Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

ASPEK ETIK, LEGAL DALAM KEPERAWATAN BENCANA


DAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN BENCANA
Dosen : Olvin Mamangkey., S.Kep., M.Kes.

Oleh :

Hiskia Charly Tangkilisan


Nim : 2014201225
Kelas : B1 Ektensi Keperawatan
Semester. VII

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan atas rahmat dan karuniannya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah “Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Bencana
dan Perencanaan Penanggulangan Bencana”.Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak.saya sadar ,bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca .semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
juga saya para penulis.Demikianlah yang dapat penyusun sampaikan atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.

Manado, September
2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
BAB II :TINJAUAN TEORI.................................................................................2
Pembahasan........................................................................................................
Pengertian Bencana............................................................................................
Pengertian Etika Keperawatan...........................................................................
Tipe-Tipe Kode Etik...........................................................................................
Prinsip Etika Keperawatan.................................................................................
Aspek Legal........................................................................................................
Potensi Bencana..................................................................................................
Hakekat Penanggulangan Bencana.....................................................................
Asas Penanggulangan Bencana..........................................................................
Tujuan Penanggulangan Bencana.......................................................................
Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana..........................................................
Pentahapan Penanggulangan Bencana...............................................................
BAB II : PENUTUP…………………………………………………………….....
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
BAB III : DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran perawat adalah melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
tetapi peran ini menjadi tidak penting ketika terjadi bencana dimana kesehatan dan
keselamatan masyarakat menjadi sangat rentan. Namun hal ini lah yang akan
menjadi tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan
profesionalisme dalam  melakukan penanggulangan bencana dengan berdasarkan 
pada nilai dan moral , sehingga diperlukan perawat yang mampu bertinteraksi
dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai dan moral. Dalam situasi
tersebut, dibutuhkan aplikasi nilai dan moral dalam diri seorang perawat yang baik
sehingga tercipta peran perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang
dimiliki dari pasien tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang. Perawat
harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai dan kebiasaan yang
dijunjung oleh masyarakat. Suasana dalam menciptakan penghargaan akan nilai dan
moral dari individu pasien tersebut meliputi penghargaan akan hidup, penghargaan
akan martabat, dan penghargaan akan hak klien.
Indonesia adalah negara yang rentan terjadinya bencana, hal ini dikarenakan
kondisi geologi dimana perairan Indonesia sepanjang pantai bagian barat Sumatera,
pantai selatan Jawa hingga perairan Nusa Tenggara, Papua dan Sulawesi terletak
diantara lempenglempeng tektonik aktif diantaranya lempeng Eurasia, Indo
Australia dan lempeng dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempenglempeng
tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian gunung
api aktif serta patahan patahan geologi yang merupakan zona rawan bencana gempa
bumi dan tanah longsor (Haryadi P, 2007).
Pada saat terjadi bencana, semua alur  yang terjadi akan berubah secara total,
termasuk alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana, seorang perawat akan
memprioritaskan pasien yang sedang mengalami siatuasi yang gawat darurat
terlebih dahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana
Menurut Purnomo (2009:9), Bencana adalah situasi yang kedatangannya
tidak terduga oleh kita sebelumnya, dimana dalam kondisi itu bisa terjadi
kerusakan, kematian bagi manusia atau benda-benda maupun rumah serta segala
perabot 10 yang kita miliki dan tidak menutup kemungkinan juga hewan dan
tumbuhtumbuhan untuk mati.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24/2007)
Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi,
ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang
bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
(ISDR, 2004)
B. Pengertian Etika Keperawatan
Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menetukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam mansyarakat yang menyangkut aturan-aturan
atau prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : 1. Baik dan buruk 2.
Kewajiban dan tanggung jawab (Isnaini,2001)
Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide
tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang
mempengaruhi tingkah laku.
Norma merupakan aturan-aturan atau Norma yaitu aturan-aturan atau
pedoman khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan
dan tidak boleh dilakukan. Jika kita berbicara norma, norma di bagi menjadi dua
yaitu : norma yang datang dari Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma
Agama dan Norma Sosial, yg berorientasi untuk mengatur kehidupan manusia agar
menjadi manusia yang berbudaya dan beradab.
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke
dalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang
membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi
oleh nilai-nilai yang dianutnya.
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.
C. Tipe-Tipe Kode Etik
1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
• lingkup sempit : bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau
inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
• lingkup luas: evaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu
atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan
nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan
biologi.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik
terhadap masalahmasalah pelayanan kesehatan
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan , Ex : :adanya persetujuan atau
penolakan
3. Nursing Ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
Kode Etik ICN (International Council of Nurses 2006) menekankan
penghormatan terhadap hak asasi manusia, kepekaan terhadap nilai-nilai dan
kebiasaan, martabat, keadilan dan keadilan. Perawat diharapkan untuk berlatih
sesuai dengan ajaran-ajaran ini dalam bencana dan memodifikasi praktik mereka
sebagaimana diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan bencana (Deeny,
Davies, Gillespie dan Spencer 2007). Pemberian bantuan membutuhkan perhatian
terhadap adat istiadat dan budaya dan jaminan martabat dan kerahasiaan individu.
Ada potensi nilai-nilai ini akan berkurang dalam menghadapi kebutuhan besar untuk
bantuan.
Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit
dalam menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan sering dibuat untuk
kebaikan yang lebih baik daripada individu. Pergeseran fokus dari merawat individu
untuk menyediakan layanan kesehatan yang optimal di tingkat komunitas tidak
datang secara alami banyak perawat. Misalnya, selama bencana, seorang perawat
yang bekerja di triase mungkin perlu memilih antara dua pasien yang membutuhkan
operasi, satu luka parah dengan peluang kecil untuk bertahan hidup dan yang lain
dengan luka serius tapi bagus peluang pemulihan. Selama masa non-bencana, pasien
yang kritis akan dikirim ke operasi pertama, tetapi dalam bencana dengan sumber
daya terbatas, pasien dengan peluang terbesar untuk bertahan hidup akan menjadi
yang pertama. Di situasi lain, perawat mungkin perlu memberikan imunisasi dengan
vaksin terbatas yang tersedia. Merupakan hal yang sulit untuk menentukan prioritas.
Tenaga kerja keperawatan harus sadar akan masalah praktik etis dalam bencana di
Indonesia Agar menjadi peserta yang dihargai dan efektif dalam respons bencana.
D. Prinsip Etika Keperawatan
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri.
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal
yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah
dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan
dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga
mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa
dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional
E. Aspek Legal
1. UU no 36 tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis, psikologi
klinik, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan lingkungan, gizi,
keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika, kesehatan tradisional dan tenaga
kesehatan lain.”
2. Hak dan Kewajiban Perawat
UU no 38 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
 Pasal 36 (Hak)
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan kode etik,
standar pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan
perundangan
2. Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur dari klie/ keluarganya
3. Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar
 bnbPasal 37 (Kewajiban)
1. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar pelayanan
keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan perundangan
2. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat …, sesuai dengan lingkup
dan tingkat kompetensinya
3. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
3. Peran Perawat Pra Bencana
UU no 38 tahun 2014 pasal 31 tentang tenaga kesehatan
1. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat individu
dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
d. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
e. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan Keperawatan,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan Keperawatan;
dan c. mengelola kasus.
3. Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat
berwenang:
a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin
pimpinan; dan
c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Peran Perawat Saat Bencana
 UU No 38 Tahun 2014 Pasal 35 tentang tenaga kesehatan
1. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat
dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.
2. Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
3. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan
yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
4. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
 UU No 38 Tahun 2014 pasal 33 ayat (4)
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat
tenaga medis;
b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan
c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat
tenaga kefarmasian.
 UU No 36 Tahun 2009 Pasal 63
1. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi tubuh akibat
penyakit dan/atau akibat cacat, atau menghilangkan cacat.
2. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.
3. Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan keamanannya.
4. Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
5. Peran Perawat Pasca Bencana
PP No. 21 Pasal 56 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
Peran perawat adalah menyediakan pelayanan keperawatan kepada korban
bencana dan ikut melakukan rehabilitasi pasca bencana seperti melakukan
rehabilitasi mental kepada korban bencana.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Menjelaskan bahwa: –
Pasal 82 tentang pelayanan kesehatan bencana: pelayanan kesehatan dimaksud
pada ayat (2): tanggap darurat dan paska bencana; mencakup pelayanan kegawat
daruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan
lebih lanjut. – Pasal 83 ayat (1) setiap orang yang memberikan pelayanan
kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa dan
mencegah kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien. – Ayat (2)
Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
F. Potensi bencana.
a. Bencana banjir. Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang
bersifat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan
bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia, hewan dan tumbuhan.
b. Bencana tanah longsor. Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu
merusak lingkungannya baik akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena
penimbunan akibat longsor tersebut.
c. Bencana letusan gunung api.
d. Bencana Gempa Bumi. Adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada
kulit bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat
aktivitas tektonik (gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya
fluida (magma, gas uap dll) dari dalam bumi menuju kepermukaan, disekitar
gunung api, getaran tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur
bangunan yang menimbulkan keruntuhan, disamping itu pula dampak lain
yang ditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan industri dan transfortasi,
banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul.
e. Bencana Tsunami. Gelombang air laut yang membawa material baik berupa
sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas segala
sesuatu yang berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat. Bangunan-
bangunan yang mempunyai dimensi lebar dinding sejajar dengan garis pantai
atau tegak lurus dengan arah datangnya gelombang akan mendapat tekanan
yang paling kuat sehingga akan mengalami kerusakan yang paling parah.
f. Bencana Kebakaran. Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam
berupa cuaca yang kering serta faktor manusia baik yang disengaja maupun
tidak, sedangkan kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan,
korban jiwa dan harta benda dampak samping yang diakibatkan
kebakaran adalah asap yang dapat mempengaruhi kesehatan serta
gangguan aktifitas penerbangan.
g. Bencana Kekeringan. Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan manusia,
tanaman serta hewan baik secara langsung maupun tidak langsung dampak
dari bencana kekeringan ini seringkali secara gradual/lambat, sehingga apabila
tidak dipantau secara terus menerus akan mengakibatkan bencana berupa
hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan ternak mati, petani
kehilangan mata pencaharian, sehingga berdampak urbanisasi.
h. Bencana Angin Siklon Tropis. Tekanan dan hisapan serta tenaga angin
meniup selama beberapa jam dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan
dan sarana umum kebanyakan angin topan disertai hujan deras yang dapat
menimbulkan bencana lain seperti tanah longsor dan banjir.
i. Bencana Wabah Penyakit. Wabah penyakit menular berdampak kepada
masyarakat yang sangat luas
j. Bencana Kegagalan Teknologi. Pada skala besar dapat mengancam kestabilan
ekologi secara global, ledakan instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-
luka dan kerusakan infrastruktur, kebakaran, pencemaran udara, sumber air
minum, tanaman, pertanian serta terganggunya kestabilan ekologi secara
global.

G. Pencegahan dan Penaggulangan Bencana


Pencegahan adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinnya
bencana dan apabila memungkinkan dapat meniadakan bahaya.
Penanggulangan adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,kegiatan pencegahan ,bencana
,tanggap darurat,rehabilitasi, dan rekonstruksi.
a. Pencegahan dan penaggulangan bencana melalui edukasi
 Dimasyarakat dapat dilakukan dengan penyuluhan /seminar yang
diadakan oleh organisasi /pihak yang berwenang yang peduli akan
penanggulangan dan keselamatan masyrakat luas
 Disekolah dapat dimasukan dalam materi pembelajaran

H. Hakekat Penanggulangan Bencana.


1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah dan
masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan prakarsa
masyarakat serta Pemerintah Daerah.
3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya
bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan
untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak dampak yang ditimbulkan
oleh bencana.
4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang
bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan meningkatkan
kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir batin.

I. Asas Penanggulangan Bencana.


1. Kemanusiaan.Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak azasi
manusia harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia
secara proporsional.
2. Keadilan.Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus
mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa
kecuali.Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.Penanggulangan
bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang antara lain,
agama, suku, golongan, gender atau status sosial.
3. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian. Dalam penanggulangan bencana
harus mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan,
keselarasan tata kehidupan dan lingkungan serta mencerminkan keserasian
lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
4. Ketertiban dan kepastian hukum. Penanggulangan bencana harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian
hukum.
5. Kebersamaan. Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan
tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilakukan
secara gotong royong.
6. Kelestarian lingkungan hidup. Materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan
untuk generasi yang akan datang demi untuk kepentingan bangsa dan negara.
7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penanggulangan bencana harus
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga
mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan bencana baik pada
tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana maupun pada tahap pasca bencana.

J. Tujuan Penanggulangan Bencana.


1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedemawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

K. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana.


1. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat
dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.
2. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia.
3. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana didasarkan pada
koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya guna
adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil
guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam
mengatasi kesulitan masyarakat.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi pada
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung
jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan
secara etik dan hukum.

L. Pentahapan Penanggulangan Bencana.


1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan dengan :
BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat Provinsi, BPBD
untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya untuk jangka waktu 5
tahun.
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 tahun
sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan berdasarkan
pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.
2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
a. Kesiap siagaan. Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya
bencana dilakukan melalui :
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat bencana.
2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan dini.
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar.
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang mekanisme
tanggap darurat.
5) Penyiapan lokasi evakuasi.
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana.
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
b. Peringatan Dini. Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :
1) Pengamatan gejala bencana.
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
c. Mitigasi. Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang
berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui :
1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko bencana.
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata bangunan.
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern.
3. Tanggap Darurat.
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumber daya
dilakukan untuk mengidentifikasi :
1) Cakupan lokasi bencana.
2) Jumlah korban.
3) kerusakan prasarana dan sarana.
Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
b. Penyelamatan dan Evakuasi Korban. Pada tahap ini dilakukan dengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi
pada suatu daerah melalui upaya :
1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) pertolongan darurat.
3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.
4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus
menyediakan kebutuhan dasar meliputi
a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b) Pangan.
c) Sandang.
d) Pelayanan kesehatan.
e) Pelayanan Psikososial.
f) Penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial. Adapun yang
termasuk kelompok rentan terdiri atas :
a) Bayi, balita dan anak-anak.
b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c) penyandang cacat.
d) Lanjut usia.
6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan sarana
vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera,
agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung, dilakukan dengan
memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat bencana.
4. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana
dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan sosial psycologis.
5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9) Pemulihan fungsi pemerintah.
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan pemerintah.
b. Rekonstruksi.
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi :
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana.
5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha dan masyarakat.
6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan
pemerintah.

BAB III

A. KESIMPULAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24/2007). Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana
diperlukan agar perawat dapat membuat suatu keputusan yang tidak melawan nilai 
yang ada, ketika sedang bekerja di ruangan ataupun ketika bencana yang
mengharuskan perawat bekerja lebih cepat dan tepat, baik dalam diri perawat
maupun masyarakat, perawat harus bekerja profesional dengan disertai moral
kompeten. Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit
dalam menghadapi sumber daya yang langka.
Keputusan sering dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu.
Secara legal perawat memiliki hak dan kewajibannya dalam melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Perawat harus memiliki
kemampuan untuk menilai keadaan dengan cepat dan sesuai dengan keilmuan atau
kompetensi yang ia miliki untuk mengambil keputusan secara professional. Peran
perawat sebelum bencana terjadi adalah memberikan konseling dan penyuluhan,
melakukan pemberdayaan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan
kesehatan dan meningkatkan pengetahuan terhadap bencana. Perawat juga memiliki
peran saat terjadi bencana atau dalam keadaan darurat yaitu perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian pengobatan sesuai dengan
kompetensinya yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah
kecacatan. Saat pasca bencana perawat berperan untuk melakukan pelayanan
kesehatan dan melakukan perawatan kepada klien yang terkena bencana dan
melakukan rehabilitasi mental terhadap klien yang trauma karena terkena dampak
dari bencana.
B. Saran
Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan kepada
pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar penanggulangan
bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam pengendalian dini bencana yang
akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan, PDF
diakses pada 14 September 2019
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan, PDF
diakses pada 18 September 2019
Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 21 Tahu 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, PDF diakses pada 18 September 2019
Elon, Yunus. Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Gawat Darurat, Emergency
and
Critis Universitas Advent Indonesia, PDF Diakses pada 15 September 2019
Widyastuti, Merina. Aspek Legal Keperawatan Bencana, PPT diakses pada 14
September 2019

Anda mungkin juga menyukai