Kejang demam
A. Konsep teori
1. Definisi kejang demam
4. Maninfestasi klinik
Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya
berlangsung singkat, yaitu berupa serangan kejang klonik atau tonik-
klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti
mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan,
gerakan sentakan berulang tanpa didahului dengan kekakuan atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang
dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti
dengan sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberikan
reaksi apapun untuk sementara waktu, tetapi setelah beberapa detik
atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti dengan hemiparesis sementara.
(Todd’s hemiparesis) yang berlangsung selama beberapa jam hingga
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama
lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.
5. Pemeriksaaan diagnostik
Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:
6. Penatalaksanaan medis
Menurut, Judha & Rahil (2011), menyatakan bahwa dalam
penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan
yaitu : Pemberantasan kejang secepat mungkin, apabila seorang anak
datang dalam keadaan kejang, maka :
1. Segera diberikan diazepam dan pengobatan penunjang
2. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah semua pakaian
ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin
kebutuhan oksigen, pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB
dibagi 2 dosis per hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi
2 dosis pada hari berikutnya.
4. Mencari dan mengobati penyebab Penyebab kejang demam adalah
infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian
antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit tersebut. Pada
pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti
fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila
perlu rontgen foto tengkorak, ensefalografi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Stupor dan penampilan nampak lemah.
b. Pemeriksaan antropometri : Pada klien demam kejang biasanya
terjadi penurunan berat badan.
c. Tanda-tanda vital : Pada klien demam kejang biasanya terdapat
suhu tubuh dan peningkatan denyut nadi serta peningkatan
respirasi.
d. Mata dan kepala : Kepala, rambut dan kulit kepala biasanya
tidak terdapat kelainan, ubun-ubun biasanya cembung. Mata,
biasanya terjadi juling.
e. Dada dan Abdomen
i. Dada : bunyi paru dan pergerakan dada tidak ada
kelainan,tidak ditemukan tanda-tanda kelainan
jantung.
ii. Perut : datar lembut, ditemukan adanya peningkatan
peristaltik usus tidak ditemukan luka iritasi.
f. Genetalia dan anus : Bentuk genetalia tidak ditemukan adanya
kelainan atau lesi.
g. Ektrimitas atas dan bawah : Tidak ada kelainan bentuk pada
ekstremitas atas dan bawah hanya dalam pemeriksaaan tonus
otot yang abnormal.
Bradikardi
hipotermia atau selimut Untuk membantu
dingin pada dahi, leher, menurunkan suhu
menurun
dada, abdomen, aksila) tubuh
Dasar kuku
Hindari pemberian Untuk memenuhi keb.
sianolik menurun
antipiretik atau aspirin Oksigen, jika perlu
Hipoksia menurun Berkan oksigen, jika perlu
c. Edukasi c. Edukasi
Anjurkan tirah baring Agar pasien dapat
d. Kolaborasi istirahat dengan cukup
Kolaborasi pemberian d. Kolaborasi
cairan dan elektrolit Untuk memenuhi keb.
intravena, jika perlu Cairan dan elektrolit,
jika perlu
2. Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan Manajemen keselamatan Manajemen keselamatan
berhubungan keperawatan selama...x 24 lingkungan lingkungan
dengan Kejang. jam maka, Tingkat cedera a. Observasi a. Observasi
Faktor Resiko : menurun dengan kriteria Identifikasi kebutuhan Mengidentifikasi
Biologis hasil : keselamatan (mis. Kondisi kebutuhan
(misalnya, tingkat Toleransi fisik, fungsi kognitif dan keselamatan (mis.
imunisasi aktivitas riwayat perilaku) Kondisi fisik, fungsi
komunitas, meningkat Monitor perubahan status kognitif dan riwayat
mikroorganisme), Nafsu makan keselamatan lingkungan perilaku)
Zat Kimia meningkat Memonitor perubahan
(misalnya, racun, Toleransi status keselamatan
polutan, obat, makan lingkungan
agens farmasi, meningkat b. Terapeutik b. Terapeutik
akohol, nikotin, Kejadian/cedera Hilangkan bahaya Menghilangkan
pengawet, menurun keselamatan lingkungan bahaya keselamatan
kosmetik, Luka/lecet (mis. Bahaya fisik, lingkungan, jika
pewarna). menurun biologis, kimiawi), jika memungkinkan
Ketegangan memungkinkan Memodifikasi
otot menurun Modifikasi lingkungan lingkungan untuk
Fraktur untuk meminimalkan meminimalkan resiko
menurun resiko Menyediakan alat
Perdarahan Sediakan alat bantu bantu keamanan
menurun keamanan lingkungan lingkungan
Ekspresi wajah (mis. Commode chair dan Menggunakan
kesakitan pegagan tangan) perangkat pelindung
menurun Gunakan perangkat Menghubungi pihak
Agitasi pelindung, (mis. berwenang sesuai
menurun Pengekangan fisik, rel masalah komunitas
Iritabilitas samping, pintu terkunci, Memfasilitasi relokasi
menurun pagar) ke lingkungan yang
Gangguan Hubungi pihak berwenang aman
mobilitas sesuai masalah komunitas Melakukan program
menurun (mis. Puskesmas, polisi, skrining bahaya
Gangguan damkar) lingkungan
kognitif Fasilitasi relokasi ke
mrnurun lingkungan yang aman
Tekanan darah Lakukan program skrining
membaik bahaya lingkungan (mis.
Frekuensi nadi timbal)
membaik c. Edukasi c. Edukasi
Denyut jantung
radialis
membaik
Pola
istirahat/tidur
membaik
c. Kolaborasi c. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Untuk membantu
diuretik jika perlu membuang garam berlebih
dalam tubuh melalui urine
C. Daftar pustaka
1. http://eprints.umpo.ac.id/5321/3/BAB%202.pdf
2. https://www.klikdokter.com/penyakit/kejang-
demam
3. http://eprints.undip.ac.id/44900/3/Bab_2_New.p
df
4. http://eprints.ums.ac.id/16764/2/BAB_I.pdf
5. http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptun
imus-gdl-avidbintar-6716-2-babii.pdf
6. http://eprints.ums.ac.id/16707/2/BAB_I.pdf
7. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1011/5/BAB
%20II.pdf