DAFTAR ISI
iv
Pajak Daerah &
Retribusi Daerah
v
UU HKPD
PAJAK DAERAH
2
PajakPajak
Daerah
Daerah
dandan
Retribusi
RetribusiDaerah
Daerah
2. Objek pajak 1. Objek PKB adalah kendaraan bermotor yang wajib didaftarkan di
wilayah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Terdapat pengecualian dalam Objek PKB, yaitu kepemilikan dan/
atau penguasaan atas:
a. kereta api;
b. kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk
keperluan pertahanan dan keamanan negara;
c. kendaraan bermotor kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik, dan lembaga-lembaga
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak
dari Pemerintah;
d. kendaraan bermotor berbasis energi terbarukan; dan
kendaraan bermotor lainnya yang ditetapkan dengan Perda.
3. Subjek Pajak 1. Subjek PKB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/
atau menguasai kendaraan bermotor.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan PKB untuk jenis kendaraan di darat adalah
Pajak hasil perkalian dari:
a. nilai jual kendaraan bermotor; dan
b. bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan
jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan
kendaraan bermotor.
3
UU HKPD
4
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5
UU HKPD
1. Definisi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah pajak atas
penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian
dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena
jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam
badan usaha.
3. Subjek Pajak 1. Subjek Pajak BBNKB adalah orang pribadi atau Badan yang
menerima penyerahan kendaraan bermotor.
6
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
4. Dasar Pengenaan Dasar pengenaan BBNKB adalah nilai jual kendaraan bermotor yang
Pajak ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan
Gubernur.
5. Tarif Pajak 1. Tarif BBNKB ditetapkan paling tinggi sebesar 12% (dua belas
persen).
1. Definisi 1. Pajak Alat Berat (PAB) adalah Pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan alat berat.
7
UU HKPD
2. Objek Pajak 1. Objek PAB adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Alat Berat.
3. Subjek Pajak 1. Subjek PAB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/
atau menguasai alat berat.
2. Wajib PAB adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/
atau menguasai alat berat.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan PAB adalah nilai jual alat berat.
Pajak
2. Nilai jual ditentukan berdasarkan harga rata-rata pasaran umum
alat berat yang bersangkutan.
5. Tarif Pajak 1. Tarif PAB ditetapkan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua
persen).
8
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Objek Pajak Objek PBBKB adalah penyerahan BBKB oleh penyedia BBKB kepada
konsumen atau pengguna kendaraan bermotor.
4. Dasar Pengenaan Dasar pengenaan PBBKB adalah nilai jual BBKB sebelum dikenakan
Pajak pajak pertambahan nilai.
9
UU HKPD
5. Tarif Pajak 1. Tarif PBBKB ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen).
1. Definisi 1. Pajak Air Permukaan (PAP) adalah Pajak atas pengambilan dan/
atau pemanfaatan air permukaan.
10
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Subjek Pajak 1. Subjek PAP adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan PAP adalah nilai perolehan air permukaan.
Pajak
2. Nilai perolehan air permukaan adalah hasil perkalian antara
harga dasar air permukaan dengan bobot air permukaan.
5. Tarif Pajak 1. Tarif PAP ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
11
UU HKPD
Pajak Rokok
1. Definisi Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah.
4. Dasar Pengenaan Dasar pengenaan Pajak Rokok adalah cukai yang ditetapkan oleh
Pajak Pemerintah terhadap rokok,
5. Tarif Pajak Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari
cukai rokok.
6. Perhitungan 1. Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan Pajak Rokok dengan tarif Pajak
Rokok.
12
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Objek Pajak 1. Objek PBB-P2 adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,
dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
13
UU HKPD
3. Subjek Pajak 1. Subjek PBB-P2 adalah orang pribadi atau Badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan PBB-P2 adalah Nilai Jual Objek Pajak.
Pajak
2. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan
bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau
nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.
5. Dalam hal Wajib Pajak memiliki atau menguasai lebih dari satu
objek PBB-P2 di satu wilayah kabupaten/kota, NJOP Tidak Kena
Pajak hanya diberikan atas salah satu objek PBB-P2 untuk setiap
tahun pajak.
14
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5. Tarif Pajak 1. Tarif PBB-P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,5% (nol koma
lima persen).
1. Definisi 1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah
Pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
2. Objek Pajak 1. Objek BPHTB adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan.
15
UU HKPD
4) hibah wasiat;
5) waris;
6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;
7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
8) penunjukan pembeli dalam lelang;
9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan
hukum tetap;
10) penggabungan usaha;
11) peleburan usaha;
12) pemekaran usaha; atau
13) hadiah; dan
b. pemberian hak baru karena:
1) kelanjutan pelepasan hak; atau
2) di luar pelepasan hak.
16
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Subjek Pajak 1. Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan BPHTB adalah nilai perolehan objek pajak.
Pajak
2. Nilai perolehan objek pajak ditetapkan sebagai berikut:
a. harga transaksi untuk jual beli;
b. nilai pasar untuk tukar menukar, hibah, hibah wasiat, waris,
pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya,
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, peralihan hak
karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai
kekuatan hukum tetap, pemberian hak baru atas tanah
sebagai kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian hak baru
atas tanah di luar pelepasan hak, penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha, dan hadiah; dan
c. harga transaksi yang tercantum dalam risalah lelang untuk
penunjukan pembeli dalam lelang.
3. Dalam hal nilai perolehan objek pajak tidak diketahui atau lebih
rendah daripada NJOP pada tahun terjadinya perolehan, dasar
pengenaan BPHTB yang digunakan adalah NJOP pada tahun
terjadinya perolehan.
17
UU HKPD
5. Tarif Pajak 1. Tarif BPHTB ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen).
18
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Barang dan Jasa Tertentu adalah barang dan jasa tertentu yang
dijual dan/atau diserahkan kepada konsumen akhir.
19
UU HKPD
20
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
21
UU HKPD
3. Subjek Pajak 1. Subjek PBJT adalah konsumen barang dan jasa tertentu.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan PBJT adalah jumlah yang dibayarkan oleh
Pajak konsumen barang atau jasa tertentu.
22
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5. Tarif Pajak 1. Tarif PBJT ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
persen).
23
UU HKPD
3. Subjek Pajak 1. Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan reklame.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar Pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame.
Pajak
2. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai sewa
reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.
24
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5. Tarif Pajak 1. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua
puluh lima persen).
1. Definisi 1. Pajak Air Tanah (PAT) adalah Pajak atas pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah.
2. Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah.
2. Objek Pajak 1. Objek PAT adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
25
UU HKPD
3. Subjek Pajak 1. Subjek PAT adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan PAT adalah nilai perolehan air tanah.
Pajak
2. Nilai perolehan air tanah adalah hasil perkalian antara harga air
baku dengan bobot air tanah.
5. Tarif Pajak 1. Tarif PAT ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh
persen).
26
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
1. Definisi 1. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Pajak MBLB) adalah
Pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan
batuan dari sumber alam di dalam dan/atau di permukaan bumi
untuk dimanfaatkan.
2. Objek Pajak 1. Objek Pajak MBLB adalah kegiatan pengambilan MBLB yang
meliputi:
a. asbes;
b. batu tulis;
c. batu setengah permata;
d. batu kapur;
e. batu apung;
f. batu permata;
g. bentonit;
h. dolomit;
i. feldspar;
j. garam batu (halite);
k. grafit;
l. granit/andesit;
m. gips;
n. kalsit;
o. kaolin;
p. leusit;
q. magnesit;
r. mika;
s. marmer;
t. nitrat;
u. obsidian;
v. oker;
w. pasir dan kerikil;
x. pasir kuarsa;
y. perlit;
z. fosfat;
aa. talk;
ab. tanah serap (fullers earth);
27
UU HKPD
3. Subjek Pajak 1. Subjek Pajak MBLB adalah orang pribadi atau Badan yang dapat
mengambil MBLB.
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan Pajak MBLB adalah nilai jual hasil
Pajak pengambilan MBLB.
28
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
5. Tarif Pajak 1. Tarif Pajak MBLB ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua
puluh persen).
6. Perhitungan 1. Besaran pokok Pajak MBLB yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan dasar pengenaan Pajak MBLB dengan tarif Pajak
MBLB.
2. Objek Pajak 1. Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet.
3. Subjek Pajak 1. Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan
sarang Burung Walet.
29
UU HKPD
4. Dasar Pengenaan 1. Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual
Pajak sarang burung walet.
5. Tarif Pajak 1. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10% (sepuluh persen).
6. Perhitungan Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan dasar pengenaan Pajak Sarang Burung
Walet dengan tarif Pajak Sarang Burung Walet.
30
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
31
UU HKPD
32
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
33
UU HKPD
34
PajakPajak
Daerah
Daerah
dandan
Retribusi
RetribusiDaerah
Daerah
35
UU HKPD
36
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
37
UU HKPD
38
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
39
UU HKPD
40
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
41
UU HKPD
42
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
43
UU HKPD
44
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
45
UU HKPD
46
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
47
UU HKPD
48
Pembiayaan Utang Daerah
Pembiayaan
Utang Daerah
49
UU HKPD
PEMBIAYAAN
UTANG DAERAH
50
Pembiayaan
Pembiayaan
Utang
UtangDaerah
Daerah
51
UU HKPD
52
Pembiayaan Utang Daerah
53
UU HKPD
54
Pembentukan Dana Abadi Daerah
Pembentukan
Dana Abadi
Daerah
55
UU HKPD
PEMBENTUKAN
DANA ABADI DAERAH
Dana Abadi Daerah adalah Dana Abadi Daerah dikelola
dana yang bersumber dari oleh bendahara umum daerah
APBD yang bersifat abadi dan atau badan layanan umum
dana hasil pengelolaannya daerah. Pengelolaan Dana
dapat digunakan untuk belanja Abadi Daerah dilakukan dalam
daerah dengan tidak investasi yang bebas dari risiko
mengurangi dana pokok. penurunan nilai yaitu
Daerah dapat membentuk penempatan dana pada
Dana Abadi Daerah yang instrumen keuangan yang
ditetapkan dengan Peraturan ditawarkan oleh lembaga
Daerah dengan keuangan yang telah diakui
mempertimbangkan antara kredibilitasnya sehingga nilai
kapasitas fiskal daerah dan pokok/awal investasi tidak
pemenuhan kebutuhan urusan dipengaruhi fluktuasi di pasar
pemerintahan wajib yang uang/pasar modal, fluktuasi
terkait dengan pelayanan dasar hanya akan memengaruhi
publik. Hasil pengelolaan Dana imbal hasil. Hasil pengelolaan
Abadi Daerah ditujukan untuk: Dana Abadi Daerah menjadi
a. Memperoleh manfaat pendapatan daerah.
ekonomi, manfaat sosial,
Ketentuan lebih lanjut
dan/atau manfaat lainnya
mengenai tata cara
yang ditetapkan
pembentukan dan pengelolaan
sebelumnya.
Dana Abadi Daerah diatur
b. Memberikan sumbangan dengan atau berdasarkan
kepada penerimaan daerah. Peraturan Pemerintah.
c. Menyelenggarakan
kemanfaatan umum lintas
generasi.
56
Sinergi Pendanaan
Sinergi
Pendanaan
57
UU HKPD
SINERGI
PENDANAAN
58
Sinergi Kebijakan Fiskal Nasional
Sinergi
Kebijakan
Fiskal Nasional
59
UU HKPD
SINERGI
KEBIJAKAN
FISKAL NASIONAL
60
Sinergi Kebijakan Fiskal Nasional
61
UU HKPD
62
Sinergi Kebijakan Fiskal Nasional
63
UU HKPD
64
Pengelolaan Belanja Daerah
Pengelolaan
Belanja Daerah
65
UU HKPD
PENGELOLAAN
BELANJA
DAERAH
a. kerangka pengeluaran
A. PENGANGGAR- jangka menengah Daerah;
AN BELANJA b. penganggaran terpadu; dan
DAERAH c. penganggaran berbasis
kinerja.
Belanja Daerah adalah semua
kewajiban Daerah yang diakui Pemerintah Daerah menyusun
sebagai pengurang nilai program pembangunan Daerah
kekayaan bersih dalam periode sesuai dengan prioritas dan
tahun anggaran yang kebutuhan Daerah yang
bersangkutan. Belanja Daerah berorientasi pada pemenuhan
disusun dengan menggunakan kebutuhan Urusan
pendekatan: Pemerintahan wajib yang
66
Pengelolaan
Pengelolaan
Belanja
BelanjaDaerah
Daerah
67
UU HKPD
68
Pengelolaan Belanja Daerah
69
UU HKPD
berasal dari Dana Desa dan Dalam hal SiLPA Daerah tinggi
alokasi dana desa. dan kinerja layanan tinggi,
SiLPA dapat diinvestasikan
Dalam hal Daerah tidak dan/atau digunakan untuk
melaksanakan ketentuan pembentukan Dana Abadi
alokasi Belanja Daerah, Daerah Daerah dengan memperhatikan
dapat dikenai sanksi kebutuhan yang menjadi
penundaan dan/atau prioritas Daerah yang harus
pemotongan dana TKD yang dipenuhi.
tidak ditentukan
penggunaannya. Dalam hal SiLPA Daerah tinggi
dan kinerja layanan rendah,
Pemerintah dapat
B. OPTIMALISASI mengarahkan penggunaan
SiLPA UNTUK SiLPA dimaksud untuk belanja
infrastruktur pelayanan publik
BELANJA Daerah yang berorientasi pada
DAERAH pembangunan ekonomi
Daerah. Penilaian kinerja
Sisa Lebih Perhitungan layanan menggunakan hasil
Anggaran yang selanjutnya penilaian kinerja yang berlaku
disebut SiLPA adalah selisih untuk penghitungan DAU.
lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama Ketentuan lebih lanjut
1 (satu) periode anggaran. mengenai optimalisasi SiLPA
Dalam hal terdapat SiLPA yang untuk Belanja Daerah diatur
telah ditentukan dengan atau berdasarkan
penggunaannya berdasarkan Peraturan Pemerintah.
peraturan perundang-
undangan pada tahun
anggaran sebelumnya, Daerah
wajib menganggarkan SiLPA
dimaksud sesuai dengan
penggunaannya.
70
Pengelolaan Belanja Daerah
71
UU HKPD
72
Transfer ke Daerah
Transfer ke
Daerah
73
UU HKPD
TRANSFER KE
DAERAH
74
Transfer
TransferkekeDaerah
Daerah
75
UU HKPD
76
Transfer
TransferkekeDaerah
Daerah
77
UU HKPD
78
Transfer ke Daerah
79
UU HKPD
80
Transfer ke Daerah
81
UU HKPD
82
Transfer ke Daerah
83
UU HKPD
2) kabupaten/kota yang
berbatasan langsung baik
84
Transfer ke Daerah
85
UU HKPD
86
Transfer
TransferkekeDaerah
Daerah
87
UU HKPD
88
Transfer ke Daerah
CF Kab/Kotai
Bobot Kab/Kotai =
ƩCF Kab/Kota
Keterangan:
CF kabupaten/kotai :
Celah Fiskal untuk kabupaten/
kotai.
89
UU HKPD
a. rencana pembangunan
C. DANA ALOKASI jangka menengah nasional;
KHUSUS b. rencana kerja pemerintah;
c. kerangka ekonomi makro
Dana Alokasi Khusus (DAK)
dan pokok-pokok kebijakan
adalah bagian dari TKD yang
fiskal;
dialokasikan dengan tujuan
untuk mendanai program, d. arahan Presiden; dan
kegiatan, dan/atau kebijakan e. ketentuan peraturan
tertentu yang menjadi prioritas perundang-undangan.
nasional dan membantu
operasionalisasi layanan publik, DAK terdiri atas:
yang penggunaannya telah a. DAK fisik, yang digunakan
ditentukan oleh Pemerintah. untuk mendukung
DAK dialokasikan sesuai pembangunan/ pengadaan
dengan kebijakan Pemerintah sarana dan prasarana
untuk mendanai program, layanan publik Daerah;
kegiatan, dan/atau kebijakan b. DAK nonfisik, yang
tertentu dengan tujuan: digunakan untuk
a. mencapai prioritas mendukung
nasional; operasionalisasi layanan
b. mempercepat publik Daerah; dan
pembangunan Daerah; c. hibah kepada Daerah, yang
c. mengurangi kesenjangan digunakan untuk
layanan publik; mendukung pembangunan
fisik dan/atau layanan
d. mendorong pertumbuhan
publik Daerah tertentu yang
perekonomian Daerah; dan/
didasarkan pada perjanjian
atau
antara Pemerintah dan
e. mendukung Pemerintah Daerah.
operasionalisasi layanan
publik. Perencanaan dan
pengalokasian DAK dapat
Adapun Kebijakan Pemerintah disinergikan dengan
tersebut didasarkan pada: pendanaan lainnya dan
90
Transfer
TransferkekeDaerah
Daerah
91
UU HKPD
92
Transfer ke Daerah
93
UU HKPD
94
Transfer
TransferkekeDaerah
Daerah
95
UU HKPD
96
Transfer ke Daerah
97
UU HKPD
98
Transfer ke Daerah
Address :
Jl. DR. Wahidin No. 1
Gedung Radius Prawiro Lantai 9
Jakarta Pusat 10710
E-mail : callcenter.djpk@kemenkeu.go.id
@ditjenpk www.djpk.kemenkeu.go.id