PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prabumulih adalah rumah sakit
satu-satunya milik Pemda Kota Prabumulih dan sebagai rujukan tingkat
pertama. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 23
tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005 dan Peraturan RI Nomor 61 tahun
2007 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dinyatakan Rumah Sakit yang merupakan satuan kerja
pemerintah dibidang pelayanan kesehatan / pelayanan publik, dapat
menerapakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK BLUD), dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut maka RSUD
Kota Prabumulih mengajukan perubahan status menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) secara bertahap.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan judul karya tulis diatas maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada An.
L dengan kejang demam kompleks di ruangan Pediatrik RSUD Kota
Prabumulih ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kejang demam di ruang pediatrik RSUD Kota Prabumulih.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada pasien dengan kejang
demam di ruangan pediatrik RSUD Kota Prabumulih.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien
dengan kejang demam di ruangan pediatrik RSUD Kota Prabumulih.
D. Manfaat
1. Bagi profesi
Agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam, sehingga
dapat dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
pasien dengan kejang demam.
2. Bagi Pembaca
Memberikan pengertian / pengetahuan dan pengambilan keputusan yang
tepat kepada pembaca. Khususnya perawat dalam menyikapi dan mengatasi jika
ada pasien kejang demam.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien dengan kejang demam.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Konsep Teori
A. Pengertian
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(Widagno,2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi
akibatdari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.
B. Penyebab
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya :
a. Faktor-faktor perinatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
C. Tanda dan Gejala
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
D. Web of Cautation
E. Diagnosa medis.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap an. L didapatkan
diagnosa medis keperawatan yaitu kejang demam komplikasi
F. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor
yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam
keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan utama yang
diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan,
kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit
7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis
rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg
pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang
lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit,
bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama
juga melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua
masih kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama
juga akan tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan
kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping
dari pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan
pusat pernapasan.
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang
seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat
badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang
diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion
karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat
pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh
dilupakan pengobatan penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka,
posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi
lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin
kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan
darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk
cairan intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk
kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah
klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan
kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1
ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3) Memberikan pengobatan rumat Setelah kejang diatasi harus disusul
pengobatan rumat. Daya kerja diazepan sangat singkat yaitu
berkisar /antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu
harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama.
Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien.
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis
intermiten dan pengobatan profilaksis jangka panjang.
4) Mencari dan mengobati penyebab Penyebab kejang demam
sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi oleh demam biasanya
adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk
pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak
misalnya meningitis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a) Pengobatan fase akut
a. Airway
- Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik.
- Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
- berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b. Breathing
- Isap lendir sampai bersih
c. Circulation
- Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
- Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
( berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar). Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera
berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian obat
penenang.
2) Pencegahan kejang berulang
a. Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
dapat diulang dengan dengan dosis dan cara yang sama.
b. Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatan rumat.
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI.
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Riyadi & Sukarmin (2013) terdapat 3 pengkajian
yang harus di lakukan, antara lain:
1) Riwayat Pengkajian
Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya
demam yang di alami oleh anak (suhu rektal di atas 38ºC). Demam ini
dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial
seperti tonsilitis, faringitis. Sebelum serangan kejang pada pengkajian
status kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa.Anak
masih menjalani aktivitas seharihari seperti biasanya.
2) Pengkajian Fungsional
Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan adalah terjadi
penurunan kesadaran anak dengan tiba-tiba sehingga kalau di buktikan
dengan tes GCS skor yang di hasilkan berkisar antara 5 sampai 10 dengan
tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen atau mungkin dapat koma.
Kemungkinan ada gangguan jalan nafas yang di buktikan dengan
peningkatan frekwensi pernapasan >30 x/menit dengan irama cepat dan
dangkal, lidah terlihat menekuk menutup faring. Pada kebutuhan rasa
aman dan nyaman anak mengalami gangguan kenyamanan akibat
hipertermi, sedangkan keamanan terjadi ancaman karena anak mengalami
kehilangan kesadaran yang tiba-tiba beresiko terjadinya cidera secara fisik
maupun fisiologis. Untuk pengkajian pola kebutuhan atau fungsi yang lain
kemungkinan belum terjadi gangguan kalau ada mungkin sebatas ancaman
seperti penurunan personal hygiene, aktivitas, intake nutrisi.
3) Pengkajian Tumbuh Kembang Anak Secara umum kejang demam tidak
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.Ini di pahami dengan
catatan kejang yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih
dalam batasan yang dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun tidak lebih
dari 4 kali) atau penyakit yang melatarbelakangi timbulnya kejang seperti
tonsilitis, faringitis, segera dapat di atasi.Kalau kondisi tersebut tidak
terjadi anak dapat mudah mengalami keterlambatan pertumbuhan misalnya
berat badan yang kurang karena ketidak cukupan nutrisi sebagai dampak
anoreksia, tinggi badan yang kurang dari umur semestinya sebagai akibat
penurunan asupan mineral.Selain gangguan pertumbuhan sebagai dampak
kondisi atas anak juga dapat mengalami gangguan perkembangan seperti
penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya penyakit sehingga
anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau di sekolah, tidak
mau berinteraksi dengan teman sebaya.Saat dirawat.di rumah sakit anak
terlihat pendiam, sulit berinteraksi dengan orang yang ada di sekitar,
jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan
perkembangan yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar
(meloncat, berlari).
a) Pengumpulan Data
(1) Biodata/ Identitas Biodata anak mencakup nama, umur, jenis
kelamin. Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui
status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
(2) Riwayat Penyakit Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa
kejang seperti:
i. Gerakan kejang anak
ii. Terdapat demam sebelum kejang
iii. Lama bangkitan kejang
iv. Pola serangan
v. Frekuensi serangan
vi. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
vii. Riwayat penyakit sekarang
viii. Riwayat Penyakit Dahulu
(3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil.Riwayat trauma,
perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan
maupun jamu selama hamil.Riwayat persalinan ditanyakan apakah
sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep atau vakum),
perdarahan ante partum, asfiksi dan lainlain.Keadaan selama
neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan
kejang-kejang.
(4) Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.Pada
umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya
adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
(5) Riwayat Perkembangan.
i. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial),
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya..
ii. Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat,
misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
iii. Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.
iv. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
(6) Riwayat kesehatan keluarga.
i. Anggota keluarga menderita kejang
ii. Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf.
iii. Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare
atau penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan
terjadinya kejang demam.
(7) Riwayat sosial
i. Perilaku anak dan keadaan emosional
ii. Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya.
(8) Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan.
i. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehatGaya hidup yang
berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan serta kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis.
ii. Pola nutrisi asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan
kuantitas makanan, makanan yang disukai, selera makan, dan
pemasukan cairan.
iii. Pola Eliminasi
(a) BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau, dan nyeri
(b) BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan
iv. Pola aktivitas dan latihan Kesenangan anak dalam bermain,
aktivitas yang disukai, dan lama berkumpul dengan keluarga.
v. Pola tidur atau istirahat Lama jam tidur, kebiasaan tidur, dan
kebiasaan tidur siang.
b ) Data Obyektif .
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital.
(a) Suhu Tubuh.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila, dan oral
yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang
dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosis dini suatu
penyakit.
(b) Denyut Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan dalam
posisi tidur atau istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan
pemeriksaan denyut jantung.
(c) Tekanan Darah
Dalam melakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi atau keadaan seperti tidur, duduk, dan
berbaring. Sebab posisi akan mempengaruhi hasil penilaian
tekanan darah.
2) Pemeriksaan fisik
(a) Pemeriksaan kepala Keadaan ubun-ubun dan tanda kenaikan
intrakranial.
(b) Pemeriksaan rambut Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta
katakteristik lain rambut.Pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung
dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
(c) Pemeriksaan wajah Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah,
sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa sehingga
wajah tertarik ke sisi sehat, tanda rhesus sardonicus, opistotonus, dan
trimus, serta gangguan nervus cranial.
(d) Pemeriksaan mata Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk
itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
(e) Pemeriksaan telinga Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di
daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
(f) Pemeriksaan hidung Pernapasan cuping hidung, polip yang
menyumbat jalan nafas, serta secret yang keluar dan konsistensinya.
(g) Pemeriksaan mulut Tanda-tanda cyanosis, keadaan lidah, stomatitis,
gigi yang tumbuh, dan karies gigi.
(h) Pemeriksaan tenggorokan Tanda peradangan tonsil, tanda infeksi
faring, cairan eksudat.
(i) Pemeriksaan leher Tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran vena jugularis.
(j) Pemeriksaan Thorax Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi,
adakah intercostale pada auskultasi, adakah suara tambahan.
(k) Pemeriksaan Jantung Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung,
serta irama jantung, adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi atau
tachycardia.
(l) Pemeriksaan Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan
otot pada abdomen, bagaimana turgor kulit, peristaltik usus, adakah
tanda meteorismus, adakah pembesaran lien dan hepar.
(m) Pemeriksaan Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan
maupun warnanya, apakah terdapat edema, hemangioma, bagaimana
keadaan turgor kulit.
(n) Pemeriksaan Ekstremitas Apakah terdapat oedema, atau paralise,
terutama setelah terjadi kejang. Bagaimana suhu pada daerah akral.
(o) Pemeriksaan Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang
keluar dari vagina, adakah tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
2. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang mampu mengingat.
3. Risiko cedera berhubungan dengan kejang.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
MANAJEMEN DEMAM
Observasi
- Monitor tanda-tanda Vital
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor komplikasi akibat
demam (mis. Kejang,
penurunan kesadaran,
kadar elektrolit
abnormal,ketidakseimbang
an asam basa,aritmia)
Terapeutik
- Tutupi badan dengan
selimut/pakaian yang tepat
- Lakukan tepid sponge, jika
perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan memperbanyak
minum
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrollit
intravena, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu.
MANAJEMEN KEJANG
Observasi
- monitor terjadinya kejang
berulang
- monitor karakteristik
kejang
- monitor status neurologis
- monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
- baringkan pasien agar
tidak terjatuh
- berikan alas empuk
dibawah kepala
- pertahankan kepatenan
jalan napas
- longgarkan pakaian,
terutama bagian leher
- damping selama periode
kejang
- jauhkan benda-benda
berbahaya terutama benda
tajam
- catat durasi kejang
- reorientasikan setelah
periode kejang
- dokumentasikan periode
kejang
- pasang akses IV, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan keluarga
menghindari memasukkan
apapun kedalam mulut
pasien saat periode kejang
- Anjurkan keluarga tidak
mengguakan kekerasan
untuk menahan gerakan
pasien.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antikonvulsan, jika perlu
2. Pola nafas dalam tidak Setelah dilakukan PEMANTAUAN RESPIRASI
efektif berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan hambatan upaya selama 3x 24 jam. - Monitor frekuensi, irama,
nafas. Diharapkan pola nafas kedalaman dan upaya
membaik dengan napas
Data Mayor kriteria hasil : - Monitor pola napas
Data Subjektif : - Dyspnea (seperti
Dyspnea berkurang . bradipnea,takipnea,hiperve
- Pernapasan ntilasi, kussmaul, Cheyne-
Data Objektif : membaik Stokes, Biot, ataksik)
1. Penggunaan otot - Pola nafas - Monitor kemampuan
bantu normal. batuk efektif
pernapasan - Monitor adanya produksi
2. Fase ekspirasi sputum
memanjang - Monitor adanya sumbatan
3. Pola napas jalan nafas
abnormal (mis. - Palpasi kesimetrisan
Takipnea, ekspansi paru
bradipnea, - Auskultasi bunyi napas
hiperventilasi, - Monitor saturasi oksigen
kussmaul, - Monitor nilai AGD
cheyne-stokes) - Monitor hasil x-ray toraks
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Terapeutik :
- Meminimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang.
- Berikan posisi semi
fowler.
- Hindari maneuver valsava.
- Cegah terjadinya kejang.
- Hindari penggunaan
PEEP.
- Hindari penggunaan cairan
IV hipotonik.
- Atur ventilator agar
PaCO2 optimal.
- Pertahankan suhu tubuh
normal.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian anti
konvulsan, jika perlu.
- Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
1. BIODATA
A. Identitas klien
1) Nama : Lutfa Afiya
2) Tempat tanggal lahir/ usia : Muara dua, 21 Oktober 2020
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : Belum sekolah
6) Alamat : Muara dua
7) Tanggal masuk : 4 Juli 2021
8) Tanggal pengkajian : 5 Juli 2021
9) Diagnosa medis : Kejang Demam Kompleks
B. Identitas orang tua/wali
1) Ayah / wali
a. Nama : Asep Suarman
b. Usia : 28 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Buruh Harian
e. Alamat : Muara dua
f. Agama : Islam
2) Ibu / wali
a. Nama : Endang Rusmiati
b. Usia : 31 tahun
c. Pendidikan : SD
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Alamat : Muara dua
f. Agama : Islam
3) Identitas saudara kandung
No Nama Usia Hubungan Status kesehatan
1. Muhammad Rizki 9 tahun Saudara kandung Sehat
Aditia
2. Nur Lutfika Safitri 2 tahun Saudara kandung Sehat
2.
3. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : kejang
2) Riwayat keluhan sekarang : orang tua pasien mengatakan anaknya
demam dan diiringi oleh kejang saat dirumah. Saat dibawa ke
rumah sakit anak sudah tidak kejang tetapi masih demam tinggi
setelah mendapatkan perawatan demam masih naik turun.
3) Riwayat penyakit keluarga : keluarga tidak memiliki riwayat
penyakit.
D. Riwayat imunisasi
No Jenis imunisasi Waktu frekuensi Reaksi setelah
pemberian pemberian
1 BCG 2 bulan 1x -
2 DPT ( I,II,III ) 2 - 4 bulan 3x -
3 Polio (I,II,III,IV ) 1–4 4x -
bulan
4 Campak - - -
5 Hepatitis 1bulan 1x -
Pola pemberian nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis nutrisi Lama pemberian
0–6 ASI Eklusif 9 bulan
bulan
7–9 MPASI (Biskuit, nasi dan 3 bulan
bulan sayur lembut)
G. Riwayat psikososial
1) Anak tinggal bersama : Orang tua
2) Lingkungan berada di : Muara dua
3) Hubungan antar anggota keluarga : Baik
4) Pengasuh anak : Orang tua
H. Riwayat spiritual
1) Support system dalam keluarga : baik, keluarga mengsupport orang
tua pasien
2) Kegiatan keagamaan : orang tua pasien melakukan sholat 5 waktu
dan membaca Al-Qur’an
I. Pengkajian saat ini
1) Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Porsi makan 1 mangkuk kecil 1 mangkuk kecil
(kurang lebih 6 (kurang lebih 4
sendok) sendok)
2) Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Kebutuhan cairan 800 ml/hari 800 ml/hari
2. Cara pemberian ASI ASI
3. Perhitungan balance cairan BAK : 5x(sehari) BAK : 7x (sehari)
( saat sakit )
4) Istirahat tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1) Jam tidur
- Siang 2,5 jam 2,5 jam
- Malam 11 jam 11 jam
2) Pola tidur Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
3) Kebiasaan sebelum tidur Menyusu Menyusu
4) Kesulitan tidur - -
5) Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1) Mandi 2x sehari 1x sehari
2) Gosok gigi - -
Pemeriksaan lain :
Tidak ada
18) Program pengobatan yang sedang dan akan dijalankan
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Ibu mengatakan Infeksi bakteri,virus dan Hipertermia
anaknya demam tinggi parasite berhubungan dengan
DO : ↓ proses penyakit
HR : 100x/menit Reaksi inflamasi
RR : 24x/menit ↓
T : 39.4℃
Proses demam
Hasil laboratorium tanggal 5-
↓
7-2021 :
- Leukosit : 25.800 /uL Peningkatan suhu tubuh
(6.000-17.500 /uL) ↓
- Hemoglobin : 10.2 g/dL
(10.7-13.1 g/dL ) Hipertemia
- Hematokrit : 31.3 (35.0-
43.0)
- MCV : 72.8 fL (74.0-106.0
fL)
- MCHC : 32.6 g/L (28.0-
32.0 g/L)
- Trombosit : 601.000/ul
- (150.000-450.000/ul)
- Eosinofil : 1 (2-4)
- Neutrofil : 61 (30-40)
- Monosit : 10 (2-6)
DS : Ibu mengatakan Perubahan status Defisit pengetahuan
khawatir dengan penyakit kesehatan berhubungan dengan
yang diderita anaknya ↓ kurang terpaparnya
informasi
Kurang terpaparnya
DO : Ibu terlihat sedikit
informasi
khawatir dan bingung
↓
Kurang pengetahuan
DS : Ibu mengatakan anak Resiko cidera
sedang aktif bergerak Perubahan fungsi berhubungan
psikomotor dengan Perubahan
DO : Ibu terlihat tidak fungsi
↓
terkontrol dalam menjaga psikomotor
pasien Resiko cidera
Diagnosa keperawatan ( urutkan berdasarkan prioritas masalah ):
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
3. Resiko cidera berhubungan dengan Perubahan fungsi psikomotor
RENCANA KEPERAWATAN
3 Resiko cidera Setelah dilakukan analisa 1. mengidentifikasi dan mengelola lingkungan fisik
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 untuk meningkatkan keselamatan
dengan Perubahan jam didapatkan kriteria hasil : 2. mengidentifikasi dan menurunkan resiko
fungsi 1. ketegangan otot menurun mengalami bahaya atau kerusakan fisik
psikomotor 2. agitasi menurun 3. identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. Kondisi
3. gangguan mobilitas fisik , fungsi kognitif dan riwayat perilaku )
menurun 4. identifikasi area lingkungan yang berpotensi
4. tekanan darah membaik menyebabkan cidera
5. frekuensi nadi membaik 5. identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
6. frekuensi nafas membaik cidera
7. denyut jantung apical dan 6. monitor perubahan status keselamatan lingkungan
radialis membaik 7. modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
8. pola istirahat / tidur bahaya dan resiko
membaik 8. gunakan perangkat pelindung(mis.pengekang fisik,
relsamping, pintu terkunci, pagar)
9. sediakan pencahayaan yang memadai
10. sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat (mis. Penggunaan telepon,
tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi kamar
mandi )
11. ajarkan individu, keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya lingkungan
12. jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
CATATAN PERKEMBANGAN
Paraf
No
Tanggal/jam Implementasi Evaluasi dan
DX
nama
5 Juli 2021
18.00 WIB 1 1. Melakukan pemeriksaan laboratorium
2. Mengukur suhu tubuh, saturasi oksigen S : Ibu mengatakan demam
(SPO2) , nadi dan pernapasan anaknya naik turun
3. Menyarankan ibu untuk mengistirahatkan O : T : 36.3 ℃
anaknya ditempat tidur RR : 20x/menit
4. Menganjurkan ibu untuk memberi minum air N : 130 x/menit
putih sesering mungkin spo2 : 98 %
5. Melepas pakaian dan mengganti pakaian yang A : intervensi teratasi sebagian
tipis dan menyerap keringat P : intervensi dilanjutkan
6. Memberikan kompres hangat pada area dahi
dan ketiak
7. Anjurkan ibu untuk tirah baring
8. Melakukan pemberian oral dan injeksi yaitu
mengganti cairan IVFD yang telah habis dan
IVFD KN 1B gtt 12x/menit micro
9. Kolaborasi pemberian antibiotic ( injeksi
antibiotic : inj.ceftriaxone 1x400 mg(IV)
10. Kolaborasi pemberian antipiretik
( memberikan obat oral antipiretik :
paracetamol sirup 3x1 cth (oral)
A. Kesimpulan
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang
abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Apabila
kejangnya bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara
berulang-ulang dengan sendirinya.
B. Saran
1. Keluarga Klien
Sebagai penambahan wawasan keluarga tentang terapi kompres tepid sponge
yang di lakukan di rumah saat terjadi demam demi mencegah terjadinya kejang
berulang.
A. Rumah Sakit
Sebagai tambahan intervensi keperawatan pada anak yang mengalami demam
karena pada studi kasus ini menggambarkan keefektifan pemeberian terapi tepid
sponge dengan menejemen cairan dan penanganan demam, pemberian
pengobatan, menejemen lingkungan karena semua itu saling berhubungan untuk
menurunkan suhu tubuh.
DAFTAR PUSTAKA