Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN.C DENGAN DIAGNOSA TUBERKULOSIS PARU


DI RUANG ISOLASI NANAS PEDIATRIK RSUD PRABUMULIH
TAHUN 2021-2022

Disusun oleh:
1. Mayco Alan Sakti
2. Wingki Patriansyah
3. Reni Oktavia
4. Shela Anggela Dany
5. Widiya Rahmawati
6. Dimas Abriantori Yogantara
7. Agdella Wulandari
8. Elvira Eka Agustina

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui

CI Akademik CI Lapangan

Sri Hartati, SKM.,M.M Ns. Elvina Sriyani, S.Kep


NIP.19770224 200701 2003 NIP.19751012 200604 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas


rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “ konsep dan asuhan keperawatan pada kasus TBC”.

Penulisan makalah merupakan salah satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi DIII
Keperawatan Lahat. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami,
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Prabumulih, 21Juni2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................
A. Latar Belakang..............................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................
C. Tujuan............................................................................
D. Manfaat.........................................................................
BAB II KONSEP TEORI.......................................................
A. Definisi..........................................................................
B. Etiologi..........................................................................
C. Manifestasi Klinis..........................................................
D. Pathway.........................................................................
E. Penatalaksanaan.............................................................
BAB III ASKEP......................................................................
A. Pengkajian.....................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..................................................
C. Intervensi Keperawatan.................................................
D. Implementasi Keperawatan...........................................
E. Evaluasi Keperawatan...................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................
A. Kesimpulan...................................................................
B. Saran..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu
atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh,
termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya (Smeltzer&Bare,
2015).Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas atau
kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit TB paru.
Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global, dengan
berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens dan kematian akibat TB paru
telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orangdan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO, 2015).

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO di ruangan Peditrik RSUD
PRABUMULIH tahun 2021.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB Paru di Ruangan
Pediatrik RSUD PRABUMULIH
2. Tujuan Khusus
Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit TB Paru di
Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
a. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB Paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
b. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit TB
paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
c. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB
Paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
d. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO.
b. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Peditrik RSUD
PRABUMULIH.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi
Keperawatan Padang dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB paru
DO
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
e. Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB paru DO.
BAB II
KONSEP TEORI

1. Definisi
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat
menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare, 2015).
Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010).
Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
(1)tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali,
(2)tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri,
2009)
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat paru,
pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan kavitas.

2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan ketika
seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan
menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan
memperbanyak diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,
granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).
Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).

Menurut Smeltzer&Bare (2015).


Individu yang beresiko tinggi untuk tertular virus tuberculosis adalah:
a Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi
kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
c Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;etnik dan ras
minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia
15 sampai 44 tahun).
e Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes, gagal ginjal kronis,
silikosis, penyimpangan gizi).
f Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas yang beresiko
tinggi.

3. Manifestasi Klinis
Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru primer dengan TB
paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala sistematik.
1. Gejala respratorik
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien untuk
meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena TB.
2. Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip
demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa
minggusampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas
D. Pathway
E. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian,
pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis.
Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12
bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu misalnya:
a). Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b). Penghuni rumah tahanan.
3. Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15
tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis,
yakni:
a Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak
dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah
berkontak dengan pasien penyakit paru.
c Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.
d Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila
tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami
konversi, maka pengobatan harus diberikan.
e Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA
positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB
milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif yang
bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat immunosupresif jangka panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
f) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah
maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012.
Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain
mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta
memutuskan mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru,
berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui.
Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
a Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Streptomisin (S).
2. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid (INH).
b Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan Isoniazid.
2. Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid. Untuk
very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z).
c Aktivitas bakteriostatis,obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis
terhadap bakteri tahan asam.
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino
salistik (PAS), dan sikloserine.
2. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan
telah terjadi resistensi sekunder.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI,
2004.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi,
apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping itu, perlu pemahaman
tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTSC). DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri
atas lima komponen, yaitu:
a) Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB paru.
b) Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung,
sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur
dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
c) Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua
bulan pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
d) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. Pencatatan dan
pelaporan yang baku.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-
laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada
pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru
pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum
adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar
paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan
3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan
pada usia<3 tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12
tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana
TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.

2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah

paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.


6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.


7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah
tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat Pernafasan
: biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-
20x/i)
Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari.
Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak
sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya
pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema

i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm

terjadi 48-72 jam).


3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak
jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi
tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru

karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas

pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.


Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub

kutan.

3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.

Obyektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum


hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar didaerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris
(effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga
timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak

berdaya/tak ada harapan.


Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah

tersinggung.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus
dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi
bertahan/sisa
sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,

keletihan otot pernapasan


c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar-kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan


e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
f. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
g. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme

regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

kewaspadaan perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,
infeksi/ kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien dengan TB paru


adalah sebagai berikut:

Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


bersihan jalan napas tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas dengan
berhubungan dengan diharapakan status teknik chin lift atau jaw
mokus dalam jumlah pernafasan : kepatenan thrust sebagai mana mestinya
berlebihan, eksudat b) Posisikan pasien untuk
dalam jalan alveoli, memaksimalkan ventilasi
sekresi bertahan/sisa c) Identifikasi kebutuhan
sekresi aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka
Definisi :
jalan nafas
Ketidakmampuan
d) Lakukan fisioterapi dada
membersihkan sekresi sebagai mana mestinya
atau obstruksi dari e) Buang secret dengan
saluran nafas untuk memotivasi pasien untuk
mempertahankan melakukan batuk atau
bersihan jalan nafas menyedot lender
Batasan karakteristik : f) Instruksikan bagaimana agar
1. Batuk yang tidak bias melakukan
efektif batuk efektif
2. Dyspnea g) Auskultasi suara nafas
3. Gelisah h) Posisikan untuk
4. Kesulitan verbalisasi meringankan sesak nafas
5. Penurunan bunyi jalan nafas dengan
nafas kriteria hasil :
6. Perubahan frekensi a) Frekuensi pernafasan tidak
nafas ada deviasi dari kisaran
7. Perubahan pola nafas normal
8. Sputum dalam b) Irama pernafasan tidak
ada deviasi dari kisaran
normal
c) Kemampuan untuk
mengeluarkan secret tidak
ada deviasi dari kisaran
normal
d) Suara nafas tambahan
tidak ada
e) Dispnea dengan
aktifitas ringan tidak ada
f) Penggunaan otot bantu
pernafasan tidak ada

status pernafasan :
ventilasi dengan
jumlah yang kriteria hasil : Monitor pernafasan
berlebihan a) Frekuensi pernafasan tidak a) Monitor kecepatan, irama,
9. Suara nafas tambahan ada deviasi dari kisaran kedalaman dan kesulitan
normal bernafas
Faktor yang berhubungan b) Irama pernafasan tidak b) Catat pergerakan dada, catat
1. Lingkungan ada deviasi dari kisaran ketidaksimetrisan, penggunaan
a) Perokok normal otot bantu pernafasan dan
b) Perokok pasif c) Suara perkusi nafas tidak retraksi otot
c) Terpajan asap ada deviasi dari kisaran c) Monitor suara nafas tambahan
2. Obstruksi jalan nafas normal d) Monitor pola nafas
a) Adanya jalan d) Kapasitas vital tidak ada e) Auskultasi suara nafas, catat
nafas buatan deviasi dari dari kisaran area dimana terjadi penurunan
b) Benda asing normal atau tidak adanya ventilasi dan
dalam jalan nafas keberadaan suara nafas
c) Eksudat dalam tambahan
alveoli f) Kaji perlunya
d) Hyperplasia pada penyedotan pada jalan nafas
dinding bronkus dengan auskultasi suara nafas
e) Mucus berlebihan ronki di paru
f) Spasme jalan g) Monitor kemampuan batuk
nafas efektif pasien
3. Fisiologis h) Berikan bantuan terapi nafas
a) Disfungsi jika diperlukan (misalnya
neuromuskular nebulizer)
b) Infeksi

Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


nafas berhubungan tindakan keperawatan a) Bersihkan jalan nafas dengan
dengan hiperventilasi diharapkan status teknik chin lift atau jaw thrust
Definisi : pernafasan : ventilasi sebagai mana mestinya
Batasan karakteristik dengan kriteria hasil : b) Posisikan pasien untuk
1. Bradipnea a) Frekuensi pernafasan memaksimalkan ventilasi
2. Dyspnea tidak ada deviasi dari c) Identifikasi kebutuhan
3. Penggunaan otot kisaran normal aktual/potensial pasien untuk
bantu pernafasan b) Irama pernafasan tidak memasukkan alat membuka
4. Penurunan kapasitas ada deviasi dari kisaran jalan nafas
kapasitas vital normal d) Lakukan fisioterapi dada
5. Penurunan tekanan c) Suara perkusi nafas tidak sebagai mana
ekspirasi ada deviasi dari kisaran
6. Penurunan tekanan normal
inspirasi d) Kapasitas vital tidak Mestinya
7. Pernafasan bibir ada deviasi dari dari e) Buang secret dengan
8. Pernafasan cuping kisaran normal memotivasi pasien
hidung untuk melakukan batuk
9. Takipnea atau menyedot lender
f) Instruksikan bagaimana
Factor yang berhubungan agar bias melakukan
1. Ansietas batuk efektif
2. Cedera medulla g) Auskultasi suara nafas
spinalis h) Posisikan untuk
3. Hiperventilasi meringankan sesak
4. Keletihan nafas
5. Keletihan otot
pernafasan Terapi oksigen
6. Nyeri a) Pertahankan kepatenan
7. Obesitas jalan nafas
8. Posisi tubuh yang b) Siapkan peralatan
menghambat ekspansi oksigen dan berikan
paru melalui system
humidifier
c) Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperintahkan
d) Monitor aliran oksigen
e) Monitor efektifitas
terapi oksigen
f) Amati tanda-tanda
hipoventialsi induksi
oksigen
g) Konsultasi dengan
tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan
oksigen tambahan
selama kegiatan dan
atau tidur
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi oksigen
gas berhubungan dengan tindakan keperawatan a) Pertahankan kepatenan
perubahan membran diharapakan status jalan nafas
alveolar-kapiler pernafasan : b) Siapkan peralatan
Definisi : pertukaran gas dengan oksigen dan berikan
Kelebihan atau deficit kriteria hasil : melalui system
oksigenasi dan/atau a) Tekanan parsal humidifier
eliminasi oksigen di darah arteri c) Berikan oksigen
karbondioksida pada (PaO2) tidak ada tambahan seperti yang
membrane alveolar- deviasi dari kisaran Diperintahkan
Kapiler normal d) Monitor aliran oksigen
b) Tekanan parsial e) Monitor efektifitas
Batasan karakteristik karbondioksisa di terapi oksigen
1. Diaphoresis darah arteri (PaCO 2) f) Amati tanda-tanda
2. Dyspnea tidak ada deviasi dari hipoventialsi induksi
3. Gangguan kisaran normal oksigen
penglihatan c) Saturasi oksigen tidak g) Konsultasi dengan
4. Gas darah arteri ada deviasi dari tenaga kesehatan lain
abnormal kisaran normal mengenai penggunaan
5. Gelisah d) Keseimbangan oksigen tambahan
6. Hiperkapnia ventilasi dan perfusi selama kegiatan dan
7. Hipoksemia tidak ada deviasi dari atau tidur
8. Hipoksia kisaran normal Monitor tanda-tanda
9. pH arteri abnormal vital
10. pola pernafasan Tanda-tanda vital a) Monitor tekanan darah,
abnormal dengan kriteria hasil : nadi, suhu dan status
11. sianosis a) Suhu tubuh tidak ada pernafasan dengan tepat
deviasi dari kisaran b) Monitor tekanan darah
factor berhubungan normal saat pasien berbaring,
1. ketidakseimbangan b) Denyut nadi radial duduk dan berdiri
ventilasi-perfusi tidak ada deviasi dari c) sebelum dan setelah
2. perubahan membrane kisaran normal perubahan posisi
alveolar-kapiler c) Tingkat pernafasan d) Monitor dan laporkan
tidak ada deviasi dari tanda dan gejala
kisaran normal hipotermia dan
d) Irama pernafasan hipertermia
tidak ada deviasi dari e) Monitor keberadaan
kisaran normal nadi dan kualitas nadi
e) Tekanan darah sistolik f) Monitor irama dan
tidak ada deviasi dari tekanan jantung
kisaran normal g) Monitor suara paru-
f) Tekanan darah paru
diastolik tidak ada h) Monitor warna kulit,
deviasi dari kisaran suhu dan kelembaban
normal Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital

Sumber : Nanda (2015) : Nursing Intervention Classification (NOC) (2013) :


Nursing Outcome Classification (NIC) (2013)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari tencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
dalam rencana keperawtan.
BAB IV
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama/nama panggilan : An. C
2. Tempat tanggal lahir/usia : 03 November 2006 / 14 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Alamat : Tj. Rahman Prabumulih Timur
7. Tanggal masuk : 13 Juni 2021
8. Tanggal pengkajian : 14 Juni 2021
9. Diagnosa medik : TB Paru

B. Identitas orang tua/wali


1. Ayah/wali
a. Nama : Tn. H
b. Usia : 44 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Petani
e. Agama : Islam
f. Alamat : Tj. Rahman Prabumulih Timur
2. Ibu
a. Nama : Ny. R
b. Usia : 44 tahun
c. Pendidikan : S2
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Swasta
e. Agama : Islam
f.Alamat : Tj. Rahman Prabumulih Timur
C. Identitas saudara kandung
No Nama Usia Hubungan Status kesehatan
1 Hani 17 th Saudara kandung Riwayat TB Paru
2 Celsi 14 th Saudara kandung TB Paru
3 Hari 8 th Saudara kandung Tidak ada riwayat TB
paru

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : Klien mengatakan batuk berdahak dan bercampur darah
Riwayat keluhan utam : Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan batuk darah,
berwarna merah segar, mual muntah tidak ada, filek tidak ada, demam
tidak ada, pasien mengalami penurunan berat badan, saudara kandung
mempunyai riwayat penyakit TB paru.
Keluhan pada saat pengkajian : Saat dikaji keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya batuk
berdarah dan setiap pagi batuk berdarah.

B. Riwayat kesehatan keluarga


Genogram:

Ket:
: Perempuan : Meninggal

: Laki-laki : Klien

III. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat Badan : 44 kg
2. Tinggi Badan : 165 cm
B. Pertumbuhan tiap tahap
Usia anak saat
1. Bereguling : 5 bulan
2. Duduk : 6 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 10 bulan
5. Berjalan : 12 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 3 bulan
7. Bicara pertama kali : 2 tahun dengan menyebutkan kata : Ibu dan Ayah
8. Berpakaian tanpa bantuan : 4 tahun

IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL


Anak tinggal bersama : Orang Tua di Rumah sendiri
Kamar klien : Bersih dan rapi
Rumah ada tangga : Tidak
Hubungan antar anggota keluarga : Baik
Pengasuh anak : Tidak Ada

V. RIWAYAT SPIRITUAL
Support sistem dalam keluarga : Orang Tua
Kegiatan keagamaan : Pasien tetap berdoa dengan keyakinannya

VI. AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
Jenis Nasi, lauk pauk Nasi, lauk pauk
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Banyaknya 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Normal Kurang

B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
Jenis Minuman Air Putih Air Putih
Frekuensi 1,8 Liter 1,8 Liter
Kebutuhan Cairan Terpenuhi Terpenuhi

C. Eliminasi
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
BAB
Karakteristik Padat Padat
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
BAK
Karakteristik Kuning Kuning
Frekuensi 4x/hari 4x/hari

D. Istirahat dan tidur


Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Jam Tidur
- Siang 2 jam 4 jam
- Malam 8 jam 6 jam
2. Pola tidur Normal Normal
3. Kebiasaan sebelum tidur - -
4. Kesulitan tidur Tidak ada Iya, karena sering batuk
dan digigit nyamuk

E. Personal Hygin
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri Dibantu orang tua
- Frekuensi 2x/hari 1x/hari
- Alat mandi Sabun, shampo, sikat gigi Sabun dan perlengkapan
2. cuci rambut lain
- frekuensi 2x/hari Tidak
- cara Keramas pakai sampo -
3. Gosok gigi
- Frekuensi 2x/hari 2x/hari
- Cara Mandiri dan Pakai pasta gigi Mandiri

VII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Tampak Lemah
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 101/71 mmhg
b. Denyut nadi :117 x/mnt
c. Suhu :36,0 ⁰C
d. Pernafasan :20 x/mnt
4. Berat Badan : 44 Kg
5. Tinggi Badan : 165 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hygiene kepala
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : merata
c. Mudah rontok : tidak
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi
Benjolan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Tekstur rambut : halus
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris/tidak : simetris
b. Bentuk wajah : oval
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspressi wajah : meringis
Palpasi
Nyeri tekan /tidak : Ada
8. Mata
Inspeksi
a. Palpebra : tidak ada
b. Sklera : tidak ada
c. Conjugtiva : tidak ada, Anemis
d. Pupil : isokor
Reflek pupil terhadap cahaya : iya
e. Posisi mata : simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : normal
k. Palpasi
Tekanan bola mata : normal
9. Hidung/Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : baik
c. Keadaan septum : normal
d. Secret/cairan : sedikit
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran /bentuk telinga : baik
c. Aurikel : ada
d. Lubang telinga : bersih
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada

11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : bersih
- Karang gigi/caries : ada dibagian gigi geraham
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi : tidak radang
c. Lidah : kotor
d. Bibir : basah, nafas bau
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
Palpasi
Kelenjar thyroid : teraba
14. Thorak dan pernafasan
a. Bentuk dada : simetris
b. Irama pernafasan :
Palpasi
a. Vokal fremitus : baik
b. Masa/nyeri : baik
Auskultasi
a. Suara nafas : vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada

VIII. TEST DIAGNOSTIK


1. Laboratorium
2. MTB
IX. TERAPI SAAT INI
Nama obat Dosis Kegunaan

1. IVFD KA EN3 Gtt 15 tts/mnt 500 CC Untuk memelihara


keseimbangan air dan
elektrolit dalam tubuh

2. Ceftazidime 3 x 500 mg Antibiotik

3. Paracetamol 3 x 1 tab Menurunkan demam

4. Ambroxol syrup 3 x 15ml Pengencer dahak

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Ds: Mycobacterium Ketidakefektif bersihan
Pasien mengatakan batuk Tuberculosis menyebar ke jalan napas
berdahak organ lain(paru paru,
saluran pencernaan, tulang,
Do: hematogen, limvogen)
Batuk produktif

Pertahan primer tidak


adekuat

Pembentukan Tuberkel

Kerusakan Membran
Alveola

Pembentukan sputum
berlebih

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
2. Ds: Batuk produktif Ketidakseimbangan
Ibu pasien mengatakan bahwa nutrisi kurang dari
pasien kurang nafsu makan Batuk berat kebutuhan tubuh
Ibu pasien juga mengatakan
anaknya sering mual Distensi abdomen
kemudian muntah-muntah.
Mual, muntah
Do:
Pasien tampak tidak Intake nutrisi kurang
menghabiskan porsi
makannya Ketidakseimbangan nutrisi
Pasien tampak sering kurang dari kebutuhan
muntah-muntah tubuh
3. Ds: Kurangnya Informasi Defisiensi tingkat
Ibu pasien mengatakan tidak pengetahuan (orang tua)
memahami mengenai Ketidaktahuan sumber
penyebab informasi penyakit
penyakit anaknya.
Defisit pengetahuan
Do:
Keluarga pasien banyak
bertanya mengenai penyebab
penyakit yang diderita
anaknya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d pembentukan sputum berlebih
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi kurang
3. Defisiensi tingkat pengetahuan (orang tua) b.d kurangnya informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : An.C Diagnosa Medis : TB paru


No. Register : 16.45.92 Ruangan : Isolasi Nanas

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV
bersihan jalan napas b.d keperawatan selama 3x24 2. Kaji pola nafas
pembentukan sputum jam diharapkan status 3.Anjurkan klien untuk tirah
berlebih pernafasan, dengan kriteria baring dengan posisi semi
hasil: fowler dan batasi aktivitas.
1. Frekuensi nafas tidak ada 4.Ajarkan klien batuk
deviasi dari kisaran nafas. efektif
2. Kemampuan untuk 5.Kolaborasi dengan tim
mengeluarkan secret tidak medis dalam pemberian
ada deviasi dari kisaran terapi
normal

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor intake dan


nutrisi kurang dari keperawatan 3x24 jam output pasien.
kebutuhan tubuh b.d. diharapkan pasien ada 2. Anjurkan keluarga untuk
intake nutrisi kurang peningkatan nutrisi makan, memberikan makan
dengan kriteria hasil: sedikit tapi sering
1. Intake dan output dalam 3. Anjurkan keluarga
keadaan normal. memberikan makanan
2. Pasien mampu yang disukai pasien
menghabiskan porsi 4 Jelaskan tentang nutrisi
makannya. kepada keluarga pasien.
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
komposisi diit

3. Defisiensi tingkat Setelah dilakukan Edukasi 1. Menjelaskan pada


pengetahuan (orang tua) 1x24 jam diharapkan keluarga klien tentang
b.d kurangnya informasi Keluarga pasien dapat proses penyakit,
mengerti tentang penyakit mengajarkan pada klien
yang diderita anaknya, cara batuk efektif,
dengan kriteria hasil: mengajarkan pada klien
1. Keluaga pasien dan klien cara etika batuk,
mampu memahami apa menjelaskan pada
yang telah disampaikan. keluarga dan klien
2. Kelurga pasien dan klien tentang efek samping
mampu menjelaskan ulang obat TBC, menganjurkan
tentang apa yang telah pada keluarga klien
disampaikan. untuk memberikan
makanan TKTP (Tinggi
kalori Tinggi Protein)
pada klien
2. Menjelaskan tentang
program pengobatan
3. Menanyakan kembali
kepada klien dan
keluarga tentang apa
yang sudah dijelaskan
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama pasien : An.C Diagnosa Medis : TB Paru


No. Register : 16.45.92 Ruangan : Isolasi Nanas

No. Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Waktu Keperawatan
1. Senin, Ketidakefektifan 1. Monitor TTV pasien S : Pasien mengatakan
14 Juni 2021 bersihan jalan napas 2. Catat intake dan 5x batuk berdahak
b.d pembentukan output cairan bercampur darah
20.00 WIB sputum berlebih 3. Anjurkan untuk tidur
Dinas malam dalam posisi semi O : ku lemah
fowler
TD : 101/71 mmHg
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam S: 36,3 C
pemberian therapy SpO2 : 99%
obat-obatan N : 117 x/m
- IVFD KA EN 1B RR :20x/m
gtt 10x/m
- inj iv ceftazimide A : masalah belum
500mg teratasi
-pct tab 500mg
5. Kolaborasi dengan P : lanjutkan intervensi
ahli gizi untuk - Kaji TTV
menentukan - Kolaborasi
komposisi pemberian dalam
makanan diit pemberian oba t

Ketidakseimbangan 1. Monitor TTV pasien S : keluarga pasien


nutrisi kurang dari 2. Catat intake dan mengatakan anak nya
kebutuhan tubuh b.d. output pasien susah untuk makan
intake nutrisi kurang 3. Anjurkan pasien
untuk makan sering
informasi O : ku lemah
tapi sedikit-sedikit
4. Anjurkan keluarga
- klien tidak
untuk memberikan menghabiskan porsi
makanan yang menarik makan yang diberikan
5. Menjelaskan kepada - berat badan pasien
orangtua tentang < normal
kebutuhan nutrisi.
6. Kolaborasi dengan A : masalah belum
ahli gizi untuk teratasi
pemberian makanaan
diit. P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan
menghabiskan
porsi makan
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam pemberian
diit

2. Selasa, Ketidakefektifan 1. Monitor TTV pasien S : Pasien mengatakan


15 Juni 2021 bersihan jalan napas 2. Catat intake dan batuk berdahak
b.d pembentukan output cairan bercampur darah
12.00 WIB sputum berlebih 3. Anjurkan untuk tidur sedikit 3x dipagi hari
Dinas pagi dalam posisi semi O : ku sedang
fowler TD : 105/78 mmHg
4. Kolaborasi dengan S: 36,2 C
dokter dalam SpO2 : 99%
pemberian therapy
N : 86 x/m
obat-obatan
- IVFD KA EN 1B RR :20x/m
gtt 10x/m
- inj iv ceftazimide A : masalah teratasi
500mg sebagian
-pct tab 500mg
5. Kolaborasi dengan P : lanjutkan intervensi
ahli gizi untuk - Kaji TTV
menentukan - Kolaborasi
komposisi pemberian dalam
makanan diit pemberian obat

Ketidakseimbangan 1. Monitor TTV pasien S : keluarga pasien


nutrisi kurang dari 2. Catat intake dan mengatakan anak nya
kebutuhan tubuh b.d. output pasien sudah mau makan tapi
intake nutrisi kurang 3. Anjurkan pasien masih sedikit
untuk makan sering
informasi
tapi sedikit-sedikit
4. Anjurkan keluarga
O : ku sedang
untuk memberikan - klien menghabiskan
makanan yang ¼ porsi makan yang
menarik diberikan
5. Kolaborasi dengan - berat badan pasien
ahli gizi untuk < normal
pemberian makanaan
diit. A : masalah teratasi
sebagian

P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan
menghabiskan
porsi makan
- Anjurkan
makan sedikit
tapi sering
- Kolaborasi
dengan ahli gizi

3. Selasa, Ketidakefektifan 1. Monitor TTV pasien S : Pasien mengatakan


15 Juni 2021 bersihan jalan napas 2. Catat intake dan batuk berdahak 2x
b.d pembentukan output cairan bercampur darah
18.00 WIB sputum berlebih 3. Kolaborasi dengan sedikit
Dinas sore dokter dalam
pemberian therapy
O : ku sedang
obat-obatan
- IVFD KA EN TD : 105/78 mmHg
1B gtt 10x/m S: 36,2 C
- nj iv ceftazimide SpO2 : 99%
500mg N : 86 x/m
- pct tab 500mg RR :20x/m
4. Kolaborasi dengan A : masalah teratasi
ahli gizi untuk sebagian
menentukan
komposisi pemberian P : lanjutkan intervensi
makanan diit - Kaji TTV
Kolaborasi dalam
pemberian obat
Ketidakseimbangan 1. Monitor TTV pasien S : keluarga pasien
nutrisi kurang dari 2. Catat intake dan mengatakan anak nya
kebutuhan tubuh b.d. output pasien sudah mau makan
intake nutrisi kurang 3. Anjurkan pasien
untuk makan sering tapi
Informasi O : ku sedang
sedikit-sedikit.
- klien menghabiskan
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk 1/2 porsi makan yang
pemberian makanaan diberikan
diit. - berat badan pasien
< normal

A : masalah teratasi
sebagian

P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan
menghabiskan
porsi makan
- Anjurkan
makan sedikit
tapi sering
- Kolaborasi
dengan ahli gizi

4. Rabu, Ketidakefektifan 1. Monitor TTV pasien S : Pasien mengatakan


16 Juni 2021 bersihan jalan napas 2. Catat intake dan batuk berdahak 1x di
b.d pembentukan output cairan pagi hari bercampur
12.00 WIB sputum berlebih 3. Kolaborasi dengan darah lebih sedikit dari
Dinas pagi dokter dalam
yang kemarin
pemberian therapy
obat-obatan
- IVFD KA EN 1B O : ku membaik
gtt 10x/m TD : 104/90 mmHg
- inj iv ceftazimide S: 36,4 C
500mg SpO2 : 99%
-pct tab 500mg N : 90 x/m
4. Kolaborasi dengan RR :20x/m
ahli gizi untuk
menentukan A : masalah teratasi
komposisi pemberian sebagian
makanan diit
P : intervensi
dihentikan
- Pasien pulang
- pemberian OAT
dilanjutkan
melalui
puskesmas

Ketidakseimbangan 1. Monitor TTV pasien S : keluarga pasien


nutrisi kurang dari 2. Catat intake dan mengatakan anak nya
kebutuhan tubuh b.d. output pasien sudah mau makan
intake nutrisi kurang 3. Anjurkan pasien
untuk makan sering
Informasi O : ku tampak
tapi sedikit-sedikit.
membaik
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk - klien menghabiskan
pemberian makanaan porsi makan yang
diit. diberikan
- berat badan pasien
< normal

A : masalah teratasi
sebagian

P : intervensi
dilanjutkan pasien
pulang.
- Anjurkan
makan sedikit
tapi sering
- Menganjurkan
keluarga
membimbing
anaknya untuk
makan tepat
waktu dirumah

Defisiensi tingkat 1. Menjelaskan pada S : klien dan keluarga


pengetahuan (orang keluarga klien mengatakan sudah
tua) b.d kurangnya tentang proses memahami edukasi
informasi penyakit, yang diberikan.
mengajarkan pada
klien cara batuk O : klien dan keluarga
efektif, tampak mengerti
mengajarkan pada tentang edukasi yang
klien cara etika diberikan
batuk, menjelaskan
pada keluarga dan A : masalah teratasi
klien tentang efek sebagian
samping obat TBC,
menganjurkan pada P : intervensi
keluarga klien dihentikan
untuk memberikan -pasien pulang
makanan TKTP -pemberian OAT
(Tinggi kalori dilanjutkan melalui
Tinggi Protein) puskesmas
pada klien
2. Menjelaskan
tentang program
pengobatan
3. Menanyakan
kembali kepada
klien dan keluarga
tentang apa yang
sudah dijelaskan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis
menular yang masih tetap merupakan kesehatan masyarakat didunia
termasuk indonesia. Gambaran TBC pada anak : berat badan menurun,
nafsu makan menurun, demam tidak tinggi dapat disertai keringat
malam, pembesaran kelenjar limfe superpsialis yang tidak sakit,batuk
lama lebih dari 30 hari.
Uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm (pada gizi baik), atau
>5 mm pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan antara pemberian medikamentosa. Penataan gizi
dan lingkungan sekitarnya.
Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan
kemoprofilaksis. Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya
kerusakan pada susunan saraf pusat seperti serebral palsi (gangguan
motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otok yang mengatur
otot-otot tubuh ).
B. Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-
gejala penyakit pada anak terutama pengetahuan tentang penyakit TBC
DAFTAR PUSTAKA

A.Alimul Aziz Hidayat, 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit


Salemba Madika, Jakarta.

Black,J.M & Hawks, H.(2009). Medical surgical nursing clinical management for
positiveoutcome. (8 th ed).St.Louis Missouri.Elsevier Saunders.
Caninsti.(2007). Gambaran kemasan dan depresi pada penderita tuberculosis paru
yang menjalani perawatan. Jurnal psikologi universitas Indonesia
www.ui.ac.id/en, Diakses pada tanggal 10 September 2018 jam 14.00
WIB.cc.
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa : Rahmalia.A, dkk.
Jakarta:Airlangga.
Doengoes, 2008. Rencana Asuhan Keperawatan, Alih bahasa I Made Kariasa.
EGC:Jakarta.
Harlimsyah. 2007. Proses dan keperawatan Fisik. Salemba Medika: Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta:Kemenkes RI.
Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta:Media
Aerculapius.
Minarti.2010.Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. Buku Kedokteran. EGC:Jakarta.
Nurarif dan Kusuma, 2015 .Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa
medis Nanda NIC-NOC.
Potter,P.A, Perry, A.G. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. EGC : Jakarta.
Puri Mahayu.(2016). Buku Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Saufa.
Rampengan T.H.2007. Asuhan Keperawatan berdasarkan medisdan NANDA NIC
NOC. EGC : Jakarta.
Rekam medis, RSUD Bangil, 2017. Data diagnosa Ranap RSUD Bangil 2017,
Bangil.
Riendravi, 2013. Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai