Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
SOP RESUSITASI CAIRAN LUKA BAKAR

Dosen:
Ns. Thirsa. Mongi. S.Kep,M.Kes

Oleh:
Lidya Siska Sanger
NIM 2014201206

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa atas segala rahmat dan tuntunannya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SOP Resusitasi cairan Luka
Bakar. Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis.

Makalah SOP Resusitasi Cairan disusun guna memenuhi tugas dari dosen
pengampu Ns. Thirsa Mongi. S.kep,M.Kes mata kuliah keperawatan Kritis di Universitas
Pembangunan Indonesia Manado.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapakan kritik dan saran demi kesempurnan penyusunan
makalah yang selanjutnya. Akhirnya penyusun berharap semoga isi makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang
akan datang.

Manado, September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...3
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………...4
ISI PEMBAHASAN…………………………………………………………………………7
PENUTUP……………………………………………………………..…………………….9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….10
PENDAHULUAN

Luka bakar adalah kondisi gawat darurat. Penangannya pun bukan perkara mudah, apabila
salah penanganan bisa berujung komplikasi atau bahkan kematian. Kali ini akan dibahas
tatalaksana luka bakar optimal dengan keterbatasan alat.

Luka bakar adalah luka atau kerusakan kulit bisa sampai otot maupun tulang, yang terjadi
karena kontak dengan sumber. Terdapat berbagai macam sumber yang dapat menyebabkan
luka bakar yang harus kita kenali yaitu:

• Panas (suhu di atas 60°C), contoh: api, uap panas, benda panas
• Kimia, contoh: soda api, air aki
• Listrik, contoh: listrik rumah tangga, petir
• Radiasi, contoh: sinar matahari (ultraviolet), bahan radio aktif.

Diagnosis Luka Bakar


Untuk diagnosis luka bakar dapat dinilai dari derajat kedalaman, luas luka bakar, cedera
penyerta

A. Derajat kedalaman luka bakar

1. Derajat I (derajat Erytema): Biasanya disebabkan sengatan matahari. Kerusakan yang


timbul hanya sampai epidermis . Secara klinis kulit kemerahan dan nyeri hebat.
2. Derajat II (derajat Bullosa): Kerusakan yang ditimbulkan pada derajat ini mencapai
dermis, yang ditandai dengan adanya lepuh (Bulla). Derajat II sendiri terbagi dalam 2
derajat, derajat IIA (dangkal) dan derajat IIB (dalam). Pada derajat IIA, luka bakar
masih bewarna kemerahan dan masih terasa nyeri hebat, proses penyembuhan ± 2
minggu tanpa timbul jaringan parut (bila tidak ada infeksi). Sedangkan pada derajat
IIB luka bakar bisa bewarna pucat namun rasa nyeri berkurang, proses penyembuhan
lebih lama lama sehingga apabila luas perlu skin graft.
3. Derajat III: Kerusakan yang timbul mencapai seluruh tebal kulit, otot dan tulang.
Secara klinis kulit nampak hitam dan kering (nekrosis) dan tidak didapatkan rasa
nyeri.
B. Luas luka bakar

Luas luka bakar apabila sedikit dapat digunakan rumus rule of palm yaitu mengukur luas
menggunakan telapak tangan pasien. Selain itu pada dewasa dapat ditentukan dengan rumus
Wallace atau yang biasa dikenal dengan rule of nine.
A. Luka bakar ringan, beberapa kriteria yang dapat digolongkan menjadi luka bakar ringan
yaitu:

 luka bakar derajat II < 15% pada orang dewasa


 luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
 luka bakar derajat III < 1%
B. Luka bakar sedang

 luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa


 luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
 luka bakar derajat III < 10%
C. Luka bakar berat

 luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa


 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
 Luka bakar derajat III 10% atau lebih
 Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genetalia/perineum.
 Luka bakar dengan cedera inhalasi (akan dijelaskan selanjutnya), listrik, disertai
trauma lain
Selain klasifikasi menurut keparahannya, luka bakar juga dapat diklasisifikasikan menurut
waktunya, yaitu:

1. Fase akut / fase syok / fase awal, terjadi dalam 48 jam pertama. Fase ini adalah ketika
pasien berada di tempat kejadian atau sudah ird. Problemnya dapat berupa gangguan
pernafasan, cairan serta luka itu sendiri. Sehingga butuh resusitasi yang adekuat
2. Fase subakut, terjadi pada 48 jam – 21 hari atau ketika pasien sudah dalam perawatan.
Saat fase ini pasien memiliki problem luka, infeksi dan sepsis.
3. Fase lanjut, setelah 21 hari hingga 1 tahun atau merupakan fase setelah pasien
dipulangkan atau berobat jalan. Problem yang dapat terjadi adalah parut dan
kontraktur.
Tatalaksana Luka Bakar di FKTP
Pada tatalaksana ini akan lebih dijelaskan tatalaksana yang dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan pertama. Untuk fasilitas kesehatan yang sangat terbatas alat dan obat, hentikan
proses kebakaran pada pasien dengan cara berguling-guling karena apabila pasien berlari
maka kobaran api akan menjadi lebih besar.
Cuci luka bakar dengan air mengalir selama 30 menit, kemudian bungkus luka dengan plastik
wrap dapat ditambahkan silver sulfadiazine pada luka apabila ada. Jangan diolesi dengan
kecap, odol, mentega, kopi. Kemudian segera rujuk.

Saat fase akut atau pasien baru saja datang di IRD, hal yang dapat dilakukan adalah seperti
penanganan kasus emergency pada umumnya yaitu resusitasi A yang berupa bebaskan jalan
nafas dan penyebab yang paling sering adalah trauma inhalasi, B dapat dilakukan
pemasangan oksigen, C, pasang IV line kalau perlu double sekaligus pemeriksaan
laboratorium serta lakukan resusitasi cairan.

Resusitasi cairan yang sering digunakan adalah rumus Baxter (akan dijelaskan selanjutnya)
sekaligus dilakukan monitoring urin. Kemudian diperlukan beberapa tatalaksana lain yaitu
cegah infeksi dengan cara berikan antibiotik silver sulfadiazine, beri anti nyeri yang adekuat
dan cek imunisasi TT apabila belum diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus.
Apabila luka bakar derajat sedang dapat segera dirujuk.

Perhitungan cairan digunakan rumus Baxter, yang Hasil tersebut dibagi 2, setengah jam
diberikan dalam 8 jam dan setengah nya lagi diberikan setelah 16 jam berikutnya.
Perhitungan jam ini dimulai sejak kejadian.

Dewasa: 4 cc x kg BB x luas luka bakar / 24 jam. Cairan yang digunakan adalah Ringer
Laktat. Dapat diberikan dextran 500–1000 ml setelah 18 jam

Anak: 2 cc x kg BB x luas Luka Bakar (%) + kebutuhan faali/24 jam. Cairan yang diberikan
adalah RL : Dextran = 17 : 3. Kebutuhan Faali dapat digunakan rumus Holliday segar, yaitu
PEMBAHASAN
SOP RESUSITASI CAIRAN LUKA BAKAR

Pengertia Setiap luka bakar yang luas dapat diikuti shock. Shock terjadi karena cairan
n tubuh sebagian besar dikirim ke daerah yang terbakar, sehingga volume darah
yang mengalir ke jantung dan ke otak berkurang. Pada orang dewasa luka
bakar sebesar 20% atau lebih dari permukaan tubuh dapat mengakibatan
shock. Pada anak shock dapat terjadi jika mengalami luka bakar selebar 10%
atau lebih (Mohammad, 2005).
Tujuan Menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Alat pelindung diri (masker, sarung tangan, scort)
2. Abocath No. 18 atau No. 20
3. Infus set makro
4. Cairan RL, Dextrose
5. Kateter urine sesuai ukuran
6. Urine bag
7. Desinfektan (alcohol swab dan betadine)
8. Spuit10 cc
9. Jelly
10. Plester
11. Gunting
12. Perlak
13. Bengkok
B. Pelaksanaan
1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan)
3. Cek kesadaran klien
4. Pantau patensi jalan napas pasien, evaluasi nadi apikal, karotis,dan
femoral.
5. Mulai lakukan pemantauan jantung.
6. Periksa TTV.
7. Periksa nadi perifer pada ekstremitas yang mengalami luka bakar
setiap jam.
8. Pasang kateteter IV dengan diameter besar (No. 18 atau 20) dan
kateter urine indwelling.
9. Pantau masukan cairan dan heluaran (ukur per jam), kaji berat jenis
urine, pH, protein dan hemoglobin.
10. Perhatikan peningkatan serak suara, stridor, frekuensi dan
kedalaman pernapasan, atau perubahan kesadaran akibat hipoksia.
11. Kaji suhu tubuh, berat badan, riwayat berat badan sebelum luka
bakar, alergi, imunisasi tetanus, masalah media atau riwayat
pembedahan di masa lalu, penyakit sekarang, dan penggunaan
medikasi.
12. Nilai berapa luas luka bakar menggunakan Prinsip Lund and
Browder

13. Hitung kebutuhan cairan menggunakan Rumus Baxter (Parkland)


 Rumus Baxter (Parkland)
a. 24 jam pertama : Larutan Ringer Laktat (4 ml / kg /% luas
luka bakar) ; setengah diberikan dalam 8 jam pertama ,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Volume cairan
yang diberikan harus dititrasi sebaik mungkin dengan
target produksi urin 0,5 – 1 mL/kgBB/jam
b. 24 jam berikutnya : Dektrosa dalam air, ditambah cairan
yang mengandung kalium dan koloid (0,3 – 0,5 ml / kg / %
luas luka bakar). Cairan yang dibutuhkan pada 24 jam
Dapat juga diberikan cairan kristaloid yaitu larutan ringer
laktat . Larutan NaCl 0,9% sebaiknya dihindari, kecuali
bila tidak ada pilihan lain karena NaCl 0,9% yang
diberikan dalam jumlah besar dapat menyebabkan asidosis
hiperkloremik.
14. Evaluasi status neurologis : kesadaran; status psikologi; nyeri dan
tingkat ansietas, serta perilaku.
15. Pendokumentasian
PENUTUP
Menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema, penangannya pun
bukan perkara mudah, apabila salah penanganan bisa berujung komplikasi atau bahkan
kematian. Pembahasan diatas bagaimana prosedur resusitasi cairan luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bryant, Ruth A and Nix, Denise P. 2007. Acute & Chronic Wounds Current
Mnagement Concepts. Third Edition. USA : Elsevier
2. Hackley, JoAnn C & Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
3. http://emedicine.medscape.com/article/769193-overview#a5
4. http://ncbi.nlm.nih.gov
5. Mohammad, Kartono. 2005. Pertolongan Pertama. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
6. Morton, Patricia Gonce ; Fotaine, Dorrie; Hudak, Carolyn M; Gallo, Barbara M.
2011. Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta : EGC
7. Setyohadi, Bambang ; Arsana, Putu Moda; Suryanto, Agus ; Soeroto, Arto Yuwono;
Abdullah, Murdani. 2012. EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam
( Emergency In Internal Medicine). Buku 1. Jakarta : Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai