Disusun oleh:
1. Mayco Alan Sakti
2. Wingki Patriansyah
3. Reni Oktavia
4. Shela Anggela Dany
5. Widiya Rahmawati
6. Dimas Abriantori Yogantara
7. Agdella Wulandari
8. Elvira Eka Agustina
Mengetahui
CI Akademik CI Lapangan
Prabumulih, 21Juni2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................
A. Latar Belakang..............................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................
C. Tujuan............................................................................
D. Manfaat.........................................................................
BAB II KONSEP TEORI.......................................................
A. Definisi..........................................................................
B. Etiologi..........................................................................
C. Manifestasi Klinis..........................................................
D. Pathway.........................................................................
E. Penatalaksanaan.............................................................
BAB III ASKEP......................................................................
A. Pengkajian.....................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..................................................
C. Intervensi Keperawatan.................................................
D. Implementasi Keperawatan...........................................
E. Evaluasi Keperawatan...................................................
BAB IV PENUTUP.................................................................
A. Kesimpulan...................................................................
B. Saran..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu
atau diberbagai organ tubuh lainnya.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh,
termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya (Smeltzer&Bare,
2015).Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15% dari morbiditas atau
kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit TB paru.
Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi perhatian global, dengan
berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens dan kematian akibat TB paru
telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orangdan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014 (WHO, 2015).
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO di ruangan Peditrik RSUD
PRABUMULIH tahun 2021.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB Paru di Ruangan
Pediatrik RSUD PRABUMULIH
2. Tujuan Khusus
Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan penyakit TB Paru di
Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
a. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
penyakit TB Paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
b. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan penyakit TB
paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
c. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan penyakit TB
Paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
d. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan yang pada pasien dengan
penyakit TB paru di Ruangan Pediatrik RSUD PRABUMULIH
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru DO.
b. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pimpinan rumah sakit dapat meneruskan kepada perawat ruangan
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Peditrik RSUD
PRABUMULIH.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pembelajaran di Prodi
Keperawatan Padang dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB paru
DO
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
e. Hasil penelitian laporan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar dalam
penerapan asuhan keperawatan pada pasien TB paru DO.
BAB II
KONSEP TEORI
1. Definisi
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat
menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare, 2015).
Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, 2010).
Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu:
(1)tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali,
(2)tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri,
2009)
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya infiltrat paru,
pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta pembentukan kavitas.
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan ketika
seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu yang rentan
menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan
memperbanyak diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,
granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).
Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
3. Manifestasi Klinis
Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru primer dengan TB
paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat ) dan gejala sistematik.
1. Gejala respratorik
a) Batuk
Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien untuk
meminta pertolongan kesehatan.
c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena TB.
2. Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip
demam atau influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan
malaise.Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa
minggusampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas
D. Pathway
E. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga bagian,
pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis.
Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12
bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi
konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu misalnya:
a). Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b). Penghuni rumah tahanan.
3. Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur kurang dari 15
tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis,
yakni:
a Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan pernah berkontak
dengan pasien yang mempunyai sputum positif harus diawasi.
b Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya positif dan pernah
berkontak dengan pasien penyakit paru.
c Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai kemungkinan terkena.
d Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8 minggu dan ila
tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila tuberkulin sudah mengalami
konversi, maka pengobatan harus diberikan.
e Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi
kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA
positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena resiko timbulnya TB
milier dan meningitis TB,
b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin positif yang
bergaul erat dengan penderita TB yang menular,
c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat immunosupresif jangka panjang,
e) Penderita diabetes melitus.
f) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah
maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif, 2012.
Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain
mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta
memutuskan mata rantai penularan. Untuk penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru,
berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk diketahui.
Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)
a Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Streptomisin (S).
2. Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid (INH).
b Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan Isoniazid.
2. Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid. Untuk
very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z).
c Aktivitas bakteriostatis,obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis
terhadap bakteri tahan asam.
1. Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam para-amino
salistik (PAS), dan sikloserine.
2. Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan
telah terjadi resistensi sekunder.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan
obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO
adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI,
2004.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologi,
apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping itu, perlu pemahaman
tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTSC). DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri
atas lima komponen, yaitu:
a) Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB paru.
b) Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik langsung,
sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur
dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
c) Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya dalam dua
bulan pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
d) Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup. Pencatatan dan
pelaporan yang baku.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-
laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada
pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru
pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum
adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar
paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan
3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan
pada usia<3 tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12
tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana
TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak
ada edema
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada.
tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus
dalam jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi
bertahan/sisa
sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,
alveolar-kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
regulasi
h. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
i. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
j. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
k. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
l. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan,
infeksi/ kontaminan interpersonal, ancaman pada konsep diri
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
status pernafasan :
ventilasi dengan
jumlah yang kriteria hasil : Monitor pernafasan
berlebihan a) Frekuensi pernafasan tidak a) Monitor kecepatan, irama,
9. Suara nafas tambahan ada deviasi dari kisaran kedalaman dan kesulitan
normal bernafas
Faktor yang berhubungan b) Irama pernafasan tidak b) Catat pergerakan dada, catat
1. Lingkungan ada deviasi dari kisaran ketidaksimetrisan, penggunaan
a) Perokok normal otot bantu pernafasan dan
b) Perokok pasif c) Suara perkusi nafas tidak retraksi otot
c) Terpajan asap ada deviasi dari kisaran c) Monitor suara nafas tambahan
2. Obstruksi jalan nafas normal d) Monitor pola nafas
a) Adanya jalan d) Kapasitas vital tidak ada e) Auskultasi suara nafas, catat
nafas buatan deviasi dari dari kisaran area dimana terjadi penurunan
b) Benda asing normal atau tidak adanya ventilasi dan
dalam jalan nafas keberadaan suara nafas
c) Eksudat dalam tambahan
alveoli f) Kaji perlunya
d) Hyperplasia pada penyedotan pada jalan nafas
dinding bronkus dengan auskultasi suara nafas
e) Mucus berlebihan ronki di paru
f) Spasme jalan g) Monitor kemampuan batuk
nafas efektif pasien
3. Fisiologis h) Berikan bantuan terapi nafas
a) Disfungsi jika diperlukan (misalnya
neuromuskular nebulizer)
b) Infeksi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari tencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
dalam rencana keperawtan.
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama/nama panggilan : An. C
2. Tempat tanggal lahir/usia : 03 November 2006 / 14 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Alamat : Tj. Rahman Prabumulih Timur
7. Tanggal masuk : 13 Juni 2021
8. Tanggal pengkajian : 14 Juni 2021
9. Diagnosa medik : TB Paru
Ket:
: Perempuan : Meninggal
: Laki-laki : Klien
V. RIWAYAT SPIRITUAL
Support sistem dalam keluarga : Orang Tua
Kegiatan keagamaan : Pasien tetap berdoa dengan keyakinannya
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
Jenis Minuman Air Putih Air Putih
Frekuensi 1,8 Liter 1,8 Liter
Kebutuhan Cairan Terpenuhi Terpenuhi
C. Eliminasi
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
BAB
Karakteristik Padat Padat
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
BAK
Karakteristik Kuning Kuning
Frekuensi 4x/hari 4x/hari
E. Personal Hygin
Kondisi Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri Dibantu orang tua
- Frekuensi 2x/hari 1x/hari
- Alat mandi Sabun, shampo, sikat gigi Sabun dan perlengkapan
2. cuci rambut lain
- frekuensi 2x/hari Tidak
- cara Keramas pakai sampo -
3. Gosok gigi
- Frekuensi 2x/hari 2x/hari
- Cara Mandiri dan Pakai pasta gigi Mandiri
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : bersih
- Karang gigi/caries : ada dibagian gigi geraham
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi : tidak radang
c. Lidah : kotor
d. Bibir : basah, nafas bau
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
Palpasi
Kelenjar thyroid : teraba
14. Thorak dan pernafasan
a. Bentuk dada : simetris
b. Irama pernafasan :
Palpasi
a. Vokal fremitus : baik
b. Masa/nyeri : baik
Auskultasi
a. Suara nafas : vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada
ANALISA DATA
Pembentukan Tuberkel
Kerusakan Membran
Alveola
Pembentukan sputum
berlebih
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
2. Ds: Batuk produktif Ketidakseimbangan
Ibu pasien mengatakan bahwa nutrisi kurang dari
pasien kurang nafsu makan Batuk berat kebutuhan tubuh
Ibu pasien juga mengatakan
anaknya sering mual Distensi abdomen
kemudian muntah-muntah.
Mual, muntah
Do:
Pasien tampak tidak Intake nutrisi kurang
menghabiskan porsi
makannya Ketidakseimbangan nutrisi
Pasien tampak sering kurang dari kebutuhan
muntah-muntah tubuh
3. Ds: Kurangnya Informasi Defisiensi tingkat
Ibu pasien mengatakan tidak pengetahuan (orang tua)
memahami mengenai Ketidaktahuan sumber
penyebab informasi penyakit
penyakit anaknya.
Defisit pengetahuan
Do:
Keluarga pasien banyak
bertanya mengenai penyebab
penyakit yang diderita
anaknya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d pembentukan sputum berlebih
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake nutrisi kurang
3. Defisiensi tingkat pengetahuan (orang tua) b.d kurangnya informasi
P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan
menghabiskan
porsi makan
- Anjurkan
makan sedikit
tapi sering
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Anjurkan
menghabiskan
porsi makan
- Anjurkan
makan sedikit
tapi sering
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan pasien
pulang.
- Anjurkan
makan sedikit
tapi sering
- Menganjurkan
keluarga
membimbing
anaknya untuk
makan tepat
waktu dirumah
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis
menular yang masih tetap merupakan kesehatan masyarakat didunia
termasuk indonesia. Gambaran TBC pada anak : berat badan menurun,
nafsu makan menurun, demam tidak tinggi dapat disertai keringat
malam, pembesaran kelenjar limfe superpsialis yang tidak sakit,batuk
lama lebih dari 30 hari.
Uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm (pada gizi baik), atau
>5 mm pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan antara pemberian medikamentosa. Penataan gizi
dan lingkungan sekitarnya.
Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan
kemoprofilaksis. Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya
kerusakan pada susunan saraf pusat seperti serebral palsi (gangguan
motorik yang disebabkan oleh kerusakan bagian otok yang mengatur
otot-otot tubuh ).
B. Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-
gejala penyakit pada anak terutama pengetahuan tentang penyakit TBC
DAFTAR PUSTAKA
Black,J.M & Hawks, H.(2009). Medical surgical nursing clinical management for
positiveoutcome. (8 th ed).St.Louis Missouri.Elsevier Saunders.
Caninsti.(2007). Gambaran kemasan dan depresi pada penderita tuberculosis paru
yang menjalani perawatan. Jurnal psikologi universitas Indonesia
www.ui.ac.id/en, Diakses pada tanggal 10 September 2018 jam 14.00
WIB.cc.
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa : Rahmalia.A, dkk.
Jakarta:Airlangga.
Doengoes, 2008. Rencana Asuhan Keperawatan, Alih bahasa I Made Kariasa.
EGC:Jakarta.
Harlimsyah. 2007. Proses dan keperawatan Fisik. Salemba Medika: Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta:Kemenkes RI.
Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta:Media
Aerculapius.
Minarti.2010.Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit edisi 2. Buku Kedokteran. EGC:Jakarta.
Nurarif dan Kusuma, 2015 .Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa
medis Nanda NIC-NOC.
Potter,P.A, Perry, A.G. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. EGC : Jakarta.
Puri Mahayu.(2016). Buku Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Saufa.
Rampengan T.H.2007. Asuhan Keperawatan berdasarkan medisdan NANDA NIC
NOC. EGC : Jakarta.
Rekam medis, RSUD Bangil, 2017. Data diagnosa Ranap RSUD Bangil 2017,
Bangil.
Riendravi, 2013. Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta.