Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh.Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39C.
Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada
pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan
dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan cairan
tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang(Alves
&Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009). Hipertermi berat (suhu lebih dari
41C) dapat juga menyebabkan hipotensi,kegagalan organ multipel, koagulopati,
dan kerusakan otak yang irreversibel. Dengan demikian hipertermi harus diatasi
dengan teknik yang tepat.
Perawat berperan penting untuk mengatasi hipertermia melalui peran
mandiri maupun kolaborasi.Untuk peran mandiri perawat dalam mengatasi
hipertermia bisa dengan melakukan kompres (Alves & Almeida,2008,dalam
Setiawati,2009). Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan
suhu tubuh seseorang mengalami demam.
B. Tujuan
a. Mengetahui definisi Hipertermi
b. Mengetahui Klasifikasi dari Hipertermi
c. Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi Hipertermi
d. Mengetahui Pengkajian fokus Hipertermi
e. Mengetahui diagnosa keperawatan Hipertermi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
a. Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau
berisiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus
lebih tinggi dari 370C (peroral) atau 38.80C (perrektal) karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal (Linda Juall
Corpenito)
b. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(NANDA International 2009-2011)
c. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih besar dari
jangkauan normal(Doenges Marilynn E. Suhu tubuh dapat diukur melalui
rektal,oral atau aksila,dengan perbedaan kurang lebih 0,5-0,600C, serta
suhu rektal biasanya lebih tinggi ( Andreoli, et al,1993 ).

B. Klasifikasi Hipertermia
1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan
secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan
kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot
dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.

b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)


Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang
panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik

terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban
lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap
30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan
berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih
jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan
endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain
hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi
adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering
berhubungan dengan hipertermi (merangsang pembentukan pirogen
leukosit).
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan
atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini
merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan
trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada hipertermi karena infeksi biasanya
didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia,
CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan
riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada
24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada13 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa
kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk

menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi
dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu
tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai
dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit
lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf
pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan
pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram.
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi
atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada
anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian
besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan).
Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial
dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya
infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).

C. Etiologi
Hipertermi terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Hipertermi
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990)
hipertermi dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi.
Penyebab hipertermi selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab hipertermi
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,

pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi


pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada hipertermi adalah cara timbul
hipertermi, lama hipertermi, tinggi hipertermi serta keluhan dan gejala lian yang
menyertai hipertermi.
D. Patofisiologi
Hipertermi terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point(Julia, 2000). Hipertermi adalah sebagai
mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) terhadap infeksi atau zat asing yang
masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan
merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen
adalah zat penyebab hipertermi, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen
endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini
akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan hipertermi.
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Hipertermi antara lain :
1. Kulit kemerahan
2. Hangat pada sentuhan
3. Peningkatan frekuensi pernapasan

4. Menggigil
5. Dehidrasi
6. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai hipertermi termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5 C-40C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).
F. Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
a. Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas.
G. Komplikasi
1. Dehidrasi : hipertermi penguapan cairan tubuh
2. Pusing

H. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul hipertermi, sifat hipertermi,
gejala lain yang menyertai hipertermi (misalnya: mual, muntah, nafsu
makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integumen
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress

h. Pola nilai dan keyakinan


i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG

DAFTAR PUSTAKA
Nanda International.2009-2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta.EGC
Mubarak, Wahit chayatin, N. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori &
Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3.
Salemba:Medika.
https://mryahya.wordpress.com/hipertermia/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/162/jtptunimus-gdl-intandewim-8084-1-babi.pdf

Anda mungkin juga menyukai