Anda di halaman 1dari 16

JASA

RAHARJA
KELOMPOK 6
NAMA KELOMPOK

• 1 Ni Putu Epi Mayani ( 2001030052)


• 2 Ni Luh Sri Suparthini (2001030072)
• 3 Ni Made Yuliantari (2001030073)
• 4 Ni Kadek Astuti (2001030098)
SEJARAH BERDIRINYA JASA RAHARJA
PT Jasa Raharja – selanjutnya disebut Jasa Raharja atau Perseroan – berdiri
pada tanggal 1 Januari 1960 seiring dengan disahkannya Undang-Undang
No. 19 PRP Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara yang seluruh
modalnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia. Sejarah
berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah untuk
melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik Belanda
yang tertuang dalam Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Belanda.
VISI DAN MISI
• Visi
Menjadi Perusahaan Tepercaya dalam Memberikan Perlindungan Dasar
Terhadap Risiko Kecelakaan dengan Pelayanan yang Terbaik.
• Misi
Menyediakan Perlindungan Dasar yang Terintegrasi Secara Digital dan
Didukung Human Capital yang Unggul Guna Menguatkan Keterlibatan
Pemangku Kepentingan.
BUDAYA PERUSAHAAN
BIDANG USAHA

Sebagaimana dimuat dalam Anggaran Dasar PT Jasa Raharja, pasal 3 ayat 1 dan
2, bidang usaha Perusahaan adalah Asuransi Sosial, maksud dan tujuan serta
bidang usaha Perseroan adalah Turut melaksanakan dan mendukung program
kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi, jaminan sosial dan nasional pada
umumnya , khususnya di bidang asuransi kerugian dengan menyelenggarakan
program asuransi sosial, dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan
untuk menghasilkan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat guna
meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.
• BIDANG USAHA UTAMA
1. Pelaksanaan asuransi kecelakaan kapal umum sesuai dengan Undang No.33
Tahun 1964 berikut pelaksanaannya dan asuransi tanggung jawab menurut
hukum pihak ketiga sesuai dengan Undang No.34 Tahun 1964 berikut
peraturannya;
2. Mengadakan dan menutup perjanjian asuransi kendaraan bermotor dan
asuransi tanggung jawab menurut hukum terhadap pihak ketiga dalam hal
kecelakaan alat angkutan;
3. Menerima pertanggungan tidak langsung untuk ditahan sendiri oleh
Perseroan; dan
4. Melakukan kegiatan-kegiatan investasi dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Selain bidang usaha utama di atas, Perseroan dapat melakukan bidang usaha
dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Perseroan
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Namun seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


No. 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian,
khususnya pasal 33 yang berbunyi: Perusahaan Asuransi yang
menyelenggarakan Asuransi Sosial menyelenggarakan program asuransi lain
selain Program Asuransi. Sosial dan pasal 34 yang berbunyi: Perusahaan
Asuransi yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial dalam
melaksanakan wajib memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah ini beserta
pelaksanaannya, maka Perusahaan hanya menjalankan bidang Asuransi Sosial.
LINGKUP JAMINAN
• UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965

UU No 33 Tahun 1964 Jo PP No 17 Tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib


Kecelakaan Penumpang Umum menjelaskan korban yang berhak atas santunan adalah
setiap penumpang sah dari alat angkutan penumpang umum yang mengalami kecelakaan
diri, yang diakibatkan oleh penggunaan alat angkutan umum, selama penumpang yang
bersangkutan berada dalam angkutan tersebut, yaitu saat naik dari tempat pemberangkatan
sampai turun di tempat tujuan. Bagi penumpang kendaraan bermotor umum (bus) yang
berada di dalam tenggelamnya kapal ferry, maka kepada penumpang bus yang menjadi
korban diberikan santunan ganda. Sedangkan bagi korban yang jasadnya tidak diketemukan
dan/atau hilang, penyelesaian santunan didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri.
Nilai Santunan Kecelakaan Penumpang
Nilai santunan yang dibayarkan bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan telah diatur
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: KEP.15/ PMK.010/2017 tanggal 13
Februari 2017.
JENIS ALAT ANGKUTAN
JENIS SANTUNAN
DARAT, LAUT
UDARA (RP.)
(RP.)
Meninggal Dunia Rp 50.000.000,-  Rp 50.000.000,- 

Cacat Tetap (Maksimal) Rp 50.000.000,-  Rp 50.000.000,- 

Perawatan (Maksimal) Rp 20.000.000,- Rp 25.000.000,-

Penggantian Biaya Penguburan (Tidak


Rp 4.000.000,- Rp 4.000.000,-
mempunyai ahli waris)
 Manfaat Tambahan Penggantian Biaya
Rp 1.000.000,-  Rp 1.000.000,- 
P3K (maksimal)
 Manfaat Tambahan Penggantian Biaya
Rp 500.000,-  Rp 500.000,- 
Ambulance (maksimal)
UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965
UU No 34 Tahun 1964 Jo PP No 18 Tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan menjelaskan bahwa korban yang berhak atas santunan adalah setiap orang yang
berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menjadi korban akibat kecelakaan dari
penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan serta setiap orang atau mereka yang berada di
dalam suatu kendaraan bermotor dan ditabrak, dimana pengemudi kendaraan bermotor
yang penyebab kecelakaan, termasuk dalam hal ini para penumpang kendaraanbermotor
dan sepeda motor pribadi. Bagi pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan
penyebab terjadinya tabrakan dua atau lebih kendaraan bermotor, maka baik pengemudi
maupun penumpang kendaraan tersebut tidak dijamin dalam UU No 34/1964 jo PP no
18/1965 termasuk korban pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor
yang dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang difungsikan.
Nilai Santunan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
Nilai santunan yang dibayarkan bagi korban kecelakaan lalu lintas jalan telah diatur
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: KEP.16/ PMK.010/2017 tanggal
13 Februari 2017:
Jenis Santuan  Besar Santunan
 Meninggal Dunia  Rp. 50.000.000,-
 Cacat Tetap (Maksimal)  Rp. 50.000.000,-
 Perawatan (Maksimal)  Rp. 20.000.000,-
 Penggantian Biaya Penguburan (Tidak
 Rp. 4.000.000,-
mempunyai ahli waris)

 Manfaat Tambahan Penggantian Biaya P3K  Rp. 1.000.000,-

 Manfaat Tambahan Penggantian Biaya


 Rp. 500.000,-
Ambulans
SISTEM PEMBAYARAN PREMI
• Dasar Hukum Pelaksanaan
UU No.33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang jo. PP
No.17 Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang. UU No.34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan jo. PP No.18
Tahun 1965 tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

• Jenis Premi
Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Jasa Raharja dikenal dengan 2
(dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan Wajib (SW). Iuran Wajib dikutip atau
dikenakan kepada penumpang alat transportasi umum seperti kereta api, pesawat terbang, bus
dan sebagainya (pasal 3 (1) a UU No.33/1964 jo pasal 2 (1) PP No.17/1965). Sedangkan khusus
penumpang kendaraan bermotor umum di dalam kota dan Kereta Api jarak pendek (kurang dari
50 km) dibebaskan dari pembayaran iuran wajib tersebut. Sumbangan Wajib dikutip atau
dikenakan kepada pemilik / pengusaha kendaraan bermotor (pasal 2 (1) UU No.34/1964 jo pasal
2 (1) PP No.18/1965).
• Besaran Premi dan Santunan
 Untuk Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan Santunannya di
atur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.010/2017 tentang Besar
Santunan dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan
Penumpang Umum di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara.
 Untuk Sumbangan Wajib dan santunannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 16/PMK.010/2017 tentang Besar Santunan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan..
• Teknis Pengutipan Premi
 Iuran Wajib
Setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran
wajib yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif
angkutan dan pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola) alat
transportasi tersebut
 Sumbangan Wajib
Pembayaran SW dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor Samsat pada saat
pendaftaran atau perpanjangan STNK
DAFTAR PUSTAKA
• https://www.jasaraharja.co.id/
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai