www.halomoney.co.id
I. Pendahuluan
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Daerah. Pajak Daerah terdiri atas pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota.1 Pemungutan atas pajak daerah, dilakukan dengan berdasarkan
penetapan kepala daerah dan perhitungan yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.
Pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 2 Peraturan Daerah tentang penetapan
pajak paling sedikit mengatur ketentuan mengenai: 3
a. nama, objek Pajak, dan subjek Pajak;
b. dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan Pajak;
c. wilayah Pemungutan;
d. masa Pajak;
e. penetapan;
f. tata cara pembayaran dan penagihan;
g. kedaluwarsa;
h. sanksi administratif; dan
i. tanggal mulai berlakunya .
1 Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Daerah
2 Ibid, Pasal 4 ayat (1)
3 Ibid, Pasal 4 ayat
(2)
Salah satu Pajak Daerah yang memiliki kontribusi besar atas Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB). PKB dan BBNKB merupakan salah satu dari pajak Pemerintah Provinsi.
Diantara PKB dan BBNKD, salah satu yang memiliki sumbangan atas PAD adalah PKB
dan BBNKB atas kendaraan bermotor darat. Dalam kaitan dengan PKB dan BBNKB
Kendaraan bermotor darat tersebut, selalu berhubungan erat dengan cara penetapan
pajak, cara pemungutan, restitusi/pengembalian pajak. Untuk itu, tulisan hukum ini akan
fokus membahas PKB dan BBNKB atas kendaraan bermotor darat.
II. Permasalahan
III. Pembahasan
1. Derfinisi Kendaraan Bermotor
4 Pasal 1 ayat (1) Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4
Tahun 2017 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor Tahun 2016
a. kereta api;
b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan negara;
c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
d. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Kendaraan bermotor darat yang menjadi fokus tulisan ini adalah kendaraan bermotor
selain yang dioperasikan di air dan juga selain kendaraan alat-alat berat dan alat alat
besar. Kendaraan Bermotor tersebut terdiri atas: 6
a. Mobil penumpang yang terdiri dari sedan, jeep dan minibus;
b. Mobil bus yang terdiri dari microbus dan bus;
c. Mobil barang yang terdiri dari mobil barang, pick up, light truck dan truck;
d. Sepeda motor roda dua dan roda tiga.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak provinsi yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah. PKB adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor.7 Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai
saat pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus dimuka.
Sebagaimana bidang pajak yang lain, PKB selalu terkait dengan obyek, subyek, dan
wajib pajak. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan Kendaraan Bermotor.8 Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang
pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. 9 Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan
Bermotor.10 Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh
pengurus atau kuasa Badan. a. Penghitungan Pajak
Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai saat
pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus di muka. Dasar
5 Pasal 3 ayat (2) dan (3) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
6 Pasal 3 Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4 Tahun 2017
7 Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
8 Ibid, Pasal 3 ayat (1)
9 Ibid, Pasal 4 ayat (1)
10 Ibid, Pasal 4 ayat
(2)
pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur
pokok:
NJKB ubah bentuk sebagai dasar pengenaan PKB ditetapkan berdasarkan hasil
penjumlahan NJKB dengan nilai jual ubah bentuk. 13
Pengenaan PKB dilakukan atas kendaraan bermotor angkutan umum orang dan
barang. Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang
ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan
Bobot kendaraan dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih
besar dari 1 (satu), dengan pengertian:16
a) tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan
berat Kendaraan Bermotor;
b) jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar,
bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan
c) jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan
Bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi
silinder.
Bobot dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) sampai dengan 1,3 (satu
koma tiga).17 Koefisien sebagaimana tersebut meliputi :18
Sepeda motor roda dua dan sepeda motor roda tiga nilai koefisien sama
dengan 1 (satu);
Sedan nilai koefisien sama dengan 1,025 (satu koma nol dua puluh lima);
Jeep nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);
Minibus nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);
Blind van nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);
pick up nilai koefisien sama dengan 1,075 (satu koma nolt ujuh puluh lima);
(2)
Mikrobus nilai koefisien sama dengan 1,075 (satu koma nol tujuh puluh lima);
Bus nilai koefisien sama dengan 1,1 (satu koma satu);
light truck nilai koefisien sama dengan 1,3 (satu koma tiga); dan truck nilai
koefisien sama dengan 1,3 (satu koma tiga).
Koefisien tersebut merupakan nilai batas toleransi atas kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan dalam penggunaan kendaraan bermotor. 19
Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk
alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak
Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor. 20b.
Tarif
Contoh:21
Orang pribadi atau badan yang memiliki satu kendaraan bermotor roda 2 (dua), satu
kendaraan roda 3 (tiga), dan satu kendaraan bermotor roda 4 (empat)
masingmasing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak dikenakan
pajak progresif.
(2)
berat dan alat alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu
persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). 22
Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif PKB yang ditetapkan oleh Gubernur dengan dasar pengenaan
pajak yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau
Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menerima
penyerahan Kendaraan Bermotor.
a. Penghitungan BBNKB
Dasar pengenaan BBNKB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). NJKB
ditetapkan berdasarkan HPU atas kendaraan bermotor yang ditetapkan dengan
ketentuan:29
1). Dalam hal diperoleh harga kosong (off the road), NJKB ditetapkan sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
2). Dalam hal diperoleh harga isi (on the road), NJKB ditetapkan sebelum dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai dan BBN-KB.
Pengenaan BBN-KB dilakukan atas kendaraan bermotor angkutan umum orang dan
barang. Pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang
ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-
KB.30Pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang
ditetapkan sebesar 50% (lima puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB. 34
b. Tarif BBN-KB
Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut:36
1). penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan
2). penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh
lima persen).
Besaran Pokok Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan
Bermotor terdaftar yang dilakukan pada saat pendaftaran.
Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaftarkan penyerahan
Kendaraan Bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak saat penyerahan.37
1) nama dan alamat orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan;
2) tanggal, bulan, dan tahun penyerahan;
3) nomor polisi kendaraan bermotor;
4) lampiran fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.
31 Pasal 12 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah 36 Ibid, Pasal 12 ayat (2) 37 Ibid, Pasal 14
32 Ibid, Pasal 15 ayat (2)
33 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Pemungutan
Pajak Daerah
Kepala Daerah wajib mendaftarkan objek Pajak kepada Kepala Daerah dengan
menggunakan:34
1) surat pendaftaran objek Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
penetapan Kepala Daerah;
2) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) untuk jenis Pajak yang dipungut
berdasarkan penetapan Kepala Daerah.
Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dibayar sendiri berdasarkan penghitungan
oleh Wajib Pajak diwajibkan mendaftarkan diri kepada Kepala Daerah untuk
mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak Daerah. Dalam hal Wajib Pajak tidak
mendaftarkan diri, Kepala Daerah secara jabatan menerbitkan nomor pokok
Wajib Pajak Daerah berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Daerah. 35
1) Wajib Pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pemungut Pajak bahan bakar
kendaraan bermotor yang berstatus Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah; dan
2) Penyedia tenaga listrik yang berstatus Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah.
d. Restitusi
Apabila Wajib Pajak mempunyai utang Pajak, kelebihan pembayaran Pajak langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Pajak tersebut. Pengembalian
kelebihan pembayaran Pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
IV. Kesimpulan
1. Kendaraan bermotor darat yang dimaksud dalam tulisan hukum ini terdiri atas:
4. Cara pemungutan
a. PKB
5. Prosedur Restitusi
a. PKB
Atas kelebihan pembayaran Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Kepala Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu
sebagaimana tersebut telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu
keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan
dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak tersebut dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
b. BBNKB
Atas kelebihan pembayaran BBNKB, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Kepala Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu telah
dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Pemungutan Pajak Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2016 tentang Penghitungan Dasar
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun
2016 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun
2017.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2012 tentang Penghitungan Dasar
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun
2016.
Penyusun:
Tim Unit Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan
Selatan
Disclaimer:
Seluruh informasi yang disediakan dalam tulisan hukum adalah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian informasi hukum dan bukan merupakan pendapat instansi.