Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 1997).

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu (Arif Mansjoer, 2000)

1. Kejang demam adalah kejang yang terjadi biasanya karena suhu tubuh yang
tinggi. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi. Epilepsi ditandai
dengan :
Insiden epilepsi lebih sering dijumpai pada keturunan orang yang menderita
epilepsi.
2. Ditandai dengan aktivitas serangan kejang berulang tanpa demam.
3. Serangan tidak lama, tidak terkontrol serta timbul secara episodik.
4. Diakibatkan kelainan fungsional (motorik, sensorik atau psikis)
5. Menyerang segala kelompok usia dan segala jenis bangsa / keturunan.
6. Biasanya pasien tetap sadar tetapi berhalusinasi. (Sylvia A. Price, 2000)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Asuhan Keperawatan dari kejang demam
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
1. untuk lebih memahami apa itu kejang demam serta bagaimana
pengobatannya
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu kejang demam
2. Untuk mengetahui penyebab dari kejang demam
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari kejang demam
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari kejang demam
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari kejang demam
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari kejang demam
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari kejang demam
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari kejang demam

1
BAB 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik,
sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini
disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Price, 1995).

2. Etiologi
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-
73).

Penyebab kejang demam belum diketahui dengan pasti, namun disebutkan


penyebab utama kejang demam ialah demam yag tinggi. Menurut Arif Mansjoer.
2000) demam yang terjadi sering disebabkan oleh :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
2. Gangguan metabolik
3. Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya tonsilitis, otitis media, bronchitis.
4. Keracunan obat
5. Faktor herediter
6. Idiopatik.

Selain penyebab diatas Ada 5 Faktor yang mempengaruhi kejang, faktor –


faktor tersebut adalah

1. Umur
a. Kurang lebih 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam.
b. Jarang terjadi pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
c. Insiden tertinggi didapatkan pada umur 2 tahun dan menurun setelah
berumur 4 tahun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kenaikan dari ambang

2
kejang sesuai dengan bertambahnya umur. Serangan pertama biasanya
terjadi dalam 2 tahu pertama dan kemudian menurun dengan bertambahnya
umur.
2. Jenis kelamin

Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki-laki daripada anak
perempuan dengan perbandingan 2:1. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
karena pada wanita didapatkan kematangan otak yang lebih cepat dibanding
laki-laki.

3. Suhu Badan
Adanya kenaikan suhu badan merupakan suatu syarat untuk terjadinya kejang
demam. Tingginya suhu badan pada saat timbulnya serangan merupakan nilai
ambang kejang. Ambang kejang berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara
38.30C – 41.40C. Adanya perbedaan ambang kejang ini dapat menerangkan
mengapa pada seseorang anak baru timbul kejang sesudah suhu meningkat
sangat tinggi sedangkan pada anak lainnya kejang sudah timbul walaupun suhu
meningkat tidak terlalu tinggi.

4. Faktor keturunan

Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.


Beberapa penulis mendapatkan 25 – 50% daripada pada anak dengan kejang
demam mempunyai anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam
sekurang-kurangnya sekali.

3. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui
membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran
sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi
kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh
makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang

3
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu
kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak hingga terjadi epilepsi.

4. Manifestasi Klinis

Adapun tanda gejala yang dapat ditemukan yaitu :

a. Serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral


b. Mata terbalik ke atas
c. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya
sentakan kekakuan fokal
d. Umumnya kejang berlangsung kurang dari 6 menit, kurang dari
8%berlangsung lebih dari 15 menit
e. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan
atau kekakuan fokal.
f. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd),
g. Suhu 38oc atau lebih.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah
kejang.

2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma, edema serebral,
dan Abses.

3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak
dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.

4. Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) mengetahui sejak dini
apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam. (Arif Mansyoer,2000)

4
6. Komplikasi

Menurut Arif Mansyoer,2000) kejang demam dapat mengakibatkan :


a. Kerusakan sel otak
b. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit
dan bersifat unilateral
c. Kelumpuhan

7. Pengobatan

Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu

a. Pengobatan Fase Akut


Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus
bebas agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi
diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu
sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5
mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit
kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20
mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1 mg/kgBb/menit. Setelah pemberian
fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin
bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital
diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1
tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama
kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis
8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan
dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat
diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis
total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan
kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan

5
fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah
dosis awal.

b. Mencari dan mengobati penyebab


Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada
kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis
atau kejang demam berlangsung lama.

c. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau
(2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis
intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari
dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula
secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien
menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia.
8. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejanf demam sederhana
Beri diazepam dan antipiratioka pada penyakit disertai demam
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang dalam komplikasi dapat dugunakan:
Penobartibital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
Fenitorri : 2-8mg/kg/24jam dibagi 2-3 dosis
Diazepam : ( indikasi Khusus)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data subyektif
- Badan terasa panas
- Adanya mual dan muntah
- Merasa haus
- Adanya kesulitan saat bernafas
- Adanya aktivitas kejang berulang, pergerakan otot tidak terkoordinasi,
kelemahan
- Merasa tidak nyaman, gerah.
- Adanya kekhawatiran orang tua.
b. Data obyektif
- Suhu meningkat / tinggi
- Badan teraba panas

6
- Membran mukosa / kulit kering
- Perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/ kontraksi sekelompok otot.
- Penurunan kesadaran, pernafasan stridor

2. Penyimpangan KDM

Infeksi Bakteri virus Rangsangan mekanik dan biokimia


Dan parasit
Perubahan konsentrasi ion diruang potensial
Resiko inflamasi ekstraseluler
Resiko Infeksi
Proses Demam ketidakseimbangan potensial membran ATP ASE

Neurologis Difusi Na+ dan K+

HIPERTERMIA
Kejang

sulit tertidur Pulas lebih dari 15 menit Resiko Cedera

pola tidur terganggu Perubahan suplay darah keotak Kurangnya informasi


tentang penyakit yg diderita
istirahat tidak cukup Resiko kerusakan otak
keterbatasan kongnitif

Gangguan Pola Resiko kerusakan sel


Neuron otak Defisit Pengetahuan
Tidur

Resiko Perpusi selebral


tidak efektif

7
3. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi
a) Tanda mayor
-suhu tubuh diatas nilai normal
b) Tanda minor
- Kulit merah
- kezang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
2) Resiko perfusi celebral tidak efektif
kondisi klinis terkait
a.Stroke
b.Cedera kepala
c.teroskletik aotik
d.infrak miokard akut
e.Diseksi arteri
f.Hipertensi
g.Fibralasi atrium
3. Resiko cedera
Kondisi klinis terkait
a. Kejang
b. Sinkop
c. Vertigo
d. Gangguan penglihatan
4. Resiko infeksi
a. penyakit kronis
b. efek prosedur invasit
c. malnutrisi
d. peningkatan paparan organism fatogen lingkungan
5. Gangguan pola tidur

8
Tanda mayor
a. Mengeluh sulit tidur
b. Mengeluh sering terjaga
c. Mengeluh tidak puas tidur
d. Mengeluh pola tidur berubah
e. Mengeluh istrahat tidak cukup
Tanda minor
a. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
6. Defisit pengetahuan
Tanda mayor
a. Menanyakan masalah yang dihadapi
b. Menumukan perilaku tidak sesuai anjuran
c. Menurunkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Tanda minor
a. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b. Menunjukan perilaku berlebihan

9
4.Rencana Tindakan

No SDKI SLKI SIKI


1. Hipertemia Setelah dilakukan Managemen hipertermia observasi
asuhan keperawatan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
selama 3 x 24 jam 2. Monitor suhu naik
termoregulasi 3. Monitor kadar elektrolit
membaik dengan 4. Monitor keluaran urine
criteria hasil : 5. Monitor komplikasi akibat
1.Suhu badan hipertermia
membaik 6. Sediakan lingkungan yang dingin
2.Suhu kulit 7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
3.Menggil menurun 9. Berikan cairan oral
4.Kezang menurun 10. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika hiperhidrosis
11. Lakukan pendinginan eksternal
12. Hindari pemberian antipiretik atau
asipirin
13. Berikan oksigen, jika perlu edukasi
14. Anjurkan tirah baring kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

2. Resiko perfusi Seetelah dilakukan Managemen peningkatan tekanan


selebral tidak asuhan keperawatan intracranial
efektif selama 3 x 24 jam Observasi
perfusi selebral 1. Identifikasi penyebab
meningkat dengan peningkatan TIK

10
criteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala
1. tungkat peningkatan TIK
kesadaraan 3. Monitor MAP
meningkat 4. Monitor CVP
2. Sakit kepala 5. Monitor PAP
menurun 6. Monitor ICP
3. Demam menurun 7. Monitor CPP
8. Monitor gelombang ICP
9. Monitor status pernafasan
10. Monitor intake dan output
cairan
11. Monitor cairan serebrospinalis
Terapeutik
12. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
13. Berikan posisi semifowler
14. Hindar maneuver valvasa
15. Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian sedasi
anti konvulan
17. Kolaborasi pemberian osmosis,
jika perlu
18. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu

11
3. Resiko cedera Setelah dilakukan Manajemen keselamatan
keperawatan selama lingkungan
3 x 24 jam tingkat Observasi
cedera menurun 1. Identifikasi kebutuhan
dengan criteria hasil: keselamatan
1. Kejadian cedera 2. Monitor perubahan status
menurun keselamatan lingkungan
2. Tekanan darah Terapeutik
membaik 3. Hilangnya bahaya sekitar
keselmatan lingkungan
4. Modifikasi lingkungan untuk
menimalkan bahaya dan resiko
5. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
6. Gunakan perangkat pelindung
7. Hubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunikasi
8. Fasilitas Rekolasi ke lingkungan
yang aman
9. Lakukan program skrining
bahaya lingkungan
Edukasi
10. Anjuran indovisu, keluarga dan
kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan.

12
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Manajemen imunisasi
keperawatan selama 3 x Observasi
24 jam infeksi menurun 1. Identifikasi riwayat kesehatan
dengan criteria hasil : dan riwayat alergi
1. Demam menurun Terapeutik
2. Kemerahan menurun 4. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
5. Jelaskan tujuan, manfaat,
reasksi yang terjadi, jadwal, dan
efek samping
6. Informasikan yang diwajibkan
pemerintah
7. Informasikan Imunisasiyang
melindungi terhadap penyakit
8. Informasikan vaksinisasi untuk
kejadian khusus
9. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
10. Informasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis

13
5 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur
tidur tindakan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi pola aktivitas dan
3 x 24 jam maka tidur
pola tidur membaik 2. Identifikasi factor pengganggu
dengan kroteria tidur
hasil: 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang menganggu tidur
2. Keluhan sering 4. Identifikasi obat tidur yang
terjaga dikonsumsi
3. Keluhan tidak 5. Modifikasi lingkungan
puas tidur 6. Batasi waktu tidur siang
4. Keluhan pola tidur 7. Fasilitas menghilangkan stress
berubah sebelum tidur
5. Keluhan istrahat 8. Tetapkan jadwal tidur rutin
tidak cukup 9. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
10. Sesuaikan jadwal pemberian
obat/ tindakan untuk menunjang
siklus tidur-tenaga.
Edukasi
11. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.
12. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
13. Anjurkan menghindari
makanan minuman yang
mengganggu tidur
14. Anjarkan factor-faktor yang
berkonstribusi terhadap gangguan
pola tidur.

14
6 Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
pengetahuan tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam maka 1. Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan kemampuan menerima
meningkat dengan informasi
criteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai yang dapat meningkatkan
anjuran dan menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan
2. Kemampuan sehat.
menggambarka Terapeutik
n pengalaman 3. Sediakan materi dan
sebelumnya media pendidikan
seusai dengan kesehatan
topik meningkat 4. Jadwalkan pendidikan
3. Perilaku sesuai kesehatan sesuai
dengan kesepakatan
pengetahuan 5. Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
4. Pertanyaan Edukasi
tentang masalah 6. Jelaskan faktor resiko
yang dihadapi yang dapat mempengaruhi
menurun kesehatan
5. Persepsi yang 7. Ajarkan perilaku hidup
keliru terhadap bersih dan sehat
masalah 8. Ajarkan strategi yang
menurun dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

15
BAB III
ANALISA KASUS
FORMAT PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

No. RM : 04 38 40

Tanggal : 05, November 2019

Tempat : Ruang P3 anak

1. Data Umum

1. Identitas klien
Nama : An. SR umur : 7 Bulan
Tempat/tanggal lahir: gorontalo, 06/04/2019 jenis kelamin: Perempuan
Agama : islam suku : Gorontalo
Pendidikan :- Dx.medis : Kejang demam
Alamat : Desa payungo Telepon :
Tanggal masuk RS : 04/11/2019 ruangan : P3 Anak
Golongan darah : sumber info: ibu klien

2. Identitas Orang Tua


Ayah
Nama : Suparman hasan Umur : 48 Tahun
Pendidikan : SMA sederajat Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Payungo Telepon :
Ibu
Nama : Suharti Hasan Umur : 36 Tahun
Pendidikan : SMP Sederajat Pekerjaan : URT
Alamat : Desa Payungo Telepon :

3. Identitas Saudara

No Nama Umur Hubungan Status Kesehatan


1. Rahman Dali 17 Thn Saudara Baik
2. Anggun Akuba 8 Thn Saudara Baik
3. Kasum Hasan 5 Thn Saudara Baik

16
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosa Medis : Kejang Demam


2. Keluhan Utama : Demam
3. Alasan Masuk RS :
Klien datang ke RSUD Otanaha Tgl 4 November 2019 dengan keluhan
kejang demam, awalnya dirumah klien hanya demam biasa tetapi setelah
demamnya tinggi klien mengalami kejang dan segera dibawa kerumah sakit
4. Riwayat penyakit saat ini :
Pada saat dikaji Tgl 5, November 2019 ibu klien mengatakan klien
demam tetapi akan sedikit menurun saat diberikan obat dan ibu klien
mengeluh klien sulit untuk tertidur pulas, sering terjaga saat tidur sehingga
pola tidur klien berubah, ibu klien juga menanyakan masalah tentang
penyakit yang dialami oleh klien karena kurangnya pengetahuan mengenai
penyakit yang sedang dialami oleh klien.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Prenatal
a. Pemeriksaan kehamilan : 12 kali
b. Keluhan selama hamil : ibu klien mengatakan selama mengandung tidak
mengalami keluhan yang serius hanya mengalami mual pada saat awal-awal
kehamilan
c. Riwayat terpapar radiasi : ibu klien mengatakan tidak memiliki riwayat
terpapar radiasi
d. Riwayat terapi obat: ibu klien mengatakan tidak memiliki riawayat terapi
obat
e. Kenaikan BB selama hamil : 8 Kg
f. Imunisasi TT : 3 kali

2. Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Lama dan jenis persalinan : spontan
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Komplikasi persalinan : ibu klien mengatakan tidak mempunyai komplikasi
pada saat persalinan
3. Postnatal
a. Kondisi bayi : BB lahir : 2500 gram PB lahir : 45 Cm
b. Penyakit anak : -

17
c. Problem menyusui : ibu klien mengatakan tidak memiliki masalah pada
saat menyusui

(untuk semua usia)


1. Penyakit yang pernah dialami
Penyebab : ibu klien mengatakan klien tidak pernah mengalami sakit
seperti ini sebelumnya, hanya panas biasa dan ibu klien tidak
mengetahui penyebabnya.
Riwayat perawatan : klien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
Riwayat operasi : klien tidak memliki riwayat operasi
Riwayat pengobatan: klien tidak mempunyai riwayat pengobatan sebelumnya
2. Kecelakaan yang pernah dialami : klien tidak memliki riwayat kecelakaan
3. Riwyat alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi
4. Riwayat imunisasi : klien memiliki riwayat alergi Hep B pada usia 0 Bulan,
BCG, Polio I Pada usia 2 bulan, DPT-HB-HIB I polio 2 pada usia 3 bulan
dengan reaksi demam, pada usia 4 bulan klien imunisasi DPT-HB-HIb 2,
polio 3 dengan reaksi demam.

No Jenis imunisasi Usia Pemberian Reaksi


Imunisasi Dasar

1. Hep B (HB 0) 0 Bulan Tidak Demam


2. BCG, Polio I 2 Bulan Bisul dan bernanah
3. DPT-HB-Hib 1, polio 2 3 Bulan Demam / tidak demam
4. DPT-HB-Hib 2, polio 3 4 Bulan Demam / tidak demam
5. DPT-HB-Hib 3, polio 4,iIPV Demam / tidak demam
6. Campak Demam
7. Lainnya…..
Imunisasi Lanjutan

1. DPT/HB/Hib 2 Bulan

18
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Genogram :

Simbol Genogram:

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Klien

Keterangan :

Generasi I : ayah dari ayah klien sudah meninggal disebabkan oleh faktor usia, pada
generasi I tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami oleh
klien saat ini.

Generasi II : Ayah klien bersaudara 4 ayah klien merupakan anak pertama, dari semua
saudara ayah klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti
klien. Ibu klien merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, seluruh saudara
ibu klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami saat
ini.

Generasi III : Klien merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari semua
saudara klien hanya klien yang mengalami penyakit seperti ini yaitu
kejang demam dan dirawat di rumah sakit RSUD Otanaha

19
V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Pertumbuhan fisik
a. Berat Badan : 5,6 kg
b. Tinggi Badan : 73 cm
c. Waktu tumbuh gigi : …..Bulan Tanggalnya gigi : ….. Bulan/tahun

2. Perkembangan tiap tahap :


Usia saat ini
a. Berguling :
b. Duduk :
c. Merangkak :
d. Berdiri :
e. Berjalan :
f. Senyum pertama pada orang: 2 Bulan
g. Bicara pertama kali :
h. Berpakaian pertama kali :

VI. PENGKAJIAN FISIK


Hari : selasa, tanggal: 05 November 2019, Pukul : 09:00
a. Pengukuran Antromentri
a. Berat Badan : 5,6 kg
b. Tinggi Badan : 73 cm
c. Lingkar Badan : 45 cm
d. Lingkar Dada : 50 cm
e. Lingkar lengan atas : 18 cm
b. Tanda Vital
a. Suhu badan : 39oC
b. Frekuensi jantung :109 Kali/menit
c. Frekuensi pernapasan : 28x/menit
d. Tekanan darah :-
c. Kepala
a. Bentuk kepala : (simetris/ Tidak simetris)
b. Fontanel anterior : (Masih Terbuka/Terbuka)
c. Fontanel posterior : (Masih Terbuka/Tertutup)
d. Kontrol Kepala : (Ya/Tidak)
e. Warna rambut : Hitam
f. Tekstur rambut : Lembut
g. Bentuk wajah : Oval

20
d. Kebutuhan oksigen
Hidung
a. Potensia nasal : kanan ( paten/ Tidak) : Kiri ( paten/Tidak)
b. Rabas nasal : kanan ( Ada/Tidak) : Kiri (Ada/Tidak)
c. Bentuk : Simetris/ Tidak simetris
d. Tes penciuman : Kanan ( Baik/Tidak) : Kanan ( Baik/ TIidak)

Dada

a. Bentuk : simetris/Tidak simetris


Jelaskan : bentuk dada simetris, gerakan dada simetris, tidak ada pembesaran
tidak ada nyeri tekan
b. Retraksi intercostals: Ya/Tidak
c. Suara perkusi dingding dada: sonor /redup/hipersonor
d. Fremitus vokal : vibrasi simetris/vibrasi tidak simetris

Jantung

Bunyi jantung I/SI (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dup), tidak ada bunyi jantung
tambahan. Tidak ada keluhan .

Paru- paru

a. Pola pernapasan : Reguler/irregular


b. suara nafas tambahan : Tidak/Ya
jelaskan : tidak terdapat suara tambahan
e. kebutuhan Nutrisi dan Cairan :
Mulut
a. membran mukosa: Lembab/ Tidak lembab
b. gusi : Pink/merah
c. jumlah gigi :
d. warna gigi :
e. warna lidah : pink/Merah/Kehitaman
f. tonsil : Ada pembesaran /Tidak ada pembesaran
g. tes pengecapan :Manis/Asam/Asin/Pahit
h. leher : Tidak ada pembengkakan tiroid tidak ada tekanan vena
jugularis , kekakuan

Abdomen

a. Bentuk : Simetris/ Tidak Simetris


b. Umbilikus : Bersih/Tidak Bersih,
c. Bising Usus : Hiperaktif/Hipokatif/Tidak ada

21
d. Pembesaran Hepar : Ada/ Tidak ada
e. Pembesaran Limpa : Ada/ Tidak ada
f. Perkusi Dinding Perut : Timpani/Dullness/Redup

Riwayat Nutrisi :

1. Pemberian ASI ( Sejak/lamanya) : sejak lahir sampai sekarang


2. Pemberian susu formula (sejak/alasannya/lamanya/caranya) : -
3. Pemberian makanan tambahan (sejak/jenis): sejak memasuki 6 bulan
4. Pola perubahan nutrisi : Makanan Sereal

usia jenis nutrisi Lama pemberian


1. 0-6 bulan ASI 6 Bulan
2. 6-12 bulan
3. Saat ini
(Bulan/tahun)

Pola Nutrisi dan Cairan Sehat Sakit


Jam Makan pagi 08:00 08:00
makan Makan siang 12:00 12:00
Makan Malam 19:00 19:00
Porsi Makanan Dihabiskan Tidak dihabiskan
Jenis Makanan Pokok Sereal/sun sun
Jenis makanan selingan
Makanan kesukaan
Makanan yang tidak disukai
Jumlah air yang diminum
Istilah yg digunakan anak
untuk makan/minum

f. Kebutuhan Eliminasi
Pola Buang Air Besar Sehat Sakit
(BAB)
Frekuensi 2 kali 1-2 kali
Konsistensi Cair Cair
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Keluhan saat BAB Tidak Ada Tidak Ada
Istilah yang digunakan anak
saat BAB

22
Pola Buang Air Kecil Sehat Sakit
(BAK)
Frekuensi 5-6 kali 4-5 kali
Konsistensi Cair Cair
Warna Kuning Kuning
Keluhan saat BAK Tidak Ada Tidak Ada
Istilah yang digunakan anak
saat BAK

g. Kebutuhan Ativitas
Pola aktivitas Sehat Sakit
Bermain Aktif Minta digendong
Temperamen Anak

Pola Tidur Sehat Sakit


Jam tidur- Malam 20:00-05:00 22:00-02:00
bangun Siang 10:00-15:00 12:00-13:00
Ritual Sebelum Tidur Digendong Digendong
Enuresis
Gangguan Tidur - Akibat demam tinggi

h. Kebutuhan Higiene Personal


1. Frekuensi Mandi : 1 kali sehari
2. Tempat mandi : kamar Mandi
3. Kebiasaan Mandi : Mandiri/partial/Total
4. Frekuensi sikat gigi : -
5. Berpakaian : Dipakaikan Orang Tua
6. Berhias : Klien berhias sesuai usia
7. Keramas :1 kali sehari
8. Kuku
a. Warna kuku : Pink/merah/biru/kuning
b. Hygiene :Bersih/kotor
c. Kondisi kuku :panjang/pendek
i. Organ sensorik
Mata : simetris antara kiri dan kanan sclera putih, pupil mengecil ketika
dalam rangsangan (isikor) konjungtiva merah muda tidak menggunakan alat
bantu penglihatan
Telinga : bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan tidak terdapat
peradangan dan perdarahan, ketajaman pendengaran normal, tidak memakai
alat bantu pendengaran

23
Kulit : Tekstur kulit kering, terasa panas, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat edema

VII. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Matologi
Hemoglobin (Hb) 9,9 g% Anak 12-24
Leukosit 8.1000 /uL 4.000-11.000
Eritrosit 3.990 Juta/uL Lk:4,5-6,5 Pr.:3,6-5,8 juta
Trombosit 400.000 /uL 150.000-450.000
Hematokrit 30,2 % Lk: 40-50 Pr: 36-45
Nilai Mc
MCV 75,7 FL 80-96
MCH 24,7 Pg 27-33
MCHC 32,6 % 32-36
Hitung Jenis Leukosit
Basofil % 0-1
Eosinofil % 1-6
N.Batang % 0-6
N.Segmen 52,3 % 35-70
Limfosit 36,7 % 20-50
Monosit 11,0 % 2-10

VIII. Penatalaksanaa Medis


Oral
Paracetamol Drops 3x0,6
Diazepam 3x1
Injeksi
Paracetamol drips 9 cc
Cefotaxime 2x300 mg
Gentacimin 2x45 mg

Paracetamol
Indikasi : Paracetamol digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia,
namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu badan sudah benar-benar tinggi dan
membutuhkan terapi obat penurun panas
Diazepam
Indikasi :Mengatasi kejang, dapat digunakan juga untuk mengobati status
epiletikus (epilepsy) dan mengobati kecemasan dan kepanikan.

24
Cefatamin
Indikasi : obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi bakteri misalnya infeksi pernapasan bagian bawah, infeksi saluran kemih,
meningitis dan gonore
Gentacimin
Indikasi : gentacimin adalah golongan antibiotic aminogikosida yang biasa
digunakan untuk menyembuhkan beberapa infeksi bakteri, terutama infeksi gram
negative dan bekerja dengan cara membunuh sekaligus mencegah pertumbuhan
bakteri itu sendiri. Obat ini memerlukan resep doter untuk membelinya.

IX. IDENTIFIKASI DATA


1. Keluhan (Data Subjektif)
- Ibu klien mengatakan klien demam tetapi menurun pada saat diberikan obat
- Ibu klien mengeluh klien sulit untuk tertidur tidur
- Ibu klien mengatakan klien sering terjaga saat tidur sehingga pola tidur klien
berubah
- Ibu klien menanyakan masalah tentang penyakit yang dialami klien
2. Data Objektif
- Ku = sedang
- Kesadaran compos mentis
- Tanda –tanda vital
a. Suhu Badan : 39oC
b. Respirasi : 28 Kali/Menit
c. Frekuensi Nadi : 109 kali/Menit
- Ibu klien tampak kebingungan
- Ibu klien menunjukkan perilaku yang tidak sesuai anjuran

X. KLASIFIKASI PENGELOMPOKAN DATA


1. Hipertermia berhungan dengan proses infeksi yang ditandai dengan :
Ds :
- ibu klien mengatakan klien dalam keadaan demam tetapi akan sedikit menurun
pada saat diberi obat
Do :
- Ku= sedang
- Tanda-Tanda vital
a. Suhu Badan : 39oC

25
b. Respirasi : 28 Kali/Menit
c. Frekuensi Nadi : 109 kali/Menit

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur yang ditandai
dengan :
Ds :
- Ibu klien mengatakan sulit untuk tertidur pulas
- Ibu klien mengatakan klien sering terjaga saat tidur sehingga pola tidur klien
berubah
Do :
- Ku= Sedang
- Kesadaran compos mentis
- Klien tampak meringis

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan:


Ds:
- ibu klien menanyakan maslah tentang penyakit yang dialami oleh klien
Do :
- Ibu klien tampak kebingungan
- Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

26
XI. ANALISA DATA BERDASARKAN PATOFIOLOGI DAN
PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT (DIAGNOSA MEDIS) KLIEN :
KEJANG DEMAM
RESPON UTAMA : DEMAM

Penyimpangan KDM :

Proses infeksi Bakteri, rangsangan mekanik dan biokimia


virus dan parasit
perubahan konsentrasi ion diruang
resiko inflamasi ekstraseluler

proses Demam ketidakseiimbangan potensial


membrane AFD ASE
Hipertermia
Kejang

Sulit untuk tertidur pulas resiko cedera/ kejang berulang

Pola tidur berubah kurangnya informasi tentang


Penyakit yang diderita
Istirahat tidak cukup keterbatasan Kongnitif

Defisit Pengetahuan
Gangguan Pola Tidur

27
No Data Fokus Etiologi Problem
1. Hipertermia Proses infeksi Hipertermia
Ds :
- Ibu klien mengatakan Infeksi bakteri virus dan
klien demam tetapi parasit
sedikit munurun pada
saat diberikan obat Resiko inflamasi
Do :
- Ku = Sedang Proses demam
- Kesadaran compos
mentis Neurologi
Tanda- tanda vital
a. Suhu Badan: 39oC Hipertermia
b. Respirasi :28
Kali/Menit
c. Frekuensi Nadi :
109 kali/Menit

2. Gangguan pola Tidur Hipertermia Gangguan


Ds: Pola TIdur
- Ibu klien mengatakan Sulit untuk tertidur pulas
klien sulit untuk
tertidur pulas Pola tidur berubah
- Ibu klien mengatakan
klien sering terjaga saat Istirahat tidak cukup
tidur sehingga pola tidr
ur berubah Gangguan Pola Tidur
Do :
- KU : sedang
- Kesadaran compos
mentis
- Klien tampak meringis
3. Defisit Pengetahuan Keterbatasan kongnitif Defisit
Ds: Pengetahuan
- Ibu klien menanyakan Kejang
masalah tentang penyakit yang
dialami klien Kurangnya informasi
Do : tentang penyakit yang
- Ibu klien tampak diderita
kebingungan
- Menunjukkan perilaku Deficit pengetahuan
tidak sesuai anjuran

28
XII. Rencana Tindakan Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 3x24 Observasi
maka termoregulasi membaik 1. Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil: hipertermia
1. Suhu tubuh membaik 2. monitor suhu tubuh
2. Suhu kulit membaik Terapeutik
3. anjurkan kompres air
hangat
Edukasi
4. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
5. kolaborasi pemberian
antipiretik
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
pola tidur keperawatan 3x24 jam maka Observasi
pola tidur membaik dengan 1. Identifikasi pola aktifitas
Kriteria hasil: dan tidur
1. Keluhan sulit tidur 2. Identifikasi faktor
meningkat penggangu tidur
2. Keluhan sering terjaga Terapeutik
meningkat 3. Modifikasi lingkungan
3. Keluhan tidak puas 4. Lakukan prosedur untuk
tidur meningkat meningkatkan
kenyamanan
Edukasi
5. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
3. Defisit keperawatan selama 3x24 jam Observasi
pengetahuan maka tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan
meningkat, dengan criteria kemampuan menerima
hasil : informasi
1. Kemampuan Terapeutik
menggambarkan 2. Sediakan materi dan
pengalaman sebelumya media pendidikan
yang sesuai dengan kesehatan
topic meningkat 3. Berikan kesempatan untuk
2. Perilaku sesuai bertanya
kebutuhan meningkat Edukasi
3. Pertanyaan tentang 4. Jelaskan faktor resiko
masalah yang dihadapi yang dapat mempengaruhi
menurun kesehatan

29
XIII. Catatan Perkembangan Intervensi

NO Diagnosa Tanggal/Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


Keperawatan
Selasa 1. Identifikasi 13.00
1. Hipertermia 05-11-2019 penyebab S: keluarga klien
hipertermia mengatakan demam
09.00 d/h : karena factor belum turun
proses infeksi
O:ku : sedang
2. Monitor suhu Kesadaran
09: 05 tubuh composmentis
d/h: 39oC Tanda tanda vital
Frekuensi nafas :
09.15 3. Anjurkan kompres 28x/menit
air hangat Frekuensi nadi:110
d/h: keluarga kali/menit
mengikuti sesuai Suhu badan 38,5oC
instruksi dan
merespon dengan A: Masalah
baik,suhu badan hipertermia belum
sedikit menurun teratasi

09.20 4. Anjurkan tirah P: lanjutkan intervensi


baring
d/h: keluarga klien 1. Monitor suhu tubuh
mengikuti sesui 2.Anjurkan kompres
instruksi air hangat
3.kolaborasi
09.30 5. Kolaborasi pemberian antipiretik
pemberian
antipiretik
d/h: paracetamol
3x 06

2. Gangguan Selasa 1. Identifikasi pola 13.00


pola tidur 05-11-2019 aktifitas dan pola S: keluarga klien
09.00 tidur mengatakan klien
d/h: orang tua klien belum bias tertidur
mengatakan klien pulas
susah tidur karena
demam pola tidur O: KU: sedang
terganggu Kesadaran
composmentis
09.05 2. Identifikasi faktor
penggangu tidur A: masalah belum

30
d/h:keluarga klien teratasi
sangat
memperhatikan P: lanjutkan intervensi
tempat tidur klien 1. Identifikasi
factor
09.10 3. Modifikasi pengganggu
lingkungan tidur
d/h: keluarga 2. Modifikasi
mengikuti instruksi lingkungan
dengan baik 3. Lakukan
prosedur untuk
09.20 4. Lakukan prosedur meningkatkan
untuk kenyamanan
meningkatkan
kenyamanan
d/h: keluarga klien
mengikuti instruksi
dengan baik

09.25 5. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
d/h: keluarga klien
merespon dan
mendengarkan
dengan baik

3. Defisit Selasa 1. dentifikasi S: Ibu klien


pengetahuan 05/11/2017 kesiapan dan mengatakan sudah
09.15 kemampuan mampu untuk
menerima memahami masalah
informasi yang dihadapi
d/h: ibu klien
mampu menerima O: ibu klien tampak
informasi yang antusias untuk
diberikan menerima informasi

09.00 2. sediakan mteri dan A: masalah defisit


media pendidikan pengetahuan teratasi
kesehatan
d/h: P: pertahankan
mempersiapkan intervensi
materi mengenai
kejang demam

31
09.20 3. berikan
kesempatan untuk
bertanya
d/h: ibu klien
sering bertanya
apabila tidak
paham

09.25 4. jelaskan factor


resiko yang dapat
mempengaruhi
d/h: ibu klien
mendengarkan dan
memahami dengan
baik saat di
jelaskan

1. Hipertermia Rabu 1. monitor suhu tubuh 13.00


06/11/2019 d/h : suhu tubuh S: keluarga pasien
09.00 38,5oC mengatakan suhu
tubuh pasien sedikit
09.05 2. anjurkan kompres menurun
air hangat
d/h: keluarga O: KU: sedang
mengikuti sesuai Pasien tampak
instruksi dan meringis
merespon dengan Tanda tanda vital
baik, suhu badan Frekuensi nafas:
sedikit menurun 28x/menit
Frekuensi nadi:
09.20 3. kolaborasi 110x/menit
pemberian Suhu badan: 38oC
antipiretik
d/h: paracetamol A: masalah
drips 9cc hipertermia belum
teratasi

P: pertahankan
intervensi
1. Monitor suhu
tubuh
2. Anjurkan
kompres air
hangat
3. Kolaborasi
pemberian

32
antipiretik

2. Gangguan Rabu 1. identifikasi factor 13.00


pola tidur 06/11/2019 penggangu tidur S: keluarga klien
15.00 d/h : klien masih mengatakan klien
mengalami sulit belum bias tertidur
tidur karena dengan pulas
hipertermi
O: ku : sedang
15.10 2. modifikasi Kesadaran compos
lingkungan mentis
d/h: keluarga klien
sangat A: masalah belum
memperhatikan teratasi
tempat tidur klien
P: pertahankan
17.30 3. lakukan prosedur intervensi
untuk 1. Identifikasi
meningkatkan pengganggu
kenyamanan tidur
d/h: keluarga klien 2. Modifikasi
mengikuti instruksi lingkungan
dan merespon 3. Lakukan
dengan baik prosedur untuk
meningkatkan
keamanan
1. Hipertermia Kamis 1. monitor suhu 19.00
07/11/2019 tubuh S: keluarga klien
15.00 d/h: suhu tubuh : mengatakan suhu
37,9oC badan klien sudah
sedikit menurun
15.10 2. Ajurkan kompres
air hangat O: KU: sedang
d/h: keluarga Kesadaran compos
mengikuti sesuai menstis
instruksi dan Tanda-tanda vital
merespon dengan Frekuensi nafas:
baik, suhu badan 25x/menit
sedikit menurun Frekuensi nadi :
109x/menit
17.30 3. kolaborasi Suhu badan: 37oC
pemberian
antipiretik A: Masalah
d/h: paracetamol hipertermia belum
3x teratasi

33
P: Pertahankan
intervensi
1. Monitor suhu
tubuh
2. Anjurkan
kompres air
hangat
3. Kolaborasi
pemberian
antipiretik

2. Gangguan Kamis 1. identifikasi factor 19.00


pola tidur 07/11/2019 penggangu tidur S: keluarga klien
10.00 d/h: klien masih mengatakan klien
mengalami sulit sudah bias tidur tetapi
tidur karena belum terlalu pulas
hipertermia O: KU: sedang
Kesadaran compos
15.30 2. modifikasi mentis
lingkungan
d/h : keluarga klien A: masalah belum
sangat teratasi
memperhatikan
tempat tidur klien P: pertahankan
intervensi
15.45 3. lakukan prosedur 1. Identifikasi
untuk faktor
meningkatkan penyebab
kenyamanan penggangu
d/h: keluarga klien tidur
mengikuti instruksi 2. Modifikasi
dan merespon lingkungan
dengan baik 3. Lakukan
prosdur untuk
meningkatkan
kenyamanan

34
DAFTAR PUSTAKA
Arif, manyoer, dkk.(2016).Dpita selekra kedokteran.edisi 3.Medika
ausculpalus,FKUI.jakarta

Tim pokja.SDKI.PPNI (2016). Standar Diagnostik keperawatan Indonesia edisi I,


Cetakan I.DPP PPNI. Jakarta selatan

Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan
II. DPP PPNI, Jakarta Selatan

Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I.
Cetakan I.DPP PPNI, Jakarta Selatan

35

Anda mungkin juga menyukai