1
3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO PARTUS PREMATURUS IMMINENS
(PPI)
Faktor resiko PPI menurut Wiknjosastro (2010) yaitu :
a) Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD,
pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli, polihidramnion
b) Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan bentuk
uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang, inkompetensi serviks,
pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat, kelainan imun/resus
Namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus
prematurus yaitu :
a) Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks
terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
b) Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.
2
1) Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2) Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3) Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinik persalinan pretem adalah:
a. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 sampai 5 menit sekali selama 45
detik dalam waktu minimal 2 jam .
b. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien
melakukan aktivitas.
c. Tanya dan cari gejala yang termasuk faktor risiko mayor dan minor
d. Usia kehamilan antara 20 samapi 37 minggu
e. Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan antara 20 sampai 37
minggu.
f. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pada persalinan preterm
3
a. Kalsium antagonis: nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,
dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan
lagi jika timbul kontaksi berulang. dosis maintenance 3x10 mg.
b. Obat ß-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan salbutamol
dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping yang lebih
kecil. Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 μg/menit, sedangkan
per oral: 4 mg, 2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis
per infus: 10-15 μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan
dosis per oral: 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari
golongan obat ini ialah: hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi,
takikardia, iskemi miokardial, edema paru.
c. Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv,
secara bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance).
Namun obat ini jarang digunakan karena efek samping yang dapat
ditimbulkannya pada ibu ataupun janin. Beberapa efek sampingnya
ialah edema paru, letargi, nyeri dada, dan depresi pernafasan (pada ibu
dan bayi).
d. Penghambat produksi prostaglandin: indometasin, sulindac, nimesulide
dapat menghambat produksi prostaglandin dengan menghambat
cyclooxygenases (COXs) yang dibutuhkan untuk produksi
prostaglandin. Indometasin merupakan penghambat COX yang cukup
kuat, namun menimbulkan risiko kardiovaskular pada janin. Sulindac
memiliki efek samping yang lebih kecil daripada indometasin.
Sedangkan nimesulide saat ini hanya tersedia dalam konteks percobaan
klinis.
Untuk menghambat proses PPI, selain tokolisis, pasien juga perlu membatasi
aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual. Kontraindikasi
relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan intrauterine terbukti tidak
baik, seperti:
a) Oligohidramnion
b) Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c) Preeklamsia berat
d) Hasil nonstrees test tidak reaktif
e) Hasil contraction stress test positif
f) Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan
pasien stabil dan kesejahteraan janin baik
g) Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h) Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
4
2) Akselerasi pematangan fungsi paru janin dengan kortikosteroid,
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan
surfaktan paru janin, menurunkan risiko respiratory distress syndrome (RDS),
mencegah perdarahan intraventrikular, necrotising enterocolitis, dan duktus
arteriosus, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu
diberikan bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan ialah deksametason atau betametason. Pemberian
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian
siklus tunggal kortikosteroid ialah:
a) Betametason 2 x 12 mg i.m. dengan jarak pemberian 24 jam.
b) Deksametason 4 x 6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam.
5
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa
bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi
oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu
bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak
menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya
tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis,
akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa
menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal.
Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu
ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa
diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan
trakea bayi).
3) Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks
menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau
serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi
prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa
menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin
belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa
digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak
yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan
intraventrikuler) atau cedera .
4) Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung
yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan
bayi muntah.
5) Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
6) Displasia bronkopulmoner.
7) Penyakit jantung.
8) Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk
membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)
dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,
memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang
6
dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini terjadi karena
fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan
kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan
bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi
pencernaan bayi.
9) Infeksi atau septikemia.
10) Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka
belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi.
Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan
pada usus).
11) Anemia .
12) Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa
tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
13) Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
14) Keterbelakangan mental dan motorik.
7
1. Pengkajian
PENGKAJIAN PRENATAL
DATA UMUM
1. Inisial klien : Ny. DS
2. Usia : 19 th
3. Status pernikahan : menikah (usia 18 th)
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : dulu kerja di salon
6. Pendidikan terakhir : SD
7. Alamat : Tunggulwulung
RIWAYAT KB :-
Kepala Leher
8
Mulut : rahang, gigi, gusi normal
Dada
Abdomen
Leopold I
Leopold III
Leopold IV
TBJ : 1000 gr
Pemeriksaan DJJ :
16.00 134x/mnt
Keputihan : -
Hemorroid : -
Ekstremitas atas
Edema : -
Varises : -
Eliminasi
BAB :-
9
Masalah khusus : ketidaknyamanan karena terpasang kateter
Pola tidur saat ini : tidur tapi susah karena adanya pemasangan kateter
Tingkat mobilisasi : bed rest dengan miring kiri, kalau capek telentang
Latihan/ senam : -
Masalah khusus : pasien merasa tidak nyaman karena kakinya tertindih dan
terpasang kateter
Asupan nutrisi : 3-4 kali/ hari nafsu makan : baik Diet : TKTP
Masalah khusus : -
Keadaan mental
Obat- obatan yang dipakai saat ini : dovadilon 2x1, asam mefenamat 3x1, RL 500cc
Hb : 11.2
Het : 34,3
Leukosit : 11, 79
Eosinofil : 7
Limfosit : 14,2
Monosit : 10,7
Masalah : klien mengeluh tidak nyaman dengan terpasangnya kateter, klien juga takut
pengalaman melahirkan preterm terulang kembali
10
2. ANALISA DATA
Analisa data etiologi Problem
DS : Usia kehamilan 28-30 Resiko Infeksi
Usia Kehamilan antara minggu
28-30 minggu ↓
DO : Placenta Letak Rendah,
Datang ke RS 4 Hari lalu Posisi kepala belum pada
dengan keluhan leopold I
perdarahan pada vagina ↓
Sejak 4 hari lalu sampai PPI
saat ini pasien terpasang ↓
kateter ± 1300 cc Perdarahan vagina
Placenta letak rendah ↓
Posisi kepala belum di MRS 4 hari terpasang
leopold I kateter ±1300 cc
↓
↑kontak dengan
mikroorganisme
↓
Resiko Infeksi
DS : Usia kehamilan 28-30 Defisiensi pengetahuan
Usia Kehamilan antara minggu
28-30 minggu ↓
Mengeluh pegal dengan Placenta Letak Rendah,
posisi miring kiri Posisi kepala belum pada
Menanyakan kenapa leopold I
harus miring ke arah kiri ↓
Mengetahui tentang PPI
keadaan placenta letak ↓
rendah tetapi Mengaku Perdarahan vagina
tidak memahami keadaan ↓
tersebut MRS 4 hari terpasang
DO : kateter ±1300 cc
Datang ke RS 4 Hari lalu ↓
dengan keluhan Posisi harus selalu miring
perdarahan pada vagina ke kiri
Sejak 4 hari lalu sampai ↓
saat ini pasien terpasang Selalu menindih kaki kiri
kateter ± 1300 cc dengan BB di atas normal
↓
Placenta letak rendah
Mengeluh pegel, dan tidak
Posisi kepala belum di
nyaman
leopold I
↓
Posisi harus selalu miring Terlihat sering tidak miring
ke kiri ke arah kiri
Pasien mengeluh miring ↓
ke kiri tidak nyaman Defisiensi pengetahuan
karena kaki kiri terus
tertindih dengan faktor
pemberat BB diatas
normal
Terlihat sering tidak
miring kiri
DS : Punya riwayat persalinan Ansietas
Usia Kehamilan antara preterm pada anak
pertama, premature 6 bulan
11
28-30 minggu dan meninggal setelah
Punya riwayat persalinan hidup 12 hari
preterm sebelumnya ↓
Saat ini Usia kehamilan
Anak pertama premature 28-30 minggu
6 bulan, dan meninggal ↓
setelah hidup 12 hari. Placenta Letak Rendah,
Mengatakan takut Posisi kepala belum pada
kehilangan pada leopold I
kehamilan saat ini karena ↓
PPI
riwayat pernah gagal pada
↓
kehamilan pertama Perdarahan vagina
↓
Menyatakan takut gagal
DO :
pada kehamilan saat ini
Datang ke RS 4 Hari lalu
↓
dengan keluhan
Ansietas
perdarahan pada vagina
Sejak 4 hari lalu sampai
saat ini pasien terpasang
kateter ± 1300 cc
Placenta letak rendah
Posisi kepala belum di
leopold I
12
Klien mampu dirasakan selama
mengidentifikasi dan prosedur
mengungkapkan gejala Temani pasie untuk
cemas memberikan rasa aman
Mengidentifikasi, dan mengurangi rasa
mengungkapkan dan takut.
menunjukkan teknik Dorong keluarga untuk
untuk mengontrol selalu menemani
cemas pasien
Vital sign dalam batas Dengarkan keluhan
normal pasien dengan penuh
Postur tubuh, ekspresi perhatian
wajah, bahasa tubuh dan Dorong pasien untuk
tingkat aktifitas mengungkapkan
menunjukkan perasaan, ketakutan
berkurangnya dan persepsi
kecemasan. Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Teaching Disease Process
keperawatan selama 2x24
jam pengetahuan klien Kaji pengetahuan klien
meningkat dengan kriteria terkait penyakit nya
hasil: Jelaskan etiologi dan
mengetahu proses suatu faktor yang
penyakit berkontribusi
Penyebab dan faktor Jelaskan rasional dari
yang berkontribusi management
Penanganan untuk pengobatan
penyakit Berikan informasi ke
Keuntungan dari keluarga terkait
manjemen pengobatan keadaan pasien
Efek penyakit terhadap Beritahukan ke pasien
psikososial klien atau keluarga untuk
segera melaporkan ke
tenaga kesehatanjika
ada tanda gejala yang
mucul
13
Resiko BAK setelah kateter dilepas nyaman setelah kateter dilepas
Infeksi memeriksa TTV klien O:
menjelaskan ke klien tentang TTV : TD 110/80 mmHg, Nadi : 91
tanda dan gejala infeksi x/mnt, Suhu 36,4 C, BAK: 4x, Minum
(intervensi di hentikan karena 900 cc
kateter sudah dilepas dan klien
akan pulang) A:
Masalah teratasi seluruhnya
P:
Seluruh intervensi dihentikan
2 24-3-2015 Menjelaskan ke klien apa S:
13.30 maksud dari plasenta letak klien mengatakan paham tentang
Ansietas rendah plasenta letak rendah
menganjurkan pasien untuk klien mengatakan paham dan
banyak beristirahat dan benyak harus banyak istirahat dan
berdoa serta tidak banyak mengurangi stress
pikiran klien mengatakan paham tentang
menjelaskan tentang makanan makanan sehat
sehat dan apa yang seharusnya klien paham dan mengatakan
di konsumsi tidak akan melakukan pekerjaan
menjelaskan ke pasien pola yang berat
aktivitas di rumah, dan tidak klien mengatakan paham kapan
mengerkana pekerjaan yang harus kembali ke rumah sakit
berat klien mengatakan akan selalu
Menjelaskan pada klien kapan kontrol sesuai jadwal
harus kembali ke RS
Menjelaskan ke klien untuk
kontrol sesuai jadwal O:
Klien tampak tenang, keluarga tampak
mendukung klien
A:
Masalah teratasi sebagian
P: Hentikan intervensi
O:-
A:
Masalah teratasi seluruhnya
P:
Hentikan intervensi
14
Daftar Pustaka
Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5th ed.Saunders.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human Labor
and Birth). Yogyakarta : YEM.
15