Oleh Kelompok 12 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya bisa menyusun makalah Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Post Partum Sectio Saecarea (SC)” ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta
membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-per
satu.
Penulis sangat berharap agar makalah ilmiah ini memberi banyak manfaat bagi para
pembaca terutama pada para mahasiswa keperawatan. Penulis juga sangat
mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar karya tulis ini
bisa menjadi lebih sempurna.
2
DAFTAR ISI
Cover....................................................................................................................... 1
Kata Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi.................................................................................................................. 3
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................... 5
Laporan Pendahuluan Pada Post Partum SC (Sectio Caesarea)
A. Definisi Post Partum................................................................................... 6
B. Definisi Sectio Caesarea.............................................................................. 10
C. Jenis-jenis Sectio Caesarea.......................................................................... 11
D. Etiologi dan Indikasi..................................................................................... 11
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 12
F. Patofisiologi................................................................................................... 12
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 13
H. Penatalaksanaan............................................................................................. 14
I. Komplikasi...................................................................................................... 15
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Post Partum Sectio Saecarea (SC)
1. Pengkajian...................................................................................................... 16
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 19
3. Intervensi......................................................................................................... 20
4. Implementasi................................................................................................... 30
5. Evaluasi........................................................................................................... 30
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 31
WOC............................................................................................................................. 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio saecarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk
janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan baik pada ibu
maupun pada bayi (Mochtar R 1998). Ditemukannya bedah sesar memang dapat
mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih
jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara normal. Namun faktanya
menurut bensons dan pernolls, angka kematian pada operasi SC adalah 40-80 tiap 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko 25x lebih besar dibandingkan dengan
persalinan melalui vagina. Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x
lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervagina.
Sectio saecarea menempati urutan kedua setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi
yang dilaporkan 6% sampai 15% (Gerhard Martius 1997). Sedangkan menurut statistic
tentang 3.509 kasus sectio saecarea yang disusun oleh pell dan chamberlain, indikasi untuk
resiko sectio saecarea adalah diproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta
previa 11% pernah sectio saecarea 11%, kelainan letak janin 10%, pre-eklamasi dan
hipertensi 7% dengan angka kematian pada ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah
dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro,2005).
Maka hal itulah yang melatarbelakangi kami menyusun makalah asuhan
keperawatan pada post partum untuk sectio saecarea (SC)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori post partum sectio saecarea (SC) ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan post partum sectio saecarea (SC) ?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tinjauan teori post partum sectio saecarea (SC)
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan post partum sectio saecarea
(SC)
5
LAPORAN PENDAHULUAN PADA POST PARTUM SC (SECTIO CAESAREA)
6
1. Perubahan Fisiologis
c. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1)
Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan
kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan
sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia
diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation, artinya
7
keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni,
2009).
8
ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.
Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai
dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami
preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi
seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
f. Perubahan sistem integumen
Kloasma gravidarum dan striae umunya akan memudar pa masa akhir kehamilan,
pertumbuhan rambut melambat, terjadi kerontokan rambut, dan hiperpigmentasi dan areola
dan line nigra mungkin tidak menghilang sepenuhnya
2. Perubahan Psikologis
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga
merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi
yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu
nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya
dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti
menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu dapat terus terjaga.
9
gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril
sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada
fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan
pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
c. Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran
barunya.
1. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang 8
cm).
2. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan
sectio.
10
3. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan selanjutnya
dilakukan sectio caesarea ulang.
4. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi
dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena suatu indikasi.
5. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya
pada keadaan infeksi rahim yang berat.
11
h. Pre-eklampsia dan hipertensi.
i. Disfungsi uterus.
j. Distosia jaringan lunak.
2. Indikasi janin:
a. Letak lintang.
b. Letak bokong.
c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain tidak
berhasil.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post sectio
caesarea, antara lain :
1. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
3. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
4. Bising usus tidak ada.
5. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
6. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
F. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin
yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi
akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
12
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnue yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk
juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
2. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
3. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
4. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin
H. Penatalaksanaan
1. Persiapan pasien
13
Pasien dalam posisi trandenlenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal / peridural
pada operasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat operasi, obat dan darah
dipersiapkan
2. Pelaksanaan
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan oprasi
dipersempit dengan kain suci hama.
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis ampai
dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium terbuka.
c. Dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
d. Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung kencing di
depn segmen bawah rahim secara melintang pada vesikouterma ini disisihkan
secara tumpul ke arah bawah dan samping dilindungi dengan spekulum
kandung kencing
e. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan plikavesikouretra
tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm. Kemudian diperlebar sc melintang
secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen
bawah rahim dapat melintang (transversal)
f. Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan.
Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat dijepit dan
diotong plasenta dilahirkan secara manual ke dalam otot rahim intramuscular
disuntik oksitosin. Laisan dinding rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
g. Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
h. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit
I. Komplikasi
14
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar
R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :
15
1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi: nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan
dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut, perdarahan,
dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi berat badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan, dan
HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu, dan
riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari
ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
involunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass, apakah
perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua
dan kelima.
16
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri
dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat,
penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu
dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Insomnia mungkin
teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pasca post
partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan lingkungannya selama
fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh
dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
17
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan bayi
selama masa nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu.
Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi
rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan
darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul
pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC pada
hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis
nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira
110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai
peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya tanda-tanda syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
18
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah konjungtiva
pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar tiroid, pembuluh
limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, puting mudah erektil, pruduksi kolostrums /48
jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1-S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasan ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi
fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahan struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri
dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat kaki
dorsofleksi pasif).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
19
c. Risiko konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
d. Defisien pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan
sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
f. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan pendarahan
g. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tanggung jawab memberi asuhan
3. Intervensi
20
menggunakan g. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
manajemen nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
c. Mampu mengenali nyeri inter personal)
(skala, intensitas, h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
frekuensi dan tanda menentukan intervensi
nyeri) i. Ajarkan tentang teknik non
d. Menyatakan rasa nyaman farmakologi
setelah nyeri berkurang j. Berikan analgetik untuk mengurangi
e. Tanda vital dalam nyeri
rentang normal k. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
l. Tingkatkan istirahat
m. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
n. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
21
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
2 Risiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan diskontinuitas Knowledge : a. Bersihkan lingkungan setelah
jaringan Infection Control dipakai pasien lain
Risk Control b. Pertahankan teknik isolasi
Setelah dilakuakan asuhan c. Batasi pengunjung bila perlu
keperawatan selama ….x24 d. Instruksikan pada pengunjung untuk
jam diharapkan resiko mencuci tangan saat berkunjung dan
infeksi terkontrol dengan setelah berkunjung meninggalkan
kriteria hasil: pasien
a. Pasien bebas dari tanda e. Gunakan sabun antimikrobia untuk
dan gejala infeksi cuci tangan
b. Menunjukkan f. Cuci tangan setiap sebelum dan
kemampuan untuk sesudah tindakan kperawtan
mencegah timbulnya g. Gunakan baju, sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
c. Jumlah leukosit dalam h. Pertahankan lingkungan aseptik
batas normal selama pemasangan alat
d. Menunjukkan perilaku i. Ganti letak IV perifer dan line
hidup sehat central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
22
j. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila perlu
23
o. Ajarkan cara menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan infeksi
24
4 Defisien pengetahuan NOC : NIC :
berhubungan dengan Knowledge : disease a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
tidak mengenal atau process dan keluarga
familiar dengan Knowledge : Healrh b. Jelaskan patofisiologi dari
sumber informasi behaviour penyakit dan bagaimana hal ini
tentang cara Setelah dilakukan asuhan berhubungan dengan anatomi
perawatan bayi. keperawatan selama ….. x dan fisiologi, dengan cara yang
24 jam diharapkan tepat
pengetahuan klien c. Identifikasi kemungkinan
meningkat dengan indikator: penyebab, dengan cara yang
a. Pasien dan keluarga tepat
menyatakan pemahaman d. Sediakan informasi pada pasien
tentang penyakit, tentang perawatan bayi dan
kondisi, prognosis dan menyusui, dengan cara yang
program pengobatan tepat
b. Pasien dan keluarga e. Sediakan informasi bagi
mampu melaksanakan keluarga informasi tentang
prosedur yang dijelaskan perawatan bayi
secara benar f. Dukung pasien untuk
c. Pasien dan keluarga mengeksplorasi atau
mampu menjelaskan mendapatkan second opinion
kembali apa yang dengan cara yang tepat atau
dijelaskan perawat/tim diindikasikan
kesehatan lainnya g. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan Self Care : ADLs a. Observasi adanya pembatasan
kelemahan sekunder Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
terhadap proses Konservasi energi b. Kaji adanya faktor yang
pembedahan menyebabkan kelelahan
25
Setelah dilakukan asuhan c. Monitor nutrisi dan sumber
keperawatan selama …..x24 energi yang adekuat
jam diharapkan nyeri d. Monitor pasien akan adanya
berkurang dengan kriteria kelehan fisik dan emosi secara
hasil: berlebihan
a. Berpartisipasi dalam e. Monitor respon kardiovaskuler
aktivitas fisik tanpa terhadap (takikardi, disritmia,
disertai peningkatan sesak napas, diaporesis, pucat,
tekanan darah, nadi perubahan hemodinamik)
dan RR f. Kolaborasikan dengan tenaga
b. Mampu melakukan rehabilitasi medik dalam
aktivitas sehari-hari merencanakan program terapi
(ADLs) secara yang tepat
mandiri g. Bantu klien untuk
c. Keseimbangan mengidentifikasi aktivitas yang
aktivitas dan mampu dilakukan
istirahat h. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
i. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
j. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
k. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
26
6 Risiko kurang volume NOC : NIC :
cairan berhubungan Fluid balance Fluid management
dengan pendarahan Hydration a. Timbang pembalut jika
Nutritional Status: Food diperlukan
and Fluid Intake b. Pertahankan catatan intake dan
Setelah dilakukan asuhan output yang akurat
keperawatan selama …..x24 c. Monitor status hidrasi
jam diharapkan nyeri (kelembaban membran mukosa,
berkurang dengan kriteria nadi adekuat, tekanan darah
hasil: ortostatik ), jika diperlukan
a. Mempertahankan urine d. Monitor vital sign
output sesuai dengan e. Monitor masukan makanan /
usia dan BB, BJ urine cairan dan hitung intake kalori
normal, HT normal harian
b. Tekanan darah, nadi, f. Kolaborasikan pemberian cairan
suhu tubuh dalam batas IV
normal g. Monitor status nutrisi
c. Tidak ada tanda-tanda h. Berikan cairan IV pada suhu
dehidrasi, Elastisitas ruangan
turgor kulit baik, i. Dorong masukan oral
membran ·
mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan Hypovolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk
intake dan ourput cairan
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
d. Monitor tanda vital
e. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
f. Pemberian cairan IV
27
g. Monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
·
28
berkurangnya k. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan kecemasan apabila diperlukan
Pattern nyaman
Pattern tidur
jam/hari
b. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
c. Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat
d. Mampu
mengidentifikasikan hal-
hal yang meningkatkan
tidur
29
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan
dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu,
memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan
dari pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, dkk. (2018). NANDA-11 diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-
2020. (2018). Jakarta: EGC
Wahyuningsih, Sri. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogjakarta: Deepublish
Wagiyo dan Putronoo. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, dan Bayi Baru Lahir
Fisiologis dan Patologis. Yogjakarta: Penerbit Andi
Trinoviani. (2013). Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Post Operasi Sectio Caesarea Atas
Indikasi Ketuban Pecah Dini di Ruang Annisa RS PKU Muhammadiyah Surakarta (Naskah
Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Retno, Triwahyuni. ( 2015). Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Post Operasi Sectio
Caesarea dengan Indikasi Pre Eklamsi Berat di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit
Achmad Mochtar Bukittingi (Karya Tulis Ilmiah). Sumatera Barat: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis
31
WOC Post Partum Sectio Saecarea
Post Partum SC
Psikologis
Fisiologis
Nifas
Perubahan fase
Luka Post SC Post Koping individu
taking in, taking
anastesi tidak efekktif
hold, letting go
Diskontinuitas Kontraksi
uterus tidak
jaringan KECEMASAN
Penurunan saraf adekuat
otonom
Pengeluaran Jaringan
histamine dan terbuka Atonia uteri
Penurunan saraf
prostaglandin
vegetatif
33