Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEJANG DEMAM
DI PUSKESMAS KARANG TALIWANG

OLEH :

NAMA : LIS MULIATI


NIM : 051 STYJ20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PEROGRAM STUDI JENJANG SI KEPERAWATAN

MATARAM

2021
I. KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang
tinggi suhu badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial
anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang tanpa demam tidak
digolongkan sebagai penderita kejang demam, serangan kejang dapat
terjadi satu kali, dua kali, tiga kali, atau lebih sekama satu episode demam
(Syilfia, 2015).
Kejang demam merupakan serangan kejang yang terjadi akibat
kenaikan suhu tubuh suhu rektal diatas 38°C (Riyadi dan Sujono, 2009
dalam Caring Nursing Journal 2017).

B. Etiologi Kejang Demam


Menurut Lestari (2016) Hingga kini belum diketahui dengan pasti
demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, pneumonia,
gastroentitis, dan infeksi saluran kemih. Menurut Riyadi (2013) dalam
Caring Nursing Journal (2017), Kondisi yang menyebabkan terjadinya
kejang demam yaitu infeksi ektrakranial seperti tonsilitis, faringitis, otitis
media akut, bronkitis.

C. Klasifikasi Kejang Demam


Menurut Nurrarif dan Kusuma (2013) Kejang demam di
klasifikasikan menjadi dua Kejang Demam sederhana dan Kejang
Demam Kompleks:
1. Kejang demam sederhana yaitu demam disertai kejang yang
berlangsung singkat < 10 menit dan tidak berulang dalam waktu 24
jam
2. Kejang Demam Kompleks yaitu demam disertai kejang yang
berlangsung > 15 menit dan berulang 2 kali atau lebih, dalam 24
jam

D. Manifetasi Klinis Kejang Demam


Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,serangan
klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri.Begitu
kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak
tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf. Adapula kejang yang
berlangsung lama dan mungkin terjadi kerusakan sel saraf yang
menetap (Lestari 2016)
Tanda dan gejala anak mengalami kejang demam antara lain:
a. Kenaikan suhu tubuh > 380C
b. Kehilangan kesadaran atau pingsan
c. Tubuh, Kaki, dan tangan menjadi kaku
d. Biasanya kepala anak terkulai kebelakang
e. Disusul dengan gerakan kejut / kejang
f. Gigi terkatup
g. Kadang disertai muntah
h. Nafas tak terkontrol atau berhenti beberapa saat

E. Patiofisiologi Kejang Demam


Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular


b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
F. Pathway

Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll

Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh

HIPERTERMI

Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan prostaglandin

Merangsang peningkatan potensi aksi pada neuron

Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+


secara cepat dari luar sel menuju ke dalam sel

Meningkatkan fase depolarisasi neuron


dengan cepat

KEJANG
Spasme otot Spasme Bronkus
ekstermitas
Penurunan kesadaran

Kekakuan otot
Resiko Tinggi pernafas
Cedera

Pola Nafas Tidak


Efektif

Sumber : Nurrarif dan Kusuma (2013)


G. Komplikasi Kejang Demam
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama
biasanya terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal
yang terjadi. Mula-mula kelumpuhan bersifat flasid tetapi setelah 2
minggu timbul spasisitas. Kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi. Ada
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a. Pneumonia
b. Asfiksia
c. Retardasi mental

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektro encephalograft (EEG)


Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik.
EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari.
Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang
demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan
dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi
yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus
dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
a.  Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200
mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c.  Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal   : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5.  Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi
6. Tansiluminasi    : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
untuk transiluminasi kepala.

I. Penaktalaksanaan Medis
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam
yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah
20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal
hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga
gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. 
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam
dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk
profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 –
0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1.  Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat
Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan
dan atau penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing
riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal  selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat
peningkatan sekresi mulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
b. Integritas Ego
1) Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau
respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase
area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
5) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat
konvulsif
f. Kenyamanan
Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
Perubahan pada tonus otot
Tingkah laku distraksi atau gelisah 
g. Keamanan
Trauma pada jaringan lunak
Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot
pernafasan
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas
C. Rencana Keperawatan

N Dx Tujuan dan kriteria Rencana


o hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh sesering
berhubung asuhan keperawatan mungkin
an dengan selama 2x24 jam 2. Monitor warna kulit
proses diharapkan tidak 3. Monitor tekanan darah, nadi
infeksi terjadi hipertermi atau dan RR
peningkatan suhu 4. Monitor penurunan tingkat
tubuh dengan kriteria kesadaran
hasil: 5. Tingkatkan sirkulasi udara
a. Suhu tubuh dalam dengan membatasi pengunjung
rentan normal 6. Berikan cairan dan elektrolit
(36,5-37oC) sesuai kebutuhan
b. Nadi dalam rentan 7. Menganjurkan menggunakan
normal 80- pakaian yang tipis dan
120x/menit menyerap keringat
c. RR dalam rentan 8. Berikan edukasi pada keluarga
normal 18- tentang kompres hangat
24x/menit dilanjutkan dengan kompres
d. Tidak ada dingin saat anak demam
perubahan warna 9. Kolaborasi dengan dokter
kulit dan tidak ada dalam pemberian obat penurun
pusing. panas
2. Pola nafas Setelah diberikan 1. Monitor frekuensi nafas
tidak asuhan keperawatan 2. Auskultasi suara nafas
efektif selama 2x24 jam 3. Atur posisi pasien untuk
berhubung diharapkan pola nafas mengoptimalkan ventilasi
an dengan kembali efektif 4. Monitor warna kulit
kekakuan dengan kriteria hasil: 5. Monitor tekanan darah dan
otot a. RR dalam batas nadi
pernafasan normal 18- 6. Berikan Edukasi keluarga
24x/menit tentang hal yang dapat memicu
b. Menunjukkan jalan serangan kejang
nafas yang paten 7. Kolaborasi dengan dokter
c. Tidak ada sianosis dalam pemasangan
d. Tanda-tanda vital bronkodilator atau pemberian
dalam rentan oksigen.
normal
3. Resiko Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang
tinggi tindakan keperawatan aman untuk pasien
cedra selama 2x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan dan
berhubung diharapkan masalah keamanan pasien
an dengan tidak menjadi aktual 3. Menghindarkan
spasme dengan kriteria hasil: lingkungan yang
otot a. Tidak terjadi berbahaya
ekstermita kejang 4. Memasang side rail tempat
s b. Tidak terjadi tidur
cedra 5. Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan penerangan
yang cukup
8. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
10. Edukasi tentang penyakit
kepada keluarga.

D. Implementasi

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik (Nursalam, 2001).

E. Evaluasi
Hal hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan
berfokus pada criteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan
pedoman pembuatan SOAP, atau SOAPIE pada masalah yang tidak
terselesaikan atau teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, Diyan (2011). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta Ar-Ruzz


Media
Fida & maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta: Medica
Nurarif dan Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan berdasarkan SLKI,SDKI,SIKI.
Jogjakarta: Media action
Ngastiyah. (2014). Buku Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Rampengan,N.H (2013). Ilmu penyakit Anak. Sari pediatri. Jakarta : ECG
Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1
Sylvia., M, Lorraine. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vo 2 Konsep Klinis Proses-.
Proses Penyakit. Jakarta : EGC. Appley, A.G & Somon.
Titik Lestari, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai