuk
meningkatkan kualitas hidup.Yang artinya meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghilangkan rasa nyeridankeluhan lain yang menganggu,
menjaga keseimbangan psiko sosial dan spiritual, berusaha agar penderita tetap aktif
sampai akhir hayatnya serta berusaha membantu duka cita pada keluarga
B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan definisi konsep etik keperawatan paliatif ?
b. Bagaimana kepatutan terapi dalam perawatan paliatif ?
c. Apa yang dimaksud dengan Allow Natural Death (AND) ?
d. Bagaimana menahan dan mengehentikan terapi medic dalam perawatan paliatif ?
e. Bagaimana penyikapan informasi (disclosure) dalam perawatan paliatif ?

4
C. Tujuan makalah
a. Untuk mengetahui tentang apa itu konsep etik keperawatan
b. Untuk mengetahui tentang apa itu kepatutan terapi
c. Untuk mengetahui tentang apa itu Allow Natural Death (AND)
d. Untuk mengetahui tentang menahan dan menghentikan terapi medic
e. Untuk mengetahui tentang penyikapan informasi (disclosure)

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Perawatan Paliatif


World Health Organization (WHO) mendefinisikan perawatan paliatif sebagai
pendekatan tim interdisipliner untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
dengan penyakit yang mengancam jiwa melalui identifikasi awal, penilaian,
pengobatan nyeri dan masalah fisik, psikologis, dan spiritual lainnya. Perawatan
paliatif tidak boleh dikacaukan dengan pengakhiran hidup dan penghentian perawatan
rumah sakit. Perawatan paliatif dapat dimulai sementara kuratif atau modifikasi
penyakit masih dilakukan. Perawatan paliatif dimaksud untuk meningkatkan kualitas
hidup meliputi penanganan nutrisi, menghilangkan nyeri dan mengurangi keparahan
gejala yang timbul akibat penyakit tersebut ataupun akibat efek samping terapi atau
keluhan lain yang tidak lagi responsif terhadap terapi kuratif, serta mengupayakan
perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual. Penentuan kebutuhan
perawatan paliatif dapat ditentukan dengan skala paliatif performance atau dengan
cara penapisan untuk perawatan paliatif (muyassaroh & tri lestari, 2019).
Perawatan paliatif yang baik mampu merubah kualitas hidup penderita
menjadi lebih baik, namun masih jarang dilakukan di rumah sakit di Indonesia,
Pelayanan pasien masih berfokus kepada kuratif, sedangkan perubahan fisik, sosial
dan spiritual tidak bisa diintervensi seluruhnya dengan kuratif. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap pentingnya
perawatan paliatif bagi penderita keganasan. Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang, diperoleh data bahwa perawatan paliatif
baru mulai diberikan pada pasien dengan kondisi terminal yang akan segera
meninggal, karena keterbatasan SDM tim perawatan paliatif dan adanya perbedaan
pendapat mengenai pemberian perawatan paliatif, maka perlu dilakukan penelitian
tentang kebutuhan perawatan paliatif pasien terkait dengan kualitas hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perawatan paliatif terhadap
peningkatn kualitas hidup penderita KNF stadium lanjut (muyassaroh & tri lestari,
2019).
Tujuan utama dari perawatan paliatif adalah untuk membantu klien dan
keluarga mencapai kualitas hidup terbaik (potter & perry, 2019). Perawatan paliatif
tidak menekankan pada pembuhan melainkan memberikan bantuan terhadap penderita

6
yang di alami dengan mengelola gejala yang munculnan memaksimalkan kualitas
hidup (Black & Hawks, 2005)
Penelitian tentang keperawatan paliatif saat ini menunjukkan bahwa pasien menjelang
ajal mempunyai kebutuhan yang beragam dalam perawatannya, tidak hanya masalah
fisik namun masalah psikologis, spiritual, dan dukungan sosial Kebutuhan tersebut
tidak lepas dari pentingnya peningkatan sikap dalam merawat pasien dengan
menjelang ajal. Keberhasilan perawatan pasien menjelang ajal dipengaruhi oleh sikap
perawat dalam proses perawatannya (Gallagher et al, 2015).
Ketergantungan pasien terhadap tenaga perawat tidak mampu dihindarkan,
terutama pasien dengan total care. Hasil studi menyebutkan bahwa sikap perawat
yang negatif, seperti perasaan tidak peduli, takut, dan cemas dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan dapat menurunkan kualitas pelayanan menjelang ajal pada pasien
(Grubb & Arthur, 2016).

B. Kepatutan Terapi Dalam Perawatan Paliatif


Yang dimaksud kepatutan terapi pada pasien paliatif kanker adalah suatu
pertimbangan medis dan efisiensi biaya (cost effective) terutama pada penyakit yang
terminal. Terapi berlebihan yang bertujuan memperpanjang hidup secara progresif
tidak memberikan manfaat berarti justru menambah penderitaan pasien. Pertimbangan
ini tergantung pada situasi klinis medis, kompleks dan sulitnya masalah, serta
penilaian yang dilakukan berulan (kementrian kesehatan RI,2016).

C. Allow Natural Death (AND)


Bila tim paliatif dan keluarga bersepakat bahwa kematian adalah proses
alamiah, maka tindakan medis diberikan secara proporsional yaitu hanya tindakan
yang bertujuan untuk mencapai kondisi terbebas dari penderitaan, damai dan
bermartabat (com-fort, peace and dignity). Misalnya dengan tidak melakukan resusi-
tasi jantung paru (RJP) dan tindakan invasif lainnya seperti pemakaian alat bantu
pernapasan pada pasien kanker di masa akhir kehidupannya dengan risiko yang telah
dijelaskan sebelumnya. Hal ini tentunya diputuskan setelah dilakukan diskusi dengan
keluarga dan pasien ketika masih memiliki kemampuan kognitif untuk mengambil
keputusan (kementrian kesehatan RI,2016).
Suatu keputusan untuk tidak melaksanakan resusitasi pada pasien stadium
terminal apabila diindikasikan. Tidak melakukan resusitasi bukan berarti meniadakan

7
tindakan yang diperlukan untuk mencapai kematian yang bermartabat, misalnya
pemberian cairan apabila dehidrasi menimbulkan ketidaknyamanan pasien, pemberian
obat-obat anti nyeri, pemberian oksigen apabila ditemu-kan hipoksia pada sesak
nafas, dan nutrisi yang sesuai kondisi pasien.obat lain secara simptomatis (kementrian
kesehatan RI,2015)

D. Menahan Dan Mengehentikan Terapi Medic Dalam Perawatan Paliatif


Setiap pasien memiliki kekhususan dalam menerima upaya perawatan paliatif.
Penilaian dan keputusan harus dilakukan secara seksama dan individual. Oleh karena
itu perlu dinilai kondisi pasien berdasarkan :
 Kondisi fisiologi sistem organ
 Ketergantungan pada terapi
 Derajat kesadaran
 Pilihan untuk sedasi dan analgesi
 Keterlibatan keluarga dan orang-orang yang dicintai.

Dalam kondisi khusus di rumah sakit pada pasien dengan kondisi terminal
yang menggunakan alat bantu napas, diharapkan tim medis dapat menjelaskan
manfaat dan kerugian melanjutkan penggunaan alat bantu napas pada kondisi
tersebut. Bila keluarga memilih untuk menghentikan alat bantu tersebut, maka
persetu-juan tertulis (formulir inform concent) dan pelepasan alat dilakukan oleh
petugas medis dengan didampingi keluarga. Selain itu, perlu dilakukan penilaian obat-
obat yang digunakan pasien secara berkala berdasarkan kebutuhan pasien (kementrian
kesehatan RI,2016).

Sesuai prinsip perawatan paliatif, tujuan terapi pada pasien stadium terminal
adalah untuk mencapai kondisi nyaman dan meninggal secara bermartabat. Sehingga
terapi yang diberikan bertujuan untuk memperpanjang proses kematian harus
dihentikan dan terapi yang tidak sesuai dengan tujuan di atas tidak mungkin
diberikan. Pasien memiliki hak untuk mendapatkan informasi. Dalam penyampaian
diagnosa dan prognosa, diperlukan keterampilan untuk mengetahui kesiapan pasien
dalam menerima informasi sejauh yang dikehendaki pasien (kementrian kesehatan
RI,2015)

8
Pada pasien dengan kondisi terminal (mengalami kematian batang otak) yang
mendapatkan bantuan hidup ventilator, diharapkan tim medis dapat menjelaskan
manfaat dan kerugian melanjutkan penggunaan ventilator pada kondisi tersebut. Bila
keluarga memilih menghentikan ventilator, maka persetujuan tertulis (formulir inform
concent) dan pelepasan ventilator dilakukan oleh keluarga didampingi petugas medis
(kementrian kesehatan RI,2015)

E. Penyikapan Informasi (Disclosure) Dalam Perawatan Paliatif


Penyampaian informasi merupakan pemberian informasi dari petugas
kesehatan yang berwenang kepada pasien dan keluarga tentang kondisi medis pasien.
Penyampaian tersebut diberikan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Keinginan pasien untuk mengetahui atau tidak mengetahui kondisi sebenarnya
2. Sejauh mana pasien ingin mengetahui kondisi yang sebenarnya.
3. Kesiapan pasien untuk menerima informasi berkaitan dengan kondisi yang
sebenarnya.
Dalam hal pasien tidak menginginkan untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya, perlu menunjuk wakil dirinya yang dapat menerima informasi tersebut.
Dalam hal ini wakil yang ditunjuk dapat berasal dari keluarga maupun orang terdekat
pasien yang dapat mengambil keputusan untuk pasien jika diperlukan. Pada beberapa
kasus seringkali ada dilema etika dalam hal penyampaian informasi kepada pasien.
Tidak memberitahu pasien berarti memenuhi keinginan keluarga yang takut pasien
tidak dapat menerima kondisinya (do good) atau menghalangi pasien untuk
mengetahui kondisi sebenarnya dan untuk dapat membuat persiapan dalam
menghadapi kondisi tersebut (do harm). Hal ini sering dihadapi di lapangan,
bagaimanapun tim paliatif harus menghargai keputusan dari keluarga pasien
(kementrian kesehatan RI,2016).

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Pelayanan keperawatan paliatif merupakan kebutuhan kemanusiaan yang
mendesak di seluruh dunia termasuk Indonesia, bagi pasien kanker terutama stadium
lanjut. Idealnya, layanan perawatan paliatif harus diberikan kepada pasien kanker
stadium lanjut beserta keluarganya sejak saat diagnosis penyakit kanker ditegakkan
hingga penyakit berlangsung ke dalam fase terminal.
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya,
meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positif selama sakit,
membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat meninggalnya, menjawab
kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk dukungan disaat-saat sedih dan
kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah selama pasien sakit serta disaat sedih.
Klasifikasi palliative ada beberapa macam yaitu religious, music, kemoterapi,
hipnoterapi, dan lain-lain.

2. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara
intensif serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila
mendapati klien dengan penyakit paliatif

10
DAFTAR PUSTAKA

Muyassaroh,lestari tri, 2018 ‘’pengaruh perawatan paliatif terhadap peningkatan kualitas


hidup penderita karsinoma nasofaring stadium lanjut di RS Dr. Kariadi semarang’’ Medica
Hospitalia, med hosp; vol 6 (2) : 125-130

Kementrian kesehatan. 2016. Modul tot paliatif..kementrian kesehatan RI

Kementrian kesehatan. 2015. Pedoman nasional..kementrian kesehatan RI

Zulfatul A’la muhamad. 2016.’’Pengukuran Validitas Pada Mahasiswa Keparawatan


Menggunakan Analisis Faktor’’. nurseline journal Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN 2540-7937

Black M. Joyce, Hawks Jane Hokanson, 2015 ‘’keperawatan medical bedah’’ CV Pentasada
media edukasi : indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai