Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN


KOMUNITAS

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas


Dosen : Ns. Samuel S. Kumajas, S.Kep.,M.Kep

NAMA : CHINTIYA STELA TUMBOL


NIM : 2014201221

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah Keperawatan komunitas tentang
“Terapi Komplementer dalam Keperawatan Komunitas (Fokus,Peran dan Tehnik)”. Makalah ini
dibuat dan disusun oleh kelompok dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas. Selain itu makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami
khususnya dan pembaca pada umumnya tentang peran perawat serta teknik dalam terapi
komplementer pada Keperawatan Komunitas.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, sebagai perbaikan bagi kami dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Akhir kata kami sebagai penyusun berharap, agar makalah ini nantinya
dapat bermanfaat bagi kita semua.

MANADO, 01 JULI 2021

Penyusun

2
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan..................................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………1
BAB II :TINJAUAN TEORI................................................................................... 2
A. Pengertian............................................................................................................2
B. Fokus Terapi Komplementer...............................................................................2
C. Peran Perawat......................................................................................................4
D. Teknik Terapi Komplementer ………………………………………………….5
E. Penggunaan Terapi Komplementer Dalam Indonesia …………………………6
BAB III PENUTUP..................................................................................................7
A. Kesimpulan..........................................................................................................7
B. Saran....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dengan pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional kedalam pengobatan modern. Terminology ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan Kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang
menyebutkan dengan pengobatan holistic,pendapat ini didasari oleh bentuk
terapi yang mempengaruhi individu secra menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa
dalam kesatuan fungsi.
Perkembangan keperawatan komplementer mendapat perhatian
diberbagai negara belakangan ini. Keperawatan komplementer menjadi
terapi pelengkap dan alternatif sebagai bagian yang penting dalam pelayanan
kesehatan berbagai negara sejak tahun 1990-an termasuk Eropa dn Amerika.
Hal ini dapat dilihat dari berbagai perkembangan dan tulisan yang ada pada
masa tersebut. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia sebagai salah satu negara
di Asia yang memiliki budaya tradisional dalam pengobatan. Salah satu yang
terkenal adalah jamu. Jamu tersebut digunakan dalam pengobatan sebagai
salah satu cara mengatasi berbagai masalah kesehatan masyarakat. Saat ini
jamu dikombinasi dengan pengobatan konvesional (dikenal dengan
pengobatan barat atau modern). Seseorang yang menggunakan kombinasi ini
saling melengkapi dikenal dengan istilah terapi atau pengobatan
komplementer.

Perkembangan keperawatan komplementer awalnya dimulai dari


perbedaan pandangan antara klien dengan perawat atau tenaga kesehatan lain
di pelayanan kesehatan terhadap sistem pelayanan kesehatan yang diberikan.
Perbedaan ini dapat dijambatani dengan konsep tradisional tentang cara
pandang yang utuh dari Rogers dalam memandang seseorang ( Hitchock,
Schubert,Thomas,1999). Hal ini membuat seorang perawat dalam
memberikan pelayanan selain menggunakan pendekatan biomedis, untuk
promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan juga
memperhatikan kesatuan tubuh, pikiran dan jiwa yang sesuai dengan
keyakinan dan nilai individu tersebut sebagai aplikasi dan pronsip holistic
dalam cara pandang yang utuh tersebut. Manajer pelayanan Ksehatan
menyakini pemberian terapi komplementer meningkatkan kapasitas
pelayanan kesehatan scara holistik dengan mengisi kesenjangan terapeutik
dalam praktik kesehatan ( Singer & Adams 2016).

Perawat yang menggunakan tindakan komplementer dalam pelayanan


dikenal dengan memberikan terapi komplementer atau alternatif. Adapun
4
beberapa isitilah selain penggunaan kata komplementer menurut kramlich
(2014) adalah alternatif ,tradisional, dan internatif. National Center
Complementary And Integratif Health (NCCIH,2016 ) menjelaskan istilah
terapi alternatif merupakan cara utama dengan pengobtan yang
menggantikan obat konvensional misalnya klien hanya memilih pengobatan
herbal dalam mengatasi penyakitnnya. Istilah tradisional merupakan sistem
penyembuhan secara kultural yang telah digunakan selama ribuan tahun yang
melibatkan pendekatan konvensional dan promosi . Dari uraian dan data
tersebut maka penting bagi kita untuk mengetahui tentang keperawatan
komplementer.

A. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam masalah ini yaitu:
1. Apa saja yang menjadi fokus terapi komplementer dalam keperawatan?
2. Bagaimana peran perawat dalam keperawatan yang etis?
3. Bagaimana peran perawat dalam pendidikan, riset dan praktik terapi
komplementer?
4. Apa saja teknik terapi komplementer yang digunakan dalam
keperawatan komunitas?
5. Apa saja terapi komplmenter yang umum digunakan di Indonesia?

B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami berbagai fokus terapi komplementer
dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui dan memahami peran perawat dalam keperawatan
yang etis.
3. Untuk mengetahui dan memahami peran perawat dalam pendidikan,
riset dan praktik terapi komplementer.
4. Untuk mengetahui dan memahami teknik terapi komplementer yang
digunakan dalam keperawatan komunitas.
5. Untuk mengetahui dan memahami terapi komplementer yang umum
digunakan di Indonesia

C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat penulisan yaitu:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami berbagai
fokus terapi komplementer dalam keperawatan.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami peran
perawat dalam keperawatan yang etis.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami peran
perawat dalam pendidikan, riset dan praktik terapi komplementer.
4. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami teknik terapi
komplementer yang digunakan dalam keperawatan komunitas.
5. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami terapi
komplmenter yang umum digunakan di Indonesia.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TERAPI KOMPLEMETER

1. DEFINISI

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah


non-konvensional yang bukan berasal dari negra yang bersangkutan.jadi untuk
Indonesia ,jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupaka pengobatan tradisional.Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yag sudah dari zaman dahulu digunkan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu negara.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengbatanplihan lain diluar pengobatan medis yang konvensioanal.
Terapi komplementer adalah terapi tradisional yang diberikan sebagai
pendamping pengobatan modern.
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan , pencegahan penyakit
ataupun rehabilitasi . Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup
dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapakan nutrisi sehat,
seimbang, mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh.
Intervensi komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder,
tersier, dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk
sterategi imajinatif dan kreatif.
Jadi terapi komplementer adalah Tindakan yang diberikan sebagai bagian dari
keperawatan Kesehatan ,terdiri dari berbagai macam bentuk praktik Kesehatan
ditahap pencegahan primer ,sekunder,dan tersier yang diperoleh melalui Pendidikan
khusus yang didasari oleh ilmu-ilmu Kesehatan.
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
terdapat 75-80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-
konvensional . Di indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non -konvensional
termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya
iklan-iklan terapi non konvensional diberbagai media.

2. KLASIFIKASI TERAPI KOMPLEMENTER

a. Mind- body therapy :


Intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gajala fisik dan fungsi tubuh (Yoga,Terapi Musik,
Berdoa,Humor,Hynoterapi)

6
b. Alternatif sistem
Yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan pendekatan pelayanan
biomedis

c. Terapi biologis
Yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal dan
makanan

d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh


Didasari oleh menopulasi dan pergerakan tubuh misalnay kiropraksi, macam-
macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna serta hidoterapi

e. Terapi energi
Terapi yang berfokus pada energi tubuh atau mendapatkan energi luar tubuh
(terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan)

3. HUBUNGAN ANTARA KLASIFIKASI DENGAN TERAPI

Terapi ceragem batu giok termasuk dalam klasifikasi terapi energi , Terapi
energi adalah berfokus pada energi tubuh atau mendapatkan energi luar tubuh
(terapetik sentuhan , pengobatan sentuhan, reiki, external qi magnet) terapi ni
kombinasi anatara energi dan bioelktromagnetik . Ceragem batu giok akan
menghasilkan sinar inframerah ketika dipanaskan . Sinar inframerah akan menstiulasi
panas sampai pada jaringan sub cutan yang mengakibatkan vasolidasi pembuluh
darah meningkat, serta meningkatkan metabolisme mengakibatkan suplai O2 ke
jaringan tersebut sehingga nyeri berkurang.

4. PERKEMBANGAN TERAPI KOMPLEMENTER

Berdasarkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional tentang penggunaan


pengobatan tradisioanal termasuk di dalamnya pengobatan komplementer -alternatif
yang meningkat dari tahun ke tahun, bahkan hasil penelitian tahun 2010 telah
dihhunakan yang tepat.

5. JENIS-JENIS TERAPI KOMPLEMENTER

a. Akupuntur

Di Cina ,prakterk akupuntur telah dimulai dari zaman batu dengan


menggunakanbatu tajam atau batu Bian Shi .Jarum batu akupuntur yang di
perkirakan sudah ada sejak 3000 SM ditemukan oleh ahli arkeolog di pedalaman
Mongolia.Pengobatannya sangat individu dan dilakukan berdasarkan institusi
,subjektif dan pengalaman pribadi bukan atas dasr penelitian medis. Sebagai
contoh sebuah jarumdi tusukan disebuah tendon yang tertarik atau otot yang
kelelelahan yang akan menghilangkan rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.

7
Akupuntur dapat menyebabkan beberapa reaksi fisik ,baik d sekitar daerah
dimana akupuntur dilakukan atau didaerah lain karena saraf yang
menghubungkan organ ke otak.ini dapat mengaktifkan berbagai system dalam
otak dan tubuh. Titik meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh
manusia sebagai tempat mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh manusia
memberikan energi vital untuk organ tubuh agar organ-organ tubuh dapat
berfungsi dengan baik. Maka sangat penting untuk memastikan bahwa Chi dapat
mengalir dengan bebas untuk memastikan bahwa struktur dan fungsi organ tubuh
bagian dalam bekerja dengan efektif ( Hadibroto dkk, 2006 ) .
Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk mempengaruhi Chi yang mengalir
ke organ tubuh bagian dalam, untuk mempengaruhi Chi yang mengalir ke organ
tubuh bagian dalam, untuk meningkatkan struktur fungsi mereka . Jarum juga
dapat digunaka untuk daerah tertentu yang terasa sakit yang mungkin berhubngan
dengan masalah dalam tubuh , seperti cedera akibat olaraga. Sebagi contoh ,
sebuah jarum ditusukkan ke daerah tendon yang tertarik atau otot yang kelelahan
akan meningkatkan aliran Chi ke area tersebut. Yang akan menghilangkat rasa
sakit dan mempercepat proses penyembuhan.

b. Herbalisme Medis

Herbalisme medis penggunaan obat dari tumbuhan untuk pencegahan dan


pengobatan penyakit memiliki dasar sejarah sepanjang umat manusia. Salah satu
prinsip dasar herbalisme adalahbahwa kandungan herbal yang berbeda bekerja
Bersama dalam beberapa cara sehingga mengahasilkan efek-efek bermanfaat .
Kini herbalisme modern yang dipraktikkam oleh herbalis medis ,diambil dari
pengetahuan tradisional,tetapi metode ini semakin banyk di tafsirkan dan
diterapkan dalam konteks modern.Sebagai contoh herbalis menggunakan
pengetahuan terkini menegenai penyebab dan akibat penyakit serta beberapa alat
diagnosis, seperti pengukuran tekanan darah yang dignakan dalam pegobatan
konvensional.
Terdapat sekumpulan bukti klinis yang signifikan tentang manfaat dan resiko
potensioal yang berkaitan dengan penggunaan obat herbal tertentu. Ikhtisar
mengenai beberapa herbal paling penting yang umum digunakan dapat dilihat
bagian B buku ini. Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan penggunaan
obat herbal tentu diformulasikan sebagai sediaan fitofarmasi dan digunakan
dengan cara yang sama dengan sediaan farmasi konfensional, biasanya dibawah
pengawasan dokter untuk mengobati gejala-gejala penyakit.

c. Aromaterapi

Tumbuhan aromatis dan ekstraknya telah digunakan pada kosmetik dan


parfum serta untuk keperluan religious selama ribuan tahun, meskipun hanya
sedikit kaitannya dengan penggunaan terapeutik minyak-minyak atrisi.
Aroma terapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic yang di
ekstraksi dari tumbuhan .
Aroma terapi termasuk terapi komplementer ,untuk meningkatkan pelayanan
8
Kesehatan kepada masyrakat yang bermutu,bermanfaat dan dapat dipertanggung
jawabkan perlu dimanfaatkan upaya pelyanan Kesehatan termasuk pengobatan
komplementer-alternatif.

d. Terapi pengobatan bunga

Pengobatan bunga Bach dikembangkan oleh Dr. Edward Bach (1886-1936)


seorang dokter dan ahli homeopati.Teorinya adalah bahwa dengan mengobati
respons emosional dan mental pasien terhadap penyakitnya,gejala gejala fisik
akan dapat diredahkan.

B. FOKUS TERAPI KOMPLEMENTER

Perawat penting mengenal terapi komplementer, karena masyarakat termasuk di


Indonesia masih banyak yang menggunakan terapi tradisional. Menurut pengalaman
penulis selama praktik keperawatan di masyarakat lebih banyak melakukan tindakan awal
dengan cara tradisional sebelum pergi ke pelayanan kesehatan, sehingga perlu
pengetahuan yang cukup untuk membantu masyarakat dalam memberi informasi
berbagai jenis pilih tindakan. Klien dapat memilih tindakan yang tepat sesuai dengan
masalah yang dialaminya. Perawat yang menguasai terapi komplementer juga dapat
memberikan tindakan sesuai kebutuhan klien. Hal ini sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan terapi komplementer dan alternative yaitu memberi perlindungan
kepada klien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta
memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga pengobatannya (Permenkes RI
No. 1109, 2007). Kondisi saat ini sudah banyak perawat yang mengenal dan kompeten
melakukan terapi komplementer di Indonesia.

Perawat yang melakukan tindakan terapi komplementer perlu diintergrasikan ke


dalam Asuhan keperawatan klien sebagai pelengkap tindakan keperawatan kepada klien.
Hal ini didasari oleh Undang-undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 pasal 30 yang
menjelaskan tentang tugas dan wewenang perawat dalam penatalaksanaan tindakan
komplementer dan alternatif. Perawat juga harus mengaplikasikan prinsip keperawatan
selama melaksanakan terapi komplementer.

Prinsip keperawatan yang perlu diaplikasikan dalam melaksanakan terapi


komplementer dan alternatif adalah holistik, komprehensif, dan kontinum. Prinsip
holistik pada terapi komplementer sesuai dengan pendekatan perawat yang mengacu pada
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual (Berman, et al 2015; Potter,
Perry, Stockert & Hall, 2013). Artinya perawat dalam melaksanakan terapi komplementer
perlu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial kultular dan spiritual
klien. Perawat dapat menggunakan prinsip ini karena mengakui adanya kemampuan
alami dalam pemulihan tubuh dengan menggabungkan berbagai intervensi sebagai
komplementer termasuk memberikan terapi musik, life review, relaksasi, healing touch,
dan guided imaginery (imajinasi tertuntun) karena terapi tersebut menyesuaikan kondisi
dan kemampuan klien, non invasif yang ekonomis, dan non farmakologi (Potter, Perry,

9
Stockert & Hall). Pandangan yang memenuhi semua aspek ini dapat diterapkan dalam
berbagai level pencegahan.

Pelayanan kesehatan terintegrasi menekankan petingnya hubungan antara terapis


atau praktisi dengan klien, fokus pada individu secara menyeluruh, menginformasikan
berdasarkan bukti, dan menggunakan pendekatan terepeutik yang tepat, pelayanan
kesehatan professional dan lintas disiplin sehingga mencapai kesehatan yang optimal
(Kreitzer et al, 2009 dalam Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Pemberian terapi yang
berkelanjutan baik di rumah ataupun di pelayanan kesehatan secara konvensional maupun
komplementer diharapkan dapat memberikan intervensi terbaik untuk kebutuhan klien
(Stanhope & Lancaster, 2014). Artinya terapi komplementer dapat diberikan diberbagai
level layanan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaannya, hal ini menunjukkan bahwa
terapi komplementer apabila di berikan pada seseorang telah sesuai dengan prinsip dan
konsep keperawatan.

C. PERAN PERAWAT

1. PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN YANG ETIS

Perawat berperan penting dalam memaksimalkan penggunaan terapi


komplementer yang mendukung perawatan secara holistic. Perawat memiliki peran
secara utuh dalam memberikan terapi komplementer (Lindquist, Synder, dan Tracy,
2014). Salah satu dari 17 upaya kesehatan yang komprehensif di Indonesia menurut
Undang-Undang no. 36 tahun 2009 adalah pelayanan kesehatan tradisional.
Pelayanan kesehatan ini mendapat perhatian dari pemerintah karena prestasi
penggunaannya oleh masyarakat cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas tahun
2013 proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan ini sebesar
30,4 %. Bentuk perhatian pemerintah khususnya Kementerian kesehatan RI melalui
pembentukan Direktorat Bina Pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan
komplementer melalui permenkes 1144 tahu 2010. Pembinaan yang dilakukan oleh
direktorat ini tentunya terhadap semua pelayanan dan tenaga kesehatan yang ada di
masyarakat yang menggunakan terapi ini.
Peran perawat dalam terapi komplementer dai salah satu jurnal mengatakan
bahwa peran perawat yaitu memberikan asuhan keperawatan komprehensif yang
tidak hanya mengkaji fisik aatau biologic, namun juga psikologik, social, dan
spiritual, sehingga kecemasan yang mempengaruhi psikososial klien dapat
diantisipasi (Shari, Suryani dan Emaliyawati, 2014). Terapi untuk mengatasi
kecemasan dalam ranah keperawatan klinis selain farmakologi adalah nin
farmakologi menggunakan terapi komplementer. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan, memberikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang
dapat diberikan selain memberi obat konvesional sebagai peran kolaboratif.
Penggunaan terapi komplementer diranah kritis dapat diberikan namun efeknya
membutuhkan waktu, tetap dapat dipertimbangkan pemberiannya karena intervensi
ini menggunakan pendekatan holistic dalam melengkapi kebutuhan klien, daam hal

10
fisik, psikologis, social, kultural dan spiritual.
Perawat harus menerapkan informed consent sebelum melakukan terapi
komplementer dan juga mengacu pada prinsip beneficience (kemanfaatan) yang di
dasari hasil kajian dan evaluasi respons terhadap terapi yang dilakukan sebelumnya
(Norton, 2007).

2. PERAN PERAWAT DALAM PENDIDIKAN, RISET DAN PRAKTIK


KOMPLEMENTER

Perkembangan penggunaan terapi komplementer oleh masyarakat saat ini menimbulkan


perhatian khusus, perawat dituntut memliki peranan terutama dalam praktik keperawatan,
pendidikan dan penelitian. Perawat memiliki asumsi bahwa peran tersebut agar klien dapat
memilih dan menggunakan teraopi tersebut sesuai dengan aturanya. Kondisi ini menuntut
adanya panduan penggunaan berbagai terapi yang berdasarkan bukti untuk digunakan, maka
peran pendidikan dan riset keperawatan menjadi penti ng dalam memenuhi tuntutan ini.
Kebutuhan masyarakat menjadi tantangan perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan professional yang didasari bukti yang cukup untuk mendukung penggunaan terapi
dalam intervensi keperawatan (synder & Lindquist, 2010) penggunaan terapi komplementer
akan terus menerus meningkat. Aspek yag menarik dari terapi komplementer yakni dapat
digunakan dalam praktik pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

3. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KOMPLEMENTER

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawaan


Tujuan keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien mencapai
perawatan diri secara total. Tujuan keperawatan untuk fasilitasi proses penyembuhan
tubuh dengan memanipulasi lingkungan pasien.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncnakan dan dilaksankan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia , kemudian dapat di evaluasi
tingkat perkembangannya.

b. Peran sebagai advokad (Pembela klien)


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu kien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan dengan
terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya ,juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya , hak atas informasi tentang penyakitnya ,hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelelaian.

c. Peran Edukator
Untuk mengembangkan interaksi perawat dan klien. Tujuan keperawatan untuk
memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi secara
positif terhadap lingkungan.
11
D. TEKNIK TERAPI KOMPLEMENTER

Perkembangan terapi komplementer di Indonesia ramai di bahas melalui seminar, workshop


ataupun platihan sebagai salah satu cara menjawab kebutuhan pengembangan sesuai amanah
undang-undang yang meniadikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang dapat
digunakan dalam keperawatan.

Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki teknik tertentu. Berikut ini dijelaskan
beberapa teknik Lima tipe berikut sesuai klasifikasi NCCAM tahun 2012 yaitu: pikiran dan tubuh
(mind body therapies); manipulasi dan sistem tubuh; dan terapi energi (Lindquist, Snyder, &
Tracy, 2014). Klasifkasi terapi pikiran dan tubuh (mind body therapies), contohnya seni, imagery,
journaling (menulis jurnal/ sebuah dari yang berbentuk formal)
demikian pula setiap tindakan hendaknya dievaluasi sampai diyakini bahwa tidak ada keluhan
dari efek terapi. Berikut ini beberapa teknik terapi yang banyak digunakan, antara lain:

1. Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan seseorang mampu menggunakan
kesadaran dan pengalamannya sehingga membuat seseorang lebih sadar akan dirinya
(Snyder & Lindquist). Meditasi dapat menjadikan seseorang santai, menurun konsumsi
oksigen, mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Meditasi merupakan sarana
seseorang untuk focus terhadap suatu objek

2. Terapi Masase
Teknik ini dengan cara menekan, mengusap, dan memanipulasi otot dan jaringan lunak
lainnya pada tubuh. Pengertian massase telah mengalami proses penyempurnaan
berdasarkan ilmu-ilmu mengenai tubuh manusia serta gerakan-gerakan tangan yang bersifat
mekanis terhadap tubuh manusia yang dilakukan dengan berbagai teknik (Synder &
Lindquist, 2010).

3. Yoga
Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat aktivitas untuk pikiran dan jiwa
agar berfungsi bersama secara harmonis (Shindu, 2013). Yoga merupakan salah satu terapi
yang memiliki dasar pengetahuan mengenai seni pernapasan, anatomi tubuh manusia,
pengetahuan tentang cara mengatur napas disertai gerakan anggota badan, cara melatih
konsentrasi dan kedamaian pikiran.

4. Bekam
Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan timur tengah sebagai salah satu teknik pengobatan
tertua didunia. Pengertian bekam adalah melakukan suction pada bagian tertentu (local)
dengan menggunakan cups pada area yang telah dipilih pada tubuh. Setelah beberapa menit,
cup akan dipindahkan dan dilakukan penyayatan kecil dengan menggunakan scalpel.
Suction kedua menggunakan cup pada bagian tersebut akan mengeluarkan darah dari dalam
tubuh dengan kuantitas kecil yang berfungsi untuk mengeluarkan racun dari tubuh (El
Syaded, Mahmoud, & Nabo, 2013)

12
5. Terapi Benson
Terapi ini dikenal dengan respons relaksasi, yaitu kondisi fisiologis dan psikologis yang
melawan stress (Dusek & Benson, 2009). Benson dan Proctor mendefinisikan teknik
relaksasi benson adalah upaya pengembangan metode relaksasi pernapasan dengan
melibatkan keyakinan klien mengenai kondisi kesehatannya sehingga dapat membantu
menciptakan lingkungan internal dan membantu klien mencapai kondisi kesehatan dan
kesejahteraan yang lebih tinggi (Purwanto, 2006).

6. Hipnoterapi
Teknik terapi ini digunakan untuk membantu orang lain dalam menciptakan kemungkinan
hidupnya lebih berarti melalui cara mengekspresikan diri dalam berbagai hal (Stanley,
2014). Hypnosis secara tradisional dianggap sebagai kesadaran yang berubah, mirip dengan
keadaan yang dialami saat mendengarkan music, menonton tv, melamun atau berkonsentrasi
pada tugas (Mantle & Tiran, 2009).

7. Food Combining
Food Combining adalah pola makan yang diselaraskan dengan mekanisme alamiah tubuh
manusia. Artinya cara ini menggunakan pola makan yang benar sesuai dengan siklus
pencernaan sehingga mengatur waktu makan dan kombinasi makanan yang serasi
(Gunawan, 1999). Tujuan dilaksanakannya food combining adalah untuk mempermudah
pekerjaan system pencernaan sehingga pemakaian energy tubuh lebih efisien dan tubuh
menjadi sehat serta membentuk berat badan dan tinggi badan yang ideal.

8. Akupuntur
Akupuntur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinnya .Metode
yang berasal dari cina ini diperikakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
Kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (Pereda nyeri).Cara kerjanya adalah dengan
menaktivitasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel.

9. Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik yaitu suatu metode terapi metode dimana pasien dimasukan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-3 kali lebih besar dari pada tekanan udara
atsmofer normal (1 atsmofer) lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%)

10. Terapi herbal medik


Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam ,baik berupa herbal
terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.

E. PENGGUNAAN KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN INDONESIA

Perkembangan terapi komplementer di Indonesia mengalami kemajuan pesat. Hal ini


ditunjukkan dengan adanya institusi pendidikan tinggi yang ikut mengembangkan berbagai jenis
terapi. Misalnya telah dibukanya paska sarjana akupuntur dan herbal. Perkembangan lain adapula
yang menjadikan salah satu kompetensi profesi tertentu sehingga dimasukkan ke dalam
kurikulum pendidikan misalnya di kedokteran, keperawatan, kefarmasian dan fisioterapi.
Perkembanga keilmuan ini sejalan dengan pemanfaatan berbagai jenis terapi yang ada di
masyarakat. Perkembangan ilmu yang ada juga didukung mulai munculnya organisasi yang
mewadahi peminat keilmuan komplementervyang bertujuan memberikan intervensi yang holistik.

Jenis terapi komplementer tradisional lainnya adalah pijat, yang berkembang saat ini
13
dipraktekkan dalam pelayanan SPA adalah pijat Jawa dan Bali sedangkan shiatsu, tuina,
lomilomi, Swedish, akupresur, refleksi termasuk yang berasal dari negara lain (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Hal ini menunjukkan jamu dan pijat termasuk pengobatan atau pelayanan
tradisional khas Indonesia.

1. JAMU
Tahun 1988 merupakan awal dimulainya program pengembangan potensi obat
tradisonal sebagai alternatif pelayanan kesehatan (Chaudhury &Rafei, 2001). Obat tradisional
Indonesia dikenal dengan istilah jamu (WHO, 2010). Perkembangan jamu saat ini dikelola
secara tradisional dan modern, beberapa pabrik jamu di Indonesia bahkan sudah sampai
dimancanegara. Jamu tradisional yang dikelola secara manual dapat ditemukan di masyarakat
Indonesia dengan membuat sendiri dan masih banyak ditemukan yang dijual keliling
kampung misalnya jamu gendong (Wulandari dan Azrianingsih, 2014). Perkembangan jamu
dikelola secara modern sudah semakin maju dengan adanya pabrik yang diproduksi secara
masal da nada yang telah menggunakan resep dokter.

2. PIJAT
Tindakan pijat memiliki prinsip yang hampir sama dengan masase, penekanan pada
bagian ini adalah, banyaknya jenis pijat yang ada di Indonesia tergantung wilayah tempat
tinggal masyarakat. Istilah yang banyak beredar dimasyarakat pijat bermacam-macam,
misalnya pijat dan urut. Pijat memiliki tujuan untuk rileks, melemaskan otot dan
memperlancar peredaran darah

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer merupakan pelengkap dalam intervensi keperawatan. Setiap individu


akan berusaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai keinginan dan kemampuan
dirinya. Perawat sebagai professional kesehatan yang kompeten akan berusaha mengembangkan
kemampuan terhadapi keilmuan yang menunjang dalam praktik keperawatan, melakukan atau
menggunakan sebagai hasil penelitian yang membahas terapi komplementer. Jenis terapi
komplementer begitu banyak, penggunaannya dipilih sesuai dan tidak bertentangan dengan
pengobatan konfensional yang telah digunakan klien. Perawat perlu mengetahui tehnik yang ada,
untuk dapat mempersiapkan klien yang akan mendapatkan tindakan komplementer dan
membantu memberikan intervensi yang sesuai kebutuhannya. Prinsip perlindungan dan
keamanan serta kenyamanan tindakan untuk perawat dan klien harus diperhatikan, misalnya
tindakan antiseptik, komunikasikan terapi, tempat yang tenang dan nyaman sesuai kebutuhan
serta mengikuti langkah yang tepat sesuai tahapan intervensi dan dilakukan untuk melengkapi
tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan.

B. Saran
Perawat dalam memenuhi kebutuhan tersebut membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan
untuk dapat memberikan intervensi pada klien. Tindakan yang dilakukan perawat harus menjadi
bagian dari asuhan keperawatan serta memperhatikan prinsip holistik, komprehensif, dan
kontinum. Apabila perawat mampu memahami dan melaksanakan konsep tersebut, diharapkan
pelayanan kesehatan terbaik untuk klien dapat diberikan karena masyarakat Indonesia saat ini
banyak yang sangat mempercayai kombinasi terapi tradisional dan konvensional dalam
pemenuhan kesehatannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hadibroto,Iwan dan Syamsir Alam. 2006 “ Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan
Komplementer”. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer

Nies,Mary A & Melanie Meewen .2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan


Keluarga.Elseiver Singapore

Widyatuti W. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Diakses dari : jki.ui.ac .id/index
.php/jki/articledownload/200/pdf_65. Pada tanggal 13 Desember 2019

Buckle, S (2003), Aromatherapy. http//.www.naturalhealth web.com/articles. Diperoleh 25


januari 2008

Fontaine, K.L (2005) Complemetary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New
Jersey : Person Prentice Hall

Stanhope,M & Lancaster ,J (2004) Community & publik health nursing . 6th ed . St Louis Mosby
Inc.

16

Anda mungkin juga menyukai