DARURATAN PADA
KASUS TRAUMA
• Chest tube
• Jika masiv : Thorakotomi
Trauma Yang Berhubungan Dengan
Organ Sirkulasi Darah (Blood)
CARDIAC TAMPONADE
• Hipotensi → syok
• Distensi vena jugularis
• Auskultasi jantung sangat
kecil
• ABC
• EKG → PEA (Pulse
Elektrical Aktiviti)
• Perikardiosintesis
• Tindakan pembedahan
TRAUMATIC Aortic Rupture MYOCARDIAL CONTUSIO
• Terjadi syok • Sobeknya otot penyangga
• Penurunan kesadaran jantung dan katup jantung
• Distress pernapasan • Nyeri dada
• Perfusi kapiler jelek • Krepitasi pada tulang rusuk
• Gerakan dada abnormal ketika
bernapas
• ABC • Palpasi lunak pada area dada
• Intubasi
• Pembedahan
• ABC
• Pembedahan
Trauma Yang Berhubungan Dengan
Kepala dan Otak (Brain)
TRAUMA KEPALA
Kecelakaan
Jatuh
Terkena Pukulan
Benturan
Tertusuk
Peluru
KLASIFIKASI BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
Komosio Serebri :
Tidak ada jaringan otak yang rusak tp hanya kehilangan
fungsi otak sesaat. (pingsan < 10 mnt) atau amnesia
pasca cedera kepala.
Kontusio Serebri :
Kerusakan jar. Otak + pingsan > 10 mnt atau terdapat lesi
neurologik yg jelas.
Laserasi Serebri :
kerusakan otak yg luas + robekan duramater + fraktur tl.
Tengkorak terbuka.
BERDASARKAN GCS :
GCS 13-15 : Cedera Kepala Ringan
GCS 9-12 : Cedera Kepala Sedang
GCS 3-8 : Cedera Kepala Berat
TANDA DAN GEJALA
Tindakan Umum
Periksa segera (A,B,C,D,E)
Airway : bebaskan jalan nafas
Breathing : suara/pergerakan dinding dada/frekuensi
pernapasan/oksigenasi
Cirkulasi : denyut jantung, tekanan darah, perfusi, atasi
sumber perdarahan
Disability : GCS, status neurologi
Exposure : lihat trauma yang lain, cegah hipotermia
Kriteria Tidak Perlu MRS
Orientasi baik
Tidak ada gejala fokal neurologis
Tidak muntah-muntah
Tidak sakit kepala
Tidak ada fraktur tulang kepala
Ada yang bisa mengawasi dengan baik di rumah
Tempat tinggal dalam rumah
Diberikan lembar penjelasan dan pengawasan
Lembar Penjelasan dan Pengawasan
Cairan intravena :
Baik diberikan cairan RL
Tidak di anjurkan cairan glukosa menyebakan hiperglikemia
Kadar natrium harus di perhatikan karena apabila hiponatremia
dapat mengakibatkan odema otak
Hiperventilasi :
Hiperventilasi yang lama akan menurunkan perfusi otak →
PCO2 < 25 mmHg hiperventilasi harus dicegah
Manitol
Untuk menurunkan TIK
Dosis 1 gr/kgBB
Untuk penderita hipotensi tdk boleh diberikan karena akan
memperberat hipovolemi
Furosemid
Diberikan bersamaan dengan monitol
Akan meningkatkan diuresis
Dosis 0,3-0,5 mg/kgBB IV
Antikovulsan
Dianjurkan hanya untuk minggu pertama terjadi kejang
Trauma Yang Berhubungan Dengan
Organ Traktus Digestif (Bowel)
TRAUMA ABDOMEN
Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada daerah
abdomen yang meliputi :
• Daerah retroperitoneal :
Atas : diafragma, hepar, lien, gaster & colon
transversum
Bawah : usus halus, colon ascendens, colon
descendens, colon sigmoid, organ reproduksi
• Pelvis : rectum, vesica urinaria, vena illiaca
• Organ peritroneal : aorta abdominal, vena cavainferior,
duodenum, pankreas, ginjal, uretra
Tipe Trauma Abdomen
Trauma Tajam
Luka tusuk atau luka tembak (kecepatan rendah) →
laserasi→ kerusakan jaringan
Luka tembak kecepatan tinggi → kerusakan organ viscera
Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus
halus(30%), diafragma (20%), dan colon (15%).
Luka tembak tersering mengenai usus halus (50%),
colon(40%), hepar (30%), dan pembuluh darah
abdominal (25%)
Trauma Tumpul
INSPEKSI
• Umumnya pasien diperiksa tanpa pakaian
• Periksa adanya memar (ekimosis)
Ekimosis umbilikal → perdarahan peritonial.
Ekimosis panggul → perdarahan organ retroperitoneal
Ekimosis perineum, scrotum atau labia → fraktur pelvis
• Periksa adanya laserasi, liang tusukan, benda asing yang
menancap atau bagian usus yang keluar
• Harus dilakukan log-roll agar pemeriksaan lengkap
AUSKULTASI
• Dengarkan bising usus di semua kuadran
• Apabila bising usus menurun atau hilang →
kemungkinan perdarahan / perforasi pada organ
abdomen
PERKUSI
• Nada timpani akibat dilatasi lambung akut di
kuadran kiri atas
• Bunyi redup → hemoperitoneum
PALPASI
Nyeri pada kuadran kiri atas menyebar ke arah bahu →
trauma limpa / diafragma.
Nyeri abdomen berat, tegang dan spasme otot (defans
muskular) → indikasi proses inflamasi (peritonitis).
Nyeri lepas → peritonitis (terjadi akibat kontaminasi isi
usus)
Tekan dengan hati-hati ada tidak krepitasi pada pelvis.
Pasang NGT untuk diagnosa ada perdarahan
lambung ataupun untuk dekompresi lambung
Bila tidak ada trauma pelvis dan area kandung
kemih → pasang urine kateter untuk monitor intake-output
Evakuasi → tindakan pembedahan (Laparatomi)
Trauma Yang Berhubungan Dengan
Organ Urogenital (Blader)
Trauma Urogenital
Trauma Ginjal
Trauma Ureter
Trauma Buli-buli
Ruptura Uretra
TRAUMA GINJAL
Terjadi karena :
Langsung kena benturan
Cedera deselerasi
10% trauma abdomen mengenai ginjal
Karena trauma tumpul, trauma tajam maupun
luka tembak
Guncangan pada ginjal dapat menyebabkan
robeknya capsul ginjal bahkan parenchym
Derajat trauma ginjal
Derajat I : Kontusio ginjal/hematom
Derajat II : Laserasi ginjal pada cortex
Derajat III : Laserasi sampai medulla
Derajat IV : sampai mengenai calixes
Derajat V : avulsi pedikel ginjal sampai terbelah
Tanda dan Gejala
Ada riwayat trauma didaerah pinggang
Ada hematuria
Fractur costa VIII – XII
Trauma tembus abdomen sampai pinggang
Jatuh dari ketinggian
Multiple trauma
Pemeriksaan Diagnostik
USG
FPA (foto polos abdomen)
CT SCAN
Penatalaksanaan
Primary Survey
Secondari survey
Konservatif :
Resusitasi napas
Observasi Tanda vital
Observasi massa di pinggang
Periksa Hemoglobin, urine lebih pekat merupakan
tanda-tanda perdarahan hebat, kebocoran urin →
segera eksplorasi drainase urine, segera hentikan
perdarahan.
Operatif
Tindakan bedah dilakukan jika ada perdarahan dengan
syok yang tidak dapat diatasi atau syok berulang.
Selanjutnya diperlukan debridement, reparasi ginjal
(renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak
jarang harus dilakukan nefroktomi parsial bahkan total
karena kerusakan ginjal yang berat.
TRAUMA URETER
Pemeriksaan Diagnostik :
Tes fungsi ginjal menjadi abnormal bila traumanya bilateral
Urografi ekskresi memperlihatkan obstruksi parsial atau
lengkap
Urografi retgrorad menentukan sifat dan letak trauma
Penatalaksanaan
Primary Survey
Secondari survey
Pasang kateter → apabila ada fraktur pelvis
tidak boleh di pasang kateter → Pasang Blast
fungsi (2 jari di atas simpisis pubis → keluar
urin / cairan)
Persiapan operasi
Blast Fungsi
TRAUMA BULI-BULI
Terjadi Akibat :
Trauma tumpul
Luka tusuk
Luka tembak
Spoeling buli yang salah
Endourologi
Operasi
Tanda dan Gejala :
Nyeri supra pubik
Bisa hematom
Hematuria
Anuria / oliguria
Pemeriksaan Diagnostik :
Sistosgram dan sistoskopi: pemeriksaan bagian dalam kandung
kemih dan uretra (saluran penghubung kandung kemih)
menggunakan sebuah tabung tipis fleksibel berlensa yang
disebut sistoskop
Penatalaksanaan :
Primary Survey
Secondari survey
Pasang kateter → apabila ada fraktur pelvis
tidak boleh di pasang kateter → Pasang Blast
fungsi (2 jari di atas simpisis pubis → keluar
urin / cairan)
Operasi
RUPTUR URETRA
Terjadi Akibat :
Ruptur uretra posterior → karena fraktur pelvis
Ruptur uretra anterior → karena straddle injury
Tanda dan Gejala :
Retensio urine
Meatal bleding
Hematoma perineal / suprapubik
Nyeri di perineum
Pemeriksaan Diagnostik :
Foto Uretragram retrograd : pencitraan
dengan menggunakan foto Rontgen untuk
melihat kondisi cedera pada uretra
Penatalaksanaan :
Primary Survey
Secondari survey
Sistostomi
Operasi
Sistostomi
Trauma Yang Berhubungan Dengan Tulang
dan Jaringan Penyangganya (Bone)
Pendahuluan
R – Recognition
R – Reduction (reposisi)
R – Retaining (Immobilisasi)
R - Rehabilitation
Fraktur
Etiologi
Kekerasan langsung
Kekerasan tidak langsung
Kekerasan akibat tarikan otot
Klasifikasi Fraktur Berdasarkan Klinis
Fraktur tertutup
tulang
Fraktur Luka Terbuka
Echimosis (memar)
Deformitas
Kripitasi, terjadi karena pergesekan antara bagian ujung tulang
yang patah
Pergerakan abnormal, terjadi karena terputusnya kontinuitas
tulang atau akibat gangguan neurovaskular
Ujung tulang terlihat keluar dari luka (pada patah tulang
terbuka), ujung tulang yang patah dapat keluar menembus
kulit disertai perdarahan yang banyak
Pengkajian
Pengkajian primer :
CABDE
Menghentikan perdarahan
fraktur femur perdarahan kelas III (kehilangan 30-40%
darah)
Segera resusitasi cairan
Hentikan perdarahan
Imobilisasi fraktur, traksi sementara, pembidaian
Pengkajian sekunder
Riwayat trauma. Biomekanik trauma
Pemeriksaan fisik head to toe :
CARA MELAKUKAN
Look / inspeksi
Feel / palpasi
Power / kekuatan otot
Move / gerakan
Inspeksi (Look) :
Raut muka pasien, cara berjalan/duduk/tidur
Lihat kulit, jaringan lunak, tulang dan sendi
Palpasi (Feel) :
Suhu kulit panas atau dingin, denyutan arteri
teraba/tidak, adakah spasme otot
Nyeri tekan
Pergerakan (Move) :
ROM (Range of Movement)
Pergerakan sendi : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi dll
Penatalaksanaan
Hentikan perdarahan
Pemasangan IVFD bila ada tanda perdarahan
Immobilisasi spalk, prinsip spalk meliputi 2 sendi
Manajemen nyeri analgetika
Rontgen : pada daerah yang dicurigai fraktur
Penatalaksanaan Fraktur Tertutup dengan
Gangguan Neurovaskular
Penimbunan darah
dan akhirnya
membeku
Penekanan
pada jaringan
Nekrosis
normal otot
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Fraktur Terbuka
Tanda :
Rasa sakit
Bengkak
Tanda memar/ kebiruan
Lemah
Penatalaksanaan :
R (rest)
I (Ice Pack) : selama 20 menit di ulang tiap 2
jam pd hari pertama → pada hari selanjutnya
setiap 4 jam apabila bengkak dan memar masih
ada
C (Compression)
E (Elevation)
SELESAI
SELAMAT BELAJAR