Anda di halaman 1dari 15

A.

KONSEP DASAR
1. Defenisi
Demam Kejang atau febril convulsion adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38 o C) yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium. (Ngatsiyah : 2007 )
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering
dijumpai pada anak tertama pada golongan anak yang berumur 6 bulan
sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi pembahasan sekelompok neuron
secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran, gerak, sensori
atau memori yang bersifat sementara. ( Aesceulaplus : 2008 )

2. Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan
Pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu
tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2007).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia,
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
dihilangkan (Corwin, 2004).

3. Patosiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme dan kebutuhan oksigen akan
meningkat. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kolium maupun ion natrium melalui membrane tersebut
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruhan sel maupun ke
membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neotransmitter
dan terjadi kejang (Ngatsiyah.2007).

WOC

Kejang demam

Inflamasi
Infeksi

Peningkatan suhu tubuh

Metabolisme basal meningkat


Kebutuhan O2 meningkat

Glukosa ke otak menurun

Perubahan konsentrasi dan jenis ion


di dalam dan di luar sel

Difusi ion Na+ dan K+

Kejang

Durasi pendek Durasi lama

Sembuh Apnea Resiko Tinggi


injuri

Metabolisme otak
O2 menurun
meningkat

Kebutuhan O2 meningkat
Hiperkapnia
Metabolik Otak
Hipoxemia
meningkat Hipotensi arterial

Aktivitas otot meningkat

Hipoxia

Permeabilitas meningkat

Edema otak

Kerusakan sel neuron otak

Epilepsi
(burner and suddart, 2003 ).

4. Tanda dan Gejala


Umumnya demam kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik-tonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi
seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kelaukan atau hanya sentakan atau
kelaukan fokal.
Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari 6 menit dan kurang 80
% berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi
setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
deficit neurology. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang yang pertama.
Dan orang tua akan mneggambarkan manifestasi kejang tonik-klonik
(yaitu, tonik-kontraksi otot, ekstensi eksremitas, kehlangan control defekasi
dan kandung kemih, sianosis dan hilangnya kesadaran. (Mary E Muscari,
2005)

5. Komplikasi
Komplikasi tergantung pada :
a. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf
sebelum anak menderita demam kejang
c. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal
Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka
dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13
% dibandingkan bila hanya 1 atau tidak ada sama sekali faktor tersebut.
Serangan kejang tanpa demam hanya 2-3% saja.
Hemiparesis biasanya terjadi pada klien yang mengalami kejang lama
( berlangsung lebih dari 30 menit)
Demam kejang yang beralngsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa
b. Pila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
edema otak. Diberikan kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB
atau glukokortikoid seperti deksametason - ampul setiap 6 jam
sampai keadaan membaik.
c. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang
d. Pemberian Fenobarbital secara IV
e. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion
secara IV
f. Pembedahan, terutama untuk pasien yang resisten terhadap
pengobatan yang tujuannya :
1) Memetakan aktivitas listrik di otak
2) Menentukan letak / focus epileprogenik
3) Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya
4) Namun pembedahan dapat meninbulkan berbagai komplikasi
lain : edema serebral, hemoragi, hidrocepalus, infark serebral
atau peningkatan kejang. (Ngastiyah, 2007).

7. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pertahanan suhu tubuh stabil
b. Menjelaskan cara perawatan anak demam
c. Melakukan dan mengajarkan pada keluarga cara kompres panas serta
menjelaskan tujuan
d. Beri terapi anti konvulsan jika diindikasikan. Terapi konvulsan dapat
diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu antara
lain : kejang fokal atau kejang lama, abnormalitas neurology, kejang
tanpa demam, derajat pertama, usia dibawah 1 tahun dan kejang
multiple kurang dari 24 jam.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema,
infark, lesi congenital dan hemoragik
b. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan /
patologis SSP
c. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa
aktivitas kejang kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
d. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :
1) Glukosa darah
2) Kalsium fungsi ginjal dan hepar
3) Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi
4) Kecepatan sedimentasi, hitung platelet
5) Pemeriksaan serologi imunologi
e. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan
menentukan lesi serta fungsi neurology (Ngastiyah, 2005).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, alamat dan diagnosa medis serta tanggal masuk
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami peningkatan suhu tubuh >380C, peningkatan nadi,
apnea, keletihan dan kelemahan umum, inkontinesia baik urine
ataupun fekal, sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang. Klien akan merasa nyeri otot
dan sakit kepala.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya klien riwayat terjatuh / trauma, faktur, adanya riwayat
alergi dan adanya infeksi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Faktor resiko demam kejang pertama yang penting adalah deman,
selain itu terdpat factor herediter.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : kulit kepala bersih san beruban, tidak ada luka lesi,
rambut klien tipis, mukosa mulut kering, skelera tidak iketrik,
konjungtiva anemis
2) Leher : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid ( tidak ada
kelainan).
3) Dada : simetris kiri- kanan, tidak tertaba massa
4) abdomen : distansi abdomen, terdenngar bising usus
5) Ekstremitas : terpasang cairan infuse di tangan kanan dengan
cairan RL, turgor kulit jelek 3 detik, kekuatan otot
6) Genitalia : tidak ada keluhan
7) Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh klien meningkat lebih dari 375 C
- Pernapasan : Gigi mengatup, siasonosis, apnea,
pernapasan menurun / cepat; peingkatan mucus.
- Sirkulasi : Hipertensi, peningkatan nadi.
8) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita (0-5
tahun) (Smeltzer,2000)
a) Pertumbuhan
Pertambahan BB 2 kg / tahun pada usia 21 bulan, kelihatan
kurus, tapi aktifitas motorik tinggi, system tubuh matang
(berjalan dan lompat), TB 6-7 cm / tahun, kesulitan makan,
eliminasi mandiri, kognitif berkembang, mmebutuhkan
pengalaman belajar, inisiatif dan mampu identifikasi
identitas diri.
b) Perkembangan (Motorik, bahasa, kognitif)
Berdiri satu kaki, menggoyangkan jari kaki, mengambar
acak, menjepit benda, melambaikan tangan, makan sendiri,
menggunakan sendok, menyebutkan empat gambar dan
warna, menyebutkan warna benda, mengerti kata sifat,
menirukan berbagai bunyi kata, paham dengan arti larangan
berespon terhadap panggilan, menagis bial dimarahi,
permintaan sederhana, kecemasan perpisahan orang
terdekat, mengenali semua anggota keluarga.
9) Pemeriksaan Penunjang
a) CT-Scan
Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak :
tumor, edema, infark, lesi congenital dan hemogragik.
b) MRI (Magnetic Resenance Imaging )
Menentukan adanya perubahan / patologis SSP
c) Rontgen Tengkorak
Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang
kecuali untuk mengetahui adanya fraktur
2. Pathways Keperawatan

Exogenus pyrogene

Sel host inflamasi

Pusat termoregulator

Meningkatkan thermostat

Perubahan fisiologi dan tingkah laku

Proses
roses peradangan
peradangan Demam Suhu

Anoreksia Evaporasi (keringat )

Resiko kekurangan Gangguan pemenuhan


nutrisi cairan
Mengubah keseimbangan
membran sel neuron Dehidrasi

Melepaskan muatan listrik Defisit volume


yang besar cairan

Resiko injury Gangguan Perfusi


Kejang Serebral

Cemas

Kurang
pengetahuan

Sumber : ( Doenges E. Marilynn, 2003 )


3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajan, diagnosa keperwatan utama pasien dapat
meliputi yang berikut : (Doenges E. Marilynn,2003)
a. Resiko tinggi injury berhubungan dengan aktivitas motorik dan
hilangnya kesadaran selama kejang
b. Gangguan perfusi serebral b / d peningkatan tekanan intracranial
c. Hipertermia b/d Proses Penyakit Infeksi
d. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi
e. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Anoreksia, mual muntah.
f. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif : muntah

4. Intervensi
Berdasarkan dianosa keperawatan diatas, maka dapat disusun perencanaan
asuhan keperawatan. Pada tahap ini akan ditetapkan tujuan kriteria hasil
dan rencana tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan.
(Doenges E. Marilynn,2003)

No Tujuan dan
No Intervensi Keperawatan Rasional
Dx Kriteria Hasil
1. I Tujuan : Klien 1. 1. Stimulasi seperti lampu
terhindar dari Gali bersama klien / yang terang dapat
banyak fisik keluarga berbagai meningkatkan aktivitas
Kriteria hasil : stimulasi yang dapat otak yang selanjutnya
- Klien tenang menjadi pencetus kejang meningkatkan resiko
2. terjadinya kejang
Pertahanan bantalan lunak 2. Mengurangi trauma saat
pada penghalang kejang terjadi selama klien
tempat tidur berada ditempat tidur
3. 3. Penggunaan penutup
Evaluasi kebutuhan untuk / kepala dapat memberikan
berikan pelindungan perlindungan tambahan
pada kepala 4. Menurunkan resiko
4. klien mengigit dan
Gunakan thermometer menghancurkan
dengan bahan mental thermometer atau
atau dapat suhu melalui kemungkinan mengalami
lubang telinga jika trauma jika taiba-tiba
perlu terjadi kejang
5. 5. Pemahaman
Pertahanan tirah baring kepentingan untuk
secara ketat jika klien mempertimbangkan tentang
mengalami tanda-tanda pentingnya kebutuhan
timbulnya fase keamanan diri sendiri
prodomal / aura 6. Meningkatkan
6. keamanan klien dan
Tinggallah bersama klien menghindari terjadinya
dalam waktu beberapa trauma
lama selama / setelah 7. Menurunkan resiko
kejang terjadinya trauma mulut
7. tetpi tidak boleh dipaksa
Miringkan kepala kesalah karena kerusakan pada gigi
satu sisi / lakukan dan jaringan lunak dapat
penghisapan pada jalan terjadi
nafas sesuai indikasi 8. Menurunkan resiko
8. trauma fisik ketika klien
Atur kepala, tempatkan kehilangan control terhadap
diatas daerah yang otot volunteer
empuk atau Bantu 9. Mencatat keadaan
meletakkan pada lanati postikal dan waktu
jika keluar dari tempat penyembuhan pada
tidur jangan lakukan keadaan normal
restrein. 10. Untuk mengoptimalkan
9. penekanan terhadap
Lakukan penilaian TTV aktivitas kejang dengan
10. dosis obat yang terendah
Berikan obat sesuai indikasi dan efek samping yang
11. minimal
Pantau kadar sel darah, 11. Mengidentifikasikan factor
elektrolit dan glukosa yang memperberat ./
menurunkan ambang
kejang
2. II Tujuan : 1. Tentukan faktor yang 1. Kerusakan/kemunduran
Gangguan berhubungan dengan tanda/gejala neurologist
perfusi serebral keadaan / penyebab atau kegagalan
terati khusus selama koma / memperbaikinya setelah
Kriteria hasil : penurunan perfusi fase awal memerlukan
- serebral dan potensial tindakan pembedahan
Tingkatkan terjadinya peningkatan
kesaradan TIK 2. Mengetahui
membaik 2. Pantau status kecenderungan tingkat
- neurologist sesering kesadaran dan potensial
Tanda-tanda vital mungkin dan pneningkatan TIK dan
stabil bandingkan dengan mengetahu lokasi, luas dan
- keadaan normal kemajuan/ resolusi
Tak ada tanda 3. Pantau tanda-tanda kerusakan SSP
peningkatan vital 3. Variasi mungkin terjadi
TIK 4. Evaluasi pupil, catat oleh karena tekanan /
- ukuran, kesamaan, trauma serebral pada
bentuk dan reaksinya daerah vasomotor otak
terhadap cahaya 4. Gangguan penglihatan
5. Letakkan kepala yang spesifik
dengan posisi agak mencerminkan daerah otak
ditinggikan dan dalam yang terkena,
posisi anatomis mengindikasikan kemanan
6. Pertahankan keadaan yang harus mendapat
tirah baring, cipatakan perhatian dan
lingkungan yang mempengaruhi intervensi
tenang yang akan dilakukan
7. Cegah terjadinya 5. Menurunkan tekanan
mengdan saat defeksi arteri dengan meningkatkan
dan pernafasan yang dramas dan meningkatkan
memaksa sirkulasi / perfusi
6. Aktivitas / stimulasi yang
8. Berikan oksigen sesuai kontiniu dapat
indikasi meningkatkan TIK istirahat
9. Berikan obat sesuai total dan ketanangan
dengan indikasi mungkin diperlukan untuk
pencehana terhadap
pendarahan dalam kasus
stroke
7. Mnauver valsava dapat
meningkatkan TIK dan
memperbesar resiko
terjadinya pendarahan
8. Menurunkan hipoksia
yang dapat menyebabkan
vasodilatasi serebral dan
tekanan meningkat/
terbentuknya edema
9. Dapat digunakan untuk
mengontrol kejang dan atau
untuk aktivitas sedatif
3. III Tujuan : Suhu 1. Monitor suhu tubuh 1. Mengawasi keadaan yang
tubuh kembali klien dapat menimbulkan
normal komplikasi
Kriteria hasil : 2. Kekurangan cairan
- 2. Monitor tanda-tanda meningkatkan frekuensi
Klien tidak vital klien jantung, menurunkan TD dan
gelisah 3. Lakukan kompres mengurangi volume nadi
- dengan air hangat jika 3. Meningkatkan rasa nyaman
Klien dapat temperature > 38 derajat dengan menurunkan
istirahat celcius vasodilatasi
4. Cegah penggunaan 4. Meningkatkan rasa nyaman
pakaian yang tebal dan klien
terlalu ketat 5. Untuk mengoptimalkan
5. Kolaborasi dengan terhadap proses metabolic
dokter dalam pemberian dengan dosis obat yang
obat sesuai indikasi terendah dan dengan efek
samping yang minimal
4. IV Tujuan : klien / 1. Jelaskan mengenai 1. Memberikan kesempatan
keluarga penyakit dan perlunya untuk mengklarifikasikan
mengerti kondisi pengobatan / kesalahan persepsi dan
kesehatan penanganan penyakit keadaan penyakit yang ada
sekarang sesuai indikasi seabagi sesuatu yang dapat
Kriteria Hasil : ditangani dalam cara hidup
- Orang tua / 2. Berikan informasi yang normal
keluarga tidak tentang penyebab / 2. Memberikan kemudahan
gelisah timbulnya proses untuk mengidentifikasi
penyakit pada klien / terjangkitnya penyakit
keluarga 3. Dapat menurunkan iritasi
3. Berikan petunjuk yang lambung
jelas pada klien untuk 4. Dapat mengindikasikan
minum obat bersamaan kebutuhan akan perubahan
dengan waktu makan dalam dosis / obat pilihan
jika memungkinkan yang lain.
4. Diskusikan mengenai 5. Kebutuhan terapeutik dapat
efek samping secara berubah dan atau efek
khusus seperti samping obat yang serius
mengantuk, heperaktif, dapat terjadi
gangguan tidur, mual / 6. Ganggaun kadar hormonal
muntah yang terjadi selama
5. Tekankan perlunya kehamilan dapat
untuk melakukan meningkatkan resiko kejang
evaluasi yang teratur / 7. Meningkatkan perasan sehat
melakukan pemeriksaan dan mneingkatkan
laboratorium yang kemampuan koping yang
teratur sesaui indikasi baik
6. Bicarakan kembali 8. Menurunkan resiko infeksi
kemungkinan efek dari mulut dan hyperplasia dari
perubahan homone gusi
7. Diskusikan manfaat
kesehatan umum yang
baik seperti diit yang
adekuat
8. Tinjau kembali
pentingnya kebersihan
mulut dan perawatan
gigi yang teratur
5. V Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
a. Anjurkan orang tua untuk
pemenuhan keperawatan selama 1 x 8
memberikan anak makan
kebutuhan nutrisi jam diharapkan kebutuhan
dalam keadaan hangat
kurang dari nutrisi klien terpenuhi
b. Anjurkan orang tua untuk
kebutuhan tubuh dengan Kriteria hasil :
memberikan anak makan
berhubungan a. Klien tidak lemah dan
porsi kecil tapi sering
dengan letih c. Kaji makan yang disukai
b. Klien tidak mual dan
Anoreksia, mual klien
muntah d. Monitor makan yang
muntah.
c. Diet yang disediakan
dihabiskan setiap makan
habis e. Timbang BB Klien
f. Jelaskan pada orang tua
pentingnya nutrisi untuk
pemulihan kesehatan
Kolaborasi :
a. Kolaborasikan pada ahli gizi
tentang nutrisi anak

DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.

Jakarta : EGC.
Sacharin Rosa M. (2006). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa :

Maulanny R.F. Jakarta : EGC.

Ngastiyah.( 2007 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC

Lumbantobing,SM. (2000). Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak.

Jakarta : FKUI.

Sachann, M Rossa. (2006). Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Suriadi, dkk, (2011). Askep Pada Anak. Jakarta. Pt Fajar Interpratama.

Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2000). Buku Kuliah Dua Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta.

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.

Hidayat, aziz alimun. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :

Salemba.

Lynda Juall C. (2009). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,

Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta.

Marilyn E. Doenges. (2003). Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah Kariasa

I Made. EGC. Jakarta.

Anonym. Penggunaan Zink Sebagai Bagian dari Penatalaksaan Diare. 2009 ;

Artikel kesehatan , Palembang.

Anda mungkin juga menyukai