MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG ANGSOKA III RSUP SANGLAH
TANGGAL 25 APRIL – 01 MEI 2022
OLEH
KELOMPOK 15
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2022
i
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Kepala
Pembimbing Akademik, Ruangan/Pembimbing Ruangan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Manajemen Keperawatan Kelompok 15 di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah
Tanggal 25 April – 01 Mei 2022”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Profesi Ners ITEKES Bali.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan ini. Ucapan terima kasih kami berikan kepada:
1. dr. I Wayan Sudana, M.Kes., selaku Direktur RSUP Sanglah Denpasar yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktik profesi Ners.
2. I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,PhD. selaku Ketua Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada kami untuk mengikuti praktik stase manajemen keperawatan program
studi profesi Ners
3. dr. Made Artawa selaku Kepala Sub Bidang Bedah RSUP Sanglah yang telah yang
telah berkenan menerima kami dan memberikan masukan serta bimbingan
4. Ns. Ni Komang Kusuma Dewi, S.Kep. selaku Penanggung Jawab Ruangan
sekaligus Pembimbing Ruangan di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah yang telah
memberikan bimbingan dan dukungannya selama proses pembuatan laporan ini.
5. Ns. Ni Putu Ayu Sastamidhyani., S.Kep., M.Kep. selaku PembimbingAkademik
di ruang Angsoka III RSUP Sanglah yang telah memberikan bimbingan dan
dukungan selama proses pembuatan laporan ini.
6. Staff tenaga kesehatan dan non-tenaga kesehatan di Ruang Angsoka III yang
telah memberikan dukungan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan sehingga saran
dan kritik bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat untuk peningkatan pelayanan keperawatan terutama
di RSUP Sanglah.
Denpasar, 29 April 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………...ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan…… ..................................................................................................................... 3
C. Manfaat…. . .................................................................................................................... 4
BAB II PROFIL RUMAH SAKIT ................................................................................... 5
A. Sejarah Umum Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah ....................................................... 5
B. Visi Misi Rumah Sakit.................................................................................................... 6
C. Fasilitas Ruang Kesehatan RSUP Sanglah ..................................................................... 6
BAB III PENGUMPULAN DATA .................................................................................. 8
A. Pengkajian M1-M5 ......................................................................................................... 8
B. Pelaksanaan Analisa Swot ............................................................................................ 59
C. Diagram Layang Analisa Swot ..................................................................................... 75
D. Prioritas Masalah .......................................................................................................... 76
BAB IV PERENCANAAN ............................................................................................. 77
A. Penataan Ketenagaan .................................................................................................... 77
B. Perencanaan MPKP ...................................................................................................... 77
C. Timbang Terima ........................................................................................................... 86
D. Supervisi……………………. ...................................................................................... 90
E. Ronde Keperawatan ...................................................................................................... 95
F. Sentralisasi Obat ........................................................................................................... 96
G. LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ketenagaan dan Riwayat Pendidikan tenaga keperawatan dan non keperawatan...........10
Tabel 3.2 Uraian Fungsi dan Tugas SDM Ruang Angsoka III RSUP Sanglah...............................20
Tabel 3.3 BOR Bulanan Ruang Angsoka III RSUP Sanglah...........................................................26
Tabel 3.4 BOR Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Tanggal 25-28 April 2022...............................26
Tabel 3.5 Tabel 3.5 BOR Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Tanggal 25-28 April 2022...............27
Tabel 3.6 Klasifikasi dan Kriteria Tingkat Ketergantungan Pasien…………..................................28
Tabel 3.7 Perhitungan Beban Kerja Menurut Douglas.....................................................................32
Tabel 3.8 Kebutuhan Perawat Menurut Tingkat Ketergantungan Pasien.........................................32
Tabel 3.9 Fasilitas Pasien di Ruang Angsoka III..............................................................................39
Tabel 3.10 Fasilitas Petugas di Ruang Angsoka III..........................................................................39
Tabel 3.11 Peralatan di Ruang Angsoka III......................................................................................40
Tabel 3.12 Perbandingan Model Supervisi Klinik............................................................................51
Tabel 3.13 Form Dokumentasi Ruang Angsoka III RSUP Sanglah.................................................54
Tabel 3.14 Tarif Layanan Rawat Inap ..............................................................................................57
Tabel 3.15 Sepuluh Besar Kasus Diagnosa Terbanyak Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Bulan
Maret 2022......................................................................................................................57
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pelayanan
administrasi. Kegiatan pelayanan rumah sakit yang diberikan kepada masyarakat dan
pelayanan administrasi, antara lain kegiatan promotif, kuratif, preventif, dan rehabilitative.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi kebutuhan dasar
yang diperlukan bagi setiap orang. Untuk itu, rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam pelayanan kesehatan guna menghasilkan pelayanan yang berkualitas.
Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam
meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24
jam secara berkesinambungan di bawah tanggung jawab seorang pemimpin keperawatan.
Perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit, memerlukan suatu sistem untuk
melakukan tindakan keperawatan. Sistem yang terdiri dari dari struktur, proses dan nilai-nilai
profesional akan mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut (Asriani, Mattalatta, & Betan, 2016).
Profesionalisme dalam dunia kerja semakin besar dalam era modern seperti sekarang,
terutama dalam bidang keperawatan terkait dengan kondisi pasien dan keluarga yang semakin
kritis terhadap upaya pelayanan berkualitas. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan
secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan. Keperawatan adalah salah
satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan mutu pelayanan
kesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi bagian terdepan dalam menentukan kualitas suatu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, yang mana pelayanan ini mengharuskan memberikan
pelayanan keperawatan secara professional dengan kompetensi yang memenuhi standar
dalam memperhatikan kaidah etik dan moral. Untuk menjalankan fungsi menjadi perawat
professional diperlukan adanya penerapan sistem manajemen yang berkualitas.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Pada dasarnya manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC
(planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan
1
keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung
tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna, dan berhasil guna kepada
pasien. Proses manajemen keperawatan dilaksanakan dalam tahap-tahap yaitu pengkajian
(kajian situasional), perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan evaluasi
(Swanburg, 2000).
MPKP dalam pengembangan dan implementasi secara klinis telah berkembang
selama beberapa tahun terakhir, baik secara nasional maupun secara internasional, terbukti
memberi dampak yang positif pada pemberian asuhan keperawatan dan peningkatan angka
kepatuhan perawat terhadap standar asuhan (Sitorus, 2017 dalam Amir, Chanafie & Hastono,
2020). MPKP merupakan suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai professional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur asuhan tersebut (Setiadi, 2016 dalam Amir,
Chanafie & Hastono, 2020). Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya. Dimana manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan, melalui upaya staf keperawatan, untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga dan masyarakat. Konsep yang
harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep manajemen keperawatan,
perencanaan yang berupa rencana strategis melalui pendekatan: pengumpulan data, analisis
SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional,
khususnya dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang
merupakan salah satu metode praktek keperawatan professional, yang mana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien tersebut masuk sampai keluar dari rumah sakit dan melakukan pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2014).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok 15 Program Studi
Pendidikan Profesi Ners pada tanggal 25 April - 01 Mei 2022 di Ruang Angsoka III RSUP
Sanglah, didapatkan bahwa metode asuhan keperawatan yang dilakukan di Ruang Angsoka
III RSUP Sanglah adalah metode MPKP Primer Modifikasi. Ruang Angsoka III merupakan
ruang rawat inap kelas II dan kelas III khusus perempuan.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan, diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip kepemimpinan serta
manajemen keperawatan dengan menggunakan Metode Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) Primer dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit
khsususnya pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pengelolaan ruangan dengan pelayanan keperawatan sesuai konsep
langkah manajemen, diharapkan mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan pengkajian terhadap situasi ruangan di Ruang Angsoka III RSUP
Sanglah dengan metode pendekatan 5M (Man, Material, Methoda, Money, Market).
b. Melaksanakan analisa situasi berdasarkan analisa SWOT (Strengh, Weakness,
Opportunity, Threat).
c. Menemukan permasalahan berdasarkan analisa yang telah dibuat.
d. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) meliputi:
1) Penataan Ketenagaan
2) Perencanaan MPKP
3) Timbang Terima
4) Supervisi
5) Ronde Keperawatan
6) Sentralisasi Obat
7) Discharge Planning
8) Dokumentas Keperawatan
e. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Praktik Keperawatan Profesional meliputi:
1) Penataan Ketenagaan
2) Perencanaan MPKP
3) Timbang Terima
4) Supervisi
5) Ronde Keperawatan
6) Sentralisasi Obat
7) Discharge Planning
8) Dokumentas Keperawatan
3
C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan klien mengenai pelayanan keperawatan di RSUP Sanglah.
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
b. Dapat mengaplikasikan metode SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threat)
untuk membantu menyusun rencana strategi.
c. Mengidentifikasi modifikasi penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP).
4. Bagi ITEKES Bali
a. Diharapkan laporan ini bisa menjadi bahan mata ajar manajemen keperawatan
b. Diharapkan laporan ini bisa menjadi pedoman dalam pembuatan laporan praktek profesi
ners pada desiminasi awal.
4
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT
5
B. Visi Misi Rumah Sakit
1. Visi
RSUP Sanglah memiliki visi yaitu “Menjadi Rumah Sakit Unggul dan Mandiri Tahun
2024”.
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, mandiri dan terjangkau
b. Menyelenggarakan pendidikan Terintegrasi dan Pelatihan Tenaga Kesehatan yang
berdaya saing dan berbudaya
c. Menyelenggarakan penelitian kesehatan berbasis rumah sakit
d. Menciptakan tata Kelola RS yang baik
e. Membangun Jejaring kesehatan dan kerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait
3. Sasaran
a. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna.
Terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.
b. Terselenggaranya pendidikan dokter umum, dokter spesilalis disemua SMF/Bagian
dan tenaga kesehatan lainnya.
c. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang berkualitas, terdokumentasi dan
dipublikasikan ke seluruh dunia.
4. Falsafah
“Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Pelayanan Kesehatan,
Pendidikan dan Penelitian.”
5. Tujuan
“Tercapainya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna, dalam rangka
mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkelas dunia agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggitingginya”
6. Motto
“Iklas Melayani” dengan 5 keyakinan dasar:
a. Integrasi
b. Professional
c. Tat Twam Asi
d. Efektif
e. Kebersamaan
C. Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUP Sanglah
6
1. Ruang Rawat Inap
2. Ruang Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Poliklinik
5. Pelayanan Jantung Terpadu
6. Pelayanan Kanker Terpadu
7. Pelayanan Terpadu Kesehatan Ibu dan Anak
8. Pelayanan kesehatan tradisonal (akupuntur, prana, hipnoterapi, dan akupresur)
9. Cangkok Ginjal
10. Pelayanan Beauty Center
11. Pavilium Amerta
12. Haemodialisa
13. Kamar Operasi
14. Radioterapi
7
BAB III
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah dilakukan selama 5 pada
tanggal 25 s/d 29 April 2022, yaitu M1 (Man), M2 (Material), M3 (Method), M4 (Money), dan
M5 (Market). Pengumpulan data dilakukan untuk mencari profil ruang rawat inap kelolaan. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisa menggunakan analisis SWOT, sehingga ditemukan beberapa
rumusan masalah yang kemudian akan dipilih salah satunya sebagai prioritas masalah.
A. Pengkajian M1-M5
1. M1 (Man)
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Ruang Angsoka III RSUP Sanglah terdiri dari Kasub Bedah,
Penanggung Jawab (kepala ruangan), Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA),
Case Manager, Farmasi, Petugas Administrasi, Ahli Gizi, asisten perawat, dan Cleaning
Service. Ruang Angsoka III mempunyai 4 PP dengan masing-masing PP dibantu oleh
beberapa perawat pelaksana (associate). Struktur organisasi tersebut sudah lengkap
dengan uraian tugas, fungsi kewajiban, tanggung jawab, serta hubungan kerja sama
dengan unit lain untuk menyelenggarakan pelayanan keperawatan.
Ruang Angsoka III berada dibawah naungan Kasub Bedah yang dipimpin oleh
seorang dokter. Ruang Angsoka III RSUP Sanglah dipimpin oleh Kepala Ruangan (PJ)
dengan latar belakang pendidikan S2 Keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
dibagi menjadi 4 Perawat Primer (PP). Perawat Primer (PP) I terdiri dari 1 orang perawat
primer (PP), dan 4 orang Perawat Associate (PA). Perawat Primer (PP) I mengelola 2
kamar dengan kapasitas 12 tempat tidur. Perawat Primer (PP) II terdiri dari 1 orang
perawat primer (PP), dan 4 orang Perawat Associate (PA). Perawat Primer (PP) II
mengelola 2 kamar dengan kapasitas 12 tempat tidur. Perawat Primer (PP) III terdiri dari
1 orang perawat primer (PP), dan 4 orang Perawat Associate (PA). Perawat Primer (PP)
III mengelola 2 kamar dengan kapasitas 12 tempat tidur. Perawat Primer (PP) IV terdiri
dari 1 orang perawat primer (PP), dan 4 orang Perawat Associate (PA). Perawat Primer
(PP) IV mengelola 2 kamar dengan kapasitas 9 tempat tidur. Selain itu, Ruang Angsoka
III memiliki 1 orang bagian case manager yang dipimpin oleh perawat, 1 orang bagian
farmasi, 1 orang bagian administrasi, 2 orang bagian gizi, serta 2 orang bagian asisten
perawat.
8
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang Angsoka III
Sumber: SIMARS tahun 2022
Ruang Angsoka III RSUP Sanglah memiliki satu KaSub Bedah, satu orang Kepala
Ruangan (PJ), satu case manager, 4 perawat primer (PP), 16 perawat associate (PA), serta
tenaga non kesehatan tenaga Administrasi 1 orang dan 2 cleaning servis. Berikut jumlah
ketenagaan di Ruang Angsoka III:
1) Tenaga Kesehatan
a) Tenaga S2 Keperawatan : 0 orang
b) Tenaga S2 Kesehatan : 1 orang
c) Tenaga S1 Keperawatan Ners : 5 orang
d) Tenaga S I Keperawatan : 0 orang
e) Tenaga D III Keperawatan : 20 orang
f) Tenaga S1 Ahli Gizi : 2 orang
9
2) Tenaga Non Kesehatan
a) Tenaga Administrasi : 1 orang
b) Tenaga SMA : 3 orang
b. Riwayat Pendidikan
Perawat di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah memiliki pendidikan terakhir S2
Kesehatan, S2 Keperawatan, S1 Keperawatan NERS, S1 Keperawatan, dan D III
Keperawatan. Berikut adalah tabel riwayat pendidikan perawat Ruang Angsoka 1 RSUP
Sanglah.
Tabel 3.1 Ketenagaan Dan Riwayat Pendidikan Tenaga Keperawatan dan
Non Keperawatan Serta Pelatihan
NO Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan
1 Dr. Made Artawa KaSub Bedah S1 BHD, PPI, K3RS,
Kedokteran Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, BTLS,
PPGD, Manajemen
Mutu RS, Case
Manager, ACLS
2 I Gusti Agung Ayu Putri Case S2-Kes BHD, PPI, K3RS,
Mastini, S.Kep.Ns, Manager Patient Safety, Hak
M.Kes & Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Manajemen
Keperawatan,
Assesor Kopetensi
& Kredensial,
Manajemen
Bencana RS,
PPGD, Manajemen
Mutu RS, Case
Manager
3 Ns. Ni Komang PJ S1-Ners BHD, PPI, K3RS,
Kusuma Dewi S.kep Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, Manajemen
Keperawatan,
Assesor Kopetensi
& Kredensial,
Manajemen
Bencana RS,
10
BTLS, PPGD,
Manajemen Mutu
RS, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka, Medikal
Bedah, KMB
lanjutan,
Keperawatan luka
lanjutan
4 Ni Luh Ketiani PP 1 D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Penyusunan
Askep, Penanganan
Spinal Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
5 Ns. Ni Made Agustini, PA S1-Ners BHD, PPI, K3RS,
S.Kep Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, BTLS,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka,
Penatalaksanaan
HIV/AIDS
11
6 A.A Istri Candra D PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, PPGD,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
7 Komang Suarjani PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Penyusunan
Askep, Penanganan
Spinal Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
12
10 Ni Made Krisna Dwi C. PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, BTLS,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
11 Ns. Dsk Putu Narisita, PA S1-Ners BHD, PPI, K3RS,
S.Kep Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
12 AA Istri Putri Ekaristayani PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Dalem Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
13
13 Putu Utari Arisanti PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
14 G A Istri Vikanamurti PP III D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, PPGD,
Pelatihan Clinical
Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
14
15 I NYM Asta Mautama PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, BTLS,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
16 Ni Nengah Ariditha PA DIII KEP BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
17 Ni Wayan Ernawati PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
15
18 Ni Putu Sukawati PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, BTLS,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
19 Ni Wyn Yuniasih PP 4 DIII KEP BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
20 Ni Kt Ratna Utami PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
16
Pelatihan Rawat
Luka
21 Ni Putu Nurtika Dewi PA IV DIII-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, BTLS,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
22 Putu Ari Widanti PA IV D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, PPGD,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
23 Umi Cahyati PA IV D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
24 Ni Nyoman Aprilyastiti PA D III-Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
17
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
25 A.A Istri Catur Dyah F PA S1-Ners BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
26 Rizky Ramadhan PA D III- Kep BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, BTLS,
PPGD, Pelatihan
Clinical Instructor,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
27 Komang Yuliawan Billing SMA BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
PPGD, Penyusunan
Askep, Penanganan
Spinal Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
28 Suarnasih POS SMA BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
18
Ortopedi Dasar,
PPGD, Penyusunan
Askep, Penanganan
Spinal Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
29 I Wayan Gede Kurnia POS SMA BHD, PPI, K3RS,
Patient Safety, Hak
& Kewajiban
Pasien, Komunikasi
Efektif, Pelatihan
Ortopedi Dasar,
Pelatihan Dasar
EKG, PPGD,
Penyusunan Askep,
Penanganan Spinal
Cord Injury,
Pelatihan Rawat
Luka
Keterangan:
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 25-28 April 2022,
ditemukan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang ada di Ruang Angsoka III RSUP
sanglah yaitu sebanyak 1 orang S2 Kesehatan, 5 orang perawat S1-Ners, 20 orang perawat
berpendidikan D III Keperawatan dan 3 orang merupakan tenaga non kesehatan. Hasil
kesimpulan menunjukan bahwa jumlah tenaga S1-Ners di Ruang Angsoka III lebih kecil
dibandingkan tenaga D III keperawatan. Hal ini sudah diupayaka untuk diatasi oleh pihak
rumah sakit dengan cara memberikan kesempatan pada tenaga keperawatan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan keseluruhan tenaga
keperawatan yang ada di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah, semua perawat telah
mengikuti pelatihan dasar yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan guna
menunjang keberhasilan penerapan program keperawatan. Berdasarkan data yang
didapatkan, semua perawat telah mengikuti pelatihan BHD, K3RD PPI, Patient Safety,
Hak & Kewajiban Pasien, dan komunikasi efektif. Hasil pengkajian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kualitas dan kesiapan tenaga perawat di Ruang Angsoka III sudah
baik dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan terkait masalah yang ada di ruangan
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
19
Berdasarkan data yang didapatkan, semua perawat telah mengikuti pelatihan BHD,
K3RD PPI, Patient Safety, Hak & Kewajiban Pasien, dan komunikasi efektif. Hasil
pengkajian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kesiapan tenaga perawat di
Ruang Angsoka III sudah baik dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan terkait masalah
yang ada di ruangan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal.
c. Pembagian Tugas SDM
1) Fungsi dan Tugas Staff di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah
Tabel 3.2 Uraian Fungsi dan Tugas SDM Ruang Angsoka III RSUP Sanglah
No SDM Fungsi Standar Teori Data
Pengkajian
Ya Tidak
1 Kepala Administrasi 1. Melakukan absensi √
Ruangan 2. Membuat jadwal √
jaga
3. Membuat laporan √
jaga
4. Membuat laporan √
(harian, bulanan,
triwulan)
5. Membuat sensus √
harian
6. Melakukan √
registrasi pasien
masuk dan keluar
7. Membuat √
perencanaan
kebutuhan tenaga,
alat, fasilitas dan
obat
20
8. Membuat laporan √
KLB
9. Membuat program √
pemeliharaan alat
dan fasilitas
10. Menyusun program:
a. Pengembangan √
staf
b. Orientasi staff √
baru
c. Bimbingan staf √
11.Membuat laporan √
kinerja staf
Kepemimpinan 1. Mendelegasikan √
tugas
2. Membimbing staf √
3. Membina kerja staf √
4. Membagi tugas √
harian
5. Mengkoordinasikan √
pertukaran jaga staf
6. Membuat usulan √
penilaian kinerja
staf/daftar penilaian
pelaksanaan
pekerjaan
Jaminan Mutu 1. Melaksanakan √
diskusi refleksi
kasus
2. Melakukan √
pencegahan dan
pengendalian
infeksi
3. Melaksanakan √
gugus kendali mutu
4. Melakukan √
bimbingan/coach
keterampilan staf
5. Melakukan survey
kepuasan pasien:
a) Angket √
b) Kotak saran √
c) Buku pesan dan √
21
kesan
6. Mengikuti √
pendidikan/pelatihan
22
privasi
2 Perawat Administrasi 1. Melakukan absensi √
Primer 2. Membuat laporan √
jaga
3. Membuat sensus √
harian
4. Melakukan registrasi √
pasien masuk dan
keluar
Jaminan Mutu 1. Melaksanakan refleksi √
diskusi kasus
2. Melakukan √
pencegahan dan
pengendalian infeksi
3. Melaksanakan gugus √
kendali mutu
4. Melakukan survey
kepuasan pasien:
a) Angket √
b) Kotak saran √
c) Buku pesan dan √
kesan
5. Mengikuti √
pendidikan /pelatihan
23
9. Melaksanakan √
PKM RS
10. Melaksanakan √
discharge planning
Advokasi 1. Memfasilitasi √
informed consent
(lisan dan tulisan)
2. Melakukan √
pendampingan pasien
3. Menjaga privasi √
pasien
4. Menjaga kerahasiaan √
dokumen
3 Perawat Administrasi 1. Melakukan absensi √
Associate 2. Membuat laporan jaga √
3. Membuat laporan √
(harian, bulanan,
triwulan)
4. Melakukan registrasi √
pasien masuk dan
keluar
5. Membuat √
perencanaan
kebutuhan alat dan
obat
6. Membuat laporan √
KLB
7. Membuat program √
pemeliharaan alat dan
fasilitas
Jaminan Mutu 1. Melakukan survey
kepuasan pasien:
a) Angket √
b) Kotak saran √
c) Buku pesan dan √
kesan
2. Mengikuti √
pendidikan/pelatihan
Promosi 1. Melakukan operan √
jaga setiap shift
2. Melakukan orientasi √
pasien baru
√
24
3. Mengadakan rapat
rutin ruangan
4. Mensosialisasikan √
a) Kebijakan √
b) Standar √
c) SOP √
5. Melaksanakan PKM
RS √
6. Melaksanakan
discharge planning
Advokasi 1. Memfasilitasi √
informed consent
2. Melakukan √
pendampingan
pasien
3. Menjaga privasi √
4. Menjaga √
kerahasiaan privasi
4 Administrasi Membuat perencanaan √
kebutuhan alat, fasilitas,
dan obat
25
BOR bulanan, dan BOR tanggal 25 April – 01 Mei 2022, akan dijelaskan dalam
tabel dengan rincian sebagai berikut:
Rumus BOR:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐵𝑂𝑅 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
Keterangan:
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 25 April – 01 Mei 2022
didapatkan hasil BOR bulanan tertinggi yaitu 86,88% pada bulan Januari, dan rata-
rata BOR selama 3 bulan di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah adalah 82,37%. Nilai
BOR tersebut masuk kedalam kategori normal. Selain itu, berdasarkan wawancara
dengan PJ Ruang Angsoka III menyatakan terjadi peningkatan BOR pada bulan Januari
akibat menurunnya kasus COVID-19. Kemudian kembali turun pada bulan Februari
dan Maret karena mulainya muncul COVID-19 varian Omicron yang menyebabkan
peningkatan pada BOR.
Tabel 3.4 BOR Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Tanggal 25-28 April 2022
Hari/Tanggal BOR Standar Nasional Keterangan
Kemenkes, 2012
Senin, 25 April 2022 64% 60-85% Normal
Selasa, 26 April 2022 82,2% 60-85% Normal
Rabu, 27 April 2022 80% 60-85% Normal
Kamis, 28 April 2022 78% 60-85% Normal
Rata-rata 76,05% 60-85% Normal
Keterangan:
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 25 – 28 April 2022 hasil
BOR tidak ada BOR tertinggi. Pada tanggal 25 – 28 April 2022 didapatkan hasil BOR
dalam rentang normal dengan rata – rata BOR 76,0.
26
Berdasarkan hasil wawancara dengan PJ Ruang Angsoka menyatakan bahwa BOR
bersifat fluktuatif, sebab Ruang Angsoka III merupakan rawat inap bedah sehingga
pada hari minggu akan terjadinya peningkatan jumlah pasien pre operasi yang akan
melakukan operasi di hari senin. Kemudian jumlah BOR akan menurun pada hari
jumat karena pasien banyak pulang.
2) BOR Ruang Kelolaan Ruang Angsoka III RSUP Sanglah
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 – 28 April 2022 didapatkan
gambaran kapasitas tempat tidur Ruang Kelolaan Ruang Angsoka III RSUP Sanglah.
Ruang Angsoka III memiliki 8 ruangan kelolaan yaitu kamar 1 dengan kapasitas 6
tempat tidur, kamar 2 kapasitas 6 tempat tidur, kamar 3 kapasitas 6 tempat tidur, kamar
4 kapasitas 6 tempat tidur, kamar 5 kapasitas 6 tempat tidur, kamar 6 kapasitas 6 tempat
tidur, kamar 7 kapasitas 6 tempat tidur, dan kamar 8 kapasitas 3 kamar tidur. BOR
ruangan kelolaan pada tanggal 25 – 28 April 2022 akan dijelaskan dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 3.5 BOR Per Kamar Ruang Angsoka III RSUP Sanglah Tanggal 25 - 28 April
2022
Kamar Bulan/BOR Rata-rata Keterangan
25 26 27 28
April April April April
301 50% 100% 100% 66,7% 79,2% Normal
302 50 % 100% 100% 100% 87,5% Tinggi
303 83,3% 66,7% 50% 66,7% 66,7% Normal
304 66,7% 100% 100% 100% 91,7% Tinggi
305 83,3% 83,3% 83,3% 100% 87,5% Tinggi
306 16,7% 33,3% 33,3% 33,3% 83,3% Normal
307 100% 83,3% 83,3% 100% 91,6% Tinggi
308 66,7% 100% 100% 66,7% 83,3% Normal
Keterangan:
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 25 – 28 April 2022,
didapatkan rata-rata BOR tertinggi yaitu kamar nomor 302, kamar 304, kamar 305,
dan kamar 307 dengan nilai BOR 91,7%, dan BOR terendah adalah kamar nomor 303,
dengan nilai rata-rata BOR 66,7%.
27
e. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di Ruang Angsoka III pada 25 April 2022,
didapatkan jumlah pasien perhari sebanyak 4 pasien dengan perawatan minimal care, 23
dengan perawatan parsial dan 10 dengan perawatan total.
28
1. Ketenagaan menurut Gilles
Sehingga kebutuhan tenaga kerja di Ruang Angsoka 1 dihitung dengan menggunakan
metode Gilles dalam Nursalam (2015) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
A = Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = Rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur)
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing-masing jam perawat
F = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun
G = jumlah jam kerja efektif per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari
a) Keperawatan langsung
Minimal : 4 x 2 jam = 8 jam
Parsial : 23 x 3 jam = 69 jam
Total : 10 x 6 jam = 60 jam
= 137 jam
b) Keperawatan tidak langsung
37 pasien x 1 jam = 37 jam
c) Penyuluhan kesehatan
37 pasien x 0,25 jam = 9,25 jam
2) Jumlah jam perawatan langsung + jumlah perawatan tidak langsung +penyuluhan
kesehatan = Total jam perawatan
137 jam + 37 jam + 9,25 jam = 183,25 jam
3) Rata-rata jumlah perawatan pasien per hari
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛
=
183,
25
37
= 4,95 jam/pasien/hari
29
4) Jumlah tenaga kerja keperawatan di Ruangan
𝐴×𝐵×𝐶
(𝐶 − 𝐷) × 𝐸
4,95 × 34,22 × 365
(365 − 76) × 8
61.826,985
= 26.741~27 orang
2312
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan 1 unit harus ditambahkan 20%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan). Jadi jumlah total tenaga keperawatan yang
dibutuhkan di ruang Angsoka III menjadi 27 orang + 5 orang = 32 orang. Jumlah
tenaga keperawatan di Ruang Angsoka III juga harus ditambah structual yaitu 1
orang PJ, sehingga jumlah tenaga keperawatan menjadi 33 orang.
5) Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖 × 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖
37 × 4,95
8
183,15
= 23 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
8
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift yaitu
a) Pagi : 47% x 23 = 11 orang
b) Sore : 36% x 23 = 8 orang
c) Malam : 17% x 23 = 4 orang
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Angsoka III pada
tanggal 25-28 April 2022, didapatkan hasil bahwa tenaga keperawatan di Ruang
Angsoka III perhari sebanyak 13 orang. Sedangkan pada hasil perhitungan dengan
menggunakan teori yang digunakan oleh Gilles dalam Nursalam (2015),
didapatkan hasil kebutuhan tenaga kerja di Ruang Angsoka III per hari sebanyak 23
orang.
2. Ketenagaan menurut Depkes (2016)
Diketahui:
Saat pengkajian Ruang Angsoka III dengan kapasitas 45 tempat tidur terisi 37 bed.
Tingkat ketergantungan pasien sebagai berikut:
Minimal care 4
Parsial care 23
30
Total care 10
Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per hari
a) Keperawatan langsung
Minimal : 4 x 2 jam = 8 jam
Parsial : 23 x 3 jam = 69 jam
Total : 10 x 6 jam = 60 jam
= 137 jam
b) Keperawatan tidak langsung
37 pasien x 1 jam = 37 jam
c) Penyuluhan kesehatan
37 pasien x 0,25 jam = 9,25 jam
Jumlah jam perawatan langsung + jumlah perawatan tidak langsung +penyuluhan
kesehatan = Total jam perawatan
137 jam + 37 jam + 9,25 jam = 183,25 jam/hari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/𝑠ℎ𝑖𝑓
183,25 𝑗𝑎𝑚
=
8 𝑗𝑎𝑚
= 22.90 ≈ 23 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
Jumlah perawat yang lepas dinas perhari (loss day):
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 + 𝑐𝑢𝑡𝑖 + ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
2 + 12 + 12
289
76
× 28
289
= 7,36 ≈ 7 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruangan Angsoka
III adalah 28 orang + 7 orang lepas dinas + 1 orang tenaga structural (PJ) = 36 orang.
3. Ketenagaan menurut Douglas dalam Nursalam (2014)
31
Tabel 3.7 Perhitungan Beban kerja menurut Douglas
Minimal Care Parsial Care Total Care
Pagi 0,17 0,27 0,36
Siang 0,14 0,15 0,30
Malam 0,07 0,10 0,20
Diketahui:
Saat pengkajian Ruang Angsoka III dengan kapasitas 45 tempat tidur terisi 37 bed.
Tingkat ketergantungan pasien sebagai berikut:
Minimal care 4
Parsial care 23
Total care 10
Tabel 3.8 Kebutuhan Perawat Menurut Tingkat Ketergantungan Pasien
Klasifikasi Jumlah Shif
Pasien Pagi Siang Malam
Minimal Care 4 0,17 x 4 = 0,68 0,14 x 4 =0,56 0,07 x 4 =0,28
Parsial Care 23 0,27 x 23 =6,21 0,15 x 23 =3,45 0,10 x 23 =2,3
Total Care 10 0,36 x 10 =3,6 0,30 x 10 = 3,0 0,20 x 10 = 2,0
Jumlah 37 10.49 7,01 4,58
10 orang 7 orang 5 orang
32
52 + 12 + 12
289
76
× 22
289
= 5.785 ≈ 6 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruangan Angsoka
III adalah 22 orang + 6 orang lepas dinas + 1 orang tenaga structural (PJ) = 29 orang.
4. Analisa perhitungan ketenagaan perawat
Berdasarkan hasil pengkajian 25-28 April 2022 ruang Angsoka III memiliki 25
perawat ditambah 1 perawat structural sehingga total menjadi 26 perawat dan total
perawat dinas perhari 14 perawat. Setelah dilakukan perhitungan tenaga perawat
menggunakan 3 metode yaitu Gilles, Depkes dan Douglas. Didapatkan hasil masing-
masing metode, yaitu metode Gilles didapatkan hasil kebutuhan tenaga kerja di Ruang
Angsoka III sebanyak 34 orang, untuk per hari tenaga total perawat yang dibutuhkan
adalah 22
perawat. Metode Depkes jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di
ruangan Angsoka III adalah 36 orang. Sedangkan metode Douglas jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruangan Angsoka III adalah 26 orang. Sehingga
dapat disimpulkan jumlah perhitungan tenaga perawat di ruang Angsoka III paling
mendekati adalah metode Gilles yaitu 22 perawat. Jumlah tenaga perawat Angsoka III
masih dikatakan kurang dari teori metode Gilles.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Silaban & Sitorus (2021) menyatakan
jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah yang dibutuhkan pada pagi,
sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien. Bila jumlah perawat
dalam suatu ruangan tidak sesuai dengan jumlah pasien maka asuhan keperawatan
yang diberikan tidak optimal dan masalah pasien tidak dapat terselesaikan. Penetapan
jumlah perawat sesuai kebutuhan pasien sangat penting karena bila jumlah perawat
tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan akan mengganggu stabilitas
kinerja diruangan. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan PJ ruangan Angsoka
III, mengatakan dengan jumlah perawat saat ini sudah sangat sesuai dengan jumlah
pasien.
Hal ini sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, jumlah pasien yang fluktuaktif,
PP dan PA yang sudah mengusai plan of care, kemampuan dan pengalaman PP dan
PA yang tidak perlu diragukan lagi karena perawat ruang Angsoka rutin mengikuti
33
pelatihan untuk meningkatkan skill, serta alur kordinasi yang baik antara PA, PP dan
PJ sehingga akuntabilitas asuhan keperawatan berjalan dengan baik. Selain itu ruang
Angsoka III juga memiliki 2 orang asisten perawat yang membantu perawat
menjalankan tindakan kolaboratif seperti mengantar pasien rotgen, mengantar ke OK,
mengambil obat di Depo. Sehingga perawat akan berfokus pada tugas diruangan untuk
melakukan tindakan perawatan, menganalisis tindakan obervasi dan pemberian
pendidikan kesehatan.
Alur Pasien Masuk
Wing Amerta
Pasien pertama kali masuk RSUP Sanglah melalui skrining rawat jalan (Poliklinik),
wing amerta atau langsung melalui skrining di Unit Gawat Darurat (UGD). Di UGD
pasien akan diprioritaskan menurut triase kemudian akan dilakukan pengkajian awal,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian tindakan keperawatan dan pemeriksaan
penunjang, dan observasi keadaan pasien apakah pulang atau rawat inap. Apabila pasien
diputuskan untuk rawat inap, maka instalasi administrasi akan melakukan pengamprahan
kamar. Kemudian pasien akan menunggu selama 2 jam, lalu keluar UGD. Apabila pasien
tidak memerlukan observasi intensif lebih lanjut, dan mendapatkan tempat untuk di
rawat, maka pasien dapat berpindah ke ruang perawatan. Setelah di ruang perawatan
apabila pasien sudah boleh pulang, baik itu pulang hidup atau pulang meninggal, alur
selanjutnya adalah pengurusan administrasi. Setelah pengurusan administrasi selesai
34
maka pasien diperbolehkan untuk pulang.
2. M2 (Material)
a. Gambaran Umum Rumah Sakit
RSUP Sanglah diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959. Pada tahun 1978
RSUP Sanglah menjadi rumah sakit pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit
Rujukan untuk Bali, NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI No.134/1978).
Dalam perkembangannya RSUP Sanglah mengalami beberapa kali perubahan
status, pada tahun 1993 menjadi rumah sakit swadana (SK Menkes No.
1133/Menkes/SK/VI/1994). Kemudian tahun 1997 menjadi Rumah Sakit PNBP
(Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perjan
(Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun
2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243 tahun 2005 tanggal 11
Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai Permenkes 1636
tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005. Pada Tahun 2013 RSUP Sanglah
terakreditasi Internasional JCI edisi 4 (survei awal) dan di tahun 2014 terakreditasi
Nasional KARS. Pada tahun 2016 dan 2017 RSUP Sanglah kembali terakreditasi
Internasional JCI edisi 5 dan KARS. Selanjutnya di tahun 2019 RSUP Sanglah kembali
terakreditasi Internasional JCI edisi 6 dan KARS. Pada tahun 2020 RSUP Sanglah telah
lulus sebagai institusi WBK (Wilayah Bebas dari Korupsi)
Untuk selalu mempersembagan pelayanan terbaik RSUP Sanglah Memiliki Motto
Iklas Melayani, dengan 5 keyakinan dasar:
1) Integritas
2) Profesional
3) Tat Twam Asi
4) Efektif
5) Kebersamaan
Disamping pelayana konvensional seperti poliklinik, rawat inap, IGD dan bedah
central, RSUP Sanglah juga memiliki pelayanan kesehatan tradisional seperti
akupuntur, prana, hipnoterapi dan akupreasur. Selain itu sebagai rumah sakit terbesar
milik kemenkes yang ada di Bali, RSUP Sanglah juga memiliki layanan unggulan
yakni:
35
Semua pelayanan ini didukung oleh tenaga kesehatan yang terampil dan
profesional, serta dilengkapi dengan peralatan kesehatan dengan teknologi yang
canggih dan mutakhir. Sebagai rumah sakit pendidikan, RSUP Sanglah terus
berinovasi mengembangkan pelayanan kesehatan. Di Tahun 2016 RSUP
Sanglah mulai memiliki pelayanan cangkok ginjal, dan yang terbaru di tahun
2021 RSUP Sanglah mulai mengembangkan pelayanan Beauty Center dan
wisata medis yang menonjolkan pelayanan bedah jantung sebagai unggulan.
Gambaran umum Ruangan Angsoka III merupakan salah satu ruangan rawat
inap khususnya penyakit bedah yang memiliki kapasitas 45 tempat tidur. Ruang
Angsoka III memiliki 8 kamar kelas III dan 1 kamar kelas II, almari pasien, dan
kamar mandi dalam. Ruang Angsoka III merawat pasien BPJS dan pasien umum
dengan penyakit bedah.
b. Lokasi dan Denah Rumah Sakit dan Ruangan
Lokasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah RSUP Sanglah Denpasar berada
di tengah-tengah kota Denpasar tepatnya di Jalan Diponoegoro dengan batas
wilayah meliputi:
1) Utara : Perumahan penduduk
2) Selatan : Jalan Komodo
3) Timur : Universitas Udayana Fakultas Sastra dan Hukum
4) Barat : Perumahan Penduduk
36
Gambar 3.3 Denah RSUP Sanglah
Sumber: Sistem Informasi RSUP Sanglah tahun 2019
37
Gambar 3.4 Denah Ruang
Angsoka III
Sumber: Sistem Informasi RSUP
Sanglah tahun 2019
38
c. Peralatan dan Fasilitas
1) Fasilitas untuk pasien
Tabel 3.9 Fasilitas Pasien di Ruang Angsoka III
39
3) Peralatan di Ruang Angsoka III
Tabel 3.11 Peralatan di Ruang Angsoka III
40
d. Administrasi Penunjang
1) Pemantauan trolley emergency
2) Pemantauan alat DC Shock dan trolley emergency
3) Buku BS (blood sample)
4) Buku pemantauan DC Shock
5) Buku pengadaan (system SIMARS)
6) Buku laporan barang habis pakai
7) Buku amprah O2
8) Buku amprah alat medis (system SIMARS)
9) Buku amprah barang medis cairan & obat (system SIMARS)
10) Buku penerimaan alat
11) Buku kerusakan (system SIMARS)
12) Buku pemeriksaan inventaris
13) Buku laporan inventaris
14) Buku amprah barang habis pakai
15) Buku amprah alat
16) Buku penerimaan barang habis pakai (system SIMARS)
3. M3 (Method)
a. Penerapan sistem MPKP
Metode yang digunakan di ruangan adalah Metoda Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP) primer modifikasi.
1) Kajian Teori
MPKP merupakan salah satu metode praktik keperawatan professional yang
mana memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan
keperawatan tersebut (Murwani & Herlambang, 2012). Tujuan dari adanya MPKP
yaitu Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan
keperawatan, Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar
melaksanakan praktik keperawatan professional, dan Menyediakan kesempatan
kepada perawat untuk mengembangkan penelitian keperawatan (Murwani &
Herlambang, 2012).
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode tim dan
metode primer. Model modifikasi keperawatan primer adalah pengorganisasian
pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non
41
profesional (trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai
pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan (Erdiyanto, et.al., 2018).
Metode asuhan keperawatan ini mendorong kemandirian perawat, dan ada
kejelasan antara pembuat asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan, sehingga konsep dasar model ini adalah tanggung jawab dan
tanggung gugat model. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-
12 orang klien atau 1 perawat untuk 4 orang klien.
Penetapan sistem model MPKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut:
keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara, keperawatan
tim tidak digunakan secara murni, karena penyebutan ketua tim tidak digunakan
melainkan menggunakan PP (perawat primer). Kombinasi kedua model tesebut
diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah
lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat
primer.
2) Pelaksanaan di ruangan
Dari hasil wawancara dengan penanggung jawab ruangan didapatkan hasil
bahwa metode yang digunakan di ruang Angsoka III adalah metode primer
modifikasi. Metode keperawatan primer belum sepenuhnya digunakan secara
murni karena latar belakang pendidikan perawat di ruang Angsoka III sebagian besar
adalah Diploma III. Sehingga ruangan Angsoka III dinyatakan berada pada metode
keperawatan murni pemula. Ruang Angsoka memiliki 4 PP yang dibantu dengan 4
orang anggota tim yang akan bertanggung jawab kepada penanggung jawab
ruangan dan tenaga Kesehatan yang bertugas setiap harinya pada saat pelaksanaan
sebanyak 17 orang. Apabila terdapat masalah di ruangan maka perawat associate
wajib melaporkannya kepada PP yang kemudian melaporkannya kepada
Penanggung Jawab Ruangan.
42
Penanggung Jawab
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
Keterangan:
Metode modifikasi primer di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah dikepalai oleh
Penanggung Jawab, dan memiliki 4 perawat primer. Setiap perawat primer
memiliki anggota yaitu perawat associate. Perawat primer 1 (PP1) memiliki 4
perawat associate dan mengelola 2 kamar dengan kapasitas 12 tempat tidur.
Perawat primer 2 (PP2) memiliki 4 perawat associate dan mengelola 2 kamar
dengan kapasitas 12 tempat tidur. Perawat primer 3 (PP3) memiliki 4 perawat
associate dan mengelola 2 kamar dengan kapasitas 12 tempat tidur. Perawat primer
4 (PP4) memiliki 4 perawat associate dan mengelola 2 kamar dengan kapasitas 9
tempat tidur. Selain itu terdapat 2 PA yang baru tergabung (CPNS) yang belum
tergabung pada PP sehingga PA tersebut memiliki tugas beradaptasi dengan
lingkungan kerja.
3) Kesenjangan
Dalam pelaksanaannya, metode penugasan primer modifikasi di Ruang Angsoka
III RSUP Sanglah sudah berjalan secara optimal. Di Ruang Angsoka III RSUP
Sanglah jumlah tenaga perawat yang ada di ruangan sesuai dengan kapasitas bed
sehingga pembagian tugas merata selain itu adanya asisten perawat juga membantu
menurunkan beban kerja pada perawat. Sehingga perawat dapat focus memberikan
asuhan keperawatan pada pasien. Berdasarkan perbandingan perhitungan
menggunakan 3 metode jumlah perhitungan tenaga perawat di ruang Angsoka III
paling mendekati adalah metode Gilles. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan
menggunakan teori yang digunakan oleh Gilles dalam Nursalam (2015),
didapatkan hasil kebutuhan tenaga kerja di Ruang Angsoka III per hari sebanyak
43
25 orang, sedangkan jumlah perawat yang dinas per hari adalah 13-14.
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan PJ ruangan Angsoka III,
mengatakan dengan jumlah perawat saat ini sudah sangat sesuai dengan jumlah
pasien. Hal ini sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, jumlah pasien yang
fluktuaktif, PP dan PA yang sudah mengusai plan of care, kemampuan dan
pengalaman PP dan PA yang tidak perlu diragukan lagi karena perawat ruang
Angsoka rutin mengikuti pelatihan untuk meningkatkan skill, serta alur kordinasi
yang baik antara PA, PP dan PJ sehingga akuntabilitas asuhan keperawatan berjalan
dengan baik. Selain itu ruang Angsoka III juga memiliki 2 orang asisten perawat
yang membantu perawat menjalankan tindakan kolaboratif seperti mengantar
pasien rotgen, mengantar ke OK, mengambil obat di Depo. Sehingga perawat akan
berfokus pada tugas di ruangan untuk melakukan tindakan perawatan, menganalisis
tindakan observasi dan pemberian pendidikan kesehatan. Selain itu Nursalam
(2015) menyatakan metode primer modifikasi idealnya 2-3 perawat untuk 8-12
orang klien, hal ini sesuai dengan penugasan yang ruang Angsoka III pergunakan.
Dilihat dari analisa fungsi dan tugas staff Angsoka III hampir seluruhnya
dijalankan, Adapun kegiatan yang tidak berjalan adalah 2 tugas yaitu fungsi
jaminan mutu (pelaksanaan DRK) dan promosi (rapat rutin ruangan). Walaupun
kegiatan ini tidak dijalankan PJ ruangan bersama case manager tetap melakukan
kordinasi dan monitoring dengan anggotanya melalui grup whatsapp serta pada saat
pelaksanaan timbang terima.
b. Penerapan Timbang Terima
1) Kajian teori
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara
singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat penanggung
jawab kepada perawat penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan. Dalam pelaksanaan timbang terima dilakukan di dua tempat yaitu
nurse station dan bed pasien (Nursalam, 2014). Tujuannya antara lain:
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam askep pada
44
pasien
c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti perawat dinas
berikutnya
d) Menyusun rencana kerja atau dinas berikutnya
2) Pelaksanaan di ruangan
Berdasarkan observasi dan wawancara didapatkan timbang terima sudah
dilakukan setiap pergantian shift. Timbang dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada
pergantian dari shift malam ke pagi (pukul 07.30 WITA), pagi ke sore (pukul 13.30
WITA), dan sore ke malam (pukul 19.30 WITA). Operan pagi dipimpin oleh kepala
ruangan, kecuali apabila kepala ruangan berhalangan hadir digantikan oleh PPJP
yang dinas pada hari tersebut. Timbang terima dilakukan oleh PPJP (Perawat
Penanggung Jawab Pelayanan) yang dinas sebelumnya kepada perawat yang akan
dinas selanjutnya. Kegiatan timbang terima dipimpin oleh perawat primer (PP) atau
PJ shift. Timbang terima dimulai di Nurse Station.
Sebelum melakukan timbang terima, perawat yang dinas sebelumnya akan
mempersiapkan terlebih dahulu buku timbang terima. Selain menggunakan buku
operan, proses timbang terima dan pencatatan kondisi pasien juga dilakukan
dengan Electronic Medical Record (EMR). Saat kegiatan timbang terima
berlangsung, perawat yang bertugas untuk melaporkan kondisi pasien dengan
metode SBAR yaitu (S) Situation yang meliputi nama pasien, umur, nomor kamar
dan tempat tidur, tanggal masuk, dan masalah kesehatan atau keluhan utama saat
ini, kemudian (B) Backround yang meliputi diagnosa medis, obat yang sudah dan
belum diberikan, alergi terhadap obat, hasil tanda-tanda vital terbaru, dan hasil lab.
Kemudian (A) Assesment yang meliputi hasil pengkajian terbaru pasien dan
temuan klinis lainnya, dan yang terakhir adalah (R) Recomendation yaitu
rekomendasi tindakan yang akan dilakukan pada pasien seperti tindakan tranfusi,
tindakan pemeriksaan lab dan penggantian atau penambahan dosis obat.
Setelah pelaporan kondisi pasien di Nurse Station, maka perawat yang akan
bertugas selanjutnya akan memvalidasi kembali apa yang telah dilaporkan,
kemudian timbang terima akan dilanjutkan dengan kunjungan ke ruangan atau bed
pasien, dan mengobservasi langsung di kamar pasien. Jika antara kedua tim sudah
mengerti dan memahami kondisi pasien, maka kegiatan timbang terima akan
diakhiri.
45
2) Kesenjangan
Dalam pelaksanaan timbang terima di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah,
perawat ruangan sudah melakukan prosedur timbang terima sesuai dengan teori
yang ada. Perawat di ruangan sudah menyampaikan data fokus kondisi dan keadaan
pasien, menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien, menyampaikan hal yang penting yang harus
ditindaklanjuti perawat dinas berikutnya, dan menyusun rencana kerja atau dinas
berikutnya. Pelaksanaan timbang terima rutin dilakukan di nurse station kemudian
ke ruangan pasien secara langsung. Proses timbang terima di Ruang Angsoka III di
kombinasikan dengan EMR (Electronic Medical Record) yaitu dengan SIMARS
(Sistem Informasi Manejemen Rumah Sakit).
c. Penerapan ronde keperawatan
1) Kajian teori
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, seperti devisi terkait (medis, gizi, rehabilitasi medis, dokter
umum, dokter spesialis dan sebagianya). Ronde keperawatan juga merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan model asuhan
keperawatan dengan metode keperawatan primer, merupakan salah satu metode
pemberian pelayanan keperawatan yang harus ditingkatkan dan dimantapkan.
Metode ini ditujukan untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang ditemukan pada pasien sehingga ronde keperawatan diharapkan
dapat memecahkan masalah melalui cara berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan
keperawatan. Tujuan dari adanya ronde keperawatan yaitu menyelesaikan
masalah-masalah pasien yang belum teratasi, menjustifikasi masalah yang belum
teratasi dan mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer.
2) Pelaksanaan di ruangan
Dari hasil pengkajian melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 25-28
April 2022 dengan penanggung jawab ruangan, pelaksanaan ronde keperawatan di
Ruang Angsoka III RSUP Sanglah dihentikan akibat pandemic COVID-19, ronde
keperawatan terakhir dilaksanakan pada tahun 2019. Sebelum pandemic COVID-
19 pelakasanaan diskusi diawali dari Bedah Kasus yang mana bila belum
menemukan titik terang dilanjutkan dengan Diskusi Refleksi Kasus (DRK), hingga
46
Gugus Kendali Mutu (GKM). Saat ini proses kesinambungan kebijakan mengalami
perubahan yang mana tugas perawat kembali pada tugas fungsionalnya sehingga
keperawatan tidak memiliki wewenang untuk membuat keputusan seperti
sebelumnya. Sejauh ini pemecahan-pemecahan khusus pada pasien dilakukan
dengan diskusi antar case manager, perawat primer (PP), dan penanggung jawab.
Jika penanggung jawab tidak bisa menemukan cara memecahkan masalah pasien,
maka akan didiskusikan dengan tim medis lain ataupun non medis. Saat pandemic
COVID-19 pelaksanaan ronde keperawatan digantikan dengan Rapat Tim Medis.
Rapat Tim Medis berbeda dengan Ronde Keperawatan yang mana rapat tim medis
lebih banyak melibatkan bidang medis (dokter) sedangkan perawat proporsi dalam
rapat ini hanya sedikit dan topik yang dibahas lebih mengarah pada diagnose medis
pasien. Indikasi pelaksanaan Rapat Tim Medis dengan pasien yang memiliki
minimal 3 tanda, yaitu LOS > 7 hari, diagnose medis yang belum tegak, serta
penyakit yang kompleks.
3) Kesenjangan
Terdapat kesenjangan antara teori ronde dengan pelaksanaan di ruangan yang
mana penerapan ronde yang seharusnya wajib dilaksanakan untuk memecahkan
permasalahan pasien tetapi tidak dilaksanakan akibat COVID-19. PJ ruang
Angsoka III mengakui bahwa pelaksanaan ronde keperawatan perlu diaktifkan
kembali untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya dibidang keperawatan.
d. Pengelolaan logistic dan obat (Sentralisasi obat)
1) Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat yang mana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolannya sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan sehingga asuhan keperawatan dapat terpenuhi.
Adapun tehnik pengelolaan obat menurut Dasi, (2015):
a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan pada staff yang ditunjuk.
b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
49
3) Kesenjangan
Pelaksanaan discharge planning di ruang Angsoka berjalan lambat dilihat dari
alur pelaksanaan yang memanjang, seperti:
a) Kelengkapan data pasien pulang terkadang terhambat akibat belum ada resume
medis sehari sebelumnya sehingga pemulangan pasien kurang terencana dan
menjadi terlambat.
b) Visite dokter yang tidak menentu dan tidak sesuai jadwal juga mempengaruhi
discharge planning (tiba-tiba membicarakan perencanaan pemulangan pasien
tanpa berkordinasi terlebih dahulu dengan perawat)
c) Pemulangan pasien yang molor juga kerap menyebabkan beban kerja perawat
meningkat sebab petugas administrasi hanya memiliki waktu kerja 08.00-14.00.
Perawat kerap hanya memberikan informasi lisan mengenai penggunaan obat
serta waktu control. Perawat terkadang memberikan HE terkait perawatan pasien
dirumah bila keluarga pasien bertanya akibat keterbatasan waktu dan tenaga
perawat dalam melakukan discharge planning. Hal ini sering terjadi pada shift
sore, sebab perawat harus merangkap kerja menjadi perawat sekaligus
administrasi. Hal ini akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan. Oleh
karena itu dapat disimpulkan fenomena ini menimbulkan kesenjangan antara teori
dengan pelaksanaan di ruangan yang mana aspek rehabilitatif kurang maksimal
dilaksanakan. Pelaksanaan rehabilitatif hanya terbatas pada penggunaan obat dan
waktu control. Perawat terkadang melupakan peran sebagai educator dalam
mengedukasi keluarga dan pasien sebelum pulang. Terkadang pelaksanaan edukasi
dilakukan secara lisan bila pasien bertanya karena perawat harus menangani banyak
pasien.
f. Penerapan supervisi keperawatan
1) Kajian teori
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien yang mendapatkan
pelayanan yang bermutu (Nursalam, 2014). Menurut Turner, J, & Hill, A. (2012)
menyatakan bahwa supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, mendorong,
memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap
perawat dengan sabar, adil dan bijaksana. supervisi adalah kegiatan bentuk
pengawasan yang dilakukan dengan merencanakan, mengarahkan, dan mendorong
perawat untuk meningkatkan kemampuan dan memberikan pelayanan keperawatan
50
yang professional.
Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan
manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan,
Kunci supervisi meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan
menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja,
mengklarifikasi permasalahan, melakukan tanya jawab, dan pembinaan), serta
pasca supervisi 3F (fair yaitu memberikan penilaian, feedback atau memberikan
umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan penghargaaan dan
follow up perbaikan).
Supervisi klinis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi capaian
indikator mutu pelayanan keperawatan berkontribusi terhadap penurunan resiko
yang terjadi. Oleh karena itu supervise dalam rangka peningkatan manajemen
keperawatan dapat menghindarkan terjadinya kejadian yang tidak diharapkan
(Suryaningsih & Dwiantoro, 2018). Di beberapa negara maju terutama US dan
Eropa, kegiatan supervisi klinik keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan
sangat sistematis. Peran dan kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran
supervisor dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan (nursing care
delivery) mencapai standar mutu atau tidak.
Tabel 3.12. Perbandingan Model Supervisi Klinik
51
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik:
a) Langsung Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan
supervisi dan harus memperhatikan hal berikut:
- Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan langsung
ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis.
- Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat mengganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar
isian atau check list yang telah dipersiapkan.
- Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak kesan
negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau kesan menganggu pekerjaan.
Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif,
bukan kekuasaan atau otoriter. Teknik supervisi dimana supervisor
berpartisipasi langsung dalam melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini
pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu
perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat
ditemukan adanya penyimpangan.
b) Tidak langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.
2) Pelaksanaan di ruangan
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan di Ruang Angsoka
III RSUP Sanglah didapatkan hasil bahwa pelaksanaan supervisi keperawatan yang
dilakukan di Ruang Angsoka III oleh Penanggung Jawab Ruangan ke PP dan ke PA
dilakukan secara langsung dengan memberikan pengarahan. Supervisi langsung
dilakukan jika ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaan dengan SPO yang ada.
Selain itu juga kepala ruangan melakukan supervise langsung ke ruangan-ruangan
di Angsoka III untuk melihat kondisi, melalukan rapat rutin, rapat staf ruangan dan
penanggung jawab (PJ) juga melakukan supervise tidak langsung yaitu dengan
melihat hasil dokumentasi melalui SIMARS.
52
3) Kesenjangan
Supervisi telah dilakukan di Ruang Angsoka III akan tetapi supervisi hanya
dilakukan oleh penanggung jawab ruangan (PJ), case manager, dan PP sebagai
supervisor. Terkait kendali mutu tidak ada tim khusus dari rumah sakit yang
menjadi supervisor untuk melakukan pendampingan ataupun pengamatan. Selain
itu berdasarkan hasil wawancara dengan perawat dikatakan bahwa supervisi setiap
bulannya tidak terjadwal. Apabila akan dilakukan supervisi akan diinformasikan 1
hari sebelum pelaksanaan supervisi. Berdasarkan wawancara dengan PJ ruangan
menyatakan supervisi telah dilakukan secara langsung, mungkin hanya saja tidak
terjadwal. Hal ini juga mempengaruhi penilaian mutu kualitas pelayanan
professional karena kurangnya pelaksanaan supervisi secara rutin.
g. Dokumentasi keperawatan
1) Kajian teori
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antar tim
kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan
keperawatan. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan professional, karena mempunyai fungsi sebagai
alat komunikasi, aspek hukum, jaminan mutu pendidikan/ penelitian, dan
akreditasi. Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan
atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata,
dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis atau
tipe, kualitas dan kualitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Krisnawati, 2017).
2) Pelaksanaan di ruangan
Pengumpulan data dilakukan di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah dengan teknik
observasi dan wawancara yang mana pendokumentasian di Ruang Angsoka III
dilakukan berdasarkan SOR (Source Oriented Record) yaitu sistem
pendokumentasian yang berorientasi pada 5 komponen berupa: lembar penilaian
berisi biodata, lembar order dokter, lembar riwayat medis/penyakit, catatan
perawat dan laporan yang meliputi:
53
a) Lembar tindakan dan evaluasi (system SIMARS)
b) Catatan perkembangan (system SIMARS)
c) Catatan pemberian obat (system SIMARS) jika dokter masih dalam bentuk
cacatan medik
d) Rekam asuhan keperawatan (system SIMARS)
e) Blangko tindakan medik, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat pengkajian didapatkan
hasil bahwa perawat ruang Angsoka III sudah paham mengenai cara
pendokumentasian, dimana penulisan sudah sesuai dengan format yang ditetapkan
diruangan serta untuk pengkajian ulang di ruangan didokumentasikan ulang sesuai
dengan keluhan pasien pada saat datang ke ruangan. System pendokumentasian di
Ruang Angsoka III sekitar 80% pendokumentasian keperawatan berbasis system
(SIMARS). Hal ini memudahkan perawat dalam pendokumentasian yang
sebelumnya perawat menghabiskan waktu yang cukup banyak pada pembuatan
dokumentasi.
Tabel 3.13 Form Dokumentasi Asuhan dan Non Asuhan Kesehatan Ruang
Angsoka III RSUP Sanglah
54
10. Permohonan Acara Form Kultur Darah
Operasi
14. Pemeriksaan
Histopatologi
15. Rujukan Kembali
Penderita
16. Cheklist
17. Kateterisasi
17) Kesenjangan
4. M4 (Money)
a. Sumber Pendanaan Ruang Angsoka III RSUP Sanglah
Pengadaan dana bagi ruangan (renovasi ruangan), sumber dana
operasional ruangan, pendanaan fasilitas kesehatan bagi pasien, pendanaan alat
kesehatan, dan pendanaan bahan kesehatan (habis pakai) berasal dari Rumah
Sakit yang diperoleh langsung dari unit anggaran jangka panjang RSUP
Sanglah. Sedangkan sumber kesejahteraan ruangan diperoleh dari Rumah Sakit
yang berasal dari jasa pelayanan berupa uang yang diberikan berdasarkan dari
jumlah pasien dan tindakan yang dilakukan. Pendanaan fasilitas kesehatan bagi
petugas diperoleh dari ASKES dan tanggungan rumah sakit.
b. Pengadaan Sarana dan Prasarana
Metode pengadaan sarana dan prasarana yang digunakan di Ruang
Angsoka III RSUP Sanglah menggunakan sistem pengadaan atau
pengamparahan barang dari ruangan yang dilakukan oleh staf inventaris. Staf
inventaris akan mencatat barang-barang di dalam buku amprah barang beserta
jumlah barang yang diminta kemudian mengirimkan ke petugas bagian
pengadaan barang dan barang yang diminta akan dikirimkan ke ruangan oleh
petugas bagian pengadaan barang.
c. Jenis Layanan Ruang Angsoka III RSUP Sanglah
Ruang Angsoka III RSUP Sanglah merupakan fasilitas ruang rawat inap
khusus pasien bedah. Ruang Angsoka III memiliki 2 jenis layanan rawat inap
yaitu, kelas 3 yang terdiri dari 42 bed dan kelas 2 yang terdiri dari 3 bed.
d. Tarif layanan di Ruang Angsoka III RSUP Sangla
Tarif layanan di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah hanya terdapat kelas
III dan kelas II yang berbeda-beda sesuai dengan kelas perawatan. Tarif layanan
yang digunakan sesuai dengan SPO yang ditetapkan rumah sakit. Tarif
pelayanan untuk per-ruangan dengan ruangan lainnya berbeda, karena
menyesuaikan sesuai pelayanan kelas kamar yang didapat oleh pasien. Tenaga
kesehatan di ruangan tidak semua mengetahui tarif pelayanan tiap pasien, tarif
pelayanan yang digunakan hanya dapat diakses melalui SIMARS (Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit). Rincian tarif layanan per kelas perawatan
akan dijelaskan dalam tabel berikut.
56
Tabel 3.14 Tarif Layanan Rawat Inap
SATUAN TARIF
LAYANAN
LAYANAN BERLAKU
TARIF RAWAT INAP
Kelas III Perhari 135.000
Kelas II Perhari 150.000
JASA VISITE
Kelas III Permeriksaan 18.000
Kelas II Permeriksaan 20.000
TINDAKAN KEPERAWATAN
Kelas III Perhari 6.750
Kelas II Perhari 7.500
KONSULTASI DOKTER SPESIALIS (ON CALL)
Kelas III Perkunjungan 49.500
Kelas II Perkunjungan 55.000
5. M5 (Market)
a. Gambaran Kasus
Tabel 3.15 Sepuluh Besar Kasus Diagnosa Terbanyak Ruang Angsoka III RSUP
Sanglah Bulan April 2022
58
A. Pelaksanaan Analisis SWOT
Langkah-langkah dalam Analisa SWOT
W =Hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point weakness.
6. Menghitung EFAS dengan O-T Catatan:
O = Hasil akhir dari perkalian antara bobot rating pada point opportunity.
T = Hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point threat
59
No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating Skor
M1 (Man)
a. Internal Faktor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Struktur organisasi 0,2 2 0,4 2,6-2,0 = 0,6
mengacu pada metode
Penugasan Primer
Modifikasi
2. Ruang Angsoka III 0,2 2 0,4
sudah memiliki seorang
Kepala Ruangan lulusan
S2 Keperawatan
3. Jenis ketenagaan di 0,1 3 0,3
ruangan:
S1 Kep = 5 orang,
Ners : 1 orang, DIII
Kep = 18 orang
4. Lingkungan kerja yang 0,3 3 0,9
kondusif dimana ada
hubungan baik antara
perawat dengan perawat
lain, perawat dengan
atasan maupun dengan
tenaga medis yang lain
5. Pengembangan staf 0,2 3 0,6
mencapai 93,75% untuk
sertifikasi
Total 1 2,6
Weakness
1. Jumlah perawat masih 0,5 2 1,0
belum sebanding dengan
jumlah pasien
2. 52% perawat masih 0,5 2 1,0
berlatar pendidikan DIII
Keperawatan
Total 1 2,0
b. Eksternal Faktor (EFAS) EFAS:
Opportunity O-T
1. Adanya asisten 0,2 2 0,4 2,3-2,0 = 0,3
perawat membantu
pekerjaan perawat
ruangan
Tabel 3.16 Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisa SWOT
60
2. Adanya kebijakan 0,1 2 0,2
pemerintah tentang
profesionalisme
perawat
3. Terbukanya
kesempatan mengikuti 0,3 3 0,9
pendidikan lebih
lanjut (S1
Keperawatan Ners)
4. Adanya kebijakan RS
untuk memberikan 0,2 2 0,4
workshop atau
seminar kepada
perawat
5. Adanya mahasiswa
Profesi Ners yang 0,2 2 0,4
sedang melakukan
praktek keperawatan.
Total
Threatened 1 2,3
1. Adanya tuntutan yang
lebih tinggi dari 0,4 2 0,8
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan yang lebih
professional.
2. Persaingan antar RS
yang semakin ketat. 0,1 2 0,2
3. Makin tingginya
kesadaran masyarakat 0,3 2 0,6
akan hukum
pelayanan kesehatan.
4. Kebijakan pemerintah
tentang JKN (BPJS, 0,2 2 0,4
Jamkesmas)
Total
1 2,0
2 M2 (Material)
a. Internal Faktor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Tersedianya sarana 0,2 2 0,4 2,8-2,4 = 0,4
dan prasarana untuk
pasien dan tenaga
kesehatan.
2. Tersedianya nurse 0,2 2 0,4
stasion
3. RSUP Sanglah 0,3 4 1,2
merupakan rumah
sakit pusat pemerintah
61
tipe A, sekaligus
rumah sakit
pendidikan dan
rujukan Bali, NTT,
dan NTB
4. Tersedianya ruang 0,1 2 0,2
khusus Edukasi
5. Adanya petugas 0,2 3 0,6
khusus sehari-hari
yang memantau
keadaan alat
kesehatan
Total 1 2,8
Weakness
1. Minimnya 0,4 3 1,2
ketersediaan APD
untuk petugas
kesehatan dan
ketersediaannya di
batasi
2. Terdapatnya sarana 0,3 2 0,6
dan prasarana dalam
keadaan rusak ringan
3. Tersedia 0,3 2 0,6
Thermometer dengan
jumlah sedikit (2
buah)
Total 1 2,4
Ekstrenal Faktor (EFAS)
Opportunities EFAS:
1. Adanya kesempatan 0,3 2 0,6 O-T
menambah anggaran 2,0-2,7 = -0,7
untuk pembelian
sarana
2. Adanya kesempatan 0,3 2 0,6
untuk penggantian
alat-alat yang tidak
layak pakai
3. Adanya kegiatan 0,4 2 0,8
pemeliharaan tehnik
medik secara berkala.
Total 1 2,0
Threatened
1. Adanya tuntutan 0,4 3 1,2
tinggi oleh
masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana.
2. Adanya kesenjangan 0,3 2 0,6
antara jumlah pasien
62
dengan peralatan yang
diperlukan
3. Adanya kebutuhan 0,3 3 0,9
peralatan tetapi
menunggu persetujuan
anggaran
Total 1 2,7
3 M3 (Method)
Metode MPKP
a. Internal Faktor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Metode primer 0,1 2 0,2 2,8-2,0= 0,8
Modifikasi
merupakan MPKP
2. Model yang
digunakan sesuai 0,1 2 0,2
dengan visi dan misi
rumah sakit
3. Metode Penugasan
Memfasilitasi 0,1 2 0,2
komunikasi antara
tim asuhan dengan
tim multidisiplin
Lainnya
4. Ruang Angsoka III
memiliki SOP setiap 0,2 3 0,6
Tindakan
5. Metode Primer
modifikasi diperkuat 0,1 2 0,2
dengan Pelatihan
terstruktur oleh
Manajemen
Keperawatan
6. Terlaksananya
komunikasi yang 0,1 2 0,2
cukup baik antar
profesi dan tenaga
kesehatan lain
7. Tersedianya
Dokumentasi 0,3 4 1,2
keperawatan berbasis
digital SIMARS
Total
1 2,8
Weakness
1. Kurangnya
kemampuan perawat 0,3 2 0,6
dalam pelaksaan
model yang telah ada
63
2. Kurangnya jumlah 0,3 2 0,6
tenaga yang
membantu
optimalisasi
penerapan model yang
digunakan
3. Perlu lulusan ners 75 0,4 2 0,8
% untuk mendukung
Pilar Kinerja optimal
Total 1 2,0 EFAS:
b. External Faktor (EFAS) O-T
Opportunity 3,0-2,4 = 0,6
1. Kepercayaan dari 0,2 3 0,6
pasien dan masyarakat
cukup baik
2. Adanya organisasi 0,2 3 0,6
PPNI yang menaungi
profesi keperawatan
3. Adanya mahasiswa 0,3 4 1,2
Profesi Ners yang
praktik manajemen
keperawatan di Ruang
Angsoka III
4. Adanya kerjasama 0,1 2 0,2
antara institusi
keperawatan dengan
RSUP Sanglah
5. Adanya Case 0,1 2 0,2
Manager yang
berkoordinasi dengan
Kepala ruangan dan
Tim Perawat serta
Nakes
6. Adanya kebijakan 0,1 2 0,2
Akreditasi terkait
Profesional Pemberi
Asuhan /PPA
Total 1 3,0
Threatened
1. Persaingan dengan RS 0,3 2 0,6
lain
2. Tuntutan masyarakat 0,3 2 0,6
akan pelayanan yang
maksimal
3. Kebebasan pers 0,4 3 1,2
mengakibatkan
mudahnya penyebaran
informasi di dalam
ruangan ke
Masyarakat
64
Total 1 2,4
4 Timbang Terima
a. Internal Faktor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Adanya timbang terima 0,2 3 0,6 2,4-2,0 = 0,4
setiap pergantian shift
pagi, siang, dan malam
2. Terdapat nurse station 0,1 2 0,2
sebagai tempat timbang
terima
3. Timbang terima diikuti 0,1 2 0,2
oleh semua perawat yang
telah dan akan dinas
dipimpin oleh kepala
ruangan
4. Ada klarifikasi tanya 0,1 2 0,2
jawab dan validasi
terhadap semua yang
dioperkan
5. Metode penyampaian 0,2 3 0,6
timbang terima
menggunakan SBAR
6. Semua perawat 0,1 2 0,2
mengetahui prinsip-
prinsip tentang teknik
penyampaian timbang
terima di depan pasien
7. Adanya laporan jaga 0,1 2 0,2
setiap shift
8. Setelah dilaporkan, 0,1 2 0,2
laporan ditandatangani
oleh perawat yang
bertanggung jawab
Total 1 2,4
Weakness
1. Pelaksanaan operan 0,3 2 0,6
keliling ke pasien
belum optimal.
2. Masalah keperawatan 0,5 2 1,0
lebih fokus pada
diagnosis medis
3. Klarifikasi dan 0,2 2 0,4
validasi dilakukan
sesuai kebutuhan
Total 1 2,0
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunities
EFAS:
0,2 3 0,6 O-T
65
1. Adanya mahasiswa 2,6-2,0 = 0,6
yang praktek profesi
di ruangan 0,2 2 0,4
2. Adanya kerjasama
yang baik 0,2 2 0,4
3. Sarana dan prasarana
penunjang cukup baik 0,4 3 1,2
4. Dukungan IT untuk
kegiatan timbang
terima telah optimal 1 2,6
Total
Threatened
1. Adanya tuntutan 0,5 2 1,0
tanggung gugat yang
lebih riskan pada
Electronic medical
record.
2. Adanya tuntutan soft 0,5 2 1,0
skill untuk perawat
dalam Critical
thinking saat hand
over
Total 1 2,0
5 Ronde Keperawatan
a. Internal Factor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Adanya kemauan 0,2 2 0,4 2,6-3,0 = -0,4
perawat untuk
berubah
2. Adanya kasus yang 0,2 3 0,6
memerlukan perhatian
khusus oleh perawat
ruangan dan kepala
ruangan
3. Proses pemecahan 0,2 3 0,6
masalah melalui
proses pembentukan
tim ronde
4. Adanya kerjasama 0,2 2 0,4
antara tim medis, case
manager dan kepala
ruangan dalam
mengelola kasus
khusus.
5. Pembelajaran PP 0,2 3 0,6
dengan DRK untuk
meningkatkan
kemampuan
pengambilan
keputusan.
66
Total 1 2,6
Weakness
1. Pelaksanaan Ronde belum 0,2 3 0,6
optimal
2. Adanya gap perbedaan 0,2 2 0,4
kemampuan critical
thinking karu dengan PP
3. Pelaksanaan Ronde jarang 0,4 4 1,6
dilakukan
4. Justifikasi kasus belum 0,2 2 0,4
optimal pada semua PP
Total 1 3,0
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunities
1. Adanya pelatihan dan 0,3 2 0,6 EFAS:
diskusi tentang O-T
masalah yang terjadi 2,4-2,0 = 0,4
di ruangan
2. Adanya kasus-kasus 0,4 2 1,2
yang memerlukan
perhatian khusus
3. Status rumah sakit 0,3 2 0,6
sebagai RS
Pendidikan yang
mengintegrasikan
seluruh pendidikan
Nakes
Total 1 2,4
Threadtened
1. Adanya tuntutan yang 0,3 2 0,6
lebih tinggi dari pasien
yang terjadi di ruangan
2. Meningkatkan 0,3 2 0,6
pengetahuan masyarakat
tentang pelayanan
Kesehatan
3. Adanya variasi dalam
manajemen penyakit yang 0,4 2 0,8
mengharuskan perawat
untuk selalu belaajar dan
latihan menganalisa.
Total 1 2,0
6 Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Di ruangan tersebut ada 0,2 3 0,6 2,6-2,4 = 0,2
sentralisasi obat, terbukti
adanya lemari khusus
penyimpanan obat
67
2. Adanya pengecekan obat 0,2 3 0,6
oleh perawat yang
datang
3. Sebagian besar perawat 0,2 2 0,4
pernah melakukan
sentralisasi obat mulai
dari memberitahukan ke
pasien sampai
pendokumentasian
sentralisasi obat.
4. Adanya lembar 0,2 2 0,4
pendokumentasian obat
yang diterima disetiap
status pasien
5. Dapat ruangan khusus 0,2 3 0,6
tempat sentralisasi obat
dengan pelabelan yang
lengkap
Total 1 2,8
Weakness
1. Edukasi terkait 0,3 2 0,6
sentralisasi obat
belum optimal selama
pasien di rawat
2. Belum optimalnya 0,3 2 0,6
peran keluarga dalam
mengontrol
penggunaan obat
3. Serah terima obat 0,4 2 0,4
yang telah diresepkan
telah diambil
perannya oleh petugas
farmasi sehingga
keluarga hanya
mengetahui bahwa
obat sudah diterima.
Total 1 2,6 EFAS:
b. Eksternal Faktor (EFAS) O-T
Opportunities 3,0-2,7 = 0,3
1. Adanya kebijakan 0,2 3 0,6
Safe Medication
Practice yang harus
diikuti RS
2. Adanya kerjasama 0,2 3 0,6
yang baik antara
perawat dan
mahasiswa
3. Adanya sistem IT 0,2 3 0,6
yang mendukung
68
kecepatan ordering
Obat ke depo farmasi.
4. Adanya Kebijakan 0,2 3 0,6
patient safety terkait
pemberian obat
5. Kebijakan 0,2 3 0,6
Pengawasan dan
Pengendalian Obat
dibantu oleh farmasi
ruangan
Total 1 2,0
Threatened
1. Adanya tuntunan 0,3 3 0,9
keluarga pasien untuk
pemberian obat yang
aman
2. Adanya resiko kurang 0,3 2 0,6
percaya pasien
terhadap sentralisasi
obat karena
diserahkan kepada
perawat
pengelolaannya
3. Ruang sentralisasi 0,4 2 1,2
obat yang tidak
terkunci
Total 1 2,7
7 Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS) IFAS:
Strength S-W
1. Supervisi yang 0,2 3 0,6 2,6-2,2 = 0,4
dilakukan karu
mendukung
pembelajaran klinis
PP dan PA
2. Kepala ruangan 0,2 3 0,6
melakukan supervise
secara teratur
3. PP melakukan 0,2 2 0,4
supervise kepada PA
4. Adanya kemauan 0,2 2 0,4
perawat untuk
berubah
5. Kepala ruangan 0,2 3 0,6
mendukung adanya
kegiatan supervise
demi peningkatan
mutu pelayanan
keperawatan
TOTAL 1 2,6
69
Weakness
1. Supervise langsung 0,3 2 0,6
kadang terkendala
dengan tugas
manajerial
2. Tingginya beban 0,5 2 1,0
klinis dan manajerial
karu
3. Dinamisnya situasi 0,2 3 0,6
dan kondisi pelayanan
menyebabkan rutinitas
Total 1 2,2
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity EFAS:
1. Hasil supervisi dapat 0,3 2 0,6 O-T
digunakan sebagai 2,3-2,7 = 0,2
pedoman untuk daftar
penilaian prestasi
pegawai (DP3)
2. Adanya jadwal 0,2 2 0,4
supervisi keperawatan
oleh pengawas
keperawatan setiap
bulan
3. Adanya pemahaman 0,3 3 0,9
yang tinggi dari Tim
nakes terhadap
Supervisi
4. Adanya kebijakan 0,2 2 0,4
Supervisi sebagai
upaya Penilaian
Kinerja
Total 1 2,3
Threatened
1. Luas area supervisi 0,2 2 0,4
kepala ruangan
2. Tingginya kebutuhan 0,3 2 0,6
supervise klinis
dibandingkan dengan
manajerial
3. Tingginya kebutuhan 0,3 2 0,6
supervise terkait
praktek mahasiswa
profesi Ners
4. Tuntutan pasien 0,2 2 0,4
sebagai konsumen
untuk mendapatkan
pelayanan yang
professional dan
bermutu sesuai
70
dengan peningkatan
biaya perawatan
Total 1 2,0
8 Discharge Planning
a. Internal Factor (IFAS) IFAS:
STRENGTH S-W
1. Semua perawat di 0,3 2 0,6 2,4-2,6 = -0,2
ruang Angsoka III
mampu melaksanakan
Discharge Planning
kepada pasien dan
keluarga pasien.
2. Perawat menggunakan 0,3 2 0,6
bahasa Indonesia dan
bahasa daerah (Bahasa
Bali) saat melakukan
Discharge Planning.
3. Discharge Planning 0,4 3 1,2
sudah dilakukan
dengan baik dan sesuai
prosedur, mulai dari
rencana pemulangan,
ruang kontrol,
kelengkapan
administrasi, dan obat
yang di konsumsi.
TOTAL 1 2,4
WEAKNESS
1. Kurang efektifnya 0,2 2 0,4
Discharge Planning
karena keterbatasan
perawat melengkapi
dokumen pemulangan
pasien serta merawat
pasien yang masih rawat
inap
2. Kelengkapan data pasien 0,2 2 0,4
terkadang terhambat
akibat belum lengkapnya
dokumen sehingga saat
rencana pasien pulang
harus menunggu yang
cukup menghabiskan
waktu
3. Proses melengkapi data 0,3 3 0,9
Discharge Planning yang
lama menyebabkan
waktu pemulangan
pasien memanjang
sehingga meningkatkan
71
beban kerja perawat yang
harus merangkap
menjadi administrasi
karena melewati waktu
operasional petugas
bersangkutan
4. Peran perawat sebagai 0,3 3 0,9
educator rendah (perawat
menginformasikan
penggunaan obat dna
waktu control), perawat
hanya memberikan HE
jika ada keluarga yang
bertanya
Total 1 2,6
72
2. Dokumentasi 0,2 3 0,6
keperawatan yang
dilakukan meliputi
pengkajian
menggunakan sistem
Head to Toe dan
ROS, serta diagnosis
keperawatan sampai
dengan evaluasi
dengan menggunakan
SOAP
3. Format pengkajian 0,2 3 0,6
sudah ada dandapat
memudahkan perawat
dalam pengkajian dan
pengisiannya.
4. Perawat sudah 0,2 3 0,6
memahami dan
mengerti cara
pengisian format
dokumentasi yang
digunakan dengan
benar dan tepat
5. Perawat melakukan 0,2 3 0,6
dokumentasi segera
setelah melakukan
tindakan
TOTAL 1 2,8
WEAKNESS
1. Dokumentasi tidak 0,5 3 1,5
segera dilakukan
setelah melakukan
tindakan tetapi
kadang – kadang
dilengkapi saat pasien
mau pulang atau
apabila keadaan
ruangan
mementingkan
2. Dari observasi status 0,5 2 1,0
pasien dan respon
pasien pasca tindakan
kurang terpantau
Total 1 2,5 EFAS:
External faktor(EFAS) O-T
Opportunity 2,5-2,4 = 0,1
1. Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5
praktek profesi ners
stasemanajemen dan
adanya
73
pengembangan
sistem dokumentasi
rencana tindakan
yang disesuaikan
dengan SAK dan
evaluasi dengaan
SOAP
2. Adanya kerjasama 0,5 4 2,0
yang baik antara
mahasiswa dan
perawat ruangan
Total 1 2,5
Threatened
1. Adanya tuntutan 0,3 2 0,6
terhadap aspek
legal terhadap
pelaksanaan asuhan
keperawatan 0,3 2 0,6
2. Adanya system
akreditasi
pendokumentasian
asuhan
keperawatan 0,4 3 1,2
3. Adanya tuntutan
dari masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan yang
lebih profesional 1 2,4
Total
74
Diagram Layang Analisa SWOT
Keterangan:
M1 : Ketenagaan
M2 : Sarana dan Prasarana
M3 :Metode-Penerapan Model
DK : Metode-Dokumentasi Keperawatan
RK : Metode-Ronde Keperawatan
SO :Metode-Sentralisasi Obat
SV : Metode-Supervisi
TT :Metode-Timbang Terima
DP :Metode-Discharge Planning
75
Prioritas Masalah
Prioritas masalah dibuat berdasarkan analisis SWOT sehingga didapatkan prioritas masalah
sebagai berikut:
76
BAB IV
A. Penataan Ketenagaan
Dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan serta untuk mendapatkan
pengalaman dalam menerapkan manajemen keperawatan di Ruang Angsoka III, maka
kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai berikut:
Ketua : I Gede Juli Bisma Supradnyana
Penanggung Jawab MPKP : Desak Putu Ria Agustina
Sekretaris : Ni Made Sintya Indriantari
Bendahara : Putu Ayu Ema Satya Dewi
Seksi Humas : Made Dwita Pertiwi
Seksi Prasarana : Ni Luh Gede Wahyu Pramesti
Seksi Konsumsi : Ni Nengah Arsiti
Anggota : Komang Ayu Trisna Oktaviani
Luh Kadek Rya Ratna Novita
I Dewa Ayu Mey Rayanti
Ni Made Seftia Antari
Susunan kepanitiaan ini bersifat permanen selama praktek manajemen keperawatan dan
berfungsi menentukan kebijakan-kebijakan internal seputar teknis penyelenggaraan
kegiatan manajemen yang bersifat umum. Untuk selanjutnya, dalam pengelolaan ruang
rawat, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran yaitu sebagai
kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.
B. Perencanaan MPKP
1. Kajian Teori
Metode praktek keperawatan professional merupakan salah satu metode praktik
keperawatan professional, dimana memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian
asuhan keperawatan tersebut. Ada 5 metode praktek keperawatan professional:
a. Fungsional
Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
77
keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat.
1) Definisi metode fungsional
Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi tugas dari
filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan
yang dilakukan. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada
saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
2) Contoh metode fungsional
Bagan 4.1. Sistem Asuhan Keperawatan “Functional Method
Kepala Ruangan
Klien/Pasien
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai keluar
Rumah Sakit.
1) Kelebihan dari metode perawat primer :
a) Mendorong kemandirian perawat.
b) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat.
c) Berkomunikasi langsung dengan Dokter.
d) Perawatan adalah perawatan komprehensif.
e) Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan.
f) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
g) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
2) Kelemahan dari metode perawat primer :
a) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
b) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.
c) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
80
d. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat perawat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shift.
1) Kekurangan metode kasus:
a) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
b) Membutuhkan banyak tenaga.
c) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
d) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat.
e) Penanggung jawab klien bertugas.
2) Kelebihan metode kasus:
a) Kebutuhan pasien terpenuhi.
b) Pasien merasa puas.
c) Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
d) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
e. MPKP Modifikasi
Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode penugasan tim
dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat
merawat pasien dari datang sampai pulang. Pada model ini, digunakan secara
kombinasi dari kedua sistem. Penerapan sistem model ini didasarkan pada beberapa
alasan :
1) Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi atau terpecah pada berbagai tim. Melalui
kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat
ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain besar adalah lulusan D3, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Pada penerapan metode ini, terdapat 25 perawat diruangan. Namun jumlah tersebut
harus disesuaikan dengan kondisi ruangan. Dengan menggunakan model
modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (dua) orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat Ners, Perawat
81
Associate (PA) 16 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas
lulusan S1 Keperawatan dan D3 Keperawatan.
3) Keuntungan metode primer modifikasi :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasaan pada anggota tim.
d) Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
e) Bersifat kontunuitas dan komprehensif.
f) Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri.
g) Mendorong kemandirian perawat.
h) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat.
4) Kelemahan metode primer modifikasi :
a) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya.
b) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
c) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
d) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat.
e) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.
f) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
82
Penanggung Jawab
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
1) Tujuan
a) Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan
Modifikasi Tim Primary Nursing di Ruang Angsoka III RSUP Sanglah.
b) Tujuan khusus
Setelah menerapkan MPKP, mahasiswa mampu:
a. Mengatur kebutuhan tenaga perawat
b. Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
sesuai MPKP
c. Melakukan system pendokumentasian yang tepat, efektif dan efisien.
d. Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme
2) Pengorganisasian
Penanggung jawab : I Gede Juli Bisma
3) Pelaksanaan
MPKP akan dilaksanakan di Ruang Angsoka III dimulai pada tanggal 30 April – 1
Mei 2022
4) Rencana strategis
a) Mendiskusikan bersama dengan staf perawat di Ruang Angsoka III mengenai
bentuk dan penerapan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang
akan dilaksanakan.
b) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat. Selama berlangsungnya praktek
manajemen keperawatan ini, mahasiswa mengelola Ruang Angsoka III.
Pembagian peran anggota kelompok 15 yang terdiri atas 11 orang meliputi : 1
orang bertugas sebagai PJ, 4 orang bertugas sebagai PP, 6 orang sebagai PA yang
dibagi menjadi 3 shift. Pergantian peran dilakukan setiap hari. Pelaksanaan
83
MPKP oleh mahasiswa juga akan diikuti oleh penilaian tingkat kepuasan pasien
dengan membandingkan antara sebelum dan setelah pelaksanaan MPKP.
c) Melakukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
d) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat dan
memodifikasi kebutuhan tenaga perawat di Ruang Angsoka III.
e) Menerapkan model MPKP bersama staf perawat di Ruang Angsoka III sesuai
dengan perencanaan yang dibuat.
5) Kriteria Evaluasi
a) Struktur
Model Praktik Keperawatan Profesional dilaksanakan di Ruang Angsoka III
dikonsulkan terlebih dahulu dengan pembimbing akademik dan dengan
persetujuan dari pembimbing ruangan.
b) Proses
Selama pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional Keperawatan di
Ruang berjalan sesuai dengan rencana yaitu setiap hari 1 orang bertugas sebagai
PJ, 4 orang bertugas sebagai PP, 6 orang sebagai anggota yang dibagi menjadi 3
shift.
c) Hasil
Diharapkan pemahaman mahasiswa dan perawat Ruang Angsoka III tentang
MPKP meningkat dengan hasil peningkatan kepuasan pasien.
6) Uraian Tugas
a) Uraian tugas penanggung jawab meliputi:
• Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan askep baik langsung maupun tidak
langsung.
• Bertanggung jawab pada semua PP dan anggota termasuk dalam pembuatan
jadwal dinas.
• Bertanggung jawab dalam pelaksanaan MPKP meliputi timbang terima, ronde
keperawatan, supervisi, dokumentasi askep dan discharge planning
b) Uraian tugas PP
• Bersama anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar
• Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik dan pengunjung ruangan
• Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan
• Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungan ruangan
84
c) Uraian tugas PA meliputi:
• Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar
• Mengikuti serah terima tugas dengan petugas pengganti mengenai kondisi
pasien, adminitrasi rekam medis, pelayanan pemeriksaan penunjang serta
kolaborasi program pengobatan
• Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh tim
• Mendampingi visite dokter, mencatat dan melaksanakan program pengobatan
dokter
• Membantu melaksanakan rujukan
• Melakukan orientasi terhadap pasien keluarga baru mengenai tata tertib rumah
sakit
• Menyiapkan pasien pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
7) Persiapan Penyelenggaraan MPKP
a) Ketenagaan dan sarana prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan model praktik keperawatan professional, dimana sarana adalah
segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan
yang ingin dicapai. Sarana dan prasarana mempunyai fungsi sebagai pendukung
atau penunjang terlaksananya pelayanan keperawatan sehingga diperoleh tujuan
pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif.
Ketenagaan merupakan hal yang penting mengingat yang berada di sisi
klien adalah perawat. Baik buruknya pelayanan keperawatan yang diberikan
akan mencerminkan kualitas pelayanan suatu rumah sakit.
b) Tujuan:
Mahasiswa mampu mengetahui jumlah tenaga perawat yang diperlukan
yang tergantung dari jumlah klien dan derajat ketergantungan klien.
c) Deskripsi:
Manfaat dari adanya ketenagaan keperawatan yang seimbang dengan
jumlah pasien dan adanya sarana prasarana yang menunjang merupakan faktor
yang mendukung terselenggaranya model asuhan keperawatan professional,
dimana akan tercapainya suatu tujuan bersama antara perawat dengan pasien.
85
C. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau
belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada ketua tim (penanggung
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan. (Nursalam, 2014).
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan komunikasi mengenai keadaan pasien
dan informasi yang penting.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu menyampaikan kondisi dan keadaan pasien
2) Mahasiswa mampu menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien
3) Mahasiswa mampu menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang
masih ada dan yang sudah terselesaikan
4) Mahasiswa mampu menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh shift berikutnya
5) Mahasiswa mampu menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
2. Manfaat Timbang Terima
a. Bagi Perawat
1) Perawat dapat mengikuti perkembangan kondisi pasien
2) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
4) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan tanggung jawab antar perawat.
b. Bagi Pasien
1) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap
86
Tabel 4.1. Prosedur Timbang Terima
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah 30 menit Nurse PJ, PP, Perawat
siap (Shift jaga) Station dan Asosiate
2. Kelompok yang akan bertugas Ruang
menyiapkan buku catatan. Perawatan
3. Kepala Ruangan membuka
acara operan.
4. Perawat yang melakukan
operan dapat melakukan
87
klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap
hal-hal yang telah dioperkan
dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang
jelas.
5. Kepala ruangan menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat.
7. Perawat yang melaksanakan
operan mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dan
tindakan yang telah atau belum
dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya selama masa
perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya dicatat
secara khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
9. Lama operan untuk tiap pasien
tidak lebih dari lima menit
kecuali pada kondisi khusus
dan memerlukan keterangan
yang rumit.
Post 1.Diskusi. 5 menit Nurse PJ, PP, Perawat
operan 2.Pelaporan untuk operan Station Asosiate
dituliskan secara langsung
pada format operan yang
ditandatangani oleh PP yang
jaga saat itu dan PP yang jaga
berikutnya diketahui oleh
Kepala Ruangan.
3.Ditutup oleh Kepala Ruangan.
88
3. Evaluasi
a. Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain: catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala
ruangan selalu memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu malam ke pagi dan shift pagi ke sore. Kegiatan timbang terima
pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b. Proses
1) Melaksanakan timbang terima bersama dengan PJ dan staf keperawatan pada
pergantian shift yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima
pada shift sore ke malam di pimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu
dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift.
2) Timbang terima dipimpin oleh penanggungjawab.
3) Timbang terima pertama dilakukan di nurse station diikuti oleh perawat,
mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas.
4) Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa keperawatan, intervensi
yang sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan khusus.
Setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
5) Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka PP menandatangani
laporan timbang terima dengan diketahui oleh PJ.
c. Hasil
Perawat mampu melaporkan timbang terima yang berisi (identitas, diagnosa medis,
masalah keperawatan, intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi
kolaboratif, rencana umum pasien). Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
dan dapat menjalin hubungan kerja sama yang bertanggungjawab antar perawat.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua ketua tim
menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh kepala ruangan.
89
Bagan 4.3 Alur Timbang Terima
4. Pengorganisasian
Penanggung Jawab: Ni Luh Gede Wahyu Pramesti
5. Pelaksanaan
Timbang terima akan dilaksanakan pada stase manajemen keperawatan di Ruang
Angsoka III RSUP Sanglah Minggu II mulai tanggal 3 Mei 2022 sampai dengan tanggal
6 Mei 2022.
6. Rencana Strategi
a. Membuat format timbang terima dan juknis
b. Menyusun materi timbang terima
c. Menyusun alur timbang terima bersama-sama dengan perawat ruangan
d. Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan staf
keperawatan
e. Mendokumentasikan hasil timbang terima
D. Supervisi
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional seharusnya didukung dengan
adanya sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan, termasuk pelayanan yang
berkualitas, di samping fasilitas yang sesuai harapan masyarakat. Agar pelayanan
keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi standar yang berlaku maka
90
perlu dilakukan pengawasan atau supervisi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan.
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen keperawatan dan
merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan. Supervisi adalah
teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama – sama (Nursalam, 2014).
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Mahasiswa bersama staf perawat ruangan mampu mengaplikasikan peran supervisor
keperawatan.
c. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dan staff perawat
ruangan dalam pelaksanaan supervisi keperawatan
2) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan
3) Meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Prinsip Supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar manajemen, kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan susuai standar
d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi antara supervisor dan
perawat pelaksana
e. Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas
dan motivasi
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan pasien, perawat dan manager.
Keterangan:
: Kegiatan Supervisi
: Delegasi dan Supervisi
8. Pengorganisasian
Penanggung jawab: Made Dwita Pertiwi
9. Pelaksanaan
Timbang terima akan dilaksanakan pada stase manajemen keperawatan di Ruang
94
Angsoka III RSUP Sanglah Minggu II mulai tanggal 2 Mei 2022 sampai dengan tanggal
6 Mei 2022
10. Rencana Strategi
a. Menyusun konsep supervisi keperawatan
b. Menetapkan materi supervisi keperawatan
c. Membuat format supervisi keperawatan
d. Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama dengan kepalaruangan dan
staff keperawatan
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi
E. RONDE KEPERAWATAN
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien dilibatkan
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim
(Tuasikal, 2020). Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar
bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktek keperawatan
(Krisnawati, 2017)
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat mampu menyelesaikan masalah melalui
pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang sesuai dengan
masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
c. Manfaat ronde Keperawatan
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien terpenuhi
95
3) Terciptanya komunikasi keperawatan yang professional
4) Terjalinnya kerjasama antara tim Kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.
d. Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e. Kriteria Evaluasi
1) Struktur
a) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan lainnya)
b) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
c) Persiapan dilakukan sebelum ronde keperawatan di mulai
2) Proses
a) Seluruh anggota yang terlibat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Seluruh anggota berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran dan keahlian
masing-masing
3) Hasil
a) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b) Masalah pasien teratasi
c) Pasien mengalami perbaikan kondisi kesehatan
4) Perawat dapat:
a) Mampu menmbuhkan cara berpikir yang kritis
b) Mampu menumbuhkan cara berpikir yang sistematis
c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
g) Meningkatkan kemampuan justifikasi
h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
i) Mampu menjalin kerjasama antar tim medis untuk memecahkan masalah
keperawatan
96
Bagan 4.5 Ronde Keperawatan
Keterangan:
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
5) Pra Ronde
a) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah baru
atau langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber dan literature review
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
f) Diskusi terkait diagnosa keperawatan, data yang pendukung, intervensi yang
sudah pernah dilakukan, dan hambatan yang ditemukan selama perawatan.
97
6) Pelaksanaan Ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh ketua tim yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih
prioritas yang perlu didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus yang dihadapi
c) Pemberian justifikasi oleh ketua tim atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
7) Pasca Ronde
a) Evaluasi dan revisi
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
8) Peran masing – masing anggota tim
a) Peran perawat ketua tim dan Perawat pelaksana
(1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
(2) Menjelaskan diagnosis keperawatan.
(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
(4) Menjelasakan hasil yang didapat
(5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
(6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.
b) Peran Tenaga Kesehatan Lainnya
(1) Memberikan justifikasi.
(2) Memberikan reinforcement.
(3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
(4) Mengarahkan dan koreksi.
(5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari
f. Pengorganisasian:
Penanggung jawab: Komang Ayu Trisna Oktaviani
g. Pelaksanaan
Timbang terima akan dilaksanakan pada stase manajemen keperawatan di Ruang
Angsoka III RSUP Sanglah Minggu II mulai tanggal 2 Mei 2022 sampai dengan
tanggal 6 Mei 2022.
98
h. Rencana Strategi
a) Menentukan pasien yang akan dijadikan subjek ronde keperawatan
b) Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan digunakan.
c) Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan yang akan digunakan.
d) Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan termasuk
menghubungi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
e) Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan staf
keperawatan.
f) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan ronde keperawatan
D. SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Krisnawati, 2017).
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat ruang angsoka III mampu menerapkan pengelolaan
sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
b. Tujuan khusus
1) Mampu mengelola obat pasien:pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan prinsip 6 Benar dan mendokumentasikan hasil pengelolaan
2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam penerapan Prinsip
6 Benar
3) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan.
4) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
5) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapi.
2. Peran Perawat:
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama pasien dirawat
d. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program therapy
e. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik
99
f. Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
g. Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
b. Keluarga pasien wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
5. Penerimaan obat:
a. Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah diambil oleh
keluarga akan diserahkan kepada perawat serta lembar terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan obat dalam
kartu control dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku
obat
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum serta
kartu sediaan obat
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak atau
lemari obat.
6. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya akan disalin dalam buku daftar pemberian
100
obat
b. Obat yang telah disimpan selanjutnya akan diberikan kepada perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah
obat, dosis, efek samping, dan waktu minum obat.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruangan atau
petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat
7. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan/ perubahan jenis, dosis, atau perubahan alur jenis
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi dilakukan pada
buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat
8. Obat khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu
b. Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer
c. Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama obat, dosis, manfaat,
waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian
d. Menyimpan penyediaan obat
e. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis etiket
dan alamat pasien
f. Sistem kartu persediaan
g. Lemari obat
101
Bagan4.6 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat
9. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ni Nengah Arsiti
10. Pelaksanaan
Timbang terima akan dilaksanakan pada stase manajemen keperawatan di Ruang
Angsoka III RSUP Sanglah Minggu II mulai tanggal 2 Mei 2022 sampai dengan
tanggal 6 Mei 2022
11. Rencana Strategi
a) Menyusun format sentralisasi obat
b) Melaksanakan pengelolaan sentralisasi obat pasien
c) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan obat
12. Kriteria Evaluasi
a) Struktur:
1) Menentukan penanggung jawab sentralisasi obat
2) Menyiapkan format sentralisasi obat
102
b) Proses
1) Pelaksanaan sentralisasi obat akan dilaksanakan sesuai dengan ruangan yang
telah ditentukan dan pasien yang telah menyetujui informed consent untuk
dilakukan sentralisasi obat.
2) Pelaksanaan sentralisasi obat akan dilakukan sesuai dengan alur yang telah
ditentukan.
c) Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
2) Obat dapat diberikan secara tepat dan benar (sesuai prinsip 6 Benar) serta
perawat mudah mengontrol pemberian obat
103
DAFTAR PUSTAKA
Amir, H., Chanafie, D., Hastono, S.P. (2020). Pengaruh pelatihan model praktek
keperawatan professional (MPKP) terhadap penerapan pilar I pendekatan
manajemen dan pilar IV system pemberian asuhan keperawatan perawat di
rumah sakit X Kotamobagu. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia,
3(3), 168-177.
Asriani, Mattalatta, Betan, A. (2016). Pengaruh penerapan model praktek keperawatan
professional (MPKP) terhadap standar asuhan keperawatan dan kepuasan kerja
perawat di ruang rawat inap rumah sakit Bhayangkara Makassar. Jurnal Mirai
Management, 1 (2), 1-14.
Dasi, M. A. (2015). Perbedaan Kualitas Pelayanan Keperawatan Pada Ruangan Kelimutu
Yang Telah Menerapkan Sentralisasi Obat Dan Ruangan Teratai Yang Belum
Menerapkan Sentralisasi Obat Di RSUD Prof. Dr. Wz Johannes Kupang.
[Doctoral dissertation]. Kupang: Universitas Citra Bangsa
Erdiyanto, T., Sumijatun, Kusumanto, H. (2018). Pengaruh Jenis Tenaga, Metode
Modifikasi Dan Hubungan Profesional Terhadap Kinerja Perawat. Jurnal
Bidang Ilmu Kesehatan.
Hidayah, N. (2014). Manajemen model asuhan keperawatan professional (MPKP) Tim
dalam peningkatan kepuasan pasien di RS. Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.
Murwani, A., Herlambang, S. (2012). Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Novitasari, F. P., Gasong, D. N., & Nusawakan, A. W. (2019). Manajemen Discharge
Planning pada Klien dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal
Kesehatan, 10(2), 257-263.
Nursalam, D. (2014). Manajemen Keperawatan "Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam, D. (2016). Manajemen Keperawatan "Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Sistem Informasi RSUP Sanglah. (2019). Profil RSUP Sanglah. Diakses pada tanggal 4
April 2022, dari https://sanglahhospitalbali.com/home/2019/03/01/sejarah/
104
Lampiran 1
105
Lampiran 2
PLAN OF ACTION
106
Senin- MPKP Pelaksanaan MPKP 07.30 - Ruang I Gede
Minggu/ 11- 14.00 Angsoka Juli
17 April Wita III Bisma
2022 RSUP Supradn
Sanglah yana
107
Rabu, 03 Evaluasi Role Role Play: 07.30 - Ruang Ni Luh
Mei 2022 Play a. Timbang Terima 14.00 Angsoka Gede
b. Sentralisasi Obat Wita III Wahyu
c. Supervisi RSUP Pramesti
Keperawata Sanglah
n
d. Dischar
ge
Plannin
g
e. Ronde
Keperawatan
Rabu, 03 Persiapan Evaluasi dan 07.30 - Ruang Putu Ayu
Mei 2022 Deseminasi Penyusunan 14.00 Angsoka Ema Satya
Akhir Laporan Wita III Dewi
Deseminasi RSUP
Akhir Sanglah
Kamis, Deseminasi Presentasi Tentang: 07.30 - Ruang Desak Putu
04 Akhir a. Pelaksanaan 14.00 Angsoka Ria
Mei 2022 b. Evaluasi Wita III Agustina
RSUP
Sanglah
108