Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

A. KONSEP KEJANG DEMAM

a. Pengertian Kejang Demam

Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang

bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik

abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam

merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh

diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile

convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi dapat disimpulkan, kejang demam

adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat

menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses ekstrakranium (Indrayati &

Haryanti, 2020).

b. Etiologi

Kakalang et al., (2016) pada anak usia 1 sampai 2 tahun terjadinya kejang

demam biasanya di akibatkan oleh infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi pada

anak usia kurang dari 6 bulan harus diperhatikan lagi penyebab lainnya seperti

infeksi susunan saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan adanya

kejang. Faktor penting terjadinya kejang demam yaitu demam, usia, faktor genetik,

prenatal (usia saat kehamilan) dan perinatal (asfiksia, usia kehamilan dan bayi

berat lahir rendah). Kejang demam dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan

atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi pada saluran kemih. Suhu

tubuh yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya kejang demam dan sangat

bergantung pada usia serta cepatnya suhu meningkat.


c. Klasifikasi

IDAI (2016), klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure), kejang yang berlangsung

singkat, biasanya terjadi kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti

sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan klonik tanpa adanya gerakan fokal.

Kejang demam yang terjadi tidak berlangsung dalam waktu 24 jam. Kejang

demam sederhana merupakan 80% di .antara seluruh kejang demam.

b. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure), memiliki salah satu ciri,

yaitu kejang terjadi lebih dari 15 menit. Kejang berulang lebih dari 2 kali dan

diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Terjadi lebih dari 1 kali selama 24

jam, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial.

d. Manifestasi Klinik
Nurarif (2015), Gejala yang sering di jumpai pada saat terjadinya kejang

demam pada anak dan bayi, sebagai berikut :

i. Suhu badan mencapai lebih dari 38oC, Nafsu makan menurun

ii. Kejang berlangsung selama 15 menit bahkan bisa lebih

iii. Pada saat terjadi kejang anak sering kehilangan kesadaran

iv. Akral dingin, Kulit pucat dan membiru

v. Badan bergetar hebat

vi. Badan panas tanpa disertai menggigil

vii. Pada sebagian anak ada yang mengalami muntah dan terkadang sesak nafas

e. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan

dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+ ) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natriun (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ).

Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,

sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran

yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na+/K+ATPase yang

terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah

oleh : Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular, rangsangan yang datang

mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya,

perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

(Hardika & Mahailni, 2019).

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan

dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat

mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat

terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan

listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh

sel maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan

terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung

tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada

kenaikan suhu tertentu (Sari et al., 2021).

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya

dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (

lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen

dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, asidosis laktat.


f. Pemeriksaan Penunjang
IDAI (2016), dijelaskan bahwa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

anak yang mengalami kejang demam, sebagai berikut :

i. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan walau tidak ada gejala yang berarti

untuk mengetahui sumber infeksi terjadinya kejang demam, gastroenteritis

dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu, pemeriksaan darah

tepi lengkap, elektrolit dan gula darah..

ii. Lumbal fungsi untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan

meningitis. Lebih dianjurkan pada pasien dengan kejang demam meliputi :

 Umur bayi kurang dari 12 bulan

 Bayi antara umur 12 sampai 18 bulan

 Bayi dengan umur lebih dari 18 bulan, dianjurkan untuk melakukan

lumbal fungsi kecuali pasti bukan meningitis

 Pemeriksaan EEG (elektroensefalografi), dilakukan pada kejadian kejang

demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam pada anak usia lebih

dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

g. Penatalaksanaan
IDAI (2016), tatalaksana saat kejang demam yaitu, pada umumnya kejang

berlangsung singkat (4 menit) dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti.

Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat paling cepat menghentikan

kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg

perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan

dosis maksimal 10 mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti

alogaritma kejang pada umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh

orangtua dirumah (prehospital) adalah diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau

diazepam rektal 5mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 12 kg. Jika setelah pemberian diazepam rektal kejang

belum berhenti, dapat diulangi l agi dengan cara dan dosis yang sama dengan

interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap

kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam

intravena. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari

indikasi terapi anti konvulsan profilaksis.

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan

morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai

maturitas/dewasa.

1. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun

individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga

ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.

2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya yang bersifat kuantitatif

dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill)

struktur dan hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan

menyangkut berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa,

motorik, emosi dan perkembangan prilaku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya. Perkembangan merupakan progresif, terarah, dan

terpadu/kohelen..Progresif mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi

mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak mundur

kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang pasti antara perubahan yang terjadi saat ini, sebelumnya dan

berikutnya.
Tabel 2.4 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Kelompok Usia 2-4 Tahun
Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Perkembangan
2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
I. Nilai Agama 1. Mulai meniru gerakan 1. Mengetahui perilaku yang
dan Moral berdoa/sembahyang berlawanan meskipun belum
sesuai dengan selalu dilakukan seperti
agamanya pemahaman perilaku baik-
buruk, benar-salah, sopan-
2. Mulai memahami kapan
tidak sopan
mengucapkan salam,
terima kasih, maaf, dsb 2. Mengetahui arti kasih dan
sayang kepada ciptaan Tuhan
3. Mulai meniru doa pendek
sesuai dengan agamanya
II.Fisik-motorik 1. Berjalan sambil berjinjit 1. Berlari sambil membawa
2. Melompat ke depan dan sesuatu yang ringan (bola)
A. Motorik Kasar ke belakang dengan dua 2. Naik-turun tangga atau
kaki tempat yang lebih tinggi
3. Melempar dan dengan kaki bergantian 3.
menangkap bola Meniti di atas papan yang
4. Menari mengikuti irama cukup lebar
5. Naik-turun tangga atau 4. Melompat turun dari
tempat yang lebih ketinggian kurang lebih 20
tinggi/rendah dengan cm (di bawah tinggi lutut
berpegangan anak)
5. Meniru gerakan senam
sederhana seperti menirukan
gerakan pohon, kelinci
melompat)
6. Berdiri dengan satu kaki

B.Motorik Halus 1. Meremas kertas atau 1. Menuang air, pasir, atau


kain dengan biji-bijian ke dalam
menggerakkan lima tempat penampung
jari (mangkuk, ember)
2. Melipat kain/kertas 2. Memasukkan benda kecil
meskipun belum ke dalam botol (potongan
rapi/lurus lidi, kerikil, biji-bijian)
3. Menggunting kertas 3. Meronce benda yang
tanpa pola cukup besar
4. Koordinasi jari tangan 4. Menggunting kertas
cukup baik untuk mengikuti pola garis
memegang benda pipih lurus
seperti sikat gigi, sendok
C. Kesehatan dan 1.Berat badan sesuai 1. Berat badan sesuai Tingkat
Perilaku Tingkat usia usia
Keselamatan 2. Tinggi badan sesuai
2.Tinggi badan sesuai
Tingkat usia
Tingkat usia
3. Berat badan sesuai dengan
3. Berat badan sesuai dengan standar tinggi badan
standar tinggi badan 4. Lingkar kepala sesuai
4. Lingkar kepala sesuai Tingkat usia
Tingkat usia 5. Membersihkan kotoran
5. Mencuci, membilas, dan (ingus)
mengelap ketika cuci 6. Menggosok gigi
7. Memahami arti warna
tangan tanpa bantuan
lampu lalu lintas
6. Memberitahu orang
dewasa bila sakit 8. Mengelap tangan dan
7. Mencuci atau mengganti muka sendiri
alat makan bila jatuh 9. Memahami kalau berjalan di
sebelah kiri

III. Kognitif 1. Melihat dan menyentuh 1. Paham bila ada bagian yang
benda yang hilang dari suatu pola
A.Belajar dan
ditunjukkan oleh orang gambar seperti pada gambar
Pemecahan
lain wajah orang matanya tidak
Masalah
2. Meniru cara ada, mobil bannya copot, dsb
pemecahan orang 2. Menyebutkan berbagai
dewasa atau teman nama makanan dan rasanya
3. Konsentrasi dalam (garam, gula atau cabai)
mengerjakan sesuatu 3. Menyebutkan berbagai
tanpa bantuan macam kegunaan dari benda
orangtua 4. Memahami persamaan
4. Mengeksplorasi sebab antara dua benda
dan akibat 5. Memahami perbedaan antara
5. Mengikuti kebiasaan dua hal dari jenis yang sama
sehari-hari (mandi, seperti membedakan antara
makan, pergi ke buah rambutan dan
sekolah) pisang; perbedaan antara
ayam dan kucing
6. Bereksperimen dengan
bahan menggunakan cara
baru
7. Mengerjakan tugas sampai
selesai
8. Menjawab apa yang akan
terjadi selanjutnya dari
berbagai kemungkinan
9. Menyebutkan bilangan
angka 1-10
10. Mengenal beberapa
huruf atau abjad tertentu
dari A-z yang pernah
dilihatnya
B. Berpikir Logis 1.Menyebut bagian-bagian 1. Menempatkan benda dalam
suatu gambar seperti urutan ukuran (paling kecil-
gambar wajah orang, paling besar)
mobil, binatang, dsb 2. Mulai mengikuti pola
2.Mengenal bagian-bagian tepuk tangan
tubuh (lima bagian) 3. Mengenal konsep banyak
3.Memahami konsep ukuran dan sedikit
(besarkecil, panjang- 4. Mengenali alasan mengapa
pendek) ada sesuatu yang tidak masuk
4.Mengenal tiga macam dalam kelompok tertentu
bentuk ((( , , ). 5. Menjelaskan model/karya
5.Mulai mengenal pola yang dibuatnya
6.Memahami simbol angka
dan maknanya

C. Berfikir 1. Meniru perilaku orang lain 1. Menyebutkan peran dan


Simbolik dalam menggunakan tugasnya (misal, koki
barang tugasnya memasak)
2. Memberikan nama atas 2. Menggambar atau
karya yang dibuat membentuk sesuatu
3. Melakukan aktivitas konstruksi yang
seperti kondisi nyata mendeskripsikan sesuatu
(misal: memegang yang spesifik
gagang telpon) 3. Melakukan aktivitas
bersama teman dengan
terencana (bermain
berkelompok dengan
memainkan peran
tertentu seperti yang
telah direncanakan)
IV. Bahasa 1.Memainkan kata/suara 1. Pura-pura membaca cerita
A. yang didengar dan bergambar dalam buku
Memaham diucapkan berulangulang dengan kata-kata sendiri
i Bahasa 2.Hafal beberapa lagu anak 2. Mulai memahami dua
sederhana perintah yang diberikan
3.Memahami cerita/dongeng bersamaan contoh: ambil
sederhana mainan di atas meja lalu
4.Memahami perintah berikan kepada ibu
sederhana seperti letakkan pengasuh atau pendidik
mainan di atas meja, ambil
mainan dari dalam kotak
B.Mengungkapkan 1.Menggunakan kata tanya 1. Mulai menyatakan
Bahasa. dengan tepat (apa, siapa, keinginan dengan
bagaimana, mengapa, mengucapkan
dimana). kalimat sederhana
2.Menggunakan 3 atau 4 (6 kata)
kata untuk memenuhi 3. Mulai menceritakan
kebutuhannya (misal, pengalaman yang dialami
mau minum air putih) dengan cerita sederhana
V.Sosial- 1. Memberi salam setiap 1. Mengikuti aktivitas dalam
emosional mau pergi suatu kegiatan besar (misal:
A. Kesadaran Diri 2. Memberi rekasi percaya piknik)
pada orang dewasa 2. Meniru apa yang
3. Menyatakan perasaan dilakukan orang dewasa
terhadap anak lain 3. Bereaksi terhadap hal-hal
4. Berbagi peran dalam yang tidak benar (marah bila
suatu permainan diganggu)
(misal: menjadi 4. Mengatakan perasaan secara
dokter, perawat, verbal
pasien)
1. Mulai bisa 1. Mulai bisa melakukan
B.Tanggungja mengungkapkan ketika buang air kecil tanpa
wab Diri dan ingin buang air kecil dan bantuan.
Orang lain buang air besar 3. Bersabar menunggu gilira.
2. Mulai memahami hak Mulai menunjukkan sikap
orang lain (harus antri, toleran sehingga dapat
menunggu giliran. bekerja dalam kelompo.
3. Mulai menunjukkan sikap 4. Mulai menghargai orang
berbagi, membantu, lain.
bekerja bersam. 5. Mulai menunjukkan
ekspresi menyesal ketika
melakukan kesalahan

C. Perilaku 1. Bermain secara kooperatif 1. Membangun kerjasama


Prososial dalam kelompok 2. Memahami adanya
2. Peduli dengan orang lain perbedaan perasaan
(tersenyum, (teman takut, saya tidak)
menanggapi bicara) 2. Meminjam dan
3. Membagi pengalaman meminjamkan mainan
yang benar dan salah
pada orang lain
4. Bermain bersama
berdasarkan aturan
tertentu
VI. Seni 1. Mengenali berbagai macam
Memperhatikan dan suara dari kendaraan
A. Anak mampu mengenali suara yang 2. Meminta untuk
membedakan antara bernyanyi atau berbicara
diperdengarkan lagu favorit
bunyi dan suara
secara berulang
B.Tertarik dengan 1. Menyanyi sampai 1. Mendengarkan atau
kegiatan musik, tuntas dengan irama menyanyikan lagu
gerakan orang, yang benar (nyanyian 2. Menggerakkan tubuh
hewan maupun pendek atau 4 bait) sesuai irama
tumbuhan 2. Menyanyikan lebih dari 3. Bertepuk tangan sesuai
3 lagu dengan irama yang irama musik
yang benar sampai 4. Meniru aktivitas orang baik
tuntas (nyanyian secara langsung maupun
pendek atau 4 bait) melalui media. (misal, cara
4. Bersama teman-teman minum/cara bicara/perilaku
menyanyikan lagu seperti ibu)
5.Bernyanyi mengikuti irama 5. Bertepuk tangan dengan pola
dengan bertepuk tangan yang berirama (misalnya
atau menghentakkan kaki bertepuk tangan sambil
mengikuti irama nyanyian)
5.Meniru gerakan berbagai
binatang
6.Paham bila orang
terdekatnya (ibu) menegur
7.Mencontoh gerakan orang
lain
8.Bertepuk tangan sesuai
irama

C. Tertarik dengan 1.Menggambar benda-benda 1. Menggambar dengan


kegiatan atau lebih spesifik menggunakan beragam
karya seni 2.Mengamati dan media (cat air, spidol,
membedakan benda di alat menggambar) dan
sekitarnya yang di cara (seperti finger
dalam rumah painting, cat air, dll)
2. Membentuk sesuatu
dengan plastisin
3. Mengamati dan
membedakan benda
di sekitarnya yang
di luar rumah

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap perkembangan anak

menurut umur sebagai berikut:

1. umur 24-36 bulan

a. Jalan naik tangga sendiri

b. Dapat bermain dan menendang bola kecil

c. Coret-coret pensil pada kertas

d. Baca dengan baik menggunakan 2 kata

e. Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta

f. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda

atau lebih

g. Membantu memungut mainan sendiri atau mengangkat piring

jika diminta

h. Melepaskan pakaian sendiri


C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian

1. Anamnesis

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat

lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang

tua., mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan

biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang

berusia kurang dari 18 bulan (Rasyid et al., 2019).

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C,

pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks

biasanya mengalami penurunan kesadaran (Supriyanto, 2017)

b. Riwayat penyakit sekarang : biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya

terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya

tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak (Windawati & Alfiyanti,

2020).

c. Riwayat kesehatan : Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan

kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan

intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).

d. Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan

tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza. Riwayat nutrisi Saat sakit,

biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntahnya

(Rasyid et al., 2019).

3. Pemeriksaan fisik

Pada anak yang mengalami kejang demam di perlukan pemeriksaan fisik untuk

mengetahui apakah ada kelainan yang terjadi pada anak meliputi.

a. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis, dan kerjadi

gejala mengantuk sesaat setelah kebangkitan (Ardian, 2020).


b. Tanda- tanda vital : Suhu : biasanya >38,0⁰C, Respirasi: pada usia < 12 bulan :

biasanya > 49 kali/menit Pada usia 12 bulan - 40 kali/menit, Nadi : biasanya

>100 x/i 3) (Butarbutar, 2017).

c. Berat badan pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar

badan yang berarti, namun bisanya terjadi kekurangan cairan (Sitohang, 2019).

d. Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak (Isnaini,

2020).

e. Mata Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis

(Supriyanto, 2017).

f. Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah

tampak kotor (Ardian, 2020).

g. Telinga Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan

katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat

sementara, nyeri tekan mastoid (Kakalang et al., 2016).

h. Hidung Biasanya penciuman baik, terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk

simetris, mukosa hidung berwarna merah muda, terdapat otot bantu pernafasan

ketika kejang terjadi (Windawati & Alfiyanti, 2020).

i. Leher Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening (Shodikin, 2017).

j. Dada meliputi Thoraks : Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada

penggunaan otot bantu pernapasan, Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama,

Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi (Shodikin,

2017).

k. Jantung Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung I: Ictus

cordis tidak terlihat P: Ictus cordis di SIC V teraba P: batas kiri jantung : SIC II

kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal

linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang

intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang

intercosta II kanan linea parasternalis kanan. A: BJ II lebih lemah dari BJ I

(Isnaini, 2020).
l. Abdomen biasanya lemas, datar, kembung, dan bising usus diatas normal

(Irdawati, 2016).

m. Ekstermitas : Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,

akral dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2

detik, akral dingin (Kakalang et al., 2016).

n. Penilaian kekuatan otot : Penilaian Kekuatan Otot Respon Skala : Kekuatan otot

tidak ada : 0 ,Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada : 1,Dapat digerakkan,

mampu terangkat sedikit : 2 ,Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan

gravitasi : 3 ,Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu

melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi : 4 ,Kekuatan otot

normal : 5 (Abidah & Novianti, 2021).

2) Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan asesmen dan respons yang diberikan oleh pasien, sebagian besar diagnosis

keperawatan yang sering muncul dalam kejang demam serta ISPA pada anak adalah

(SDKI, 2018) :

1. Hipertermi b.d proses penyakit, dehidrasi, aktivitas berlebihan,

peningkatan laju metabolisme.

2. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan

sumber informasi.

3. Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d resiko kejang berulang

4. Resiko cidera d.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh, perubahan

kesadaran kehilangan koordinasi otot.


4) Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan

sebelumya. Tindakan tersebut terdiri dari tindakan mandiri (independen) dan tindakan

kolaborasi yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petugas medis lainnya untuk

menunjang kebutuhan dan kesembuhan pasien secara optimal (Mohamad Judha, 2011).

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tindakan evaluasi

mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan serta bagaimana reaksi pasien dan

keluarga terhadap perencanaan yang telah diberikan. Jika hasil evaluasi menunjukkan

tujuan dan kriteria hasil tercapai, pasien bisa pulang dan melakukan rawat jalan.
Pathway kejang demam
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan
Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada.
SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal : 07 maret
2017

Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.


http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm. Diakses
pada 10 januari 2017

Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam, Lampung. .
http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016
Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017

Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada
Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita di RSPI Puri
Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6 April
2017.

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika


Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi
1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi
1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info
Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans
Info Media.
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur:
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai