Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER PADA KLIEN PALIATIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif dan


Menjelang Ajal
Dosen pengempu : Ns.Aria pranatha S,.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :
Dayuni CKR0180230

JURUSAN S1 KEPERAWATAN STIKKU KAMPUS 2 RS.


CIREMAI

Jl. Pangeran Drajat No. 40A Cirebon – Jawa Barat

Kodepos (45133) Telp. (0231)238335

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini bertemakan tentang “Terapi Komplementer Pada Klien
Paliatif” yang disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Paliatif dan
Menjelang Ajal tahun ajaran 2018/2019.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya


bimbingan, dorongan, motivasi, dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sri Utami Dwiningsih, MNS selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Paliatif dan Menjelang Ajal yang telah membimbing dalam kegiatan belajar
mengajar.
2. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik
dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi
perbaikan dan kesempurnaan dari makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah........................................................................................iii
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
A. Pengertian Palliative Care.............................................................................7
1. Tujuan Keperawatan Paliatif.....................................................................8
2. Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan Keperawatan Paliatif.......................8
3. Prinsip Dasar Keperawatan Paliatif............................................................9
4. Konsep Terapi Komplementer................................................................10
5. Klasifikasi Terapi Komplementer...........................................................11
6. Hubungan Terapi Komplementer Pada Paliatif.......................................18
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan
banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian
penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya
(Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang
adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi
praktik konvensional (Smith et al., 2004).
Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi
komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun
1997. Kemudian meurut Snyder & Lindquis (2002) yaitu klien yang
menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya
harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer.
Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan
dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya.
Terdapat 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan
konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer.
Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang
terminal yang dapat dilakukan secara sederhana, seringkali prioritas utama
adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk
penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien
ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga
apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini
dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi
komplementer

4
Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap kematian sebagai prose normal, tidak mempercepat atau
menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan
agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan
membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Reaksi emosional pada klien
paliatif tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining, depression dan
acceptance (Kubler-Ross,2003).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas
tetang terapi komplementer pada pasien paliatif yaitu dengan cara
penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada
pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang Konvensional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan paliatif?
2. Apa tujuan perawatan paliatif?
3. Apa fungsi perawat dalam asuhan keperawatan paliatif ?
4. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?
5. Apa klasifikasi terapi komplementer?
6. Bagaimana proses terapi komplementer pada paliatif?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang konsep komplementer dan alternatif
terapi pada paliatif dan mampu memahami dan menerapkan keperawatan
paliatif.

5
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perawatan paliatif
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari perawatan paliatif
c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran fungsi perawat pada asuhan
keperawatan paliatif
d. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian terapi
komplementer
e. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi terapi komplementer
f. Mahasiswa mampu mengetahui proses terapi komplementer pada
paliatif.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Palliative Care


Ungkapan palliative berasal dari bahasa latin yaitu “ pallium” yang
artinya adalah menutupi atau menyembuhkan. Perawatan paliatif ditujukan
untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan
kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan
(Muckaden, 2011). Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk
meningkatkan kulitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa,dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa
sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai
sejak ditegakkannya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health
Organization, 2016).
Macleod et al (2012) menyatakan bahwa keperawatan paliatif adalah
pendekatan yang sesuai untuk menghadapi permasalahan kematian pada
pasien ini. Keperawatan paliatif menawarkan peningkatan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan
dari pertama didiagnosis sampai proses berduka akibat kematian melalui
pendekatan psiko-sosio, kultural, dan spiritual. Perawatan paliatif merupakan
perawatan yang dicapai dengan efektif dengan mengelola rasa sakit dan hal
lainnya yang membuat tidak nyaman seperti kelelahan, dyspnea, mual,
muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi, kebingungan, serta psikologis
dan perawatan spiritual dari awal di diagnosis. Perawatan paliatif tidak
berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha untuk membuat keputusn
yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative Care Australia,
2014).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
paliatif adalah suatu pendekatan aktif yang diberikan untuk mengatasi
keluhan baik secara fisik, emosi maupun spiritual sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa.

7
B. Tujuan Keperawatan Paliatif
Tujuan akhir dari perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi
penderitaan serta memberikan bantun untuk memperoleh kualitas kehidupan
terbaik bagi pasien dan keluarga tanpa memperhatikan stadium atau kebutuhan
terapi lainnya, denan demikian perawatan palitif dapat diberikan secara
bersamaan dengan perawatan yang memperpanjang kehidupan atau sebagai
focus keperawatan (Campbell, 2009).
The National Institute For clinical Excelence (NICE) menyatakan bahwa
tujuan perawatan paliatif adalah : Meningkatkan kualitas hidup, menganggap
kematian sebagai suatu hal yang normal, menjaga kesinambungan psikologis
dan spiritualitas, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menggangu,
mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya, tidak
mempercepat atau menunda kematian dan membantu untuk mengatasi suasana
dukacita kepada keluarga dengan memberi sistem dukungan.

C. Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan Keperawatan Paliatif


Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi
pasien paliatif dalam mengatasi gejala yang di alami (Mackenzie & Mac
Callam, 2009). Berikut beberapa peran perawat dalam perawatan paliatif
Menurut Matzo & Sherman (2014) :
1. Perawat sebagai salah satu petugas praktik di klinik
Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri
beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam mengembangkan dan
menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif. Perawat
mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan
dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat
dipraktekkan sesuai denga aturan di rumah sakit.
2. Perawat sebagai pendidik
Memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi tentang
penatalaksanaan di klinik sehingga semua tim dapat mencapai hasil yang
positif. Perawat memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi :

8
mengatasi nyeri neuropatik, berperan mengatasi konflik profesi, mencegah
duka cita dan resiko kehilangan. Perawat pendidik dengan tim lainnya,
seperti komite dan ahli farmasi, berdasarkan pedoman dan tim perawatan
paliatif, maka memberikan perawatan yang berbeda dan khusus dalam
menggunaan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropatik yang
tidak mudah di atasi.
3. Perawat sebagai peneliti
Perawat sebagai peneliti menghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang
ditujukan pada pertanyaan-pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan
terintegrasi pada penelitian perawatan paliatif.
4. Perawat sebagai kolaborasi
Salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama (Collaborator)
melakukan pengkajian dalam mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta
penatalaksananya. Perawat membangun dan mempertahankan kolaborasi
dengan tim perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam
mengembangkan anggota dalam pelayanan, perawat bekerjasama dengan
tim perawatan paliatif dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan
hasil yang terbaik.
5. Perawat sebagai penasihat (concultant)
Perawat sebagai penasihat akan bekerjasama dan berdiskusi dengan
dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi
pengobatan yang tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi
kebutuhan pasien dan keluarga.

D. Prinsip Dasar Perawatan Paliatif


Prinsip dasar pemberian perawatan paliatif dalam memberikan
perawatan paliatif sangat penting memperhatikan prinsip-prinsipnya. Becker
(2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsi dasar dalam memberikan perawatan
paliatif adalah :

9
1. Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.
Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghormati dan
menghargai pasien dan keluarga, sesuai dengan prinsip menghormati maka
segala informasi perawatan harus dikonsultasikan dengan pasien dan
keluarga dimulai sejak awal diagnosa ditegakkan sampai tahap
pengobatan.
2. Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif
yang pantas.
Pada kondisi untuk menghilangkan nyeri dan keluhan fisik lainnya maka
petugas kesehatan harus memberikan kesempatan pengobatan yang sesuai
untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi tersebut meliputi : dukungan
teman sebaya, terapi musik, dukungan spiritual kepada keluarga,
perawatan menjelang ajal.
3. Mendukung pemberian perawatan (caregiver)
Pelayanan perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan
paliatif, rekan kerjanya, dan institusi untuk penanganan proses berduka
dan kematian, seperti : dukungan dari institusi yaitu penyuluhan secara
rutin dari ahli psikologis
4. Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif
Faktor-faktor yang menghambat keluarga untuk mendapatkan kesempatan
untuk layanan perawat paliatif adalah; pengetahuan, ekonomi, dan
peraturan, sehingga tenaga professional perlu melakukan penyuluhan
kepada masyarakat untuk medorong kesadaran perlunya perawatan
paliatif.

E. Konsep Terapi Komplementer


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha
untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,
perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat
menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan
melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.

10
Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Menurut WHO (World Health
Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga 
untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Terapi komplementer
adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan
perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).

F. Klasifikasi Terapi Komplementer


1. Sistem medis alternatif
a. Akupuntur
Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat tradisional Cina.
Hal ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan hidup), yang merupakan
energi yang mengalir melalui tubuh sepanjang jalur yang dikenal sebagai
meridian. Setiap ketidakseimbangan dalam qi diduga mengakibatkan
kesulitan atau penyakit. Ada 12 meridian utama diyakini sebagai titik
akupuntur yang sesuai dengan setiap bagian tubuh dan organ. Untuk
menyeimbangkan aliran qi, jarum sekali pakai yang sangat halus
dimasukkan ke dalam acupoints di bawah kulit. Dasar biologis dari qi
belum ditemukan, namun diperkirakan bahwa akupuntur menstimulus
endorfin dan neurotransmiter lain di otak. Akupunktur telah terbukti
efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan muntah.
Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan ringan.
Hanya jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting untuk
mengetahuiseorang praktisi akupuntur yang berkualitas. Ahli akupunktur
harus memiliki pengalaman sebelumnya dengan pasien kanker. Di New
York State ahli akupunktur harus memiliki lisensi dan harus memiliki 40
sampai 50 jam pelatihan.

11
Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko infeksi), alat pacu
jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa mengganggu irama jantung),
dan kehamilan (perlu menghindari titik-titik tertentu yang bisa merangsang
rahim). Dana-Farber Cancer Institute di Boston, kontraindikasi akupunktur
adalah ANC <500 / µL, trombosit <25.000 / µl, demam neutropenia, situs
metastasis, situs iradiasi (berkelanjutan untuk 4 minggu setelah), INR>
3,5-4,0, dan transplantasi sel induk (2 minggu sebelum 3 bulan setelah itu).
Akupuntur tidak akan mengganggu obat nyeri.
b. Akupresur
Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang didasarkan
pada ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur melibatkan
penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-titik akupuntur yang
berbeda pada permukaan tubuh. Ada tiga titik akpresur yang perawat dapat
gunakan atau ajarkan pada pasien kanker untk menstimulasi diri. Titik
pada usus besar dapat diakses oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian
berdaging dari kedua tangan antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian
tekan dengan ibu jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan
tekanan. Titik perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak
tibia. Titik mual dan muntahterletak dua inci proksimal ke puncak
melintang dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan dengan ibu
jari secara melingkar selama 1 sampai 2 menit.

2. Mind-body medicine
a. Meditasi
Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara
sengaja. Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran.
Metode konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan
mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase) seperti dalam
meditasi transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran
mulai dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian
yang muncul di bidang kesadaran.

12
Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah
untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien
kanker meninggal menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada
meditasi menimbulkan perasaan yang mendalam dari penerimaan,
kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi yang dilakukan
pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10-
minggu menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi
tingkat stres yang berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit.
b. Hipnosis
Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif
ditandai dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan
minim fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan menyarankan
relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan gambar yang
mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi dalam
beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang sedang
berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan
fisik. Ada bukti dari tinjauan sistematis bahwa hipnosis dapat
membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang
terminal.
c. Guided imagery
Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan
untuk pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan
relaksasi. Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat
lakukan dengan pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah,
hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk
mengurangi rasa sakit dan kecemasan.
d. Pelatihan relaksasi
Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot
progresif, dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan
yang signifikan dalam nyeri secara subjektif pada pasien dengan
kanker stadium lanjut.

13
e. Terapi distraksi
Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik
diberikan kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian
mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya dengan
melihat pemandangan alam, video game, dll.
f. Terapi musik
Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol
untuk perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi
rasa sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan musik
dan terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat dari seorang
profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi,
kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi
musik dapat seperti mendengarkan, bernyanyi, bermain drum,
mengembangkan lirik, atau merekam untuk keluarga. Musik yang
disediakan oleh terapis musik telah terbukti lebih efektif daripada
penggunaan pra rekaman musik sendiri dalam mengurangi skor
kecemasan.
g. Terapi Seni
Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan
kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker,
seringkali sulit untuk mengungkapkan secara verbal apa yang
dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan,
penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri
yang memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan gejala melalui
penggunaan bahan-bahan seni. Beberapa penelitian telah meneliti
penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala kanker.
Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan
leukemia dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan
secara statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk
mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel berwarna dan
spidol, pasien kanker yang membantu untuk memvisualisasikan rasa

14
sakit mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan dengan
citra tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas.

3. Manipulative and body-based practices


a. Pijat atau massase
Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi, kenyamanan,
dan peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa pijat menjadi bagian
dari perawatan sehari-hari yang diberikan kepada setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit. Terapi pijat digunakan untuk meringankan
gejala pada pasien kanker. Ini menggunakan teknik manual
menggosok, membelai, menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh
untuk mempengaruhi seluruh tubuh. Pada suatu waktu, pijat itu diduga
menyebabkan penyebaran kanker dengan meningkatkan sirkulasi
sistemik. Sampai saat ini tidak ada bukti untuk mendukung ini.
Sentuhan dapat menjadi intervensi terhadap nyeri. Berbagai
penjelasan untuk efektivitas pijat telah diusulkan: pengurangan
ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi, relaksasi umum, dan efek
memelihara sentuh.
Pijat umumnya aman untuk pasien kanker, tetapi
membutuhkan modifikasi teknik khusus untuk pasien individu. Ada
kontraindikasi khusus untuk pasien hamil. Hal ini kontraindikasi pada
daerah dengan metastase tulang (untuk risiko patah atau pecah tulang)
atau tumor (untuk risiko perdarahan); untuk pasien dengan jumlah
trombosit dari <50.000 (untuk risiko memar); di titik bekuan darah
(untuk risiko melepas trombus dalam vena), dan di situs bedah atau
ruam. Pijat dalam jaringan tidak boleh diberikan pada pasien dengan
kanker; tekanan ringan adalah pijat yang paling tepat untuk pasien ini.
Izin terapis pijat terlatih yang telah memiliki pengalaman dengan
pasien kanker.

b. Gentle massase

15
Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan
seluas mungkin dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian tubuh
pasien seperti lengan atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari
atau jempol karena dapat memberikan banyak tekanan terlalu spesifik.
Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat bias seperti
lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting
untuk memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang
konsisten.
c. Refleksi
Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan
bahwa ada titik refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan telinga
yang sesuai dengan setiap kelenjar, organ, dan bagian tubuh. Dengan
stimulasi terampil dari daerah-daerah dan poin dengan tangan, jari,
dan teknik praktis, sistem tubuh yang difasilitasi untuk keseimbangan
yang lebih besar. Ini memfasilitasi pasien dalam keadaan yang lebih
santai di mana mereka dapat fokus pada kesehatan daripada penyakit.
Hal ini digunakan untuk menstimulasi relaksasi dan tidur, untuk
mengurangi kecemasan, untuk mencegah dan mengurangi neuropati
perifer sekunder untuk kemoterapi, dan untuk mengurangi
pengalaman rasa sakit secara keseluruhan. Refleksi kaki adalah
noninvasif, dapat dilakukan dalam pengaturan apapun, tidak
memerlukan peralatan, dan tidak mengganggu privasi pasien.
Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis vena di
kaki / tangan untuk mencegah bergerak dari trombus ke dalam
sirkulasi. Kontraindikasi lainnya adalah infeksi, ruam, memar, luka,
dan lymphedema kaki atau kaki. Perawat dan orang awam dapat
diajarkan pijat refleksi. Keluarga dapat diajarkan untuk melakukan
refleksi untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan pada keluarganya
yang sakit.

4. Energy medicine (Reiki)

16
Reiki adalah energi getaran atau halus paling sering difasilitasi
oleh sentuhan yang sangat ringan. Rei berarti yang universal atau energi
tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup. Terapi Reiki diduga
mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat kemampuan alami
kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan dalam
tubuh, pikiran, dan jiwa.
Reiki yang ditawarkan oleh seorang praktisi Reiki dilatih untuk
individu dan melibatkan penempatan tangan yang sangat ringan pada
tubuh pasien: kepala hingga ujung kaki, depan dan belakang, dan di titik
nyeri jika ditoleransi. Sentuhan lembut dari Reiki adalah menenangkan,
dan menstimlasi relaksasi yang mendalam. Hal ini dapat diberikan
kepada setiap pasien karena sentuhan yang sangat ringan. Sebagian besar
pasien kanker dapat menerima Reiki. Karena itu adalah sentuhan ringan,
tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Selama pasien terbuka untuk
menerima sentuhan yang sangat ringan, dapat dilakukan.

5. Biological Based Practice


Karena terapi komplementer adalah pengobatan untuk
mendukung pengobatan medis atau konvensional. Jadi herbal, vitamin
dan suplemen yang diberikan akan berinteraksi dengan obat-obatan yang
di berikan oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Namun, adanya
interaksi antara obat herbal, vitamin, atau suplemen dengan obat-obatan
harus diwaspadai.
Contoh pengobatan komplementer dalam bentuk herbal yaitu
herbal Sinshe Fengshui, yaitu metode pengobatan yang memadukan obat-
obatan herbal yang berkhasiat tinggi dengan resep pengobatan Cina Kuno
yang telah berusia ribuan tahun. Selain itu ada tanaman herbal, yaitu
gingseng yang berasal dari daerah pegunungan Cina Utara yang
bermanfaat untuk pengobatan yang bisa untuk menyegarkan tubuh dan
jiwa juga bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan
gangguan lainya.
G. Hubungan Terapi Komplementer pada Keperawatan Paliatif

17
Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena
banyak terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati
berbagai jenis penyakit namun belum banyak penelitian yang
membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi
komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus
memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif)
dan mencegah timbulnya kembali (preventif). Pengobatan komplementer
alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang akhir-akhir ini banyak
diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional
(Hasanah & Widowati, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani
(2017) menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual
muntah terutama pasca kemoterapi. Pengguna terapi modern dan
komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan
nyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan
komplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mual
muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan.
Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan
penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi modern.
Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti
secara medis dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat
dikurangi dengan terapi modern dan komplementer sehingga secara global
kualitas hidup penderita kanker meningkat. Salah satu dari terapi
komplementer yang dapat digunakan pada keperawatan paliatif adalah
akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan
untuk mengobati penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan
kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu mengurangi
nyeri kronis, mengurangi efek samping kemoterapi ataupun radioterapi
seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga
kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan.
Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan pelayanan
yang menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional

18
dan atau hanya sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan
tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan
masuknya obat tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya
dapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk
menerima dan menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam
standar pelayanan medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis; melakukan
pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang (laboratorium,
radiologi, EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan
obat herbal hanya pada pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil
diagnosis yang telah ditegakkan; penggunaan obat herbal dilakukan dengan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah
digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi
(dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi
setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek
samping (Kepmenkes, 2008).
Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini
adalah kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan
banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya
pengobatan keperawatan paliatif secara konvensional, ketidakberhasilan dan
banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan konvensional, serta adanya
kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong
makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain
dengan tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan
(Hasanah & Widowati, 2016).

19
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Terapi medis adalah meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup
pasien. Optimalisasi terapi medis harus aman, efektif, pemilihan terapi
secara bijak dan pelayanan kesehatan secara akurat serta adanya
kesepakatan antara pasien dan pemberi pelayanan berdasarkan informasi
terkini. Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi
nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi
mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,
pikiran, dan interaksi sosial mempengaruhi kesejahteraan seseorang dapat
dipengaruhi oleh terapi komplementer secara garis besar di dasarkan
sebagai kategori terapi pikiran penghubung tubuh (mind – body terapies)
sementara terapi biomedis lebih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan
berfokus pada dampak terapi terhadap respon tubuh dan psikis terutama
pada pasien paliatif yang bertujuan untuk meningkatkan quality of life.

B. Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang terapi medik
dan terapi komlementer diharapkan pembaca atau teman-teman sejawat
dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami buat. Jika ada
pengembangan yang bermanfaat mohon untuk dilayangkan pada penulis
makalah ini karena masukan dari pembaca atau bapak/ ibu dosen sangat
mendukung demi kesempurnaan makalah yang kami buat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, S. N. & Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai
terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia.

Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi
modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker
payudara. JKP.

Kubler-Ross, E. (2003). Kematian Sebagai Kehidupan: On Death and Dying.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Republik Indonesia. (2008). Keputusan menteri kesehatan RI tentang standar


pelayanan medik herbal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Snyder. M., Lindquist. R,. (2002). Complementary Alternative Therapies In


Nursing. 4th Ed. New York : Springer Publishing Company, Inc.

Thomas L. Friedman (2000) Globalisasi “The World Is Flat”. Cet. 2, Dian Rakyat

file:///C:/Users/User/Downloads/200-556-1-PB.pdf diakses pada tanggal 29 Juli


2018 pukul 10.05

https://media.neliti.com/media/publications/197121-ID-the-frommelt-attitudes-
toward-care-of-th.pdf diakses pada tanggal 29 Juli 2018 pukul 10.30

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119492&val=5466 diakses
pada tanggl 29 Juli pukul 10.40

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68626/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y diakses pada tanggal 29 Juli 2018 pukul
11.10

21

Anda mungkin juga menyukai