Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN :


RESIKO CEDERA PADA ANAK TODLLER (USIA 12-36 BULAN)
DENGAN KEJANG DEMAM DI RSUD RAA SOEWONDO KABUPATEN
PATI
Aulia Marretina Purwaningrum; Titin Suheri; & Tri Wiji Lestari
Jurusan Keperawatan Semarang
Jalan Tirto Agung,Pedalangan,Banyumanik, Semarang
Abstrak
Kejang demam atau febrile convulsionialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam dapat membuat kondisi kegawatdaruratan pada
anak. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi jika kejang demam tidak segera
ditangani. Kegawatdaruratan yang mungkin saja terjadi adalah sesak nafas,
kenaikan suhu yang terus menerus, dan cedera fisik. Keterlambatan dan
kesalahan dalam penanganan kejang demam juga dapat mengakibatkan gejala
sisa pada anak dan bisa menyebabkan kematian. Apabila tindakan dalam mengatasi
demam tidak tepat juga lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu. Cidera fisik yang mungkin terjadi pada anak
kejang demam. jika tidak di tangani dengan baik dan benar seperti cidera
kepala,patah tulang, cidera otot ataupun memar pada kulit pada anak, apabila
anak jatuh dan jika tidak di pindahkan di tempat yang rata. Karya Tulis Ilmiah
ini bertujuan untuk Menggambarkan Asuhan Keperawatan pemenuhan kebutuhan
rasa aman Pencegahan Cidera pada Anak Todler dengan Kejang demam di RSUD
RAA Soewondo Kabupaten Pati.Metode yang digunakan dalam memberikan
asuhan keperawatan menggunakan studi kasus, dengan melakukan observasi
terhadap kasus yang akan dikelola dan menggunakan proses pendekatan
keperawatan yaitu dari pengkajian hingga evaluasi dengan samling yaitu 2 pasien.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x pertemuan pada kedua responden
didapatkan hasil kedua responden mengalami penurunan suhu tubuh yaitu dengan
dilakukannya Teknik kompres hangat yang mana hal tersebut efektif dalam

118
119

menurunkan suhu tubuh anak sehingga mencegah terjadinya kejang berulang yang
mengakibatkan resiko cedera pada pasien. Suhu anak normal, tidak terjadi kejang
berulang dan tidak terjadi adanya kejadian cedera baik fisik maupun fisiologis.
Kata kunci : Asuhan keperawatan, Kejang demam, Resiko Cedera

Abstract
Febrile convulsions are seizures that occur in an increase in body temperature
(rectal temperature above 38 ° C) caused by extracranial processes. Fever seizures
can make the condition emergency in children. Emergency conditions can occur if
febrile seizures are not treated promptly. Emergencies that may occur are shortness
of breath, persistent temperature increases, and physical injury. Delays and errors
in handling febrile seizures can also result in sequelae in children and can lead to
death. If the action in overcoming fever is not appropriate or slow, it will result in
disrupted growth and development of the child. Physical injury that may occur in
children with febrile seizures. if not handled properly such as head injuries,
fractures, muscle injuries or bruises to the skin in children, if the child falls and if
not moved to a flat place.
This scientific paper aims to describe nursing care to fulfill the need for a sense of
security. Injuries Prevention in Todler Children with Fever Seizures in RSUD RAA
Soewondo, Pati District.
The method used in providing nursing care using case studies, by observing the
cases to be managed and using a nursing approach process, from assessment to
evaluation with sampling, namely 2 patients.
After nursing care for 3x meetings with the two respondents, it was found that the
two respondents experienced a decrease in body temperature, namely by doing the
warm compress technique which was effective in reducing the child's body
temperature so as to prevent recurrent seizures which resulted in the risk of injury
to the patient. The child's temperature is normal, there are no recurrent seizures and
no physical or physiological injury.
Keywords: Nursing care, febrile convulsions, Injury Risk
120

PENDAHULUAN demam terbanyak terjadi pada waktu


Menurut National Institutes of Health anak berusia antara 3 bulan - 5 tahun.
Consensus Conference. Kejang 2%-5% anak di bawah 5 tahun pernah
merupakanan kelainan neurologis mengalami bangkitan Kejang demam.
yang sering terjadi pada anak antara Lebih dari 90% kejadian kejang
usia 3 bulan – 5 tahun. Kejang pada demam terjadi pada anak berusia di
anak sering terjadi bersamaan dengan bawah 5 tahun. WHO memperkirakan
demam. Keadaan ini merupakan salah terdapat lebih dari 21,65 juta
satu gangguan neurologik yang penderita Kejang demam dan lebih
paling sering dijumpai pada masa 216 ribu diantaranya meninggal
kanak-kanak dan menyerang sekitar dengan usia antara 1 bulan sampai 11
4% anak. Pada setiap anak memiliki tahun dengan riwayat Kejang demam
ambang kejang yang berbeda-beda, sekitar 77%. (WHO, 2018).
hal ini tergantung dari tinggi serta Berdasarkan hasil Survey Demografi
rendahnya ambang kejang seorang Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
anak. Demam didefinisikan sebagai 2017, di Indonesia tahun 2016
peningkatan suhu tubuh menjadi kejang demam termasuk sebagai
>38,0°C. Demam dengan suhu yang lima penyakit anak terpenting yaitu
sangat tinggi tersebut menjadi sebesar 19,4%, meningkat pada tahun
penyebab Kejang demam. Kejang 2017 dengan kejadian kejang demam
demam adalah bangkitan kejang yang sebesar 22,2%. Prevalensi demam
terjadi pada kenaikan suhu tubuh pada balita di daerah pedesaan
(suhu rektal di atas 38°C akibat lebih tinggi (33%) dibanding di
infeksi bakteri atau virus terjadi pada perkotaan yaitu sebesar 29%
anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun. (BKKBN, 2016).
(Sofyan,2016). Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Kejang demam merupakan kejang yang didapatkan dari Profil
yang terkait dengan gejala demam Kesehatan RSUD RAA
dan usia, serta tidak didapatkan SOEWONDO PATI terdapat data
infeksi intrakranial atau kelainan di sebanyak 3.96% atau sebanyak 7.397
otak.Para ahli mengatakan, Kejang anak yang terdiri dari anak usia 1-48
121

bulan yang terdaftar dalam pasien profilaksis untuk penatalaksanaan


rawat jalan atau inap. Dari data kejang demam pada anak.
tersebut terdapat data anak dengan Penatalaksanaan kejang demam
demam tinggi disertai kejang dengan sendiri yaitu : baringkan pasien di
nilai 0,09% dengan rentang usia 10 tempat yang rata, singkirkan benda
bulan hingga 48 bulan. keras tajam ataupun tumpul yang ada
Cidera fisik yang mungkin terjadi di dekat pasien, tidak memasukkan
pada anak dengan kejang demam. jika apapun kedalam mulut pasien,
tidak di tangani dengan baik dan lepaskan pakaian yang mengganggu
benar seperti cidera kepala, patah pernafasan, jika suhu pasien tinggi
tulang, cidera otot ataupun memar berikan kompres hangat.
pada kulit pada anak, apabila anak ( Wardiyah,2016)
jatuh dan jika tidak di pindahkan di TUJUAN :
tempat yang rata. Adapun beberapa Menggambarkan Asuhan
komplikasi yang dapat terjadi yaitu Keperawatan pemenuhan kebutuhan
kerusakan Neurotransmiter, epilepsi, rasa aman Pencegahan Cidera pada
kelainan anatomis di otak, mengalami Anak Todler dengan Kejang demam.
kecacatan atau keainan neurologis MANFAAT :
karena di sertai dengan demam, dan Diharapkan dapat memberikan
kemungkinan mengami kematian. sumbangan ilmu pengetahuan bagi
(Waskitho, 2013) perkembangan ilmu keperawatan
Penatalaksanaan pencegahan cidera khususnya keperawatan anak tentang
pada anak kejang demam yaitu Asuhan Keperawatan penerapan
dengan pengobatan fase akut atau Pemenuhan kebutuhan Rasa Aman
pembebasan jalan nafas,memantau Pencegahan Cidera Fisik Pada anak
fungsi vital tubuh, dengan mencari Todler dengan Kejang Demam.
serta mengobati penyebab dari METODE :
penyakit lalu melakukan pemeriksaan Desain penulisan yang digunakan
pungsi lumbal pada saat anak dalam rancangan Karya Tulis Ilmiah
pertama kali mengalami kejang (KTI) ini adalah studi kasus yang
demam, melakukan pengobatan berbentuk deskriptif. Studi kasus
122

merupakan studi mengenai manusia didapatkan data sebagai berikut: data


(dapat suatu kelompok, organisasi subyektif An.N,Ibu klien
maupun individu), peristiwa, latar mengatakan An.N juga mengalami
secara mendalam (Sujarweni, 2014). Panas tinggi disertai Kejang (kurang
Subjek penelitian yang digunakan dari 2 menit) yang terjadi selama 2x
dalam studi kasus ini adalah 2 orang sebelum dibawa ke Rumah
klien anak untuk perbandingan Sakit,mual muntah 2x sebelum
dengan masalah keperawatan dibawa ke Rumah
gangguan kebutuhan pemenuhan rasa Sakit,lemes.Riwayat penyakit
aman. Karakteristik sampel yang sekarang ditemukan awalnya kurang
digunakan adalah Pasien anak yang lebih 2 minggu yang lalu pasien jatuh
sudah ditegakkan diagnosa Kejang terbentur lantai lalu badannya panas
Demam, Pasien anak yang /hipertermia, anoreksia atau nafsu
mengalami Kebutuhan Rasa Aman makan menurun, intoleransi aktivitas
dengan Kejang Demam, Pasien anak akibat badan terasa lemes, mual
usia toddler yaitu 1-3 tahun, Orang muntah ,BB menurun. Dari data
tua yang setuju jika anaknya obyektif An.N terlihat rewel,
dijadikan sebagai responden. Dengan kesadaran composmentis, nadi 110
Kriteria eksklusi dari penelitian ini kali/menit, respiratory rate 25
yaitu Dokumen anak kejang demam kali/menit, turgor kulit kembali <2
yang memiliki Resiko Cedera. Studi detik, suhu 39ºC. Selama di IGD
kasus yang penulis lakukan yaitu klien mendapat terapi infus RL 12
studi untuk mengeksplorasi masalah tetes/menit, Dari data ini penulis
pada anak usia todler dengan mengangkat masalah keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa Resiko cedera berhubungan dengan
aman, pencegahan cidera: Kejang Kegagalan mekanisme tubuh ditandai
Demam di RSUD RAA Soewondo dengan Aktivitas Kejang.
Pati. Dari Analisa data klien pertama An.S
HASIL DAN PEMBAHASAN : yang didapat 8 April 2021 dapat
Menurut pengkajian yang dilakukan dirumuskan bahwa ada masalah
pada tanggal 8 April 2021 pada An.N keperawatan utama yang muncul
123

yaitu Resiko cedera berhubungan dengan aktivitas kejang yaitu


dengan Kegagalan mekanisme tubuh Memanajemen keselamatan
ditandai dengan Aktivitas Kejang. lingkungan, memanajemen kejang,
Pengkajian klien kedua An.S yang melakukan pencegahan
dilakukan pada tanggal 10 April 2021 cedera,memasang alat pengaman.
didapatkan data sebagai berikut : data Tindakan implementasi yang
subyektif ibu An.S mengatakan dilakukan adalah mengamankan klien
bahwa anaknya sudah kedua kali dari benda berbahaya, memonitor
dirawat di rumah sakit, terakhir kali tanda tanda vital, melakukan kompres
dirawat adalah Ketika An.S berusia hangat, memberikan Pendidikan
12 bulan dengan diagnose kejang Kesehatan kepada keluarga klien,
demam simplex. An.S mengalami menganjurkan pasien untuk memakai
demam selama 5 hari sebelum masuk pakaian longgar dan tipis
RS. Selama dirumah demam An.S mengkolaborasikan terapi sesuai
naik turun dan mengalami kejang dengan advice dokter.
selama 2x dengan durasi kurang dari Evaluasi pada klien pertama An.N
5 menit. Data obyektif : turgor kulit pada hari ketiga yaitu pada tanggal 11
kembali <2 detik, suhu yaitu April 2021 adalah Setelah dilakukan
38,9ºC, nadi 103 x/menit, implementasi An.N tidak rewel dan,
respiratory rate 22 x/menit,, suhu 37,ºC, nadi 110 kali/menit, dan
terpasang nasal kanul 2 liter/menit. RR 25 x/menit. Tidak ada perlukaan
Dari Analisa data klien pertama An.S pada anak karena cedera tidak terjadi
yang didapat 8 April 2021 dapat kejang berulang, kesadaran anak
dirumuskan bahwa ada masalah composmentis.
keperawatan utama yang muncul Evaluasi pada klien kedua (An.S)
yaitu Resiko cedera berhubungan pada tanggal 28 April 2018 adalah
dengan Kegagalan mekanisme tubuh sebagai berikut Setelah dilakukan
ditandai dengan Aktivitas Kejang. implementasi An.S tidak
Intervensi yang dilakukan pada klien rewel,kesadaran compos mentis,
pertama An.N adalah Perencanaan tidak terdapat luka karena kejadian
tindakan resiko cedera berhubungan cedera, suhu 37,ºC, nadi 100
124

kali/menit, dan RR 24 x/menit, tidak membahayakan klien seperti benda


terjadi peristiwa kejang berulang, dari tajam, Observasi tanda tanda vital
data diatas dapat disimpulkan bahwa klien, Lakukan kompres hangat,
resiko cedera teratasi. anjurkan pasien berpakaian longgar
KESIMPULAN dan kering, Sedangkan intervensi
Berdasarkan Pengkajian asuhan kolaborasi yang dilakukan antara lain
keperawatan pada kedua klien anak pemberian obat anti konvulsan sesuai
usia toddler yang dengan kejang advice dokter.
demam didapatkan data bahwa kedua Implementasi : tindakan
klien mengalami masalah resiko implementasi yang dilakukan adalah
cedera. Hal tersebut ditandai dengan mengamankan klien dari benda yang
anak mengalami kejang dan kenaikan berbahaya, memonitor tanda tanda
suhu tubuh anak yang mencapai 39℃ vital, melakukan kompres
lebih.Secara subyektif ibu klien hangat,memberikan pakaian longgar
mengatakan bahwa anaknya demam dan tipis, memberi terapi kolaborasi
dan panas tinggi. Secara objektif, sesuai dengan resep dokter.
suhu An.N 39ºC dan An. S 38,9ºC. Evaluasi keperawatan :
Diagnosa Keperawatan : dari data Pada evaluasi yang dilakukan pada
yang didapat selama pengkajian dan kedua klien pada tanggal 13 April
penganalisa masalah yang dilakukan 2021 yaitu masalah gangguan resiko
maka diagnose yang muncul diantara cidera pada pasien kejang demam
kedua klien yaitu Resiko cedera teratasi.Ditandai dengan tidak ada
berhubungan dengan Kegagalan perlukaan pada tubuh anak,juga suhu
mekanisme tubuh ditandai dengan anak kembali normal menjadi
Aktivitas Kejang. 37ºC,dan anak sadar dengan
Rencana Keperawatan : Dari masalah kesadaran compos mentis. Data yang
yang terjadi dapat direncanakan diperoleh sesuai dengan kriteria
tindakan untuk mengatasi masalah hasil yang diharapkan.
gangguan resiko cedera pada anak SARAN
dengan kejang demam diantaranya Setelah melakukan asuhan
yaitu menjauhkan benda benda yang keperawatan pada klien demam
125

kejang yang mengalami gangguan Perawat diharapkan melibatkan


rasa aman resiko cedera berhubungan keluarga saat melakukan asuhan
dengan kegagalan sistem mekanisme keperawatan pada klien agar dalam
tubuh ditandai dengan kejang pada. pengkajian untuk memperoleh data
An.N dan An.S di RSUD RAA yang lengkap serta dapat
Soewondo Pati, maka saran yang melakukan asuhan keperawatan
dapat diberikan adalah sebagai kejang demam dengan pemenuhan
berikut : rasa aman dan menjadi contoh bagi
1. Bagi Pemberi layanan kesehatan di keluarga pasien.
Rumah sakit Ucapan Terimakasih
Pemberi layanan kesehatan di Terimakasih saya samapaikan kepada
Rumah sakit disarankan untuk 1. Bapak Dr. Marsum, BE, S.Pd., MHP.,
memberikan pendidikan kesehatan Direktur Poltekkes Kemenkes
tentang kejang demam dan Semarang.
penanganan demam di rumah 2. Bapak Suharto,S.Pd.,MN.,Ketua
menggunakan leaflet sebelum Jurusan Keperawatan Poltekkes
pasien pulang pada setiap keluarga Kemenkes Semarang.
yang anggota keluarganya dirawat 3. Bapak Dr. Sudirman, MN., Ketua
dengan kejang demam di Rumah Program Studi D III Keperawatan
sakit dan menjelaskan tentang Semarang.
penting memeriksakan kesehatan di 4. Ibu Titin Suheri, SKp, MSc selaku
tempat pelayanan kesehatan secara pembimbing I yang telah memberi
dini. saran dan pengarahan dalam
2. Bagi Keluarga penyusunan Laporan KTI ini.
Bagi keluarga mampu melakukan 5. Ibu Tri Wiji Lestari ,SST.M.Kes
pencegahan dan penanganan kejang selaku pembimbing II yang telah
demam di rumah pada anak dengan memberi saran dan pengarahan dalam
kejang demam supaya tidak terjadi penyusunan Laporan KTI ini.
komplikasi akibat kejang demam. 6. Segenap dosen dan staf Jurusan
3. Bagi Perawat Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Semarang.
126

7. Kepala Rumah Sakit RSUD RAA Kompres Plester Terhadap Penurunan


Soewondo Pati. Suhu Tubuh Anak Demam Usia Pra-
8. Kedua orang tua saya yang selalu Sekolah. Nursing Sciences Journal,
mendukung, memberikan semangat, 4(1), 38.
dan mendoakan saya tiada henti. https://doi.org/10.30737/nsj.v4i1.836
9. Teman-teman seperjuangan dari kelas Deliana, M. (2016). Tata Laksana Kejang
A1 dan A2 yang selalu membantu, Demam pada Anak. Sari Pediatri,
memberi dukungan dan semangat. 4(2), 59.
10. Sahabat-sahabat saya Meidita https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.
Sari,Karina gina Oktaviana, Fatma 59-62
Fatin Nabila, dan Inasya Salma Deliana, M. (2016). Tata Laksana Kejang
Nabila selalu memberikan nasehat, Demam pada Anak. Sari Pediatri,
dukungan, dan memberikan masukan 4(2), 59.
untuk menyelesaikan Laporan karya https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.
tulis ilmiah ini. 59-62
11. Semua pihak yang telah membantu file:///C:/Users/asus/Downloads/103
dalam penyusunan Laporan KTI ini 7-2360-1-SM%20(3).pdf
yang tidak bisa saya sebutkan satu file:///C:/Users/asus/Downloads/Faktor_R
persatu. isiko_Bangkitan_Kejang_Demam_p
ada_Anak.pdf
DAFTAR PUSTAKA Fuadi, F., Bahtera, T., & Wijayahadi, N.
37_Modul Kejang Demam.pdf. (n.d.). (2016). Faktor Risiko Bangkitan
Afifah, N. R., & Pawenang, E. T. (2019). Kejang Demam pada Anak. Sari
Kejadian Demam Tifoid pada Usia Pediatri, 12(3), 142.
15-44 Tahun. Higeia Journal of https://doi.org/10.14238/sp12.3.2010
Public Health, 3(2), 263–273. .142-9
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis,
hp/higeia%0AKejadian Richard; Mckee, A. (2019). 済無No
Bintang, K. M., Mursudarinah, M., & Title No Title. Journal of Chemical
Prajayanti, E. D. (2020). Penerapan Information and Modeling, 53(9),
Kompres Air Hangat Dengan 1689–1699.
127

Hardika, M. S. P., & Mahailni, D. S. Prasekolah. Journal of Chemical


(2019). Faktor-faktor yang Information and Modeling (Vol. 53).
berhubungan dengan kejadian kejang https://scholar.google.com/scholar?a
demam berulang pada anak di RSUP s_ylo=2020&q=febris+journal&hl=i
Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika, d&as_sdt=0,5
8(4), 1–9. https://www.idai.or.id/professional-
Hardika, M. S. P., & Mahailni, D. S. resources/guideline-
(2019). Faktor-faktor yang consensus/konsensus-
berhubungan dengan kejadian kejang penatalaksanaan-kejang-demam
demam berulang pada anak di RSUP https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/?term
Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika, =physical+injury
8(4), 1–9. Hughes, R. (2008). Anak Usia Prasekolah.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiks In Journal of Chemical Information
dmk/wp- and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
content/uploads/2017/08/Asuhan- Ismoedijanto, I. (2016). Demam pada
Kegawatdaruratan-Maternal- Anak. Sari Pediatri, 2(2), 103.
Neonatal-Komprehensif.pdf https://doi.org/10.14238/sp2.2.2000.
http://dkk.magelangkota.go.id/inform 103-8
asi-publik/daftar-informasi- Ismoedijanto, I. (2016). Demam pada
publik/summary/2-informasi- Anak. Sari Pediatri, 2(2), 103.
publik/43-profil-kesehatan-kota- https://doi.org/10.14238/sp2.2.2000.
magelang-2018 103-8
http://jurnal.globalhealthsciencegrou Ismoedijanto, I. (2016). Demam pada
p.com/index.php/JPM/article/view/8 Anak. Sari Pediatri, 2(2), 103.
4/72 https://doi.org/10.14238/sp2.2.2000.
http://pediatricfkuns.ac.id/data/ebook 103-8
/37_Modul%20Kejang%20Demam.p Khairuzzaman, M. Q. (2016). No Title血
df 清及尿液特定蛋白检测在糖尿病肾
https://id.scribd.com/doc/293780455/
病早期诊断中的意义, 4(1), 64–75.
JURNAL-KOMPRES-HANGAT-
pdfHughes, R. (2008). Anak Usia
128

Khairuzzaman, M. Q. (2016). No hangat dalam menurunkan


Title血清及尿液特定蛋白检测在糖 hipertermia pada anak yang

尿病肾病早期诊断中的意义. 4(1), mengalami kejang demam sederhana.

64–75. Nursing Science Journal, 1(1), 29–

Maha, N. (2019). Pelaksanaan 35.

Peningkatan Keselamatan Pasien Permatasari, K. I., Hartini, S., Bayu, A.,


Resiko Jatuh. Program, M., S1, S., Keperawatan, I.,

https://doi.org/10.31227/osf.io/9zvq2 … Semarang, T. (n.d.). Perbedaa

Menggunakan Kompres Hangat. Ners Efektivitas Kompres Air Ha Da

Muda, 1(1), 59. Kompres Air Biasa Terhadap Pe Suhu

https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.549 Tubuh Pada a De Demam Di Rsud

9 Tugurejo Semara, 034.

Oliver, J. (2013). Asuhan Permatasari, K. I., Hartini, S., Bayu, A.,

Keperawatan pada anak dengan Program, M., S1, S., Keperawatan, I.,

kejang demam di ruang ibu dan Semarang, S. T., Program, D.,

anakRumah Sakit Tingkat III dr Umum, D., Sakit, R., Wira, B., &

Reksodiwiryo Padang. Journal of Semarang, T. (n.d.). Perbedaa

Chemical Information and Modeling, Efektivitas Kompres Air Ha Da

53(9), 1689–1699. Kompres Air Biasa Terhadap Pe

OS Purwanti, A Maliya - Jurnal Suhu Tubuh Pada a De Demam Di

Berita Ilmu Keperawatan, 2008 - Rsud Tugurejo Semara. 034.

journals.ums.ac.id Resiko Cedera Bayi Hipoglikemia. (n.d.).

Pangseti, N. A., Atmojo, B. S. R., & Windawati, W., & Alfiyanti, D. (2020).
Penurunan Hipertermia Pada Pasien
Kiki. (2020). Penerapan kompres
Kejang Demam Menggunakan Kompres
hangat dalam menurunkan
Hangat. Ners Muda, 1(1),
hipertermia pada anak yang
https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.549
mengalami kejang demam sederhana.
Windawati, W., & Alfiyanti, D. (2020).
Nursing Science Journal, 1(1), 29– Penurunan Hipertermia Pada Pasien
35. Kejang Demam Menggunakan Kompres
Pangseti, N. A., Atmojo, B. S. R., & Hangat. Ners Muda, 1(1),
Kiki. (2020). Penerapan kompres 5https://doi.org/10.26714/nm.v1i1.5499
129

Anda mungkin juga menyukai