Anda di halaman 1dari 33

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SECTIO SAECAREA (SC)

Oleh Kelompok 12 :

 Ni Luh Putu Noviyanti (17C10062)


 Putu Lely Anggreni (17C10063)
 Desak Yunitha Dewi (17C10064)
 Made Dwita Pertiwi (17C10065)
 Komang Ayu Trisna Oktaviani (17C10066)
 Kadek Ayu Riska Citra Pratiwi (17C10067)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun makalah Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Post Partum Sectio Saecarea (SC)” ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta
membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per
satu.

Penulis sangat berharap agar makalah ilmiah ini memberi banyak manfaat bagi para
pembaca terutama pada para mahasiswa keperawatan. Penulis juga sangat
mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya tulis ini
bisa menjadi lebih sempurna.

2
DAFTAR ISI
 Cover....................................................................................................................... 1
 Kata Pengantar........................................................................................................ 2
 Daftar Isi.................................................................................................................. 3
 Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................... 5
 Laporan Pendahuluan Pada Post Partum SC (Sectio Caesarea)
A. Definisi Post Partum................................................................................... 6
B. Definisi Sectio Caesarea.............................................................................. 10
C. Jenis-jenis Sectio Caesarea.......................................................................... 11
D. Etiologi dan Indikasi..................................................................................... 11
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 12
F. Patofisiologi................................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 13
H. Penatalaksanaan............................................................................................. 14
I. Komplikasi...................................................................................................... 15
 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Post Partum Sectio Saecarea (SC)
1. Pengkajian...................................................................................................... 16
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 19
3. Intervensi......................................................................................................... 20
4. Implementasi................................................................................................... 30
5. Evaluasi........................................................................................................... 30
 Daftar Pustaka.............................................................................................................. 31
 WOC............................................................................................................................. 32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sectio saecarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk
janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu
maupun pada bayi (Mochtar R 1998). Ditemukannya bedah sesar memang dapat
mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih
jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara normal. Namun faktanya
menurut bensons dan pernolls, angka kematian pada operasi SC adalah 40-80 tiap 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25x lebih besar dibandingkan dengan
persalinan melalui vagina. Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x
lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina.
Sectio saecarea menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi
yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan menurut statistic
tentang 3.509 kasus sectio saecarea yang disusun oleh pell dan chamberlain, indikasi untuk
resiko sectio saecarea adalah diproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta
previa 11% pernah sectio saecarea 11%, kelainan letak janin 10%, pre-eklamasi dan
hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah
dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro,2005).
Maka hal itulah yang melatarbelakangi kami menyusun makalah asuhan
keperawatan pada post partum untuk sectio saecarea (SC)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori post partum sectio saecarea (SC) ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan post partum sectio saecarea (SC) ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teori post partum sectio saecarea (SC)
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan post partum sectio saecarea
(SC)

5
LAPORAN PENDAHULUAN PADA POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)

A. Definisi Post Partum


Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
World Health Organization (WHO) 2013 menggambarkan periode pascanatal
sebagai fase paling kritis dan paling diabaikan dalam kehidupan ibu dan bayi, sebagian
besar kematian ibu dan/ atau bayi baru lahir terjadi selama periode pascanatal.
Postpartum merupakan situasi dimana krisis bagi ibu, pasangan dan keluarga
karena adanya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun
struktur keluarga dan terjadi proses adaptasi/penyesuaian. Adaptasi dimulai dari bayi lahir
sampai kembalinya kondisi tubuh ibu seperti semula sebelum hamil, dan berlangsung
dalam kurun waktu 6-8 minggu (Murray & McKinney, 2007). Selama waktu ini, ibu
dipantau untuk fungsi perdarahan, usus dan kandung kemih, dan perawatan bayi, dan
kesehatan bayi juga dipantau (Vernon. D, 2007).
Periode postpartum 6-12 jam ibu biasanya dipantau oleh perawat atau bidan karena
komplikasi dapat timbul pada periode ini. Perdarahan postpartum dapat terjadi. Setelah
melahirkan di mana plasenta menempel pada dinding uterus, dan uterus berkontraksi untuk
mencegah kehilangan darah. Setelah kontraksi berlangsung fundus (atas) rahim dapat
dipalpasi sebagai massa yang kuat di tingkat pusar. Penting bahwa uterus tetap kuat dan
perawat atau bidan akan sering melakukan penilaian terhadap fundus dan jumlah
perdarahan. Pijat uterus biasanya digunakan untuk membantu kontraksi Rahim (Mayo
Clinic staff, 2015).
Pada waktu 2-4 hari pasca persalinan produksi ASI ibu mulai diproduksi, namun
masih kesulitan dalam menyusui. Tidur ibu sering terganggu karena malam hari terjaga
normal pada bayi (McGuire E, 2013). Dalam masa postpartum tersebut perubahan dan
adaptasi pada ibu postpartum yaitu fisiologis dan dan psikologis. Adaptasi fisiologis dan
psikologis yang terjadi pada ibu postpartum, yaitu:

6
1. Perubahan Fisiologis

a. Perubahan Sistem Reproduksi


Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal
ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran
uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah
2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila ada
laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni,
2009).

b. Perubahan pada Sistem Pencernaan


Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya karena
makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan, penurunan motilitas
gastrointestinal, berkurangnya aktivitas, dan banyak kehilangan cairan. Seorang wanita
dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium
sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi
penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu,
terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam
masa laktasi (Saleha, 2009).

c. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1)
Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan
kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan
sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia
diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation, artinya

7
keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni,
2009).

d. Perubahan dalam Sistem Endokrin


Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system endokrin,
terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin
diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.
Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang menyusui
bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam
ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan
otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron
yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil volume darah
normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping
itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

e. Perubahan Tanda- tanda Vital


Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat
meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu
38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi
seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis
(peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lainlain. Dalam periode waktu
6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan
peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam
setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang

8
ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.
Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai
dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami
preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi
seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
f. Perubahan sistem integumen
Kloasma gravidarum dan striae umunya akan memudar pa masa akhir kehamilan,
pertumbuhan rambut melambat, terjadi kerontokan rambut, dan hiperpigmentasi dan areola
dan line nigra mungkin tidak menghilang sepenuhnya

2. Perubahan Psikologis
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga
merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi
yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu
nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya
dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti
menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase


sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan.
Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

b. Fase taking hold


Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini
ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnyadalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan

9
gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril
sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada
fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.

c. Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran
barunya.

B. Definisi Sectio Caesarea


Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio Caesarea adalah suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar R, 2002: 117).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).

1. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8
cm).
2. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan
sectio.

10
3. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan sectio caesarea ulang.
4. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi
dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena suatu indikasi.
5. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya
pada keadaan infeksi rahim yang berat.

C. Jenis-Jenis Sectio Caesaria


1. Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas uterus
2. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang (kerr) atau memanjang (kronij).
3. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uterin berat.
4. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan hysteroktomy dengan
indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma uteri, infeksi intra uterin berat

D. Etiologi atau Indikasi


Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R, 2002: 118)
adalah sebagai berikut :
1. Indikasi Ibu
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
b. Panggul sempit.
c. Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan
panggul.
d. Partus lama (prolonged labor).
e. Ruptur uteri mengancam.
f. Partus tak maju (obstructed labor).
g. Distosia serviks.

11
h. Pre-eklampsia dan hipertensi.
i. Disfungsi uterus.
j. Distosia jaringan lunak.

2. Indikasi janin:
a. Letak lintang.
b. Letak bokong.
c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain tidak
berhasil.

E. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post sectio
caesarea, antara lain :
1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
3. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
4. Bising usus tidak ada.
5. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
6. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

F. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin
yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi
akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan

12
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnue yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk
juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
2. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
3. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
4. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin

H. Penatalaksanaan
1. Persiapan pasien

13
Pasien dalam posisi trandenlenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural
pada operasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah
dipersiapkan
2. Pelaksanaan
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi
dipersempit dengan kain suci hama.
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai
dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.
c. Dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
d. Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di
depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan
secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum
kandung kencing
e. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra
tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang
secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen
bawah rahim dapat melintang (transversal)
f. Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan.
Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan
diotong plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular
disuntik oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
g. Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
h. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit

I. Komplikasi

14
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar
R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :

1. Infeksi puerperal (nifas)


a. Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
2. Perdarahan
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
b. Atonia uteri.
c. Perdarahan pada placental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila reperitonealisasi
terlalu tinggi.
4. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA POST PARTUM


SECTIO SAECAREA (SC)

15
1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi: nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan
dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut, perdarahan,
dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan
HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu, dan
riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari
ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
involunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass, apakah
perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua
dan kelima.

16
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Insomnia mungkin
teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pasca post
partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya selama
fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh
dan relaks.
14) Kebutuhan belajar

17
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan bayi
selama masa nifas.

f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.
Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan
darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul
pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC pada
hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis
nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira
110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai
peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya tanda-tanda syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala

18
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva
pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid, pembuluh
limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, puting mudah erektil, pruduksi kolostrums /48
jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1-S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasan ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi
fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahan struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri
dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat kaki
dorsofleksi pasif).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi

19
c. Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
d. Defisien pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan
sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
f. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan pendarahan
g. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tanggung jawab memberi asuhan

3. Intervensi

No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan  Pain Level Pain Management
dengan diskonuitas  Pain Control a. Lakukan pengkajian nyeri secara
jaringan  Comfort Level komprehensif termasuk lokasi,
Setelah dilakukan asuhan karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan selama …..x24 kualitas dan faktor presipitasi
jam diharapkan nyeri b. Observasi reaksi nonverbal dari
berkurang dengan kriteria ketidaknyamanan
hasil: c. Gunakan teknik komunikasi
a. Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
nyeri, mampu d. Bantu pasien dan keluarga untuk
menggunakan teknik mencari dan menemukan dukungan
nonfarmakologi untuk e. Kontrol lingkungan yang dapat
mengurangi nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
mencari bantuan) ruangan, pencahayaan dan
b. Melaporkan bahwa nyeri kebisingan
berkurang dengan f. Kurangi faktor presipitasi nyeri

20
menggunakan g. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
manajemen nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
c. Mampu mengenali nyeri inter personal)
(skala, intensitas, h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
frekuensi dan tanda menentukan intervensi
nyeri) i. Ajarkan tentang teknik non
d. Menyatakan rasa nyaman farmakologi
setelah nyeri berkurang j. Berikan analgetik untuk mengurangi
e. Tanda vital dalam nyeri
rentang normal k. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
l. Tingkatkan istirahat
m. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
n. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal

21
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
2 Risiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan diskontinuitas  Knowledge : a. Bersihkan lingkungan setelah
jaringan Infection Control dipakai pasien lain
 Risk Control b. Pertahankan teknik isolasi
Setelah dilakuakan asuhan c. Batasi pengunjung bila perlu
keperawatan selama ….x24 d. Instruksikan pada pengunjung untuk
jam diharapkan resiko mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi terkontrol dengan setelah berkunjung meninggalkan
kriteria hasil: pasien
a. Pasien bebas dari tanda e. Gunakan sabun antimikrobia untuk
dan gejala infeksi cuci tangan
b. Menunjukkan f. Cuci tangan setiap sebelum dan
kemampuan untuk sesudah tindakan kperawtan
mencegah timbulnya g. Gunakan baju, sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
c. Jumlah leukosit dalam h. Pertahankan lingkungan aseptik
batas normal selama pemasangan alat
d. Menunjukkan perilaku i. Ganti letak IV perifer dan line
hidup sehat central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum

22
j. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (Proteksi


Terhadap Infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
b. Monitor hitung granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
f. Partahankan teknik asepsis pada
pasien yang beresiko
g. Berikan perawatan kulit pada area
epidema
h. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
i. Inspeksi kondisi luka atau insisi
bedah
j. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
k. Dorong masukan cairan
l. Dorong istirahat
m. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
n. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi

23
o. Ajarkan cara menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan infeksi

3 Konstipasi NOC : NIC :


berhubungan dengan  Bowl Elimination Constipation Management:
penurunan peristaltik  Hidration a. Identifikasi faktor-faktor yang
usus Setelah dilakukan asuhan menyebabkan konstipasi
keperawatan selama …..x24 b. Monitor tanda-tanda ruptur
jam diharapkan nyeri bowel/peritoritis
berkurang dengan kriteria c. Jelaskan penyebab dan
hasil: rasionalisasi tindakan pada
a. Pola BAB dalam pasien
batas normal d. Konsultasikan dengan dokter
b. Feses lunak tentang peningkatan dan
c. Cairan dan serat penurunan bising usus
adekuat e. Kolaborasi jika ada tanda dan
d. Aktivitas adekuat gejala konstipasi yang menetap
e. Hidrasi adekuat f. Jelaskan pada pasien manfat diet
(cairan dan serat) terhadap
eliminasi
g. Kolaborasi dengan ahli gizi diet
tinggi serat dan cairan
h. Sediakan privasi dan keamanan
selama BAB

24
4 Defisien pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan  Knowledge : disease a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
tidak mengenal atau process dan keluarga
familiar dengan  Knowledge : Healrh b. Jelaskan patofisiologi dari
sumber informasi behaviour penyakit dan bagaimana hal ini
tentang cara Setelah dilakukan asuhan berhubungan dengan anatomi
perawatan bayi. keperawatan selama ….. x dan fisiologi, dengan cara yang
24 jam diharapkan tepat
pengetahuan klien c. Identifikasi kemungkinan
meningkat dengan indikator: penyebab, dengan cara yang
a. Pasien dan keluarga tepat
menyatakan pemahaman d. Sediakan informasi pada pasien
tentang penyakit, tentang perawatan bayi dan
kondisi, prognosis dan menyusui, dengan cara yang
program pengobatan tepat
b. Pasien dan keluarga e. Sediakan informasi bagi
mampu melaksanakan keluarga informasi tentang
prosedur yang dijelaskan perawatan bayi
secara benar f. Dukung pasien untuk
c. Pasien dan keluarga mengeksplorasi atau
mampu menjelaskan mendapatkan second opinion
kembali apa yang dengan cara yang tepat atau
dijelaskan perawat/tim diindikasikan
kesehatan lainnya g. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan  Self Care : ADLs a. Observasi adanya pembatasan
kelemahan sekunder  Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
terhadap proses  Konservasi energi b. Kaji adanya faktor yang
pembedahan menyebabkan kelelahan

25
Setelah dilakukan asuhan c. Monitor nutrisi dan sumber
keperawatan selama …..x24 energi yang adekuat
jam diharapkan nyeri d. Monitor pasien akan adanya
berkurang dengan kriteria kelehan fisik dan emosi secara
hasil: berlebihan
a. Berpartisipasi dalam e. Monitor respon kardiovaskuler
aktivitas fisik tanpa terhadap (takikardi, disritmia,
disertai peningkatan sesak napas, diaporesis, pucat,
tekanan darah, nadi perubahan hemodinamik)
dan RR f. Kolaborasikan dengan tenaga
b. Mampu melakukan rehabilitasi medik dalam
aktivitas sehari-hari merencanakan program terapi
(ADLs) secara yang tepat
mandiri g. Bantu klien untuk
c. Keseimbangan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas dan mampu dilakukan
istirahat h. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
i. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
k. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

26
6 Risiko kurang volume NOC : NIC :
cairan berhubungan  Fluid balance Fluid management
dengan pendarahan  Hydration a. Timbang pembalut jika
 Nutritional Status: Food diperlukan
and Fluid Intake b. Pertahankan catatan intake dan
Setelah dilakukan asuhan output yang akurat
keperawatan selama …..x24 c. Monitor status hidrasi
jam diharapkan nyeri (kelembaban membran mukosa,
berkurang dengan kriteria nadi adekuat, tekanan darah
hasil: ortostatik ), jika diperlukan
a. Mempertahankan urine d. Monitor vital sign
output sesuai dengan e. Monitor masukan makanan /
usia dan BB, BJ urine cairan dan hitung intake kalori
normal, HT normal harian
b. Tekanan darah, nadi, f. Kolaborasikan pemberian cairan
suhu tubuh dalam batas IV
normal g. Monitor status nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda h. Berikan cairan IV pada suhu
dehidrasi, Elastisitas ruangan
turgor kulit baik, i. Dorong masukan oral
membran ·
mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan Hypovolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk
intake dan ourput cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
f. Pemberian cairan IV

27
g. Monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
·

7 Kecemasan NOC : NIC :


 Anxiety control
berhubungan dengan Anxiety Reduction
perubahan peran  Coping a. Gunakan pendekatan yang
Setelah dilakukan asuhan menenangkan
keperawatan selama …..x24 b. Temani pasien untuk
jam diharapkan nyeri memberikan keamanan dan
berkurang dengan kriteria mengurangi takut
hasil: c. Berikan informasi faktual
a. Klien mampu mengenai perubahan fase nifas
mengidentifikasi dan d. Dorong keluarga untuk
mengungkapkan menemani klien
gejala cemas e. Lakukan back / neck rub
b. Mengidentifikasi, f. Dengarkan dengan penuh
mengungkapkan dan perhatian
menunjukkan tehnik g. Identifikasi tingkat kecemasan
untuk mengontrol h. Bantu pasien mengenal situasi
c. Vital sign dalam yang menimbulkan kecemasan
batas normal i. Dorong pasien untuk
d. Postur tubuh, mengungkapkan perasaan,
ekspresi wajah, ketakutan, persepsi
bahasa tubuh dan j. Instruksikan pasien
tingkat aktivitas menggunakan teknik relaksasi
menunjukkan

28
berkurangnya k. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan kecemasan apabila diperlukan

8 Gangguan pola tidur NOC : NIC :


berhubungan dengan  Anxiety reduction Sleep Enhancement
dengan tanggung  Comfort level a. Fasilitas untuk mempertahankan
jawab memberi  Pain level aktivitas sebelum tidur
asuhan  Rest : Extent and b. Ciptakan lingkungan yang

Pattern nyaman

 Sleep : Extent and c. Kolaborasikan pemberian obat

Pattern tidur

Setelah dilakukan asuhan d. Diskusikan dengan pasien dan

keperawatan selama …..x24 keluarga tentang teknik tidur

jam diharapkan nyeri pasien

berkurang dengan kriteria e. Instruksikan untuk memonitor

hasil: tidur pasien

a. Jumlah jam tidur dalam f. Monitor/catat kebutuhan tidur

batas normal 6-8 pasien setiap hari dan jam

jam/hari
b. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
c. Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat
d. Mampu
mengidentifikasikan hal-
hal yang meningkatkan
tidur

29
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan
dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan
dari pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dkk. (2018). NANDA-11 diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-
2020. (2018). Jakarta: EGC

Wahyuningsih, Sri. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogjakarta: Deepublish

Wagiyo dan Putronoo. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi Baru Lahir
Fisiologis dan Patologis. Yogjakarta: Penerbit Andi

Trinoviani. (2013). Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Post Operasi Sectio Caesarea Atas
Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Annisa RS PKU Muhammadiyah Surakarta (Naskah
Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Retno, Triwahyuni. ( 2015). Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Post Operasi Sectio
Caesarea dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittingi (Karya Tulis Ilmiah). Sumatera Barat: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis

31
WOC Post Partum Sectio Saecarea
Post Partum SC

Psikologis
Fisiologis

Nifas
Perubahan fase
Luka Post SC Post Koping individu
taking in, taking
anastesi tidak efekktif
hold, letting go

Diskontinuitas Kontraksi
uterus tidak
jaringan KECEMASAN
Penurunan saraf adekuat
otonom

Pengeluaran Jaringan
histamine dan terbuka Atonia uteri
Penurunan saraf
prostaglandin
vegetatif

Kurangnya Pendarahan HbO2


Merangsang proteksi dan menurun
Peristaltic
area sensorik higienitas usus
motorik
Anemia
Metabolisme
hipovolemia Asam laktat
Invasi bakteri anaerob
KONSTIPASI meningkat
NYERI AKUT
RISIKO
RISIKO KEKURANGAN
INFEKSI VOLUME INTOLERANSI
AKTIVITAS 32
CAIRAN
Butuh
GANGGUAN Berfokus pada perlindungan Taking in
POLA TIDUR diri sendiri dan pelayanan (ketergantungan)

DEFISIEN Kurang terpapar Taking hold dan


PENGETAHUAN informasi letting go

33

Anda mungkin juga menyukai