KEJANG DEMAM
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam
merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh
diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang
adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat
Haryanti, 2020).
b. Etiologi
Kakalang et al., (2016) pada anak usia 1 sampai 2 tahun terjadinya kejang
demam biasanya di akibatkan oleh infeksi saluran pernafasan. Bila terjadi pada
anak usia kurang dari 6 bulan harus diperhatikan lagi penyebab lainnya seperti
infeksi susunan saraf pusat maupun epilepsi yang terjadi bersamaan dengan adanya
kejang. Faktor penting terjadinya kejang demam yaitu demam, usia, faktor genetik,
prenatal (usia saat kehamilan) dan perinatal (asfiksia, usia kehamilan dan bayi
berat lahir rendah). Kejang demam dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan
atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi pada saluran kemih. Suhu
tubuh yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya kejang demam dan sangat
singkat, biasanya terjadi kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan klonik tanpa adanya gerakan fokal.
Kejang demam yang terjadi tidak berlangsung dalam waktu 24 jam. Kejang
b. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure), memiliki salah satu ciri,
yaitu kejang terjadi lebih dari 15 menit. Kejang berulang lebih dari 2 kali dan
diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Terjadi lebih dari 1 kali selama 24
jam, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial.
d. Manifestasi Klinik
Nurarif (2015), Gejala yang sering di jumpai pada saat terjadinya kejang
vii. Pada sebagian anak ada yang mengalami muntah dan terkadang sesak nafas
e. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+ ) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natriun (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung
tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (
dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
i. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan walau tidak ada gejala yang berarti
demam yang tidak khas. Misalnya : kejang demam pada anak usia lebih
g. Penatalaksanaan
IDAI (2016), tatalaksana saat kejang demam yaitu, pada umumnya kejang
berlangsung singkat (4 menit) dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti.
Apabila saat pasien datang dalam keadaan kejang, obat paling cepat menghentikan
kejang adalah diazepam intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
alogaritma kejang pada umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
orangtua dirumah (prehospital) adalah diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 12 kg. Jika setelah pemberian diazepam rektal kejang
belum berhenti, dapat diulangi l agi dengan cara dan dosis yang sama dengan
interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap
intravena. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari
maturitas/dewasa.
individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga
yang pasti antara perubahan yang terjadi saat ini, sebelumnya dan
berikutnya.
Tabel 2.4 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Kelompok Usia 2-4 Tahun
Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Perkembangan
2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
I. Nilai Agama 1. Mulai meniru gerakan 1. Mengetahui perilaku yang
dan Moral berdoa/sembahyang berlawanan meskipun belum
sesuai dengan selalu dilakukan seperti
agamanya pemahaman perilaku baik-
buruk, benar-salah, sopan-
2. Mulai memahami kapan
tidak sopan
mengucapkan salam,
terima kasih, maaf, dsb 2. Mengetahui arti kasih dan
sayang kepada ciptaan Tuhan
3. Mulai meniru doa pendek
sesuai dengan agamanya
II.Fisik-motorik 1. Berjalan sambil berjinjit 1. Berlari sambil membawa
2. Melompat ke depan dan sesuatu yang ringan (bola)
A. Motorik Kasar ke belakang dengan dua 2. Naik-turun tangga atau
kaki tempat yang lebih tinggi
3. Melempar dan dengan kaki bergantian 3.
menangkap bola Meniti di atas papan yang
4. Menari mengikuti irama cukup lebar
5. Naik-turun tangga atau 4. Melompat turun dari
tempat yang lebih ketinggian kurang lebih 20
tinggi/rendah dengan cm (di bawah tinggi lutut
berpegangan anak)
5. Meniru gerakan senam
sederhana seperti menirukan
gerakan pohon, kelinci
melompat)
6. Berdiri dengan satu kaki
III. Kognitif 1. Melihat dan menyentuh 1. Paham bila ada bagian yang
benda yang hilang dari suatu pola
A.Belajar dan
ditunjukkan oleh orang gambar seperti pada gambar
Pemecahan
lain wajah orang matanya tidak
Masalah
2. Meniru cara ada, mobil bannya copot, dsb
pemecahan orang 2. Menyebutkan berbagai
dewasa atau teman nama makanan dan rasanya
3. Konsentrasi dalam (garam, gula atau cabai)
mengerjakan sesuatu 3. Menyebutkan berbagai
tanpa bantuan macam kegunaan dari benda
orangtua 4. Memahami persamaan
4. Mengeksplorasi sebab antara dua benda
dan akibat 5. Memahami perbedaan antara
5. Mengikuti kebiasaan dua hal dari jenis yang sama
sehari-hari (mandi, seperti membedakan antara
makan, pergi ke buah rambutan dan
sekolah) pisang; perbedaan antara
ayam dan kucing
6. Bereksperimen dengan
bahan menggunakan cara
baru
7. Mengerjakan tugas sampai
selesai
8. Menjawab apa yang akan
terjadi selanjutnya dari
berbagai kemungkinan
9. Menyebutkan bilangan
angka 1-10
10. Mengenal beberapa
huruf atau abjad tertentu
dari A-z yang pernah
dilihatnya
B. Berpikir Logis 1.Menyebut bagian-bagian 1. Menempatkan benda dalam
suatu gambar seperti urutan ukuran (paling kecil-
gambar wajah orang, paling besar)
mobil, binatang, dsb 2. Mulai mengikuti pola
2.Mengenal bagian-bagian tepuk tangan
tubuh (lima bagian) 3. Mengenal konsep banyak
3.Memahami konsep ukuran dan sedikit
(besarkecil, panjang- 4. Mengenali alasan mengapa
pendek) ada sesuatu yang tidak masuk
4.Mengenal tiga macam dalam kelompok tertentu
bentuk ((( , , ). 5. Menjelaskan model/karya
5.Mulai mengenal pola yang dibuatnya
6.Memahami simbol angka
dan maknanya
atau lebih
jika diminta
1) Pengkajian
1. Anamnesis
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang
tua., mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang
2. Riwayat kesehatan
pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks
b. Riwayat penyakit sekarang : biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya
terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak (Windawati & Alfiyanti,
2020).
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
d. Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan
tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza. Riwayat nutrisi Saat sakit,
biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntahnya
3. Pemeriksaan fisik
Pada anak yang mengalami kejang demam di perlukan pemeriksaan fisik untuk
a. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis, dan kerjadi
c. Berat badan pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar
badan yang berarti, namun bisanya terjadi kekurangan cairan (Sitohang, 2019).
d. Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak (Isnaini,
2020).
(Supriyanto, 2017).
f. Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda, terdapat otot bantu pernafasan
j. Dada meliputi Thoraks : Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama,
2017).
cordis tidak terlihat P: Ictus cordis di SIC V teraba P: batas kiri jantung : SIC II
kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal
(Isnaini, 2020).
l. Abdomen biasanya lemas, datar, kembung, dan bising usus diatas normal
(Irdawati, 2016).
m. Ekstermitas : Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akral dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
n. Penilaian kekuatan otot : Penilaian Kekuatan Otot Respon Skala : Kekuatan otot
tidak ada : 0 ,Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada : 1,Dapat digerakkan,
mampu terangkat sedikit : 2 ,Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan
2) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan asesmen dan respons yang diberikan oleh pasien, sebagian besar diagnosis
keperawatan yang sering muncul dalam kejang demam serta ISPA pada anak adalah
(SDKI, 2018) :
sumber informasi.
sebelumya. Tindakan tersebut terdiri dari tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi yang dilakukan oleh dokter, perawat dan petugas medis lainnya untuk
menunjang kebutuhan dan kesembuhan pasien secara optimal (Mohamad Judha, 2011).
5) Evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan serta bagaimana reaksi pasien dan
keluarga terhadap perencanaan yang telah diberikan. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tujuan dan kriteria hasil tercapai, pasien bisa pulang dan melakukan rawat jalan.
Pathway kejang demam
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan
Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada.
SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal : 07 maret
2017
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam, Lampung. .
http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016
Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016.
http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada
Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita di RSPI Puri
Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6 April
2017.