Anda di halaman 1dari 4

Dishub tidak punya kewenangan menilang,”

tegas Djoko saat dihubungi detikcom, Rabu (27/6/2007).

Masyarakat, tutur dia, membutuhkan kepastian hukum supaya ada kebenaran, ada
keadilan, dan persamaan hak, termasuk dalam hal berlalu lintas.

“Kalau aparat salah menerapkan aturan, bagaimana masyarakat mau mengikuti?


Kalau aparat sudah melanggar hukum, bagaimana? Tidak ada keadilan dan
kebenaran,” tegasnya.

Harusnya, imbuh dia, Dishub DKI memahami aturan yang berlaku. Khususnya soal
penyidik yang diatur dalam pasal 6 KUHAP, yang dianggapnya paling mendasar.

Dalam pasal itu diatur tentang penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS).

“Nah, yang dimaksud PPNS itu siapa? Kalau Dishub, tidak semua anggota Dishub
masuk PPNS. Karena PPNS harus punya kualifikasi penyidikan dan dilatih dulu.
Dalam UU Kepolisian yang berhak melatih polisi,” tuturnya.

Soal kewenangan penyidik ini, imbuh dia, sudah diatur dalam ayat 1 pasal 7
KUHAP, bahwa wewenang penyidik itu salah satunya menolong korban, menerima
pengaduan, penangkapan dan sebagainya.

Sedangkan wewenang PPNS diatur ada lingkup tugas tertentu. Misalnya,


departemen tertentu, sesuai lingkup UU yang menjadi dasar tugas PNS
bersangkutan. “Dia tidak bisa melakukan kewenangan di luar itu,” tegasnya.

Dalam UU 14/1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum sebagaimana yang
dijabarkan dalam pasal 4 dan 8 Peraturan Pemerintah (PP) 42/1993 dibeberkan
kewenangan PPNS (Dishub).

Dalam pasal itu dijelaskan, kewenangan Dishub hanya menyangkut pemeriksaan


terhadap tanda bukti lulus uji, melakukan pemeriksaan terhadap fisik
kendaraan yang meliputi ada 15 item, yaitu sistem rem, sistem kemudi, posisi
roda depan, badan dan kerangka kendaraan, permuatan, klakson, lampu,
penghapus kaca, kaca spion, ban, emisi gas buang, kaca depan dan kaca
jendela, alat pengukur kecepatan, sabuk keselamatan, perlengkapan, dan
peralatan.

Sementara kewenangan polisi diatur dalam pasal 3 dan 7 PP yang sama, yaitu
pemeriksaan terhadap Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), BPKB, SIM, Surat
Tanda Coba Kendaraan, meminta keterangan kepada pengemudi, dan menghentikan
kendaraan bermotor.

“Jadi kalau Dishub menghentikan kendaraan tidak boleh itu. Kalau pun boleh,
itu diatur dalam pasal 18 UU yang sama dan harus dilakukan bersama-sama
polisi,” tutur Djoko.

Itu pun, imbuh Djoko, dengan dengan pertimbangan karena


kecelakaan/pelanggaran meningkat yang disebabkan kendaraan tidak laik jalan.

Sayangnya, kata Djoko, Dishub selalu memakai ketentuan dalam ayat 1 pasal 53
UU 14/1992. Ayat itu menyebutkan, selain pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia, pejabat PNS tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan, lalu lintas dan angkutan jalan,
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU 8/1981
tentang KUHAP untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang lalu lintas
dan angkutan jalan.
Padahal dalam penjelasan ayat 1 pasal 53, penyidikan pelanggaran terhadap
persyaratan teknis dan laik jalan memerlukan keahlian, sehingga perlu ada
petugas khusus untuk melakukan penyidikan selain petugas.

“Mengacu pada KUHAP seakan-akan tugasnya sama dengan polisi seperti yang
tertuang pada pasal 6 ayat 1 a. Padahal dalam pasal dimaksud tugasnya tidak
sama dengan kewenangan polisi,” tegas dia.

IZIN ANGKUTAN UMUM

Rabu, 15 April 2009 | 13.44|


A. Dasar Hukum
Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Usaha Angkutan Umum.
B. Persyaratan
1. Izin Usaha Angkutan
Persyaratan memperoleh Izin Usaha Angkutan adalah sebagai berikut :
1. Membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada Bupati Cq. Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal (KP2SP-PM);

2. Pemohon wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

b. Memilik Akte Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk Badan Usaha, Akte
Pendirian Koperasi bagi pemohon yang berbentuk koperasi dan tanda jati diri bagi pemohon
perorangan;

c. Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan;

d. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai minimal 5 (lima) kendaraan


bermotor;

e. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan;

f. Membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

g. Surat rekomendasi dari Instansi terkait.


2. Izin Trayek
Persyaratan memperoleh Izin Trayek adalah sebagai berikut :
1. Membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada Bupati Cq. Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal (KP2SP-PM);

2. Pemohon wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Memiliki Surat Izin Usaha Angkutan;

b. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan Surat
Tanda Nomor Kendaraan bermotor dan buku uji atau fotocopinya.

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan


gambar lokasi bangunan serta Surat Keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan;

d. Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan fasilitas
pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap
dalam kondisi laik jalan;

e. Membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Surat rekomendasi dari Instansi terkait.


3. Izin Usaha Angkutan dengan Becak Bermotor
Persyaratan memperoleh Izin Usaha Angkutan dengan Becak Bermotor adalah sebagai berikut:
1. Membuat Surat Permohonan yang ditujukan kepada Bupati Cq. Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal (KP2SP-PM);

2. Pemohon wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Memiliki Surat Izin Usaha Angkutan;
b. Memiliki atau menguasai kendaraan yang bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan
Surat Tanda Uji Kendaraan;

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor yang dibuktikan


dengan gambar lokasi dan bangunan serta Surat Keterangan mengenai kepemilikan atau
penguasaan;

d. Surat rekomendasi dari Instansi terkait.


C. Mekanisme
1. Pengajuan berkas permohonan;

2. Pemeriksaan berkas;

3. Pemeriksaan Lokasi/Lapangan;

4. Penetapan Biaya/Retribusi;

5. Proses SK/Izin;

6. Pembayaran biaya retribusi;

7. Penyerahan SK/Izin.
D. Retribusi
1. Tarif Retribusi Izin Usaha angkutan adalah sebagai berikut :
a. Retribusi Izin Usaha Angkutan yang baru :
1) Mobil Bus Umum Rp. 100.000,- / unit

2) Mobil Penumpang Umum Rp. 60.000,- / unit

3) Mobil Barang Umum Rp. 120.000,- / unit

4) Mobil Barang Jenis Pick up Rp. 70.000,- / unit

5) Becak Bermotor Rp. 40.000,- / unit


b. Retribusi Perpanjangan Izin Usaha Angkutan :
1) Mobil Bus Umum Rp. 50.000,- / unit

2) Mobil Penumpang Umum Rp. 30.000,- / unit

3) Mobil Barang Umum Rp. 60.000,- / unit

4) Mobil Barang Jenis Pick up Rp. 35.000,- / unit

5) Becak Bermotor Rp. 20.000,- / unit


2. Tarif Retribusi Pendaftaran adalah sebagai berikut :
1) Mobil Bus Umum Rp. 10.000,- / unit

2) Mobil Penumpang Umum Rp. 7.500,- / unit

3) Mobil Barang Umum Rp. 10.000,- / unit

4) Mobil Barang Jenis Pick up Rp. 7.500,- / unit

5) Becak Bermotor Rp. 3.500,- / unit


3. Tarif Retribusi Izin Trayek adalah sebagai berikut :
a. Mobil Penumpang Umum dengan kapasitas tempat duduk 1 s/d 8 Rp. 30.000,-/ unit / tahun
(tiga puluh ribu per unit per tahun).

b. Mobil Bus Umum dengan kapasitas tempat duduk 9 s/d 25 Rp. 75.000,- / unit / tahun (tujuh
puluh lima ribu per unit per tahun).

c. Mobil Bus Umum dengan kapasitas tempat duduk 26 keatas Rp. 100.000,- / unit / tahun
(seratus ribu per unit per tahun).
4. Tarif retribusi Izin Operasi Angkutan dengan becak bermotor yang berlaku dalam jangka waktu 5
(lima) tahun per 1 (satu) unit kendaraan adalah sebesar Rp. 25.000,- / unit / tahun (dua puluh
lima ribu rupiah per unit per tahun)
E. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian izin paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah berkas diterima dengan
lengkap.
F. Masa Berlaku Izin
Masa berlaku izin adalah selama 5 (lima) tahun.

Anda mungkin juga menyukai