Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


KEJANG DEMAM
DI RUANG NUSA INDAH RST DR. SOEPRAOEN

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Anak

Oleh:
NAMA : FANDI OKTARIO
NIM : P17210203084

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2022
BAB I
KONSEP KEJANG DEMAM

1. Konsep Kejang Demam


1.1 Pengertian Kejang Demam
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang
terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam
tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi
pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Regina Putri, 2017).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah
kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha, 2017). Kejang
demam atau Febrile Convulsion merupakan kejang yang sering terjadi pada anak
serta bayi dan kemungkinan berulang. Kejang demam merupakan bangkitan kejang
yang terjadi akibat proses ekstrakranium akibat dari suhu tubuh yang tinggi dan
terjadi kurang dari 15 menit. Proses infeksi yang terjadi di ekstrakranium dapat
mengakibatkan suhu tubuh menjadi tinggi dan bisa mengakibatkan kejang
(Indrayati, 2019).
Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5
tahun.

1.2 Etiologi Kejang Demam


(Indrayati, 2019).pada anak usia 1 sampai 2 tahun terjadinya kejang demam
biasanya di akibatkan oleh infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi pada anak usia
kurang dari 6 bulan harus diperhatikan lagi penyebab lainnya seperti infeksi susunan
saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan adanya kejang. Faktor
penting terjadinya kejang demam yaitu demam, usia, faktor genetik, prenatal (usia
saat kehamilan) dan perinatal (asfiksia, usia kehamilan dan bayi berat lahir rendah).
Kejang demam dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi pada saluran kemih. Suhu tubuh yang tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya kejang demam dan sangat bergantung pada usia serta
cepatnya suhu meningkat.
1.3 Tanda Gejala Thypoid Fever
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan
terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku, tersentak-
sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih mata yang
terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan terganggu dan kulit
akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa lama kemudian, anak
akan segera normal kembali (Marwan, 2017).

1.4 Pemeriksaan Penunjang


IDAI (2017), dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk anak
yang mengalami kejang demam, sebagai berikut :

1. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan walau tidak ada gejala yang


berarti untuk mengetahui sumber infeksi terjadinya kejang demam,
gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan yang dilakukan
yaitu, pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit dan gula darah.
2. Lumbal fungsi untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Lebih dianjurkan pada pasien dengan kejang demam meliputi:
- Umur bayi kurang dari 12 bulan
- Bayi antara umur 12 sampai 18 bulan
- Bayi dengan umur lebih dari 18 bulan, dianjurkan untuk mela kukan
lumbal fungsi kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG (elektroensefalografi), dilakukan pada kejadian kejang
demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam pada anak usia lebih
dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
4. Pemeriksatan foto kepala, CT-scan atau MRI tidak dianjurkan untuk anak
yang tidak ada kelainan neurrologis karena hampir semua menunjukkan
gambaran normal. CT-scan atau MRI dilakukan untuk mencari lesi
organil di otak.

1.5 Penatalaksanaan Medis


IDAI (2017), tatalaksana saat kejang demam yaitu, pada umumnya kejang
berlangsung singkat (4 menit) dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti.
Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat paling cepat menghentikan
kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti
alogaritma kejang pada umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
orangtua dirumah (prehospital) adalah diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 12 kg. Jika setelah pemberian diazepam rektal kejang
belum berhenti, dapat diulangi l agi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval
waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena. Bila
kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari indikasi terapi
antikonvulsan profilaksis.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah hal yang penting dan mendasar dalam melakukan asuhan
keperawatan untuk hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data tentang anak maupun
keluarganya, baik saat penderita penyakit baru pertama kali datang maupun selama
penderita dalam masa proses perawatan
Menurut Idrus, (2020) Adapun hal hal yang perlu dikaji pada penderita
penyakit dengan thypoid yaitu sebagai berikut:
1. Data umum identitas klien
Penyakit demam thypoid ini banyak ditemukan pada semua usia baik itu
mulai dari umur bayi di atas satu tahun hingga umur anak-anak, di dalam data
umum berisi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
golongan darah, asal suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, asuransi,
nomor register, tanggal MRS dan diagnosa medis.

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c. Riwayat perkembangan anak
Biasanya pada pasien dengan kejang demam kompleks mengalami
gangguan keterlambatan perkembangan dan intelegensi pada anak serta
mengalami kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
d. Riwayat imunisasi
Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan tertular
penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.
e. Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena
mual dan muntahnya
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Biasanya anak rewel dan kesadaran compos mentis
b. TTV
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/menit
c. Berat Badan
Biasanya pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
d. Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata
Simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.
f. Mulut dan lidah
mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
g. Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
h. Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
i. Leher
terjadi pembesaran KGB
j. Dada dan Thoraks
Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.
k. Abdomen
Lemas dan datar, kembung
l. Anus
Tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
m. Ekstermitas
Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilian klinis mengenai respons
pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan
Diagnosa yang biasanya muncul pada pasien Kejang Demam menurut Tim
Pokja PPNI SDKI (2016) adalah sebagai berikut:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (Kejang Demam)
2. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan
3. Resiko Jatuh berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
2.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosis Kriteria Hasil Intervensi
. keperawat
an
1 Hipertermi Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).
a b.d PPNI (2019) kriteria Intervensi pada hipertermia adalah
proses hasil yang didapatkan
Manajemen Hipertermia (I.15506)
infeksi adalah
(Kejang Termoregulasi
- Observasi
Demam) (L.14134)
Setelah dilakukan 1. Identifkasi penyebab
tindakan keperawatan hipertermi (mis. dehidrasi
diharapkan terpapar lingkungan panas
termoregulasi membaik penggunaan incubator)
dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
2. Kulit merah 4. Monitor haluaran urine
menurun
- Terapeutik
3. Kejang menurun
1. Sediakan lingkungan yang
4. Akrosianosis
dingin
menurun
2. Longgarkan atau lepaskan
5. Konsumsi oksigen
pakaian
menurun
3. Basahi dan kipasi
6. Piloereksi menurun
permukaan tubuh
7. Vasokonstriksi
4. Berikan cairan oral
perifer menurun
5. Ganti linen setiap hari atau
8. Kutis memorata
lebih sering jika
menurun
mengalami hiperhidrosis
9. Pucat menurun (keringat berlebih)
10. Takikardi menurun 6. Lakukan pendinginan
11. Takipnea menurun eksternal (mis. selimut
12. Bradikardi menurun hipotermia atau kompres
13. Kuku sianolik dingin pada dahi, leher,
menurun dada, abdomen,aksila)
14. Hipoksia menurun 7. Hindari pemberian
15. Suhu tubuh antipiretik atau aspirin
Membaik 8. Batasi oksigen, jika perlu
16. Suhu kulit Membaik
17. Kadar glukosa darah - Edukasi
Membaik 1. Anjurkan tirah baring
18. Pengisian kapiler - Kolaborasi
Membaik 1. Kolaborasi cairan dan
19. Ventilasi Membaik elektrolit intravena, jika
20. Tekanan darah perlu
Membaik

2 Resiko Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


deficit PPNI (2019) kriteria Intervensi pada resiko deficit nutrisi
nutrisi b.d. hasil yang didapatkan adalah
keenggana adalah Manajemen Nutrisi (I.03119)
n untuk Status Nutrisi - Observasi
makan (L.03030) 1. Mengindentifikasi status
1. Porsi makan yang nutrisi
dihabiskan 2. Mengindentifikasi alergi
meningkat dan intoleransi makanan
2. Kekuatan otot 3. Mengindentifikasi
pengunyah makanan yang disukai
Meningkat 4. Mengindentifikasi
3. Kekuatan otot kebutuhan kalori dan jenis
menelan Meningkat nutrien
4. Serum albumin 5. Mengidentifikasi pelunya
Meningkat pemasangan NGT
5. Verbalisasi 6. Memonitor asupan
keinginan untuk makanan
meningkatkan 7. Memonitor berat badan
nutrisi Meningkat 8. Memonitor hasil lab
6. Pengetahuan tentang - Terapeutik
pemilihan makanan 1. Melakukan oral hygiene
sehat Meningkat sebelum makan jika perlu
7. Pengetahuan tentang 2. Menghentikan pemberian
pemilihan makanan makan melalui NGT jika
sehat Meningkat asupan oral dapan
8. Pengetahuan tentang ditoleransi
standar asupan - Edukasi
nutrisi yang tepat 1. Mengajarkan diet yang di
Meningkat programkan
9. Penyiapan dari 2. Menganjurkan posisi duduk
penyimpanan jika perlu
makanan yang aman - Kolaborasi
Meningkat 1. Pemberian medikasi
10. Penyiapan dari sebelum makan (mis.
penyimpanan Pereda nyeri), jika perlu
minuman yang aman 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Meningkat untuk menentukan jumlah
11. Perasaan cepat kalori dan jenis nutrient
kenyang menurun yang dibutuhkan, jika perlu
12. Nyeri abdomen
menurun
13. Sariawan menurun
14. Rambut rontok
menurun
15. Diare menurun
16. Berat badan
membaik
17. IMT membaik
18. Frekuensi makan
membaik
19. Nafsu makan
membaik
20. Bising usus
membaik
21. Tebal lipatan kulit
trisep membaik
22. Membrane mukosa
membaik

3 Resiko Menurut Tim Pokja Menurut Tim Pokja PPNI (2018).


Jatuh PPNI (2019) kriteria Intervensi pada resiko jatuh adalah
berhubung hasil yang didapatkan
Pencegahan Jatuh(I.14540)
an dengan adalah
penurunan
- Observasi
tingkat Tingkat Jatuh
kesadaran (L.08066) 1. Identifikasi factor resiko
Setelah dilakukan jatuh
tindakan keperawatan 2. Identifikasi resiko jatuh
diharapkan tingkat jatuh setiap shif atau sesuai
menurun dengan kriteria dengan kebijakan institusi
hasil: 3. Indentifikasi factor
1. Jatuh dari tempat lingkungan yang
tidur menurun meningkatkan resiko jatuh
2. Jatuh saat berdiri 4. Hitung resiko jatuh dengan
menurun menggunakan skala
3. Jatuh saat duduk
- Terapeutik
menurun
4. Jatuh saat berjalan
1. Orientasikan ruangan
menurun
kepada pasien dan
5. Jatuh saat
keluarga
dipindahkan
2. Pastikan roda tempat tidur
menurun
dan kursi roda dalam
6. Jatuh saat naik
keadaan terkunci
tangga menurun
3. Pasang handrall tempat
7. Jatuh saat di kamar
tidur
mandi menurun
4. Atur tempat tidur mekanis
8. Jatuh saat
pada posisi terendah
membungkuk
5. Tempatkan pasien tinggi
menurun
resiko jatuh dekat dengan
pemantauan perawat
6. Gunakan alat bantu
berjalan
7. Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien

- Edukasi

1. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
2. Ajurkan untuk
menggunakan alas kaki
yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil perawat

DAFTAR PUSTAKA
IDAI. (2017). Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI
Indrus, Hasta Handayani. (2020). Buku Demam Tifoid Hasta 2020. Makasar:
Universitas Muslim Indonesia
Marwan, R. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian
Kejang Demam Pada Anak Usia 6 Bulan - 5 Tahun Di Puskesmas. 1(1), 32–40.
Indrayati, Novi., Dwi Haryanti. 2019. Peningkatan Kemampuan Orangtua Dalam
Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Anak. jurnal Peduli Masyarakat
Volume 1 Nomor 1, Desember 2019
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Regina Putri, D. (2017). Askep dengan Kejang Demam. Journal Nursing, (45), 39.
Ridha, H., N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai