Anda di halaman 1dari 12

KEGAWATDARURATAN KASUS KEJANG PADA ANAK

NAMA : CHINTIYA STELA TUMBOL


NIM : 2014201221

UNIVERSITAS PEMBANGUNGAN INDONESIA MANADO


2021
PEMBAHASAN

Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat .
Hampir 5% anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang seumur
hidpunya.Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neorologis .keadaan tersebut
merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana , dapat berhenti sendiri dan sedikit
memerlukan pengobatan lanjutan atau merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung
menjadi status epitikus.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Suhu
mencapai > 38 ℃.kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial.
Kejang demam terjadi pada 2-4 % populasi anak berumur 6 bulan s/d 6 tahun. Paling sering pada
anak usia 17-23 bulan.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera.diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk mengindari
cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh
dengan cepat >380C. Umumnya kejang demam terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Dan paling sering terjadi usia 14 sampai 18 bulan. Kejang demam merupakan penyebab
kejang tersering pada anak dan memiliki prognosis sangat baik. Kejang disertai demam jugaa
terjadi pada diagnosis diferensial lain yang berbahaya, seperti infeksi saraf pusat (SSP)
(hendriastuti & lilihata dalm Tanto dkk, 2014).
Kejadian kejang demam dinegara- negara barat berkisar antara 3-5% diasia berkisar
antara 4,47%, di Singapura sampai 9,9%. Data di Indonesia sekitar 80% diantaranya adalah
kejang demam simpleks. Sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan
(hendriastuti & lilihata dalam Tanto dkk, 2014).
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Kejang demam sederhana
Ciri-ciri kejang ini adalah :
a. Kejang berlangsung singkat
b. Umurnya serangan berhenti sendiri dalam waktu >10 menit
c. Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
a. Kejang berlansung lama ,lebih dari 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
Klasifikasi demam dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk
1. Kejang tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan
masa kehamilan kurang dari 34 minggu dengan bayi prenatal berat berlangsung 10 s/d 15
menit bisa juga lebih
2. Kejang klonik
Kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan beriirama, biasanya berlangsung selama 102
menit
3. Takikardia :pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit
4. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunya
curah jantung.
ETIOLOGI
Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial
Intrakranial meliputi :
a. Trauma (Perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikular
b. Infeksi : bakteri, virus, parasite misalnya meningitis
c. Kongenital

Ekstrakranial
a. Gangguan metabolic : hipoglikemia, hipokalemia,hipomagnesia, gangguan elektrolit.
(Na,Ka)
b. Toksik : intoksikasi,anstesi local
c. Kongenital : gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan
piridoksin

PATOFISIOLOGI

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 ℃ akan mengakibatkan metabolisme basal 10-15 %
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion.
Melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik , hal ini bisa meluas ke seluruh
sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiterdan terjadilah kejang.
Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,hiperkapnea dll.
Selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa anak berumur < 18 bulan saat kejang
pertama lebih beresiko mengalami kejang berulang. Jenis kelamin, riwayat kejang dalam
keluarga, riwayat trauma kepala, suhu, kadar natrium, dan gulah darah sewaktu saat kejang
pertama bukan merupakaan faktor resiko pada kejang pertama dalam memprediksi timbulnya
kejang berulang (KB) (Widjaja, 2013).
Berdasarkan data Rekam Medik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang penderita
penyakit kejang demam pada tahun tahun 2014 sebanyak 831 jiwa, tahun 2015 sebanyak 791
jiwa, tahun 2016 sebanyak 821 jiwa, tahun 2017 sebanyak 807 jiwa (Januari-November)
(Medrek RS. Muhammadiyah Palembang).Usia adalah masa perjalanan hidup, kejang demam
mumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. puncaknya ada usia 14 sampai 18
bulan. Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak dan memiliki
prognosis sangat baik. Kejang disertai demam jugaa terjadi pada diagnosis diferensial lain
yang berbahaya, seperti infeksi saraf pusat (SSP) (hendriastuti & lilihata dalam Tanto dkk,
2014).
Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang (Price dalan Nurarif & Kusuma,
2015).Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada
perempuan dibandingkan pada laki-laki. Sediki lebih banyak laki-laki di banding perempuan
(hendriastuti & lilihata dalm Tanto dkk, 2014). Penanganan pertama pada kejadian kejang
demam pada anak sangat penting dilakukan. Kekhawatiran dan kecemasan yang berlebih
dapat disebabkan karena edukasi atau pengetahuan orang tua yang masih kurang tentang
kejadian kejang demam pada anak. Hal ini menunjukan bahwa sangat diperlukan pendidikan
tambahan tentang bagaimana sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang
demam pada anak. Penanganan pertama pada kejadian kejang demam pada anak sangat
penting dilakukan. Kekhawatiran dan kecemasan yang berlebih dapat disebabkan karena
edukasi atau pengetahuan orang tua yang masih kurang tentang kejadian kejang demam pada
anak. Hal ini menunjukan bahwa sangat diperlukan pendidikan tambahan tentang bagaimana
sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak. Berdasarkan
penelitian sebelumnya bahwa pemberian pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap
penanganan, pengetahuam, sikap dan praktek manajemen kejang demam orang tua pada anak
yang mengalami kejang demam. Meskipun demikian, pemberian pendidikan tentang sikap
orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam sebelumnya belum ada yang
meneliti. Terutama bagi masyarakat umum yang masih sangat minim dalam pendidikan
kesehatan terhadap bagaimana sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang
demam pada anak.
Hal ini menunjukan bahwa sangat diperlukan pendidikan tambahan tentang bagaimana
sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak dengan cara
melakukan perawatan anak di rumah melalui family center care. Diharapkan orang tua dapat
melaksanakan perawatan anak di rumah dengan cara mengkaji, memantau dan melakukan
pertolongan pertama pada anak yang mengalami kejang demam (Chiappini et al., 2012)
Hasil analisis data dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden
yang mempunyai umur beresiko tinggi yaitu sebanyak 17 responden (56 %) lebih besar jika
Hasil analisis data dapat diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden yang
mempunyai umur beresiko tinggi yaitu sebanyak 17 responden (56 %) lebih besar jika
dibandingkan dengan responden yang mempunyai umur resiko rendah sebanyak 13 responden
(44 %).Berdasarka uji statistik Chi- Squarepada tingkat kemaknaan α (0,05) diperoleh nilai p
value (0,399) > α (0,05) maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara umur dengan
kejadian penyakit kejang demam di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Tahun 2018. Hasil ini tidak sesuai dengan teori hendriastuti & lilihata dalm Tanto
dkk,(2014) Umumnya kejang demam terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Dan
paling sering terjadi usia 14 sampai 18 bulan. Kejang demam merupakan penyebab kejang
tersering pada anak dan memiliki prognosis sangat baik. Kejang disertai demam jugaa terjadi
pada diagnosis diferensial lain yang berbahaya, seperti infeksi saraf pusat (SSP).Sikap Orang
Tua Tentang Kejang Demam Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian
menunjukkan distribusi frekuensi sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang
demam pada anak sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki sikap dalam kategori
cukup. Hal ini disebabkan karena sebelum diberikan pendidikan kesehatan, responden yang
menjawab setuju terbanyak pada pernyataan selalu bersama anak dan mengamati bagaimana
bentuk kejang pada anak (90%), setelah kejang selesai dan anak lebih tenang, segera ukur suhu
tubuh anak (90%) dan pernyataan jika suhu tubuh anak melebihi 38,5⁰C dan kejang
berlangsung lebih dari 5 menit segera bawa anak ke rumah sakit terdekat (70%). Namun, dari
hasil yang didapat masih ada orang tua yang menjawab tidak setuju bahkan sangat tidak setuju
dengan hal-hal yang sederhana seperti pada pernyataan selalu bersikap tenang saat anak
mengalami kejang yang menjawab sangat tidak setuju, saat anak mengalami kejang, segera
melonggarkan pakaian anak terutama pada bagian leher yang menjawab tidak setuju dan pada
pernyataan memindahkan benda tajam disekitar anak saat anak mengalami kejang untuk
menghindari terjadinya cedera tambahan yang menjawab tidak setuju.
Menurut Notoatmodjo (2012) sikap merupakan suatu respon atau reaksi tertutup terhadap
suatu objek yang tidak dapat dilihat langsung atau reaksi tertutup terhadap suatu objek yang
tidak dapat dilihat langsung. Sikap masih termasuk dalam reaksi tertutup karena sikap
merupakan kesiapan dalam bereaksi terhadap suatu objek di lingkungan tertentu. Tiga
komponen sikap yang akan membantu membentuk suatu sikap yang utuh (total attitude )
antara lain adalah pikiran, keyakinan dan emosi. Pengukuran sikap dapat diukur secara
langsung maupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat ditanyakan
langsung bagaimana pendapat atau respon terhadap suatu objek tertentu. Sikap akan terwujud
apabila adanya suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah tindakan yang nyata,
diperlukan sebuah fasilitas yang merupakan faktor pendukung dalam melaksanakan
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa apabila demam tidak diatasi dengan baik oleh
orang tua, seperti memberikan kompres hangat, tidak memberikan obat penurun demam,
bahkan membawa anakknya ke dukun sehingga sering tejadi petugas pelayanan di rumah sakit
terlambat dalam memberikan penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak. Hal ini
diperkuat dari penelitian yang dilakukan Susilowati (2014) yang menyatakan bahwa sikap
merupakan aktivitas atau kegiatan yang dapat di lihat dalam kehidupan sehari-hari yang
mendapatkan kategori tinggi dan rendah dalam penelitiannya.Orang Tua Tentang Kejang
Demam
Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi
sikap orang tua dalam penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak setelah
diberikan pendidikan kesehatan sikap dalam kategori tinggi. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan responden yang menjawab setuju dan sangat setuju terbanyak pada pernyataan selalu
bersikap tenang saat menangani anak kejang yang menjawab setuju (55%) dan pada
pernyataan jika suhu tubuh anak melebihi 38,5⁰C dan kejang berlangsung lebih dari 5 menit,
segera bawa anak ke rumah sakit terdekat yang menjawab sangat setuju (90%). Akan tetapi,
setalah diberikan pendidikan kesehatan masih banyak orang tua yang hanya menjawab setuju
pada pernyataan selalu bersikap tenang saat menangani anak kejang.
Penatalaksanaan kejang demam menurut wulandari & erawati 2016)
a. Penatalaksanaan keperawatan
1. Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali adalah ABC
(Airway,Breathing,Circulation)
2. Setelah ABC baringkan pasien ditempat yang untuk mencegah terjadinya perpindahan
posisi tubuh kearah danger
3. Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah dibungkus dengan kassa
4. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa menyebabkan bahaya
5. Lepaskan pakaian yang menggangu pernapasan
6. Bila suhu tubuh tinggi berikan kompres hangat
7. Jangan berikan selimut tebal karena uap panas akan sulit dilepaskan
8. Sediakan suction di samping tempat tidur
9. Diberikan oksigen
10. Awasi dengan ketat kesadaran
11. Beritahukan keluarga tentang faktor pancetus kejang dan faktor resiko yang meningkatkan
injuri dan bagaimanan cara menguranginya
12. Instruksikan keluarga untuk sedia obat antipiretik dan antikonvulsan sesuai resep dokter
13. Temani klien saat kejang
14. Hindari penggunaan restrain
15. Monitor vital sign
16. Berikan sirkulasi udara yang baik
b. Penatalaksanaan medis
1. Bila pasien datang dengan keadaan kejang obat utama adalah diazepam untuk
memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan secara iv (intravena) im (intra
muscular) dan rektal. Dosis sesuai BB :< 10 kg 0,5,0,75 mg/kg dengan minimal dalam
spuit 7,5 mg ,>20 kg : 0,5 mg/kg BB.Dosis rata-rata dipakai 0,3 mg/kg BB/kali dengan
maksimal 5 mg pada anak berumur 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar
2. Untuk mencegah edema otak , berikan kortikosteroid dengan dosis 20-30 mg /kg BB/
hari dan dibagi dalam3 dois atau sebaiknya glukortiroid misalnya deksametzon 0,5-1
ampul setiap 6 jam
3. Setelah kejang teratasi dengan diazepam selama 45-60 menit disuntikan antipiletik
dengan daya kerja lama misalnya fenoberbital, defenihildation diberikan secara
intramuscular. Dosis awal neonatus 30 mg umur 1 bulan – satu tahun 50 mg , umur satu
tahun keatas 75 mg.

KOMPLIKASI
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya & dan tidak
menimbulkan gejala sisa , tetapi pada kejang yang berlangsung leboh lama (15 menit ) yaitu :
1. Keruskan otak
2. Retardasi mental
3. Biasanya disertai apnea,hipoksemia,hiperkapnea,asidosislaktat,hipotensi atrial,suhu
tubuh makin menigkat
4. Dapat menyebabkan epilepsi
5. Gangguan intelektual dan belajar jarang terjadi karena kejang demam sederhana
6. Resiko reterdasi mental 5x lebih besar pada kejang demam yang diikuti berulangnya
kejang tanpa demam
KESIMPULAN

Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat . Hampir
5% anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang seumur
hidpunya.Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neorologis .keadaan tersebut
merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana , dapat berhenti sendiri dan sedikit
memerlukan pengobatan lanjutan atau merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung
menjadi status epitikus.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Suhu
mencapai > 38 ℃.kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial.
Kejang demam terjadi pada 2-4 % populasi anak berumur 6 bulan s/d 6 tahun. Paling sering pada
anak usia 17-23 bulan.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada saat seorang bayi
atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kajang demam biasanya terjadi
pada awal demam. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu dan kulit
akan segera normal kembali.kejang biasanya kurang dari 1 menit , tetapi walaupn jarang dapat
terjadi selama lebih dari 15 menit.
Oleh karena itu sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan pemeriksaan sedini
mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan dapat diketahui secara dini sehingga
kejang demam dapat dicegah sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai