A. KONSEP TEORI
a. DEFINISI KEJANG DEMAM
Kejang (Konvulsi) di definisikan sebagai gangguan fungsi otak tanpa sengaja
paroksimal yang nampak sebagai gangguan atau kehilangan kesadaran, aktivitas
motorik abnormal, kelainan perilaku, gangguan sensoris, atau disfungsi autonom
(Beherman dkk edisisi 15, )
Kejang demam adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak yang
berumur di bawah 5 tahun pernah menderitanya (Millichap, 1968) (Staf pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, 2002).
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat
sementara (Hudak and Gallo,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38 c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak
usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia
yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M.
Wikson, 1995).
http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_2591.html
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang
disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk
diagnosa kejang demam adalah 380C atau lebih (Soetomenggolo, 1989; Lumbantobing,
1995). Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak
yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari
substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari luar otak
(Freeman, 1980). http://doctorology.net/?p=9
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak
mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi
pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku,
kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas
akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak
akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
http://kedokteran.ums.ac.id/kejang-demam.html
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak
dibawah lima tahun.
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
1. Kejang demam kompleks
Diagnosisnya :
1
2
3
4
5
6
7
B. ETIOLOGI
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan
demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan
kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut (cairan telinga
yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak akan
menyebabkan kejang demam), pneumonia (Setengah dari kejadian pneumonia
diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil
diidentifikasi. Meski virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian
atas-terutama pada anak-anak- gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian
besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila
infeksi terjadi bersamaan dengan virus influensa, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian, Virus yang menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak
terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan. Gejala Pneumonia oleh virus sama saja dengan
influensa, yaitu demam, batuk kering sakit kepala, ngilu diseluruh tubuh. Dan letih lesu,
selama 12 / 136 jam, napas menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah
lendir. Demam tinggi kadang membuat bibir menjadi biru), gastroenteritis akut, exantema
subitum (Penyakit eksantema virus yang sering menyerang bayi (infants) dan anak-anak
(young children). Ditandai dengan demam tinggi yang mendadak dan sakit tenggorokan
ringan. Beberapa hari kemudian terdapat suatu faint pinkish rash yng berlangsung selama
beberapa jam hingga beberapa hari. salah satu komplikasinya adalah kejang demam,
bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987; Soetomenggolo, 1989).
Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis,
forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat
menyebabkan kejang demam.
Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :
1
Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara
lain:
1
2
3
4
5
Perbedaan kejang demam dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai demam.
Epilepsi merupakan faktor bawaan yang disebabkan karena gangguan keseimbangan
kimiawi sel-sel otak yang mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba.
Penderita epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah
terhadap cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka
ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan,
sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.
C. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan menyebabkan kenaikan metabolisme
basal (jumlah minimal energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi vital
tubuh) sebanyak 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada anak balita aliran
darah ke otak mencapai 65% dari aliran darah ke seluruh tubuh, sedangkan pada orang
dewasa aliran darah ke otak hanya 15%. Jadi, pada balita dengan kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran sel
neuron tadi, sehingga mengakibatkan terjadinya pelepasan muatan listrik. Besarnya
muatan listrik yang terlepas sehingga dapat meluas/menyebar ke seluruh sel maupun ke
membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter. Akibatnya
terjadi kekakuan otot sehingga terjadi kejang.
Neurotransmitter
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan
air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh
ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial
membran sel neuron disebabkan oleh :
1
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah,
kejang telah terjadi pada suhu 380C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 400C.
d. Pathway
parsial
sederhana
Resiko
injury
umum
kompleks
absens
mioklonik
Kesadaran
Gg peredaran
darah
Reflek
menelan
hipoksi
aspirasi
Tonik
klonik
atonik
Aktivitas otot
Metabolisme
Permeabilitas
kapiler
Keb. O2
Sel neuron
otak rusak
asfiksia
Suhu tubuh
makin
meningkat
h. MANIFESTASI KLINIK
Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setipa kejang sama.
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
d. Kejang atonik
Livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
1
Kriteria livingston tersebut setelah dimodifikasi dipakai sebagai sebuah pedoman untuk
membuat diagnosa kejang demam sederhana yaitu:
1
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukan kelainan
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
modifikasi Livingston di atas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam,
kejang ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang,
sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
d. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1). Pemeriksaan laboratorium
Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalam otak
Uji laboratorium
Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah
2). Pemeriksaan penunjang (fisik)
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik,
pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :
1
Bisa dilihat dari manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal
yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya
kelainan struktur otak.
Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang
disebabkan oleh trauma. Ubun ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh
pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran
menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior
yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang
mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
f. DIAGNOSA BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan
apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat (otak). Kelainan di
dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lainlain.oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan
organis di otak.
Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam
sederhan atau epilepsi yang dprovokasi oleh demam.
Tabel Diagnosa Banding
No
Kriteri Banding
1.
Demam
2.
Kelainan Otak
3.
Kejang berulang
Kejang
Demam
Pencetusnya
demam
(-)
(-)
Epilepsi
Tidak berkaitan
dengan demam
(+)
(+)
Meningitis
Ensefalitis
Salah satu
gejalanya demam
(+)
(+)
4.
Penurunan kesadaran
(-)
(-)
(+)
Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak
sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 %
s/d 0,74 %.
Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan
pertama dari serangan pertama.
Epilepsi
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang
diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang
anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami
serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau
tidak sama sekali faktor di atas.
Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari
setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal
yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid,
sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami
hemiparese sesudah kejang lama.
Retardasi Mental
Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang
kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau
kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti
dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental
adalah 5x lebih besar.
Pengobatan penunjang
Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg)
< 1 tahun
12 mg
2.55 mg
15 tahun
3 mg
7.5 mg
510 tahun
5 mg
10 mg
> 10 years
510 mg
1015 mg
Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus,
0,5 mg/kg per rektal
Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20
mg/kg per infus dalam 30 menit.
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.
Sebagai orang tua jika mengetahui seorang kejang demam, tindakan yang perlu kita
lakukan secepat mungkin adalah semua pakaian yang ketat dibuka. Kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas
yang bebas agar oksigenasi terjamin. Dan bisa juga diberikan sesuatu benda yang bisa
digigit seperti kain, sendok balut kain yang berguna mencegah tergigitnya lidah atau
tertutupnya jalan nafas. Bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres dengan
es/alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas/antipiretik
Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan di rumah, tanda vital seperti suhu, tekanan
darah, pernafasan dan denyut jantung diawasi secara ketat. Bila suhu penderita tinggi
dilakukan dengan kompres es atau alkohol. Bila penderita dalam keadaan kejang obat
pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara per rectal, disamping cara pemberian
yang mudah, sederhana dan efektif telah dibuktikan keampuhannya (Lumbantobing, SM,
1995). Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya.
Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg diberikan 5 mg dan
berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/KgBB. Kemasan terdiri
atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat
diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama.
Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis
20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason
diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim
penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi
atas dua bagian, yaitu:
1
Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang
demam sederhana diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang
harus diberikan kepada anak yang bila menderita demam lagi. Anti konvulsan
yang diberikan ialah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang
mempunyai efek samping paling sedikit dibandingkan dengan obat anti
konvulsan lainnya.
Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka
panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur
dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.
2).
3).
Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat
berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang
memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini
dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi.
Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan
jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.
Pengobatan Akut
Turunkan panas
Suportif
Tidurkan penderita pada posisi terlentang, hindari dari trauma. Cegah trauma
pada bibir dan lidah dengan pemberian spatel lidah atau sapu tangan diantara gigi
Segera
turunkan
suhu
badan
dengan
pemberian
(asetaminofen/parasetamol) atau dapat diberikan kompres es
Cari penyebab kenaikan suhu badan dan berikan antibiotic yang sesuai
antipiretika
Suhu
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah
Tekanan nadi
Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
Ukuran
Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
Iritabilitas
5. Afek
Alam perasaan
Labilitas
6. Aktivitas kejang
Jenis
Lamanya
7. Fungsi sensoris
8. Refleks
Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
Kemampuan membaca
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1)
2)
3)
4)
5)
3. Intervensi
Diagnosa 1
Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot
Tujuan
Cidera/trauma tidak terjadi
Kriteria hasil
Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan
keamanan lingkungan
INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji dengan keluarga berbagai stimulus
pencetus kejang.
RASIONAL
1. Demam, berbagai obat dan stimulasi lain
(spt kurang tidur, lampu yang terlalu
terang) dapat meningkatkan aktivitas otak,
Diagnosa 2
Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular
Tujuan
Inefektifitasnya bersihan jalan napas
Kriteria hasil
Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR
dalam batas normal
INTERVENSI
Mandiri
1
RASIONAL
1.. tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien, posisi
fowler/semifowler dapat meningkatkan
ekspansi dada maksimal, membuat
mudah bernapas sehingga meningkatkan
kenyamanan.
2. mencegah terjadinya penumpukan lendir,
Evaluasi
Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
Diagnosa 3
Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
Tujuan
Aktivitas kejang tidak berulang
Kriteria hasil
Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal
INTERVENSI
1. Kaji factor pencetus kejang.
2. Libatkan keluarga dalam pemberian
tindakan pada klien.
3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Lindungi anak dari trauma.
RASIONAL
1. mencegah terjadinya peningkatan aktifitas
otak
yang
selanjutnya
dapat
meningkatkan risiko terjadinya kejang
2. keterlibatan keluarga sangat berarti dalam
proses penyembuhan pasien anak dan
mempererat hubungan psikologis anak
dengan orang tua .
5. Berikan kompres dingin pada daerah dahi 3. tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
dan ketiak.
4. mencegah terjadinya cedera pasca kejang
5. kompres dingin dapat atau akan
menurunkan suhu tubuh
Evaluasi
Aktivitas kejang tidak berulang
Diagnosa 4
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
Tujuan
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Kriteria hasil
Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien teratasi
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam, keluarga klien tidak
bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi
Pengetahuan keluarga meningkat
REPERENSI
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak,
jakarta; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Behrman, Kliegman, arvin, Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol.3 ed.15, jakarta; EGC
NAMA
: PATIMAH